DISCLAIMER: Naruto © Masashi Kishimoto.

RATE: M Konflik

WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG(?) ^_^. *WINK*

Sumarry : Mereka dipertemukan dan disatukan dalam kisah klasik remaja. Tentang persahabatan, cinta dan pengkhianatan. Menjadi pencampuran yang kusut dari berbagai hal kerumitan dan dikelilingi oleh berbagai sekandal. Siapa yang akhirnya mampuh membangun kebahagian disisa kesakitan? GaaIno/SasuIno. X'D

"Complications"

Mobil Aston Martin yang dikendarai oleh salah satu murid Konoha Gakuen tersebut terlihat memasuki halaman sekolah terelit di Tokyo. Dengan bangunan yang menjulang bak kastil, membuat siswa bebas membawa kendaraan pribadi, karena memang memiliki halaman parking yang luas.

Pemuda berambut merah maroon itu turun dari dalam mobil mewahnya dengan penampilan yang jauh dikatakan rapi, setelah memarkirkan mobil miliknya. Seragam putih yang di balut blazer biru tua itu terlihat tidak masuk kedalam celana seragam yang berwarna sama dengan blazer dan dasinya.

Langkahnya terhenti kala mata turquoise menangkap mobil Lamborghini merah, baru saja memasuki halaman yang sama dengan yang beberapa saat lalu ia masuki. Sabaku Gaara tau siapa pemilik mobil mentereng itu. Uchiha Sasuke, murid paling berpengaruh di Konoha Gakuen, sekaligus pemudah yang menjadi temannya, sejak ia menjadi murid baru satu minggu yang lalu. Pemuda tampan itu tersenyum tipis kala ia memiliki teman yang berpengaruh di sekolah barunya, dan melihat Sasuke turun dari mobil.

Tak selang beberapa lama, mobil yang juga tergolong mewah memasuki halaman Konoha Gakuen dibelakang mobil Lamborghini yang di kendarai Uchiha Sasuke, Namikaze Naruto pemilik mobil tersebut, juga teman barunya dan menjadi sahabat Sasuke sejak mereka memasuki taman kanak-kanak. Gaara memutuskan untuk menunggu kedua teman barunya. Namun Sasuke yang tetap bersandar pada mobil mewahnya setelah keluar membuat ia harus berbalik menghampiri pemuda bermodel rambut raven tersebut dan diikuti oleh pemuda Namikaze yang juga menghampiri sang sahabat.

"Ada apa Teme?" Pertanyaan Naruto tak membuat pria ber iris onyx itu mengalihkan tatapannya dari ponsel pintarnya.

Tidak mendapat jawaban membuat Naruto mendengus sebal, namun wajah tampannya kembali tersenyum ceria kala melihat mobil yang sangat ia kenal memasuki gerbang dan memarkirkannya tak jauh dari tempat mereka berdiri. Haruno Sakura, salah satu gadis yang menjadi primadona Konoha Gakuen turun dari pintu sisi kemudi dan diikuti oleh gadis berperawakan seperti boneka, Gaara baru melihatnya hari ini, selama seminggu ia berada di sekolah barunya. Siapa gadis itu?

Kedua gadis yang menjadi incaran diseluruh Konoha Gakuen tersebut melangkahkan kaki jenjangnya ke ruangan yang menjadi kelas pertama mereka.

Disisi lain sebuah mobil yang tak kalah mentereng berhenti di depan gerbang besar Konoha Gakuen. Seorang gadis mungil turun dari Limosin. Penampilannya jauh dari kedua gadis yang sesaat lalu juga baru turun dari mobil. Dengan seragam cukup rapi dan rok panjang selutut, rambut indigo panjangnya tergerai lurus, menandakan kalau dia adalah gadis anggun

"Siapa dia?"

"Hyuga Hinata." Jawaba Sasuke cepat.

Gaara melirik kesumber suara ia dapat melihat Sasuke menyeringai dengan tatapan mata mengarah ke gadis yang berjalan pelan dengan buku tebal di pelukannya.

"Satu-satunya murid di Konoha yang masih perawan." Tambah Sasuke. Dan mata hitamnya menatap Gaara sekilas kemudian melangkah meninggalkan pria yang berdiri tak paham dengan maksud yang ia berikan, masih berdiri ditempat parking dengan satu temannya, Naruto.

"Dia nerd." Jelas Naruto yang masih berdiri disamping Gaara. Untuk memnyimpulkan penilaian Sasuke pada gadis Hyuga. Dan juga untuk membantu Gaara menyimpulkan maksud dari Sasuke.

Bukan, bukan gadis yang beberapa kali sekelas dengannya itu yang menyita perhatiannya. Ia sudah tau tentang gadis Hyuga itu, karena beberapa hari dalam seminggu ini, Gaara selalu mendapat kelas yang sama dengannya. Tapi gadis yang kini tengah mendapat perhatian dari Sasuke. Dari posisinya berdiri ia masih dapat mendengar Uchiha Sasuke memangil cukup mesra gadis pirang yang kini tangannya telah digenggam oleh sang Uchiha.

Dari situ ia dapat berkesimpulan bahwa gadis yang baru ia lihat sejak seminggu yang lalu ia pindah itu adalah milik Sasuke. Pria tampan itu hanya mengidikan bahu kemudian berjalan kearah kelas pertamanya hari ini.

~Complications~

Itu adalah pertama kalinya ia mengetahui tentang gadis bernama lengkap Yamanaka Ino, anak dari seorang pemilik toko bunga. Sulit dipercaya gadis biasa sepertinya bisa berdiri sejajar dengan mereka, kalangan anak penguasa dan tentu memiliki banyak uang untuk menyekolahkan anaknya disekolah yang memang mengutamakan uang seperti Konoha Gakuen ini.

Tapi Yamanaka Ino sungguh jauh dari kata gadis yang masuk lewat progam beasiswa, meski ia tergolong murid yang selalu masuk tiga besar. Bahkan Gaara sempat berpikir mungkin ia adalah gadis yang bisa melakukan apa saja untuk dapat berdiri sejajar dengannya, termasuk menjual dirinya kepada Sasuke, seperti wanita-wanita yang hampir setiap malam menemani pemuda itu tidur. Memang tidak ada yang mampuh menolak pesona seorang Uchiha Sasuke, tampan dan kaya raya.

Dan itu pun berlaku juga untuk Yamanaka Ino. Apa lagi gadis itu menyandang status sebagai kekasih dari Uchiha.

Kertertarikan Gaara akan Ino ia tekan karena status itu, tapi dalam hati kecilnya mengatakan akan lebih mudah mendapatkan gadis seperti Yamanaka Ino kalau memang uang yang menjadi standartnya.

Namun semakin lama Gaara masuk dalam lingkaran orang-orang seperti Sasuke, yang hampir setiap malam tidur dengan wanita yang berbeda bahkan tidak cukup satu atau dua wanita semalam ia berpikir kehidupan itu mengerikan. Meski ia besar di negara yang mengangap sex bebas itu wajar dan dirinya juga bukan pemuda suci, namun ia tidak pernah membeli wanita untuk tidur dengannya seperti teman-teman barunya ini atau melakukan pesta sex, minuman keras dan apa itu yang dinamakan obat-obatan yang mampuh membuat mereka melupakan bumi untuk sejenak yang hampir setiap malam.

Meski ia juga pernah tidur dengan beberapa wanita berbeda namun wanita-wanita itu adalah orang yang berstatus sebagai kekasihnya. Bukan wanita yang kebayakan orang disebut wanita penghibur itu atau mungkin wanita jalang. Karena tidur dengan wanita yang tidak ia kenal itu tidak pernah ada dalam pikirannya. Ia perlu menjadikan seorang gadis sebagai teman kencannya terlebih dahulu sebelum menidurinya, urusan setelah itu bisa ia pikirkan nanti. Entah mempertahankan kekasihnya itu atau mencampakannya seperti yang sudah-sudah.

Mungkin wanita-wanita itu juga membutuhkan uang kerena itu memang pekerjaannya. Hidup di kota besar pasti membutuhkan banyak biaya untu bertahan hidup. Tapi beberapa kali Gaara juga melihat salah satu gadis dari Konoha Gakuen. Yang ini tentu bukan karena uang, karena gadis modis yang ada di sekolahnya itu sudah cukup dengan menghabiskan uang orang tuannya, jadi tidak perlu sampai memjual diri. Itu setaunya.

Namun yang membuat ia tidak mengerti dengan gadis-gadis di sekolahnya itu adalah, bukankah pria yang mengencaninya diranjang itu adalah milik teman sekolah mereka? bahkan Gaara juga tak melihat ada permusuhan dari gadis-gadis pesolek dengan sang Yamanaka. Tidak secara terang-terangan. Jadi kenapa mereka mau berkencan dengan Sasuke? Alasannya jelas karena semua gadis Konoha Gakuen tak bisa menolak pesona sang Uchiha.

Kemana Yamanaka Ino disaat kekasihnya ini berulah? Apa gadis itu siap menutup mata dan menerima segala kelakuan Sasuke demi berdiri diantara mereka? konyol.

Tapi saat ini bukan sekedar pesta yang dilakukan oleh mereka yang hampir setiap malam, saat ini adalah libur akhir pekan dan seharusnya Sasuke membawa Ino untuk ikut, seperti Naruto yang mengajak Sakura dan dirinya yang sekarang bersama Hyuga Hinata. Bukan malah membawa wanita lain. bukannya Gaara peduli, namun sungguh selama enam bulan ia bersekolah dan bersama mereka hal ini yang paling ia pertanyakan. Drama apa yang mereka lakoni?

Dan mungkin ada yang bertanya kenapa ia membawa gadis Hyuga? Itu karena gadis itu adalah kekasihnya sekarang. Tiga bulan yang lalu, Uchiha Sasuke membuat taruhan dengannya.

'Aku memiliki tantangan untukmu, bagaimana kau tertarik?'

Gaara masih diam, tidak menanggapi dan tentu masih menunggu kelanjutan dari kalimat yang akan di ucapkan oleh sahabatnya.

'Taklukkan Hyuga Hinata dan kau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan.' Pungkas Sasuke.

Gaara masih diam. Dalam pikirannya apa Sasuke kini sedang menantangnya atau meremehkannya atau bahkan sedang mengajak bercanda dirinya? Hee... Sabaku Gaara bukan seorang yang bisa diremehkan, jangankan menaklukan Hyuga Hinata, bahkan Yamanaka Ino pun ia siap bersaing dengan Uchiha Sasuke. Dan apa tadi hadiah yang disiapkan oleh Sasuke bila ia menang? Apapun akan ia berikan bukan? Tanpa terkecuali yang paling diinginkan olehnya saat ini.

Gaara pun membalas seringai Sasuke dengan seringai miliknya. 'Apapun?' ia memastikan.

'Apapun.' Sasuke meyakinkan. Dan kesepakatan diantara merekapun dibuat.

Meski terdengan sadis, menyetujui tawaran untuk mendekati seseorang hanya untuk mendapatkan kegadisannya tapi Gaara akan membuat Sasuke menyesal karena telah menawarkannya hal ini, yang memang sangat mudah dilakukan olehnya. Ingat Gaara memang bukan pemuda baik dan dia tumbuh menjadi pemuda dengan sejuta pesonanya, sebelumnya tidak ada yang bisa menolaknya.

Dan sejak satu bulan kesepakatan yang mereka buat, Gaara bisa dengan mudah membuat Hinata menjadi kekasihnya dan membuat gadis pendiam itu berbaur dengan kalangannya, seperti dua gadis primadona sekolah, Ino dan Sakura.

Ia berpikir Ino dan Sakura tidak akan mau berteman dengan Hinata, karena gadis itu dianggap cupu, culun dan kutu buku. Tapi Gaara salah, Hinata diterima dengan baik oleh Yamanaka Ino dan komentar Sakura saat itu juga membuat Gaara semakin penasaran, gadis seperti apa Yamanaka itu?

'Karena pada dasarnya Ino itu baik.' Komentar Sakura lirih saat Gaara membawa Hinata pada mereka dan mengenalkannya sebagai kekasihnya. Sakura memang sempat mecemooh atas tindakan Gaara yang menjadikan gadis Hyuga sebagai kekasihnya tapi tanggapan positif Ino sahabatnya mau tak mau ia harus menerimanya juga. Toh ia cukup tau pria seperti apa Gaara itu, tidak lebih baik dari Sasuke ataupun Naruto kekasihnya. Cepat atau lambat Hyuga Hinata akan dibuangnya.

Dan seiring berjalannya waktu, Gaara semakin tau orang-orang seperti apa yang ada disekelilingnya, terutama di Konoha Gakuen. Semua adalah orang yang mengandalkan kekayaan orang tuanya, tak beda dengan dirinya dengan prestasi nol.

Haruno Sakura, adalah putri dari seorang dokter spesialis tulang jadi tidak heran dengan tingkah sombongnya dan mobil yang selalu gonta ganti. Dan yang bersanding dengannya Namikaze Naruto putra dari wali kota Konoha. Gaara-pun sangat tau seberapa cintanya Naruto pada gadis itu.

Bahkahan Hyuga Hinata dengan penampilan nerd-nya adalah putri dari pengusahan sukses di Jepang. Jadi tak heran juga kalau dia selalu di antar jemput Limosin dengan supir pribadinya.

Dan jangan lupakan sipengendali semua orang bahkan ativitas di Konoha Gakuen, Uchiha Sasuke si pemeran utama disekolah itu, siapa yang tidak mengenal keluarga Uchiha dengan segala kekuasaannya. Lalu kekasihnya, Yamanaka Ino? Ia hanya seorang gadis biasa, orang tuanya memiliki toko bunga dan cukup sederhana. Seorang gadis biasa, dengan segala pesona kecantikan yang dimikiki. Tak perlu melakukan perawatan mahal atau sampai operasi plastik untuk memiliki wajah yang siap menaklukkan siapapun yang melihatnya. Termasuk dirinya.

Dan semakin Gaara mengenal gadis itu, ia salah dengan penilaian awalnya. Dulu Gaara berpikir Ino adalah gadis yang siap melakukan apapun untuk berdiri setara di Konoha Gakuen, tapi sekarang dimatanya, Ino adalah gadis berhati malaikat dengan segala prestasinya. Dia memang tidak mengambil jalur beasiswa meski ia peraih juara umum.

Gadis yang mencintai Sasuke dengan tulus, tanpa memandang siapa Uchiha Sasuke itu dan juga gadis yang selalu dikhianati oleh si Uchiha tanpa ia sadari. Kadang Gaara benar-benar ingin merebut gadis itu dari Sasuke tapi saat ia melihat senyum bahagia Ino saat disamping pemuda itu membuat Gaara mundur secara teratur.

Dan ucapan Sakura yang mengatakan bahwa Ino adalah gadis baik dibenarkan oleh kekasihnya, Hinata.

'Ino-chan itu orang baik, disaat seluruh sekolah mengasingkanku, seolah jijik tapi dia tidak pernah sekalipun ikut-ikut. Tapi aku merasa Ino-chan itu tidak pantas untuk Uchiha.'

Gaara hanya tersenyum, dan bertanya. 'kenapa begitu?'

'Karena Sasuke adalah biang kejahatan disekolah ini.'

Ya, ucapan Hinata waktu itu memang ada benarnya, karena sejak ia pindah ke Jepang dan mengenal mereka, Gaara bukan menjadi lebih baik tapi semakin buruk saja.

Jujur ia semakin penasaran apa yang diberika Sasuke pada Ino sehingga gadis itu bisa diam dengan semua tingkah laku kekasihnya atau Ino tidak pernah tau dengan semua yang di lakukan Sasuke? Sulit dipercaya, bahkan gadis pendiam seperti Hinata pun bisa menilai. Tapi Ino seolah ia menjadi yang terbodoh untuk kasus ini.

"Kenapa Sasuke tidak mengajak Ino?" Tanya Gaara pada Sakura dan Naruto.

Kini mereka tengah santai diruangan yang cukup luas dengan beberapa sofa di sebuah vila di pinggiran pantai milik Uchiha. Dengan dikelilingi jendela kaca yang siap menyuguhkan pemandangan pantai kapan saja.

"Dia sibuk membantu orang tuanya menjaga toko bunganya, dia tidak akan mau menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang." Jawab Naruto cuek.

"Dan membiarkan Sasuke bersenang-senang dengan wanita lain?" Cemooh Gaara sarkas.

Sedangkan Naruto hanya angkat bahu.

Saat itulah Gaara menganggap, Ino benar-benar bodoh. Mereka seolah saling mempertahankan, tak mau melepaskan tapi mereka juga saling berulah. Sasuke dengan kebiasaan buruknya dan Ino dengan pikiran positifnya tentang kekasihnya itu.

Sekarang entah apa yang sedang dilakukan oleh Sasuke di dalam kamar dengan seorang wanita, tak perlu menjadi pintar untuk Gaara tau apa yang sedang dilakukan oleh sang sahabat.

Dan sekarang ponsel pintar Sasuke yang tergeletak di meja depannya berdering, pria berambut merah bata itu, melihatnya sekilas, untuk sekedar tau siapa yang menghubungi sahabatnya itu malam-malam begini.

Disana tertera nama sang kekasih, Yamanaka Ino. Hal itu membuat Gaara mengerutkan alis tak terlihatnya. Namun tak mau repot untuk mengangkat dan menjelaskan pada gadis berambut pirang itu.

Deringan yang sudah keempat kalinya itu Gaara abaikan. Salahnya Ino sendiri bukan? kalau dia khawatir terhadap Sasuke seharusnya gadis itu ikut. Tidak malah membiarkan Sasuke bersenang-sedang sendiri.

Ini memang sudah malam, namun entah kenapa matanya masih belum mengantuk, padahal kekasihnya, Hinata sudah tidur sejak tadi. Bahkan Naruto dan Sakura yang beberapa saat lalu menemaninya minumpun sudah pergi untuk tidur.

Suara ponsel yang sama kembali terdengar, sepertinya Ino tidak lelah untuk mencoba menghubungi Sasuke. Melihatnya untuk kesekian kalinya membuat Gaara hanya menghela napas panjang dan kembali meneguk beer yang sejak tadi ia abaikan.

Ingin sekali Gaara mengangkatnya, dan mengatakan pada gadis naif itu, kalau kekasihnya sekarang sedang bercinta dengan wanita lain. Tapi itu tidak ia lakukan, karena ia masih waras untuk mengatakannya. Kenapa? Karena Gaara yakin Ino akan lebih percaya pada Sasuke dari pada dengannya.

Bibir tipisnya menyunggingkan senyum aneh, entah itu terkesan mengejek dirinya. Sudah enam bulan berjalan, saat ia memenangkan taruhannya dengan Sasuke, tapi sampai selama itu ia belum meminta hadiahnya.

Sebenarnya ia binggung, apa yang ia inginkan dari Sasuke? dulu mungkin ia ingin Ino semalam berasamanya itu sudah cukup, mungkin saja Sasuke mau berbagi dengannya, tapi sekarang entah mengatakan dan memintanya pada Sasuke itu terasa sulit.

Mungkin saja memang Gaara, menyukai gadis pirang bermata aqua itu, tapi baginya Sasuke dan Naruto adalah sahabatnya yang paling berharga. Jadi sebisa mungkin ia tidak ingin merusak persahabat mereka.

Apa lagi sekarang ia juga telah memiliki Hinata, meski gadis itu jauh dari kata gadis idamannya tapi Hinata cukup baik untuknya. Dan karena itu Gaara selalu berpikir mungkin dirinya tidak tepat untuk Hinata.

Gaara kembali dari lamunannya, saat suara Sasuke ditankap indra pendengarnya.

"Kau belum tidur?"

Gaara kembali membuka mata jade nya, sang sahabat tengah berdiri didepannya dengan hanya mengenakan jeans dan bertelanjang dada. Kemudian Sasuke mengambil beer yang ada di meja dan langsung menegaknya.

Dari penampilannya itu siapapun bisa menebaknyakan, apa yang baru saja dilakukan pemuda itu?

Matanya tak lepas dari teman berambut mencuatnya. Sebelum ia berkata.

"Dari tadi Ino menghubungimu." Dan ikut menegak beer ditangannya.

Sasuke menatap ponselnya sejenak sebelum mengambilnya, ada sekitar lima panggilan tak terjawab dari kekasihnya. Mata kelamnya menyimpit.

Sebelum ikut mendudukan pantannya pada sofa di depan Gaara dan mulai menelpon sang kekasih.

"Hallo Ino, ada apa?"

Suara dari seberang, membuatnya lega, bahwa kekasihnya itu baik-baik saja. Inonya hanya mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur saja, jadi ia memutuskan untuk menghubunginya. Karena Sasuke sedang berlibur bersama sahabatnya, jadi kekasihnya itu bisa dipastikan oleh Ino belum tidur.

Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar cerocosan dari kekasih pirangnya. "Aku juga tida bisa tidur, apa lagi kalau kau mau ikut dan menemaniku, sudah bisa dipastikan kalau aku akan begadang semalaman." Jawab Sasuke pajang lebar.

Gaara mendengus mengdengarnya.

Ino hanya merespon dengan tertawa halus. Sebelum gadis pirang itu menjawab.

"Maaf, kau tau sendirikan Sasuke-kun, kalau aku harus membantu ibuku."

Ya, Sasuke paham kesibukan sang kekasih di waktu libur akhir pekan. Bukan seperti dirinya yang bebas berlibur seenaknya dengan menghabiskan uang orang tuanya. Kekasihnya itu menghabiskan liburnya dengan membatu orang tuanya untuk menjaga toko bunga. Benar-benar wanita idaman, jadi beruntunglah Sasuke mendapatkan kekasih berhati malaikat sepertinya, padahal dirinya adalah seorang iblis yang berzirah malaikat untuk gadis itu.

"Aku mengerti tuan putri, apa perlu aku menemanimu?" Belum sempat Ino menjawabnya Sasuke sudah menambahkan. "Besok aku akan membantumu, aku akan pulang besok."

Sisa malamnya Sasuke habiskan untuk menemani Ino mengobrol ditelpone, dan dengan ditemani Gaara yang selalu mendengus setiap kali Sasuke mengatakan kalau sahabatnya itu begitu mencintai kekasihnya. Hallo! apa kabarnya wanita yang mungkin sekarang masih menghangatkan ranjang pemuda Uchiha itu?

Tapi ya begitulah Sasuke, sejauh Gaara mengenalnya, pemuda itu memang terlihat begitu mencintai Ino, meski selalu mengkhianati gadis itu dengan sadar.

~Complications~

Pagi menjelang siang, Sasuke sudah rapi dengan setelannya, yang membuat semua mata sahabat-sahabatnya menatap kearahnya. Ditambah dengan kalimatnya.

"Kalian lanjutkan saja liburannya, aku akan kembali ke Konoha."

"Hee? Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan paman dan bibi?" Naruto langsung bertanya.

"Tidak, aku ingin menemui Ino." Jawabnya sedatar mungkin.

Kemudian Naruto hanya ber 'oh' ria.

Gaara sedikit banyak mendengar pembicaraan sahabatnya itu dengan kekasihnya ditelpon tadi malam. Tapi Gaara sekali lagi tidak menyangka bahwa Sasuke benar-benar melakukan apa yang tadi malam ia katakan. Sulit dipercaya. Hanya karena Ino mengatakan tidak bisa tidur dan mungkin karena merindukannya, Sasuke rela datang untuk sekedar menemuinya. Dan meninggalkan libur akhir pekan dengan wanita yang ia sewa kemarin.

Dia memang aktor drama yang tidak bisa diremehkan lagi aktingnya.


Gadis berperawakan bak boneka, dengan rambut pirang pucat yang tergerai indah dan mata sebiru lautan dalam itu, tengah asik menata bunga yang baru saja dipetik oleh ayahnya dari kebun. Tanpa mau repot untuk membersihkan diri dulu. Yamanaka Ino memang selalu bangun pagi tanpa mandi dan dandan terlebih dahulu di waktu liburnya. Karena mandi dan membersihkan diri bisa ia lakukan setelah pekerjaannya selesai.

Tanpa ia khawatir, mungkin saja temannya atau orang yang mengenalnya diluar sana tau keadaanya yang seperti itu. Dia menyandang panggilan primadona sekolah bukan tanpa sebab. Meski dalam balutan gaun tidur dan wajah khas bangun tidur yang menghiasi pagi harinya, gadis tinggi itu masih terlihat mempesona bahkan terkesan cantik natural.

Sampai bunyi 'cring' dari pintu pun tak ia dengar, karena terlalu asik dengan aktifitasnya.

Bibir tipis seorang pemuda yang baru masuk itu menyunggingkan senyum simetris melihatnya.

"Menikmati waktumu nona pirang?"

Sapaan yang cukup datar, namun berhasil membuat mata indah itu menoleh kearahnya. Ino membulatkan mata seketika tau, siapa yang sekarang sedang berdiri diepannya. Yang menyapanya barusan adalah kekasihnya, Uchiha Sasuke.

Yang membuatnya kaget bukan karena kekasihnya itu datang disaat ia dalam keadaanya seperti ini, bukan, tentu saja bukan itu. Karena Ino sudah hapal, selalu setiap minggu pagi atau dihari liburnya kekasihnya itu selalu mengunjunginya. Meski hanya sekedar menyapaanya atau sekedar meminta ijin padanya untuk menghabiskan hari minggu dengan sahabat-sahabatnya.

Karena Ino selalu tidak bisa menemaninya. Bila pria itu sedang tidak berlibur seperti hari ini. Ya Sasuke selalu seperti itu. Tapi kini yang membuatnya kaget adalah bukankah seharusnya kekasihnya itu sekarang sedang ada di Okinawa, menikmati libur akhir pekannya dengan sahabat-sahabatnya di vila milik keluarga Uchiha?

Lalu kenapa sekarang kekasihnya ini berdiri di depannya?

Karena terlalu lama, Ino tak menanggapi saapanya. Mungkin saja gadisnya ini sedang kelewat kaget. Jadi Sasuke memilih berjalan mendekat dan memberika sebuah kecupan singkat di pipi kiri gadis penyuka bunga itu.

"Morning kiss."

"Ehh?" Ino seolah ditarik dari ketidak sadarannya, langsung memegang pipi yang baru dicium oleh Sasuke.

"Ohayou." Sapa Sasuke lagi. Pria itu masih berdiri cukup dekat dengannya.

"Kenapa kau bisa ada disini? Bukankah-?"

"Apa yang tidak bisa aku lakukan, hn?" Potong Sasuke.

Ya, seharusnya Ino tidak lupa, bahwa kecanggihan kekasihnya ini melebihi kantong yang dimiliki Doraemon.

"Baiklah, kalau kau datang kemari untuk meminta ijin padaku, kau boleh menghabiskan liburanmu bersama Naruto dan Gaara. Kau tak perlu meminta ijin lagi kok." Ino sudah kembali menata bunga-bunganya yang beberapa waktu lalu sempat terabaikan karena kedatangan kekasihnya yang tiba-tiba.

Sambil memikirkan seberapa jauhnya jarak Konoha-Okinawa. Dan seberapa cepat Sasuke mengendarai mobilnya untuk sampai kehadapanya sepagi ini?

Mengabaikan cerocosan kekasih pirangnya, Sasuke memilih berjalan mendekati tempat duduk yang lumayan jauh dari Ino menata bunga.

"Ini sudah sangat siang, untuk seorang gadis yang terlalu asik dengan bunganya sampai melupakan mandinya." Ucap Sasuke panjang.

Ino kembali berhenti dari aktifitas dan menatap sang kekasih. Lalu menatap sejenak penampilannya dan tersenyum sebelum mendelengkan kepala berpose seolah berpikir.

"Aku tidak perlu mandi untuk membuat bunga-bunga ini iri padaku."

Seperti biasa tingkat kepercayaan dirinya terlalu tinggi. Karena itu Sasuke tersenyum.

"Cepatlah mandi, dan temani aku makan siang. Aku sudah sangat lapar."

Sasuke adalah pria dengan keiritan bicaranya, tapi itu tidak berlaku bila ia sedang bersama dengan gadis pirangnya.

Ino baru saja akan bicara, ketika ibunya lebih dulu datang dan mengintrupsi mereka.

"Ino mandilah dulu, biar ibu yang menata bunganya." Ucap sang ibu diambang pintu yang menjadi akses untuk masuk ke dalam rumah, namun langsung kaget dengan adanya Sasuke di dalam toko bunganya.

"Lho, ada Sasuke-kun?" Tambahnya kemudian dengan ramah.

Sedangkan Sasuke hanya mengangguk sopan. Setelah membalas sapaan Sasuke, sang ibu langsung menghampiri anak gadisnya dan mengambil alih apapun yang tadi sedang dikerjakan olehnya.

"Ino, ajak Sasuke sarapan didalam." Kini sang ibu menatap ke tempat Sasuke duduk.

"Sasuke, tunggu di dalam saja, sekalian sarapan." Ucapanya pada sang pemuda.

"Ayo Sasuke-kun." Seru Ino dan Sasuke langsung mengikuti setelah mengangguk sekilas pada ibu sang kekasih.

Tak perlu repot untuk bergegas mandi, Ino langsung menuju ruang makan, sekali lagi Sasuke mengikutinya.

Rumah kediaman keluarga Yamanaka memang tidak besar seperti mansion Uchiha, bahkan tidak ada setengah dari bangunan yang menjadi tempat Sasuke tinggal dan dibesarkan itu, namun entah kenapa Sasuke jauh lebih nyaman berada di sini.

Ditambah dengan keberadaan gadis yang kini sedang menyiapkan sarapan menjelang makan siang untuknya. Gadisnya itu segalanya untuk Sasuke. pemuda tampan itu tersenyum.

"Ibuku membuat kari." Ucap Ino, sambil menyerahkan sebuah piring untuk kekasih di depannya.

"Hn." Sasuke segera menerima piringnya. "Kau sudah pantas untuk jadi seorang istri, sayang." Tambahnya.

"Hemm, terimaksih, jadi apa kau akan menjadikanku istri tuan Uchiha?" Canda Ino dengan senyum dibibirnya.

"Tentu." Dengan menyendok nasi dengan kari yang tersaji dipiringnya, Sasuke menjawab Ino.

"Bagaimana?" Kini Ino menunggu respon Sasuke soal makanannya.

"Enak, aku selalu menyukai apapun yang dibuat ibumu."

Ino tersenyum mendengarnya. "Kalau sampai Mikoto-basan mendengarnya, aku yakin dia akan kecewa." Diakhiri dengan kikikan.

"Itu yang tidak aku suka dari wanita, selalu membawa-bawa perasaannya dalam segala hal."

"Karena mereka adalah mahkluk paling peka, dan penyanyang." Tanpa memandang Sasuke yang berada tepat didepannya, Ino berkomentar.

Setelah kalimat Ino, kini mereka tengah menikmati sarapannya dengan diam. Namun berbeda dengan Ino yang tetap fokus dengan makanannya, Sasuke memandang gadis didepannya. Lalu menarik napas pendek, sebelum meneguk air yang ada di gelas tepat berada disamping piringnya.

Ino mendongak, menatap sang kekasih. "Kau sudah selesai?" melihat piring sang kekasih sudah tinggal sedikit.

"Hn."

Ino beranjak dari kursinya. "Kau mau kopi?"

"Tidak usah." Jawab Sasuke.

Mendengarnya Ino memanyunkan bibir merah mudanya.

"Kau bisa menikmati kopi sambil menungguku Sasuke-kun." Ia berisikeras.

Dan Sasuke tau dengan kekeras kepalaan gadisnya, jadi tidak ada pilihan selain mengiyakan.

Tak membutuhkan waktu lama secangkir kopi panas terhidang dihadap Sasuke, setelah itu Ino membersihkan sisa piring makanan mereka. Kemudian ia pergi kelantai dua, dimana kamarnya berada, untuk membersihkan diri.

Menunggu adalah hal yang paling tidak disukai olehnya. Uchiha Sasuke mengutuk siapapun itu yang membuatnya menunggu, tapi gadis pirang itu sebagai pengecualiannya. Sudah terlalu sering bahkan sudah sangat lama, sejak mereka menjadi sepasang kekasih, Ino mampuh membuatnya menunggu tanpa makian.

Karena alasan Ino adalah dunianyalah yang membuat Sasuke bersabar. Tapi Sasuke juga bukan pria tolot, yang mau menunggu tanpa melakukan hal-hal menyenangkan. Seperti yang ia lakukan selama ini.

Membawa punggungnya untuk bersadar pada sofa, ia memejamkan mata kelamnya. Bersantai seperti ini tanpa melakukan apapun, itu jauh dari pikiran Sasuke. Tapi berada di rumah gadisnya dengan ditemani secangkir kopi tidak buruk pikirnya.

Sebelum-sebelumnya, saat akhir pekan tiba, saat gadisnya menyibukan diri dari pagi sampai sore hari di toko bunganya. Sasuke hanya datang sebentar pada waktu pagi hanya untuk melihat gadisnya dan melaporkan apa yang akan ia lakukan bersama teman-temannya untuk menghabiskan akhir pekan.

Dan sebuah ciuman pagi yang selalu ia dapat. Ia sudah seperti tahanan luar yang selalu lapor setiap minggu, padahal Ino juga tidak memintanya. Karena sekali lagi itu keinginannya dan itu tak masalah untuknya.

Tapi kali ini ia datang dan menunggu apapun yang dilakukan gadis itu, padahal hal menarik telah menunggunya ditempat liburannya. Mungkin ia bisa mendapatkan kesenangan dimanapun ia berada, tapi Ino adalah ketenangnya, yang tidak bisa ia dapatkan dengan mudah bagaimanapun ia inginkan. Tempatnya kembali ketika dunia mulai murka padanya.

Silakan berkata kalau semua ini tidak adil untuk gadis itu. Karena kenyataannya tidak ada yang benar-benar adil di dunia ini, seperti halnya yang dilakukan gadisnya itu padanya.

Cangkir putih yang berisi cairan hitam pekat itu ia sesap untuk membasahi kerongkongannya. Tak buruk seperti kelihatnya, kopi yang kekasihnya buat untuknya itu tidak terlalu pahit, malah cenderung manis. Sasuke menyukai segala yang ada pada Yamanaka Ino.

Pemuda tampan itu masih dalam pikirannya sendiri, sampai tak menyadari sosok pirang yang kini telah mendudukan pantatnya pada sofa tepat disampingnya. Dengan kaki yang ditekuk pada sofa dan tangan memegang remot TV. Sepertinya itulah cara sang gadis pirang menyamankan diri.

"Kau tak ada acara hari ini Sasuke-kun?" Sang gadis menoleh sejenak pada sang kekasih. "Bagaimana dengan menghabiskan waktu liburmu dengan Naruto dan Gaara?" tambahnya yang kini kembali pada layar TV didepannya.

Sasuke menoleh pada sang kekasih, sebelum menjawab, pemudah tampan itu mengamati sejenak gadis pirangnya, yang kini telah berganti pakaian santai dan ramburnya telah diikat tinggi. Dan tak lupa dengan wangi bunga yang menguar dari tubuhnya.

Pria tampan itu menyeringai. "Bagaimana dengan menghabiskan hari liburku denganmu?"

Ino menoleh. Namun sebelum memberi jawaban, Sasuke tersenyum miring, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh sisi wajah ayu didepannya. Dan mendaratkan sebuah cium pada pipi gadis bak boneka itu.

Karena tidakan Sasuke itu Ino dibuat mengerecutkan bibirnya.

"Aku tau apa yang akan kau katakan." Jawab Sasuke mengerti.

Ya, kekasih tampannya ini memang selalu mengerti dirinya. sebenarnya orang tuanya tidak meminta Ino untuk membatu menjaga toko dihari liburnya seperti ini, tapi itu kemauannya sendiri. Untuk membatu orang tuanya.

Karena ia tidak ingin bersenang-senang sedangkan orang tuanya sibuk dengan toko bunga. Dan betapa pengertiannya kekasihnya itu dengan keputusan yang Ino buat. Sasuke tidak pernah memaksanya, seberapa pun sering ia menolak. Bahkan Sasukenya itu malah meminta ijin padanya sebelum pergi untuk menghabiskan hari libur dengan teman-temannya.

Ino tidak pernah melarang Sasuke, tentu saja. Karena itu cukup adil, toh setaunya, Sasuke tidak bersenang-senang dengan wanita lain untuk mengantikannya.

Liburannya kali inipun, Sasuke mengatakan akan ia habiskan di vila dekat pantai milik keluarga Uchiha bersama Naruto, Gaara dan kedua sahabatnya yang juga telah menjadi kekasih dari kedua Sahabat Sasuke. Yaitu Sakura dan Hinata. Dan dirinya? tentu saja Ino tidak ikut.

Lalu sekarang cukup mengejutkan saat melihat sang kekasih datang kali ini. Tapi begitulah Sasukenya. Gadis cantik itu tersenyum memikirkan tingkah sang kekasih yang penuh kejutan itu.

Sampai kepala bersurai raven milik Sasuke terkulai di bahunya.

"Menikahlah denganku." Sasuke berkata lirih dengan kepala yang masih ia jatuhkan pada habu kecil milik kekasihnya.

Ino tak menjawab, namun lebih memilih menanti kalimat selanjutnya dari Sasuke.

"Karena setelah menikah nanti, kau tak perlu mengurus bunga-bunga itu lagi."

Ino menoleh sedikit, hanya untuk melihat wajah Sasuke dari samping. Mata hitamnya terarah pada layar datar di depan mereka.

"Kenapa?" Tanya Ino dengan masih menatap pada wajah Sasuke.

Sasuke mendongak hanya untuk membalas tatapan gadisnya. Sebelum menjawab. "Karena kau hanya perlu mengurusku setelah menikah nanti."

Ino dibuat menyunggingkan senyum karena kalimat Sasuke. "Tapi, aku ingin tetap mengurus toko bungaku setelah menikah nanti karena aku mencintai bunga."

Kepala yang tadinya masih bersandar nyaman pada bahu kecil itu kini sepenuhnya terangkat dan menatap gadis yang membuat alisnya berkerut karena kalimatnya barusan.

Dengan wajah yang masih mengerut Sasuke kembali bertanya. "Lalu siapa yang mengurusku dan anak-anak kita nanti?"

Kini gadis pirang yang dibuat mengerutkan kening mendengar kalimat pemuda raven. Anak-anak? Pikir otaknya. Namun tiga detik kemudian ia tertawa karenanya.

"Tentu saja aku." Setelah menguasai diri Ino menambahkan. "Aku mencintai bungan seperti aku mencintaimu. Karena itu, aku merawat bunga karena aku mencintainya dan aku akan selalu merawatmu karena aku mencintaimu Uchiha Sasuke."

"Jadi kau mau menikah denganku nona pirang?"

"Tentu saja." Jawab Ino langsung.

"Setelah menikah, aku ingin mempunyai lima anak." Kini sebuah seringai yang Sasuke tunjukan.

Ino mengerutkan kembali keningnya. "Itu terlalu banyak."

"Itu memang tujuanku, bukankah pemerintah Jepang sedang gencar untuk melestarikan generasinya?" Tak mempedulikan tatapan horor dari gadisnya, Sasuke malah bersindekap santai dengan pandangan mata kearah televisi.

Sebuah obrolan dari dua pasang remaja tujuh belas tahun tentang masa depan yang mungkin akan mereka raih. Obrolan wajar untuk usia mereka, yang berharap meraih mimpi manis seperti mereka bisa mengendalikan masa depan, yang akan mereka kira muda seperti minggu pagi saat mereka bangun dengan ditemani hangat sinar mentari dan segelas susu dan sepotong sandwich. Menyenangkan bukan?

Tapi mungkin saja waktu tidak akan berjalan seperti keinginan mereka. Karena waktu tidak akan berkhianat pada pemegang takdir.

Uchiha Sasuke, tak ada yang tau sisinya yang ini. Sisinya saat ia berada dengan Yamanaka Ino. Sungguh berbanding terbalik saat ia tak bersama gadis pirang itu, saat ia bersama sahabat-sahabatnya, saat berada di luar, entah itu teman atau lawan. Maka ia akan menjadi moster penghancur masal.

Banyak kalimat bijak mengatakan, bergaulah dengan orang-orang hangat yang memiliki aura positif, karena kehangatannya juga akan memancar padamu.

Entah yang mana sifat aslinya. Tapi ia seperti memiliki dua kepribadian, tapi tentu saja tidak.

Ia memang cukup hati-hati memperlalukan gadis yang ia cintai ini, ibarat sebuah kristal. Seseorang harus memegangnya dengan hati-hati bukan?

Namun diluar tentang gadis Yamanaka, semua hanya omong kosong dan persetan dengan semua itu. Karena dirinyalah sang pengendali.

Gadis itu adalah masa depannya, cita-citanya, keinginannya dan penaklukannya.

Ia hanya perlu bersabar sampai waktunya tiba, karena sampai saat ini, gadis itu masih setia mengujinya.

~To Be Continue~


Fic ini mungkin akan mengadung sisi liar dari setiap karkternya. Baik buruknya sudah saya sampaikan dalam warning. Terimakasih!