Disclaimer : I do not own Naruto.

Warning : OOC. Typos. Bahasa acak acakan.

Chapter: 5


Sarada berjalan beriringan ditengah Sasuke dan Ino sambil menggenggam tangan Ino erat. Terlihat banyak sekali yang anak itu ingin katakan kepada Sasuke, tetapi tak bisa keluar. Ino menjadi bingung, ia tak suka kesunyian ini.

"Ne, Sarada-chan, kapan terakhir kau bertemu si bre— Ayahmu ini?" Tanya Ino memecah keheningan. Sarada tampak berfikir.

"Sudah lupa.." Ucapnya pada akhirnya. Ino menatap Sasuke dengan pandangan marah. "keterlaluan!" Ucapnya tanpa suara kearah Sasuke. Sasuke yang melihat itu langsung membalas Ino dengan pandangan dinginnya. "aku menjalankan misi. Kau tahu?" Seru Sasuke pada akhirnya.

"Kau sudah bertemu Sakura, Sasuke?"

Sasuke tersenyum mengejek. "Tumben sekali kau memanggil nama kecilku lagi, Yamanaka?"

"Urusai. Tinggal jawab saja pertanyaanku Uchiha!"

Sasuke membuang muka. "Belum."

"Sasu—"

Sasuke langsung menatap Ino dengan pandangan kesal. "Aku belum sempat pulang, okay? Aku langsung menemui Naruto tadi. Cukup, Ino. Aku sudah tak bisa menurutimu lagi soal ini."

Ino berhenti berjalan. "Kau bahkan belum mencoba, Uchiha!"

"Aku sudah. Kau tahu? Dan tak berhasil."

"Ck. Sudahlah. Ada Sarada disini. Jangan bicarakan itu." Ucap Ino lalu kembali berjalan. Sarada hanya bisa diam melihat Ino dan Ayahnya bertengkar seperti— seorang kekasih?. Padahal setahunya, tidak ada hubungan yang aneh diantara mereka. Ibu dari teman sekelasnya ini adalah sahabat dari Ibunya, jadi mungkin wajar kalau Ayahnya dekat dengannya? Pikir Sarada.

"Kau duluan yang memulai, Yamanaka."

"Terserah, Uchiha. Kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya." Tanpa terasa, mereka sudah berada didepan rumah Uchiha yang baru. Saat Ino akan mengetuk pintu, Ino baru sadar kalau Sasuke sudah tak ada disebelahnya. Ia menghela nafas kesal. Lalu kembali menjalankan niatnya tadi yang tertunda.

Ino menghentikan langkahnya dan berjongkok sedikit sembari melepaskan tangannya dari anak sahabatnya itu."Baiklah, Sarada-chan. Sudah sampai! Nanti jangan lupa katakan apapun yang mengganggumu itu ke Ayahmu, ya? Baiklah. Bibi pergi du—" belum sempat Ino menyelesaikan ucapannya, Sarada sudah ditarik oleh Sakura untuk masuk kedalam rumahnya. Lalu wanita itu kembali kehadapan Ino dan menamparnya dengan keras, menimbulkan sebuah rona merah diarea pipi wanita yang hingga sekarang masih menyandang marga Hatake itu.

"Jangan ganggu rumah tangga orang lain, Hatake." Setelah mengatakan itu, Sakura langsung memasuki rumahnya sambil membanting pintu.

"Lihat kan? Aku benar benar dihajar oleh istrimu, Uchiha." Ucap Ino sambil mengelus pipinya yang memerah. Lalu langsung beranjak dari sana untuk kembali kerumahnya.

Tangan kanan Ino perlahan bergerak dari pipinya kearah poninya yang selalu menutupi sebagian dari wajah cantiknya tersebut, ia tersenyum masam. Detik kemudian, tangannya sudah bergerak menyelipkan poninya tersebut kedaun telinganya, yang sukses memperlihatkan seluruh wajah ayunya tersebut.

"Aku tak pernah mengerti dirimu, Ino." seru seseorang yang tengah bersandar disebuah pohon yang berada tak jauh dari posisi Ino sekarang. Ino tahu siapa si empunya suara itu. Ino jelas tahu. Tetapi yang ia lakukan adalah membiarkan dirinya terus berjalan dan tak menghiraukan orang tersebut, walaupun ia tahu, orang tersebut tak suka di acuhkan olehnya.

Langkah kaki terdengar mengikutinya. Pelan, tapi pasti. Ino tahu betul, dan ini membuat perasaannya campur aduk. Ia menanggahkan kepalanya, menatap awan dan memberhentikan langkahnya mendadak.

"Kau tahu, Yamanaka? Aku benar benar tak menyukaimu."

Kalimat itu mendadak terngiang di kepalanya, dan membuatnya pusing. Dengan sigap, orang tadi langsung menangkap badannya yang mendadak lemas dan memapahnya menduduki bangku yang berada tak jauh dari mereka.

Ino masih membungkam mulutnya. Ia larut dalam fikirannya sendiri. Ia larut dalam kenangan pahitnya.

Ino selalu ingat bagaimana dirinya menatap pujaan hatinya itu dari jauh, bagaimana perasaan senangnya saat dirinya dapat melihat pujaan hatinya itu dari dekat tanpa perlu malu malu lagi. Ingatan tentang wajah dingin cinta pertamanya itu, masih tertata rapih di ingatannya.

Ini tidak benar. Seharusnya, kisah cintanya tidak semenyedihkan ini. Kalaupun ia tak bisa memiliki cinta pertamanya itu, yasudah, biarkan dirinya yang terus mencinta dalam diam. Cinta.. tak harus memiliki kan?

Tapi apa ini?

Mengapa kenyataan sepahit ini?

"Pulang, Sasuke." Ino akhirnya membuka suara. Sasuke—orang itu— terdiam. Menunggu maksud dari perkataan wanita dihadapannya ini.

"Kau tahu, Sakura adalah sahabatku. Kaupun demikian sekarang. Aku mohon, Pulanglah. Ia mencintaimu."

Ino selalu membenci dirinya yang lemah dihadapan Sasuke.

Dan ini adalah fakta. Fakta yang selalu melukai harga dirinya.

Dan Uchiha terakhir itu juga demi kian, penolakan dari wanita yang dicintainya tersebut, melukai hatinya. Terus menerus.

"Tidakkah, kau mencintaiku juga, Yamanaka?"

Ino mengangguk. "Dulu." jawabnya singkat. Ino langsung bangkit dari duduknya, dan menatap Sasuke dengan lembut. "Kau tahu siapa yang kucinta setelah penolakanmu beberapa tahun silam itu, Uchiha. Berbahagialah."

Ino, benar benar memilih pergi dari kehidupan Uchiha Sasuke.

To be continued


Haloooo, minna-san! Semoga part ini ga terlalu mengecewakan ya. Mohon maaf juga bahasanya acak acakan seperti biasa. Tapi kedepannya akan aku coba buat lebih baik lagi. Mohon bimbingannya!

Dan seperti biasa, buat yang sudah berbaik hati meninggalkan review review yang bikin Lily semangat lanjutin cerita ini, makasih banyaak! Jangan lupa review lagi ya~ *wink*

Buat yang udah fav and follow juga makasih banyaaaak! Yang pasti, untuk semua yang suka ff ini, aku sayang kaliaan! Xx

Lily masih belajar, sekali lagi mohon bimbingannya ya, semuanya.

Dan special thanks to Sukie 'Suu' Foxie! Seneng banget aku baca reviewnya huhuhu sampai terharu. T u T review dari kalian semua juga super super super membuat Lily mau nangis bahagia. T w T

Yosh, Lily pamit for now. See you di next chapter! Jangan bosen bosen ya baca cerita ini hehehehe.