Disclaimer : I do not own Naruto.

Warning : OOC. semi-M di beberapa bagian.

Malam itu Desa Konoha sedang mengadakan acara kecil kecilan untun penyambutan kembalinya Uchiha Sasuke ke desa mereka. walaupun hanya di hadiri oleh team 10, team 7, team 8, Gaara berserta saudaranya dan team Guy, acara itu masih bisa dibilang cukup meriah.

Ino memandangi pemandangan didepannya itu dengan senyum di bibirnya. rasanya indah. bahagia, tentram.

senang bisa melihat teman temannya kumpul seperti ini.

ditambah, ada lelaki itu. Ino selalu ingin melihat moment ini dengan mata kepalanya sendiri. melihat senyum Sasuke saat bersama sahabatnya, melihat keberadaan Sasuke disekitarnya. rasanya bagaikan mimpi dan Ino tak ingin bangun dari mimpi itu sampai kapanpun.

tanpa sengaja, matanya menangkap gelagat aneh dari sahabat-rivalnya yang berdiri tak jauh darinya itu. tak mau ambil pusing, Ino kembali menatap sekelilingnya. Tenten dan Temari yang sedang sibuk bercengrama hangat, Hinata yang duduk diam menyantap makannannya ditemani Kiba dan Chouji. sementara Naruto terlihat sedang tertawa sedangkan Neji, Gaara dan Sasuke terlihat bergidik kesal. lalu ia menatap Shikamaru yang berada di sampingnya tengah memandang malas dirinya, membuat Ino tersenyum lembut.

"kenapa tidak bergabung dengan yang lainnya, eh, Tuan Nara?" tanya Ino diakhiri nada mengejek tak lupa senyum mengejek andalannya.

"Temari sedang sibuk. kau lihat sendiri, Ino." jawabnya malas.

Ino berdecak kesal. "Tidakkah kau terlalu jahat kepadaku, Shika?"

"troublesome, Ino. jangan sekarang. aku benar benar tidak mood untuk meladeni kekonyolanmu itu."

Ino membuang wajahnya kesamping, "Yare yare. benar benar tidak asik huh?" tiba tiba matanya menangkap sesuatu. "Hei— Shika." seru Ino tanpa memalingkan wajahnya.

"apa?"

merasa tak ada jawaban dari sipemanggil, Shikamaru memutuskan untuk melihat kemana gadis itu memandang, dan dia dikagetkan dengan apa yang dilihatnya.

"apa yang akan si bodoh itu lakukan, Eh? Shika?"

"mana ku tahu, Ino." jawab Shikamaru malas.

merasa kesal karena jawaban dari sahabatnya itu, Ino memilih memalingkan muka dan memandangi Sasuke lagi. Ia ingin memandangi wajah cinta pertamanya itu. hanya untuk hari ini. untuk terakhir kalinya sebelum ia merelakan lelaki itu dengan sahabatnya.

"Ino, aku titip minumanku. jangan sampai yang lain meminumnya, Okay?" seruan Sakura mengagetkan Ino. dan ditanggali anggukan patah patah dari si empunya nama. lalu matanya mengikuti kemana gadis berambut Pink itu pergi.

"Memberikan minum itu ke Sasuke, Eh? apa yang forehead ingin lakukan?" gumam Ino. seketika tubuhnya menegang saat sesuatu terbesit di otakknya.

"Aah– tidak mungkin kan? tidak mungkin Sakura mau melakukan hal selicik itu... kan?"

Tanpa fikir panjang, Ino langsung menatap Shikamaru dengan pandangan memohon sambil memegang kedua tangan lelaki itu erat.

"Shika, kalau ada sesuatu yang aneh terjadi padaku setelah ini, pastikan kau membawaku pulang saat itu juga, Okay? dan jangan berikan aku kepada siapapun."

Shikamaru hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"apa yang mau kau lakukan— Ino—" belum selesai Shikamaru menyelesaikan kalimatnya Ino sudah lebih dulu meminum minuman yang dibawa oleh Sakura tadi. dari kejauhan Sakura terlihat panik saat matanya menangkap Ino sedang meminum minumannya padahal sudah ia peringatkan.

"Loh? ini bukan minumanku—" seru Ino dengan nada kagetnya—lebih tepatnya, pura pura kagetnya—.

"Forehead, gomen! aku salah minum." seru Ino senatural mungkin. tak lama kemudian, tubuhnya terasa aneh. ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya. menyadari gelagat aneh Ino, Shikamaru langsung memapah Ino dan berpamitan keseluruh tamu yang ada dan pergi dari sana sesegera mungkin.

"Shika, ada yang salah– tubuhku–" gumam Ino sambil memeluk dirinya sendiri.

"perlu ku gendong?"

"Shika, peluk aku."

"tidak, cium aku saja."

Shikamaru langsung menggendong Ino dan melompati bangunan bangunan agar sesegera mungkin sampai di kediaman gadis itu dan terbebas dari godaan gila gadis bermata biru itu.

"Ino, jangan menggodaku."

Ino meringis. "makanya Shika, sudah ku katakan berkali kali bukan? kalo aku ini tidak keberatan mempunyai anak dari mu, kau tahu? memperbaiki keturunan? ya walaupun aku sudah cukup pintar. tapi— anakku harus menjadi jenius agar bisa mengalahkan anakknya forehead nantinya!"

"Troublesome, Ino. nikahi saja Uchiha kalau begitu."

Ino memanyunkan bibirnya, "lebih baik aku menikahi Kazekage!"

"pilihan yang tepat. anak kita akan menjadi saudara nantinya."

Ino langsung berteriak frustasi. "NOOO! Padahal sempat terbesit olehku, kalau anakku tak bisa, berarti cucu-ku yang akan menikahi anakmu. tetapi kalau mereka sepupuan– ah sial. kau berhasil meruntuhkan hayalan sempurnaku ini Tuan Nara!"

"teruslah berhayal, Nyonya Sabaku."

"HEI. Aku itu Nyonya Nara!"

Shikamaru tidak menanggapi, lalu menurunkan Ino saat sampai didepan rumahnya "Yah, Nyonya Sabaku, anda sudah sampai di rumah anda."

Ino menahan tangan Shikamaru saat pemuda itu beranjak dari tempatnya. "jangan pergi..."

Ino menatap Shikamaru penuh harap.

"...anak dulu"

dan seketika Shikamaru menyesal telah mendengarkan. ia melepas gengaman tangan Ino di tangannya dan mendorong tubuh gadis itu ke kamar mandi.

"sadar lah, Troublesome. berhenti mengodaku. atau kau akan benar benar berakhir menjadi Nyonya Nara." seru Shikamaru sambil menyiram tubuh Ino dengan air dingin.

"aku tahu itu dingin, tapi apa tubuhmu merasa lebih baik?" tanya Shikamaru dan ditanggapi anggukan singkat dari gadis berrambut panjang itu.

"lebih baik. terima kasih, Shika."

"aku akan pulang mengambil beberapa barang, kau tak apa disini sendiri?" tanya Shikamaru memastikan sambil mengusap rambut Ino yang basah menggunakan handuk.

"tentu. aku ini kunoichi Shika. jangan meremehkanku!"

Shikamaru mengedus sebal. "Troublesome, Ino. baiklah. istirahat okay? aku pergi dulu."

Setelah kepergian Shikamaru, kamar Ino terasa sepi. perasaan mencekik tiba tiba datang membuat Ino yang tak siap langsung memeluk dirinya kuat.

"aku baik baik saja.. baik baik saja."

tok tok tok.

suara pintu yang diketuk memaksa kesadaran Ino kembali ke permukaan, menyadarkannya dari lamunannya. perlahan ia bangkit dari posisinya dan berjalan kearah pintu.

"ku fikir kau membawa kunci, Shik—" ucapan Ino terputus saat mata aquamarinenya menangkap sosok lelaki yang dulu ia idam idamkan itu.

Ino menatap sesosok lelaki dipintu rumahnya dengan pandangan bingung. "mengapa kau disini, Uchiha-san?"

Lelaki itu, Sasuke, mendecis pelan. "sejak kapan kau memanggilku Uchiha, Yamanaka?" seru Sasuke sambil melangkahkan kakinya memasuki kediaman Ino. seketika Ino dibuat bingung oleh lelaki yang menjadi cinta pertamanya—cinta monyetnya lebih tepatnya—itu.

Ino tau dulu dia memang memanggilnya Sasuke-kun, tetapi semua telah berubah, bukan? ia bukanlah gadis berisik yang hanya mementingkan penampilannya dan terfokus pada pemuda itu saja. ia sudah dewasa sekarang.

"Uchiha-san, apa yang mau kau laku—" ucapan Ino terhenti karena pergerakan Sasuke yang tiba tjba menciumnya. Tanpa sadar, ia sudah larut dalam perlakuan tak sadar lelaki itu.

+SECRET+

Shikamaru menatap pemandangan dihadapannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Marah, Jijik, Malas, Kesal, semuanya menjadi satu. Saat dia berbalik ingin pergi kedapur membuat sarapan untuk Ino, tiba tiba Ino sudah terbangun dari tidurnya.

"Shika..?" panggil Ino saat melihat lelaki berambut nanas itu berada di kamarnya, tetapi saat tak sengaja ia melihat kearah kasur disampingnya, mata aquamarinenya langsung terbelalak sempurna karena melihat Sasuke sedang tertidur pulas tanpa menggunakan sehelai benangpun.

"apa.. yang terjadi disini, Shika?"

Shikamaru menatap Ino dengan pandangan malasnya, "Troublesome, Ino. Yang melakukannya kan kau, kenapa bertanya kepadaku?"

"Shika... Aku harus bagaimana? Bagaimana kalau aku hamil?" tanya Ino sambil menatap Shikamaru dengan pandangan takutnya.

"minta saja tanggung jawabnya, Bodoh. Mengapa serepot itu?"

Ino langsung melempar bantal yanh berada paling dekat dengannya kearah Shikamaru. "Fikirkan bagaimana Forehead nantinya, Shika! sudah ku katakan bukan? aku tak ingin bersaing lagi dengannya. dan dari pada menikahi Uchiha, lebih baik aku menikahi Kazekage saja! Aah, aku bisa gila, Shika. bagaimana kalau dia ingat? mau ditaruh dimana mukaku?"

"segel saja ingatannya."

Ino berfikir sebentar, "kau benar." lalu ia langsung menyegel ingatan Sasuke tentang kejadian itu dengan jurus yang sempat ia pelajari dulu.

setelah urusannya selesai, ia langsung menatap Shikamaru lagi. "Shika, ini lagi masa suburku. aku benar benar takut."

"kalau kau sampai hamil, kau tak bisa menikahi Kazekage, Ino. Akan aneh jadinya kalau anak Kazekage nanti memiliki Sharingan." pernyataan Shikamaru sukses membuat Ino mematung ditempatnya lalu meringis.

"aku harus bagaimana, Shika? Uchiha hanya tinggal dia seorang.."

"tidak mungkin kan aku bilang aku memiliki anak dari Itachi-san, jelas jelas dia sudah lama dibunuh oleh Sasuke. masa iya aku di hamili oleh edo tensei?"

Shikamaru tertawa hambar, "kau sedang berusaha melucu, Ino?"

"Urusai!"

"Aku tau seseorang yang mungkin bisa membantu. tapi sebelum itu, ayo kembalikan Uchiha ini kerumahnya." putus Shikamaru tegas. Ino dengan patuh mengikuti Shikamaru tanpa berani membantahnya sedikitpun.

+SECRET+

Shikamaru menatap Ino dengan pandangan malas. sejak kapan sahabatnya itu menjadi sediam ini?

"Kau baik baik saja, Ino?"

Ino langsung tersadar dari lamunannya, "Ah- ya. tentu."

Shikamaru mengalihkan pandangannya kearah rumah dihapadannya lalu melirik lagi Ino walaupun sekilas, "kau siap?"

Ino memantapkan hatinya. "Ya, tentu saja."

sebelum tangan Shikamaru berhasil mengetuk pintu rumah tersebut, sang empunya rumah telah lebih dulu membuka pintu rumahnya. menampikan seorang pria dewasa berambut perak yang mencuat keatas.

"ternyata memang benar kalian ya, ku fikir siapa yang iseng pagi pagi seperti ini kemari. ayo masuk." seru pria tersebut sambil memiringkan badannya mempersilahkan mereka masuk.

Ino dan Shikamaru langsung melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut dan duduk di ruang tamu. tak lama, pria tersebut ikut bergabung dengan mereka.

"jadi, ada apa?"

Ino masih terdiam. merasa Ino tak unjung menjawab, Shikamaru akhirnya membuka suara.

"kami butuh bantuan, Kakashi-sensei." seru Shikamaru pelan, perlahan menatap Ino yang menundukkan kepalanya sambil menggenggam tangannya erat.

"apa yang kalian butuhkan dariku? kalian tak berbuat sesuatu yang aneh aneh kan?"

"bukan kalian, tapi Ino, Sensei." Kakashi terkejut mendengar balasan dari lelaki berambut nanas itu.

"bisa jelaskan?"

Ino mengangkat kepalanya dan menatap Shikamaru dengan pandangan memohon bantuan, ia tak sanggup mengeluarkan suaranya.

"Ino tadi malam meminum sesuatu yang membuat tubuhnya jadi aneh, mungkin Sakura ingin membuat Uchiha dan dia—"

"tunggu, Sakura? Sasuke? apa maksutnya ini, Shikamaru?" potong Kakashi bingung

Shikamaru mendesah pelan. "dengarkan dulu makanya, Sensei."

Shikamaru langsung menjelaskan kejadian seperti yang ia ketahui dengan singkat dan jelas. Sesekali Kakashi menganggukan kepalanya pertanda mengerti, ia benar benar mendengarkan dengan seksama sambil mencoba menangkap inti dari pembicaraan itu, "jadi maksutmu.."

"Sensei, bisakah Sensei menikahi ku? setidaknya sampai anakku lahir, lebih baik lagi kalau aku tidak hamil sih. tapi aku takut, Sensei." seru Ino sambil menunduk. tak berani menatap Sensei dari sahabatnya itu.

"kenapa tidak meminta Sasuke, Ino?"

perlahan air mata yang Ino tahan keluar membasahi wajahnya, "aku— aku tidak mau mengambil Sasuke-kun dari Forehead. Forehead sangat mencintainya, Sensei. aku tak mau bermusuhan dengannya lagi"

"tidakkah kau mencintainya juga, Ino?"

"aku sudah mengubur perasaan itu lama, Sensei. aku lebih menyayangi Forehead dibanding Sasuke-kun. aku..."

"kenapa tidak gugurkan saja bayi itu, Ino?"

badan Ino kaku seketika. Kakashi-sensei benar. tapi ia tak mungkin tega membunuh anaknya sendiri. "mana mungkin aku tega membunuh anakku sendiri, Sensei!"

"bagaimana kalau tadi malam kau hamil anak Shikamaru, Ino?"

Shikamaru mendecis sebal, "mungkin dia akan bahagia lahir batin, Sensei."

Ino tertawa kecil, "kau benar, mungkin lebih baik itu kau. yah, walaupun harus kena demprat Temari-neechan? setidaknya aku punya anak cerdas yang aku idam idamkan."

Kakashi tersenyum sekilas, "Uchiha itu pintar loh, Ino? kau tidak senang?"

Ino bergidik ngeri, "Lebih baik aku menikahi Kazekage, Sensei! dari pada harus menikahi Sasuke-kun!"

"Gaara? lalu kenapa tidak?"

Ino memanyunkan bibinya kesal, "tidakkah kau mengerti, Sensei? kalau anakku itu Uchiha dia akan mempunyai sharingan, bagaimana menurutmu?"

Kakashi paham sekarang. lalu mengangguk pertanda mengiyakan. "baiklah, sampai anakmu lahir, Ino?"

"Ya, Sensei. tapi sensei tidak boleh menyentuhku, loh! nanti kalau aku jadi bingung aku punya anak dari siapa bagaimana?"

"Ya. lakukan sesukamu. akan ku urus semuanya nanti."

Ino tersenyum lembut, "terima kasih, Sensei!"

Kakashi menatap Ino, "Kakashi, Ino. jangan panggil aku sensei. kau itu calon istriku, ingat?"

Ino langsung mengubah senyumnya menjadi senyum canggung, "Ya.. Kakashi-san"

hello! salam kenal, minna-san. aku baru disini. semoga tulisanku bisa menghibur. aku sebenenya ga terlalu bisa nulis begini tapi khayalanku butuh tempat untuk di salurkan... jadinya... begini hasilnya. hahaha

sekali lagi, semoga kalian suka! jangan lupa tinggalin jejak ya~ thank you!

oh iya! mari berteman!