Once Again

Rate: T

Genre: Little bit Humor, Romance, Friendship

Warning: Alternate universe, typo(s) or miss words, OOC, non baku, domestic!AU

.

Chapter 1 : Partner in Crime

Apa satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan masa SMA?

Kebanyakan orang memilih seru, berkesan, memorable, colorful, dan beragam kata bernada positif lainnya untuk menggambarkan masa SMA. Namun beda halnya dengan Samuel. Saat ini, detik ini, Samuel memilih pengap sebagai kata yang paling tepat. Sambil mengipasi dirinya dengan buku tulis bergambar ayam, Samuel memilih duduk selonjoran di ranjang Seonho yang lumayan besar. Suara derit mesin AC tua di kamar Seonho membuat suasana terasa semakin panas.

"Seonho mana sih? Hoho!"

Samuel berteriak dari dalam kamar. Pemuda bertubuh bongsor itu sempat ijin keluar untuk membeli cimol. Sudah setengah jam berlalu namun Seonho belum menunjukkan batang hidungnya.

Mereka berdua memilih bolos saat jam pelajaran ketiga berlangsung. Bosan mendengar ceramah kebangsaan dari Pak Yesung yang gak ada habisnya. Untung guru PKN kelas sepuluh itu tipe yang cuek sama absen, masalah nilai juga gampang. Itu sebabnya Samuel dan Seonho sering bolos pelajaran PKN.

Beruntung rumah Seonho dekat dengan sekolah, hanya butuh dua puluh langkah aja dari gerbang sekolah. Mereka berdua bisa berbolos ria tanpa ada yang ngusik. Mereka juga jago ngibulin pak satpam.

"Ini AC mesti diganti. Seonho kuat banget pengap-pengapan di kamar." Omel Samuel entah sama siapa. Tangan kanannya masih ngipasin badannya yang berkeringat, sementara tangan kirinya membuka dua kancing seragam teratasnya.

Seonho muncul dari balik pintu dengan menenteng dua plastik cimol, satu bungkus kacang atom sama dua gelas plastik teh poci rasa lemon. Cocok buat nemenin mereka bolos. Seonho berharap Guanlin gak ngeliatin kenakalannya.

"Nunggu lama ya?" tanya Seonho polos. Lebih nyerempet ke bego.

Samuel hampir saja lempar remote AC ke kepala Seonho tapi kasihan. Nanti kalau Seonho amnesia bisa ribet. Ia juga gak mau dipites sama Guanlin.

"Kemana aja sih lo? Gue emosi nih!" Samuel mulai bawel sama sahabat seperbolosnya. Seonho hanya miringin kepalanya. Imut untuk ukuran cowok bongsor.

"Gue baru dateng malah dimarahin." Sungut Seonho gak terima. Dia menaruh barang belanjaannya di samping Samuel. "Kurang baik apa lagi gue? Nemenin lo bolos, beliin makanan, minjemin lo tugas. Lah lo gak tau terima kasih."

Samuel kemudian nyengir. Mengambil cimol dan teh pocinya dengan semangat.

"Sorry deh, abis AC kamar lo minta dipites."

"Emang AC bisa dipites?"

Samuel menepuk dahinya cukup keras. Dia harus menghasut Seonho supaya jauh-jauh dari Justin, si cowok tiang manis tapi otaknya berkapasitas kurang dari 1 GB.

"Lupain deh." Samuel menyeruput teh pocinya agak rakus. "Beneran deh. AC lo minta diganti."

Seonho kan termasuk dari keluarga mampu. Ayahnya jadi intel dan ibunya bekerja di bank swasta. Makanya rumah Seonho itu selalu sepi, kadang-kadang Samuel mainan sambil curhat soal cinta atau ngebolos pelajaran.

"Udah gue bilang ke mama."

"Terus gimana?"

"Katanya bulan depan."

"Mama lo bilang gitu juga bulan kemarin." Samuel melanjutkan acara 'ngipas-ngipasnya' yang tertunda. Agak kesal juga sama mama Seonho yang super pelit. Masalah uang jajan sih Seonho dapat kiriman dari sang ayah. Jarang minta ke mamanya sendiri.

"Ya biarin aja deh. Nanti gue bilang ke papa." Seonho mengunyah cimolnya dengan ekspresi santai. Ia gak merasa kepanasan sama sekali. Mungkin udah terbiasa.

"Lo gak ditanyain sama kak Guanlin?" Samuel mengganti topik pembicaraan.

"Tanya apa?"

"Soal ngebolos."

Seonho mengangkat bahu. "Gak lah. Seminggu ini dia jarang chat gue."

Samuel menatap sahabatnya lekat-lekat. Biasanya sih Seonho sedih atau galau karena Guanlin, tumben anak ayam itu biasa aja.

"Bukannya bagus ya?" Samuel menghabiskan suapan terakhir cimolnya. "Lo gak dikasi ceramah kebangsaan sama dia."

"Tapi masa gak chatgue sih." dengus Seonho kesal. "Dia gantungin gue mulu, serasa kaya jemuran."

"Nah gue? Ditolak ratusan kali." Samuel memasang wajah sok ternistakan.

"Inceran lo mah cabe, gimana bisa ngembatin coba." Kali ini Seonho yang berbicara. Rada kesal juga sama Samuel yang masih bertahan demi mengejar cinta Daehwi. Jelas sekali kalau Daehwi itu cinta mati sama Bae Jinyoung, mendeklarasikan diri sebagai masa depannya Jinyoung.

Samuel masih kuat. Dia masih membuktikan kekuatan cintanya sama Daehwi, walaupun nanti berujung kandas dengan lemparan batako dari gebetannya. Untung kepalanya masih utuh.

"Biarin daripada digantung sama tiang bendera."

"Ganti inceran sana!"

"Lo juga! Kasian tuh kak Minho."

"Kampret."

.

Seonho bersahabat dengan Samuel sejak masa orientasi siswa, waktu itu mereka satu gugus. Kepribadian Samuel yang urak-urakan, pemalas, dan suka terlambat ini seakan mempengaruhi Seonho untuk mengikuti jejaknya. Seonho itu cuma nyaman sama Guanlin dan Samuel. Karena kakak kesayangannya sibuk di kegiatan OSIS, Seonho jadi lebih dekat dengan Samuel.

Padahal pas masih duduk di bangku menengah pertama, Seonho itu terkenal dengan sifat rajin dan jarang terlambat ke sekolah. Berbeda dengan yang sekarang, saat ia mulai bergaul sama Samuel. Seonho yang awalnya coba-coba pun jadi ketagihan.

Bolos itu enak juga ya. Kalo dateng telat bisa ketemu Kak Guan terus — Yoo Seonho

Guanlin itu koordinator sekbid dua. Ia sering berjaga di depan gerbang dengan memegang buku 'keramat', sejenis death note tapi berbeda fungsi. Seonho itu sering telat masuk sekolah, jadi Guanlin menceramahinya dan mengancam akan melapor ke mama Seonho. Alhasil Seonho terkena omelan mendadak dari sang mama.

Seonho memang suka sama Guanlin pas mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Terkadang ia kesal lantaran pemuda berkulit pucat itu lebih memilih kegiatan sekolah dibanding dirinya. Ia merasa hubungannya dengan Guanlin semakin menjauh, hanya bertemu saat mereka latihan basket.

Tapi ada satu hal yang Seonho sadari, Guanlin masih mengawasi dan memperhatikannya dari jarak jauh. Ia bahkan gak mengijinkan Seonho dekat-dekat dengan Ha Minho, si berandal kelas kakap dari kelas sebelas. Guanlin tentu tahu Minho mulai tertarik dengan Seonho, semua penghuni sekolah tahu betapa bejatnya Ha Minho.

Seonho sih gak terlalu mempermasalahkan. Ia senang saat Guanlin masih peduli meskipun secara diam-diam. Seonho pun menjaga jarak dengan Minho. Berusaha mengabaikan pesan masuk kakak kelasnya, Seonho jelas gak tahu darimana Minho bisa mendapatkan nomor ponselnya.

Samuel? Gak mungkin.

Seonho gak peduli. Ia berharap Guanlin juga suka sama dia, ingin 'nembak' tapi takut ditolak. Cinta bertepuk sebelah tangan itu memang menjengkelkan, hampir membuat Seonho frustasi setengah mati. Hubungannya dengan Guanlin semakin menjauh seiring bertambahnya kesibukan pemuda itu. Samuel masih meledeknya karena jiwa laki Seonho gak keluar, apalagi Seonho yang 'ngakunya seme' itu agak pengecut soal cinta.

"Katanya lo mau semein kak Guanlin, kok gak nembak sih?"

"Kalo gue ditolak gimana?"

"Derita lo. Tapi lo tetep aja jatuh di posisi uke kecuali kalo lo nyemein kak Jihoon."

"Sialan. Gue kan macho. Jelas gue bisa nyemein kak Guanlin."

"Seme mental krupuk. Mending berhenti deh ngemil ciki."

Samuel hanya tertawa heboh. Seonho sama sekali gak punya sisi macho, masih suka tidur bareng teddy bear pemberian Guanlin dan nonton koleksi kaset barbie favoritnya. Menurut Samuel, Seonho itu terlalu berharap.

Mana mungkin Seonho yang 'miring' menggemaskan jadi seme seorang Guanlin yang 'swag' sejak kecil?

.

Seonho memutuskan untuk latihan basket setelah setengah jam berpikir. Ia gak mau kena ocehan manis Kim Sihyun, manajer basket sekaligus kekasih dari Kim Yongguk. Tanpa berpikir panjang, cowok manis bertubuh bongsor itu meraih tas olahraganya dan membuka pintu rumah. Ia sedikit terjengkal saat Samuel menyambut dengan senyuman lebar.

"Ngapain lo kesini lagi?"

Samuel cemberut. "Ikut satu dong."

"Emang bisa main basket?"

Samuel cemberut lagi. "Gue gak main basket. Cuma menelin si Daehwi."

"Daehwi bukan anggota basket curut." Seonho memukul kepala Samuel dengan beringas. "Emang si cabe bisa main basket? Dribble aja masih remidi."

"Daehwi emang gak bisa basket." Samuel menjitak pelan kepala Seonho. "Tapi dia sering jogging bareng gengnya."

"Sana dah! Asal jangan ganggu gue sama kak Guanlin."

Samuel kembali tersenyum lebar. Merangkul leher Seonho yang lebih tinggi darinya.

"Lo nebeng aja. Gue bawa motor."

Seonho mengangkat kedua jempolnya. "Deal!"

.

"Kak Sihyun haus gak?"

"Mau gak aku kipasin?"

"Sini biar aku temenin."

"Kakak makin cantik deh."

Sihyun memijat pelan kepalanya yang terasa pening. Baru sebulan menjadi manajer basket sudah mendapat godaan serta gombalan maut dari anak basket yang lain. Ia ingin marah tapi gak menanggapi dengan senyum sekilas dan beralih pada arlojinya. Kwon Hyunbin—kapten basket inti tidak bisa hadir karena acara penting.

"Seonho belum dateng?"

Itu suara Guanlin. Ia tengah memainkan bola basket yang tadinya tergolek manis di sisi lapangan. Anggota basket yang lain masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Sihyun menggeleng pelan.

"Nunggu lama ya?"

Itu bukan suara Seonho ataupun Hyunbin. Kim Yongguk, kapten voli andalan sekolah merangkul bahu mungil Shihyun sesekali mencuri kecupan di pipi pemuda manis itu.

"K-kakak ngapain kesini? Masa kita pacaran di depan anak basket sih?" Sihyun melepas rangkulan Yongguk. Sekilas melirik sebagian anak basket yang patah hati berjamaah.

"Abis aku gak suka." Yongguk menatap lembut Sihyun sembari mengacak rambut hitamnya. "Kamu kan masa depanku jadi wajar dong aku overprotective. Ntar kalo mereka macem-macem gimana?"

"Tapi masa..."

Yongguk menempelkan telunjuknya di bibir kekasihnya. "Ssstt.. mending kamu istirahat bentar. Aku gak mau kamu kecapean terus."

Sihyun mengangguk pelan. Wajah pemuda itu merona hebat, Yongguk pun gemas dan mencubit pelan pipi kekasihnya. Sihyun itu salah satu the most wanted student karena wajah yang manis ditambah tubuh mungil yang sedikit berisi. Itulah salah satu alasan Yongguk menemani pacarnya yang sibuk mengurus klub basket.

"Hoho telat nih?"

Seonho baru saja sampai di lapangan basket, lengkap dengan cengiran khasnya. Sihyun hanya tersenyum manis, mau marah tapi gak bisa.

"Telat dikit." Itu suara Guanlin. Ia menatap Seonho dengan datar.

"Hehe.. maaf deh kak, abis gue ketiduran." Jawab Seonho sambil menggaruk tengkuknya yang gatal. "Kak Guan bawa air dua kan? Hoho lupa bawa nih."

Guanlin mengangguk lagi.

Seonho tersenyum dan hampir menghambur ke pelukan Guanlin jika bola basket mengenai kepalanya.

DUG!

"Gue gak apa kok. Hehehe.."

.

Kim Samuel. Enam belas tahun. Murid urak-urakan yang ngaku sebagai pejuang cintanya seorang Lee Daehwi. Semua penghuni sekolah tahu Samuel itu naksir berat sama Daehwi, bahkan tukang kebun sekolah pun pernah jadi tempat curhatnya Samuel. Jangan salah, Samuel itu orangnya setia. Serius sama perasaannya sama Daehwi tapi masih diragukan sama calon pacarnya sendiri. Samuel hampir saja frustasi jika Hyunbin memberi petuah tentang perjuangan cinta seorang cowok macho.

"Minhyun nolak aja gue masih strong. Nanti dia bakal ngerti kalo gue emang serius, gue gak mau nyerah gitu aja. Prinsip gue itu bakal ngajak Minhyun nikah pas gue udah sukses terus buat dia bahagia banget." –Kwon Hyunbin

Kwon Hyunbin adalah salah satu motivator untuk Samuel. Karena senasib soal cinta, mereka pun dijuluki sebagai para pejuang cinta 2017. Terkadang tingkah konyol dan idiot mereka membuat Minhyun dan Daehwi risih setengah mati.

Saat ini, pemuda bermarga Kim itu tengah melihat Daehwi yang pura-pura olahraga sambil mencuri pandangan ke Bae Jinyoung—kakak kelas yang Samuel akui ganteng. Sesekali Daehwi tersenyum manis dan memukul manja bahu Gunhee. Samuel merasakan ada yang retak di dada kirinya, entah kenapa ia mulai sensitif sama Jinyoung. Tanpa berpikir dua kali, Samuel menghampiri Daehwi dan memberikan senyuman lebar.

Menurut Daehwi sih senyuman autis.

"Lo gak haus?" tanya Samuel menyerahkan botol air mineral pada Daehwi. "Nih gue bawain."

Daehwi mengalihkan pandangannya kearah Samuel dan memasang senyuman sinis. Mood-nya menurun drastis, apalagi Daehwi itu paling risih kalau ada Samuel. Sementara anggota gengnya tampak membalas Samuel dengan senyuman super manis.

"Aduh dek Muel kok so sweet banget sih!" Gunhee berteriak heboh.

"Mending kamu sama kakak aja sini." Eunki yang sedari tadi diam mulai ikut menggoda Samuel dengan cekikikan manja. "Mumpung gue udah putus ama Jungjung."

"Berarti gak ada saingan dong, yes gue ama kak Baejin!" Dongbin berseru tak kalah hebohnya dengan Gunhee.

"Gak bisa!" Daehwi berteriak kesal. "Kak Jinyoung hak paten gue, perlu gue bikin tanda di lehernya?"

"Mending bikin tanda di leher gue aja, Hwi."

Sedetik kemudian, Samuel mendapat lemparan sepatu dari Daehwi.

.

TBC

.

Sebenarnya fanfic ini muncul dari keisenganku yang jatuh hati sama couple di Produce 101 Season 2. Akhri-akhir ini aku terkena writer's block parah dan susah melanjutkan chapter 1. Bahkan Scrapbook: Love or Hate masih terbelangkai lusuh, aku mau nyari ide tapi mulai uring-uringan. Feelnya selalu gak dapet *hiks

Fanfic ini akan ada delapan couple utama, ada juga couple lain yang jadi selingan. Untuk chapter dua, aku bingung milih OngNiel atau DongPaca. Apa munculin aja keduanya? Huaa.. aku galau setengah mati.

Maaf kalo ada kata-kata kurang ngena, aku ngetik ini sambil uring-uringan gak jelas. Jangan lupa review ya, aku butuh motivasi ataupun kritik salam dari kalian.