[CHANBAEK FANFICTION]

"Mommy In Seventeen."

(Chapter One)

- - - - - - - - - - -

Baekhyun bersenandung kecil didalam kamar, sembari mendengarkan lagu kesukaannya dan menyelesaikan tugas-tugas yang (katanya) harus dibawa besok.

Sehabis menelfon sahabatnya -panggil saja Luhan- Baekhyun langsung buru-buru mengambil tasnya dan mengeluarkan buku tugas. Tidak, bukannya Baekhyun malas, hanya saja tugas itu terlalu mudah, sehingga dia terus saja menunda waktu untuk mengerjakan tugas itu.

"Fiuhh.. Akhirnya selesai!" Baekhyun meletakkan pensilnya diatas meja. Dia menutup bukunya dan sedikit mendorong buku itu menjauh.

Rasanya sangat lega dan senang begitu kita sudah menyelesaikan semua tugas-tugas sekolah. Yah, setidaknya itu yang dirasakan seorang Kim Baekhyun.

Gadis itu lalu melipat kedua tangannya diatas meja dan menjadikannya sebagai bantal untuk kepalanya. Baekhyun berdiam diri untuk memikirkan apa saja yang harus diselesaikan besok.

Tapi tiba-tiba, sebuah rasa muncul didalam hati Baekhyun. Rasa yang sering muncul ketika Luhan membuatnya kesal. Iya, rasa ingin membunuh wanita bermata rusa itu.

"Apa aku baru saja ingat jika jadwal pelajaran kelas berubah?!"

Baekhyun bermonolog dengan kesal lalu meraih ponselnya. Bermaksud untuk mengecek chat group kelas yang sudah mulai sepi saat malam hari.

Tapi tiba-tiba, sebuah pesan masuk dan menimbulkan notifikasi dilayar ponsel gadis berusia 17 tahun tersebut. Dan yang lebih membuat Baekhyun bingung, pesan itu berasal dari unknown number.

"Sudah pulang?" gumamnya.

Dia mengklik pesan itu yang membuat semua isi pesan langsung terjabarkan dilayar ponsel.

From : 02739xxxx

"Tunggu aku baek, aku sudah pulang."

Baekhyun pun hanya berdecih sebal sembari menunjukan smirk kecil disudut bibirnya, "Apa orang ini baru saja membual?"

Lantas dia menutup aplikasi pesan itu dan mulai membuka aplikasi pesan online lainnya untuk mengecek jadwal baru. Setelah itu, dia berdiri dan membereskan semua buku-buku kedalam tasnya.

"Aishh.. mati besok kau Xi Luhan!" geramnya lalu membanting tubuh kecilnya keatas kasur dengan warna selimut baby pink. "Ah Kim Baekhyun, kenapa kau juga bodoh karna tidak mengecek jadwal perlajaran terlebih dahulu?"

Kalau mengingat berapa waktu yang ia buang untuk tugas yang akan dikumpul Jumat depan, rasa-rasanya Baekhyun ingin langsung berlari kerumah Luhan dan menembak gadis itu dengan senapan. Kesal.

"Dasar rusa jelek, tega-teganya membuatku membuang waktu untuk mengerjakan tugas sialan itu!" lagi-lagi Baekhyun bermonolog.

Tapi suara decitan pintu tiba-tiba terdengar. Pintu kamarnya terbuka. Lebih tepatnya dibuka oleh seseorang yang akan segera nampak dari belakang pintu kayu tersebut.

"Sayang?" panggil orang itu.

"Eomma." balas Baekhyun.

Yep, orang itu adalah Kyungsoo, Ibu Baekhyun. Lantas Kyungsoo mendekat kearah anaknya yang sudah terduduk dipinggir kasur.

"Ada apa, Eomma?" tanya Baekhyun lalu menggeser tubuhnya menghadap Kyungsoo.

"Besok, bibi Yixing mengadakan syukuran untuk kelahiran Jimin, kau ikut bersama Umma kesana, ne?" Kyungsoo mengusap rambut Baekhyun dengan sangat lembut.

"Kenapa baekkie harus ikut?"

"Ya! Kau tidak mau melihat Jimin?"

"Bukan begitu Eomma, tapi besok aku harus mengerjakan tugas dirumah Luhan."

Kyungsoo langsung berdiri dan melipat tangannya didepan dada. Tatapan tajamnya langsung ia lemparkan pada Baekhyun saat itu juga. "Eomma tidak mau tau, kau harus ikut atau uang jajanmu akan Umma potong selama 2 bulan!"

Lalu Kyungsoo, berjalan keluar dari kamar Baekhyun, meninggalkan anaknya yang sedang ternganga karna tidak menyangka jika ibunya baru saja berbicara seperti itu padanya.

"Apa, aku akan mempunyai adik lagi?"

~*blu..blu..blu*~

Keesokan paginya, Baekhyun berjalan dikoridor sekolahnya sambil mendengarkan musik melalui earphone dan buku Biologi yang sedang dia baca.

Pemandangan seperti itu sudah hal yang biasa bagi murid Jeon's Highschool. Bisa dibilang justru itu adalah ciri khas seorang Kim Baekhyun. Si gadis cantik nan populer yang telah memenangkan setiap kejuaraan matematika tingkat nasional maupun internasional.

Jangan tanya IQ baekhyun berapa!

"Baekkie!"

Oh tidak, Luhan baru saja membangunkan singa yang sedang kelaparan sambil tidur. Death glare langsung menusuk Luhan ketika Baekhyun berhenti ditempatnya. Melepas earphone dari telinganya. Menutup buku yang sedang ia baca.

"YA XI LUHAN! KAU NENGERJAIKU SEMALAM, EOH?!"

Luhan berdecak sembari menutup kedua telinganya dengan telapak tangan, seolah tidak mau mengambil resiko jika nanti gendang telinganya itu mendadak pecah karena mendengar teriakan Baekhyun.

Kalian bisa tahu seberapa kencang teriakan itu dengan melihat sekeliling koridor. Tatapan kaget dari seluruh murid yang memenuhi koridor pada mereka, itu buktinya.

"Ya Kim Baekhyun, kau mau memecahkan gendang telingaku, eoh?!" cetus Luhan tidak mau kalah. "Mianhe baekkie-ah, aku hanya ingin kau mengerjakan tugas itu."

"Agar kau bisa menyontek?" Luhan meringis pelan sembari tersenyum kikuk, membuat Baekhyun kembali memutar matanya dengan malas.

"Ya,Ya Baekkie! Kau mau kemana?!" Teriak Luhan karna Baekhyun kembali berjalan meninggalkannya.

"Ke kelas!" jawab Baekhyun acuh.

"Aishh anak itu, HEY TUNGGU AKU!"

Baekhyun sampai dikelasnya bersamaan dengan terdengarnya suara bel masuk yang membuat seluruh teman sekelas Baekhyun mendesah kesal dan kembali ketempat mereka masing-masing.

Baekhyun sendiri langsung saja duduk dikursinya. Sendiri. Karna teman sebangkunya sejak awal masuk SMA baru saja pindah beberapa hari lalu. Maklum, semester pertama di tahun akhir baru saja dimulai. Jadi banyak siswa yang memanfaatkan kesempatan ini untuk pindah sekolah.

"Eih.. aku rindu Zitao." gumam Baekhyun sembari menatap sedih bangku kosong disebelahnya.

Selanjutnya dia membuka tas dan mengambil buku pelajaran yang akan segera dimulai. Tepat disaat Baekhyun meletakkan tempat pinsilnya diatas meja, Namjoon, sang ketua kelas menginstruksikan seluruh teman sekelasnya untuk berdiri dan memberi salam.

"Selamat Pagi, seonsaengnim."

Wali kelas mereka yang bernama Minseok itu tersenyum dan membalas sapaan mereka, dibelakangnya tampak seorang anak laki-laki berseragam berbeda mengikuti Minseok.

"Selamat pagi anak-anak, Silahkan duduk kembali." katanya dan selanjutnya hanya terdengar suara gaduh decitan kursi yang dibuat oleh para murid dikelas itu.

Termasuk Baekhyun. Tanpa minat dia mendengarkan ucapan dari gurunya dan hanya membuka bukunya untuk membaca sekilas pelajaran yang akan dibahas hari ini.

"Pagi ini, kita kedatangan murid baru dari Thailand. Ayo, silahkan perkenalkan dirimu." titah Minseok pada si murid baru.

Anak laki-laki bertubuh tinggi itu lantas mengangguk dan sedikit maju menghadap ke seluruh siswa, "Selamat pagi, nama saya Park Chanyeol. Saya pindahan dari Thailand. Semoga kita bisa berteman baik."

"Baiklah, ada yang mau bertanya?" tanya Minseok.

"Saya bu!" si rambut coklat mengacungkan tangannya.

"Ya silahkan, Hanbin." balasnya.

"Apa kau orang korea? bahasa koreamu sangat terdengar fasih dan lancar."

Anak lelaki yang nernama Chanyeol tadi mengangguk. "Ya, sebelumnya aku tinggal di Korea, namun saat berusia 10 tahun, aku pindah ke Thailand bersama nenekku."

"Ada lagi?" ujar Minseok untuk kedua kalinya. Namun tidak ada jawaban dari para murid dan itu artinya semua sudah jelas.

"Nah Chanyeol, kau bisa duduk dibangku kosong dengan gadis manis itu." Minseok menunjuk Baekhyun yang masih saja fokus membaca buku.

"Ne, seonsaengim."

Chanyeol berjalan dengan senyum yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Senyum yang dulunya pernah terlihat, namun sempat redup.

"Annyeonghaseo?"

Baekhyun menoleh dengan tatapan tanpa minat, "Oh, kau anak baru itu ya? Ne, silahkan duduk."

"Gomawo." Chanyeol tersenyum simpul lalu duduk dibangku kosong samping Baekhyun.

Gadis itu? Jangan ditanya. Sejak awal dia tidak perduli, bukan? Jadi ya.. lebih baik dia kembali membaca bukunya.

'Kau benar-benar sudah melupakkanku, Baekkie-ah.'

#tbc

Hallo semua.. hehe..

jadi ini adalah cerita debut aku di ffn, semoga kalian suka ya :)