"May I Love You?"

a semi-canon Naruto Fanfiction

Disclaimer:

Naruto is Masashi Kishimoto

Story line this FF by:

Sukea Kwee

Warnings:

Typos, My First FF.

Author Notes :

Hai Semua! Salam Kenal ! Saya Sukea, a newbie di dunia per FFan (very-very newbie sebenernya). Ini adalah FF pertama saya. Maaf kalau alur ceritanya jelek atau banyak bgt rangkaian kata yang absurd. Saya dengan senang hati menerima jika teman-teman dan para senpai berkenan memberikan saran. Selamat membaca, hope you like it!

Chapter I – Another Hatake ?

Kabut menyelimuti seluruh Kirigakure siang ini. Awan-awan tebal berwarna kelabu menghalangi matahari beserta sedikit kehangatannya. Hawa dingin pun ikut terasa di kulit seluruh penduduk. Sesuai dengan namanya, kabut selalu menutupi desa ini. Menyembunyikan segala yang ada di dalamnya. Kabut memang pernah beranjak dari Kirigakure meskipun hanya sekejap.

Lebih dari 7 tahun telah berlalu. Julukan Kirigakure sebagai Chigiri no Sato perlahan pun dilupakan. Begitu pula dengan luka yang tertinggal, walaupun bekasnya masih ada. Kabut di Kirigakure yang dulu menyeramkan, kini berubah menjadi kabut yang menghiasi setiap sudut desa. Usainya perang dunia Shinobi serta dibuatnya perjanjian damai kelima negara besar membuat desa ini makin banyak melakukan perubahan. Bangunan-bangunan tinggi berbentuk silinder pun semakin banyak. Akademi yang dulu menjadi tempat menakutkan sekarang berubah menjadi tempat paling menyenangkan untuk belajar dan siap mencetak shinobi-shinobi hebat. Bahkan salah satu badan statistik terkemuka mencatat bahwa jumlah murid Akademi Shinobi Kirigakure paling banyak dibandingkan dengan seluruh negara elemental. Selain itu, Kirigakure sudah mempunyai akademi khusus iryoonin dan akademi khusus untuk pengembangan teknologi dan persenjataan. Sungguh kemajuan yang sangat signifikan mengingat kejamnya sistem pendidikan di Kirigakure dulu.

Kirigakure juga mandiri dalam urusan pangan. Sudah setahun tambak di lautan serta perkebunan diurus dengan serius. Bahkan, Tuna serta strawberry asal Kirigakure berhasil diekspor ke berbagai negara. Hal ini pun menambah pundi-pundi kesejahterahaan desa. Banyak orang dan beberapa pengamat memuji bahwa Kirigakure sangat maju, bahkan siap jika harus menjadi negara yang independent tanpa negara Air. Di luar dari itu semua, masih banyak prestasi-prestasi Kirigakure lainnya yang teralu banyak untuk disebutkan. Semua itu tidak terlepas dari kinerja seorang Kage dengan visioner yang tinggi, Terumi Mei, Kage wanita pertama di Kirigakure.

Bagi Terumi, Kirigakure adalah harta yang tak ternilai. Sedari kecil, mendiang ayah dan ibunya telah menanamkan rasa cinta tanah air padanya. Hal tersebutlah yang menjadi cikal bakal Terumi menjadi seorang shinobi hebat serta Seorang Kage yang mumpuni. Namun dengan segala prestasi yang telah diraih Kirigakure tidak menjadikan Terumi tinggi hati. Ia belum puas. Ia masih bekerja keras demi dunia shinobi, Kirigakure, dan segenap jiwa yang hidup di dalamnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Terumi tengah sibuk menandatangani setumpuk dokumen di meja kerjanya. Lingkaran hitam di bawah mata hijaunya menandakan sang empunya kelelahan dan butuh istirahat. Ia ingat, setelah makan siang ia harus mengunjungi Akademi Ninja yang sedang diperluas bangunannya. Setelah itu ia harus mengecek kondisi pertahanan keamanan di pesisir pantai barat dan harus kembali ke kantor Mizukage untuk membaca proposal yang sudah diajukan oleh beberapa pihak dalam seminggu ini. Ditambah ia harus menyusun ulang jadwal rencana kerja yang belum ter-realisasi akibat peristiwa Bulan hampir runtuh. Peristiwa besar yang membuat Terumi menunda beberapa rencana kerjanya hingga dua tahun

Memikirkan hal tersebut saja sebenarnya sudah sangat melelahkan. Namun sebagai wanita pertama yang menjabat menjadi Mizukage, ia tetap bersemangat. Ia bertekad akan terus membuat tanah kelahirannya jaya, terutama menghapuskan luka yang ditinggalkan oleh Mizukage sebelumnya.

"Sumimasen, Mizukage-sama." Terdengar suara pria memecah keheningan di ruang kerjanya.

"Ne, masuklah!" Terumi mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu berasal. Itu Choujuro, Shinobi katana asal Kirigakure yang sudah terkenal akan kehebatannya. Kini ia telah diangkat sebagai salah satu Asisten Mizukage.

"Ano.. Mizukage-sama, Besok adalah jadwal untuk mengunjungi Konoha. Seluruh perlengkapan untuk besok telah kusiapkan." Lapor Choujuro.

Pipi Terumi bersemu merah mendengar kata Konoha. Tanpa perlu diingatkan oleh Choujuro, ia sebenarnya ingat bahwa besok jadwal berkunjung ke Konoha. Malah ia sudah menanti-nantikan hari itu.

Huh? Kenapa? Apa yang istimewa dengan ke Konoha?

Sebenarnya bukanlah Konoha yang istimewa bagi Terumi, namun pria nomor satu yang memimpin di sana, yaitu Hatake Kakashi. Sudah dua tahun ini Wanita berparas cantik dan bertubuh ramping itu memperhatikan Kakashi lebih dalam, tepatnya semenjak usulan Kakashi untuk penjara Hoizukijyou. Jujur Terumi tak menyangka ketika mendengar usulan Kakashi bahwa Jisarenhyou dapat berguna untuk mengendalikan para tahanan di Houzukijyou agar tidak kabur. Menurut Terumi usulan Kakashi adalah usulan yang sangat cocok dengan keadaan saat itu adalah pasca Perang Dunia Shinobi Keempat, dimana semua desa shinobi kekurangan orang. Memang akan sangat merepotkan jika harus mengutus perwakilan dari masing-masing desa Shinobi untuk menjaga penjara Houzukijyo secara bergantian. Seperti usulan Kakashi, Menugaskan Kahyo dengan Jisarenhyou-nya sangat cocok untuk menjaga penjara Houzukijyo. Padahal jika Kakashi ingin 'egois', bisa saja ia langsung mengeksekusi Kahyo karena telah memakan banyak korban serta menjatuhkan kredibilitas Konoha. Tapi Kakashi malah memandang dari sudut yang berbeda. Sudut yang hanya dilihat oleh Kakashi. Semenjak itu, Terumi mulai menyadari kehadiran Kakashi, seorang Shinobi dari Negara Api yang sangat cerdas dan juga hebat. Semejak itu pula, pandangan Terumi tidak pernah terlepas darinya.

Pertemuan Lima Kage membuka mata wanita berparas cantik ini lebih lebar lagi untuk melihat Kakashi. Kecermatannya dalam mengamati keadaan bulan waktu itu membuatnya terpesona. Mana bisa sesorang yang belum genap tiga tahun menjadi Kage bisa se-peka itu? Bahkan lebih peka daripada empat orang lainnya yang lebih dahulu menjabat sebagai Kage. Terumi pun dipaksa kagum dibuatnya. Ia yakin pasti para Kage lainnya juga sependapat dengan hal ini. Ia tak menyangka kecerdasan seorang shinobi yang dulu dijuluki Konoha no Copy Ninja kali ini benar-benar membuatnya jatuh hati.

Peristiwa itu bukanlah akhir bagi Kakashi membuat Terumi terpukau. Dua bulan setelah peristiwa bulan yang hampir runtuh, Kakashi datang ke Kirigakure dan menundukkan kepalanya di hadapan Terumi. Kakashi memohon dengan penuh rasa hormat kepadanya agar Kirigakure berkenan untuk membantu penjagaan resepsi pernikahan pahlawan perang dunia Shinobi asal desanya tersebut. Saat itu Terumi sangat tersentuh. Seharusnya Kakashi tak perlu sampai jauh-jauh mengunjungi Kirigakure hanya untuk meminta bantuan. Lewat utusan, atau surat resmi saja sudah cukup. Terlebih lagi Naruto adalah pahlawan perang dunia yang juga menyelamatkan desanya. Tanpa diminta pun Kirigakure atau desa lainnya pasti akan ikut serta membantu. Dan tentu saja Kakashi tak perlu sampai menundukkan kepalanya dihadapan Terumi seperti itu. Sebagai sesama Kage, tentu posisi mereka setara. Tak perlu Kakashi bersikap terlampau sopan seperti itu. Semur hidupnya menjadi seorang Kage, ia belum pernah liat ada seorang petinggi dari suatu desa yang bersikap sangat sopan seperti Kakashi. Biasanya malah sesorang dengan jabatan yang tinggi malah bersikap sangat angkuh. Tapi berbeda dengan Kakashi. Sepertinya jabatan seorang Kage tidak merubah kepribadiannya.

Terumi lagi-lagi tak kuasa luluh dengan Kakashi karena kebijakannya untuk geng Raiko. Terumi makin kagum dengan Kakashi yang tidak hanya memandang dari satu arah saja dalam memutuskan sesuatu, namun juga mempertimbangkan banyak hal, sampai kebaikan untuk si tersangka pun ikut dipikirkannya. Sebenarnya bisa saja Kakashi memerintahkan Shinobi di desanya untuk memenjarakan geng Raiko, atau mungkin langsung mengekseskusinya. Toh, geng Raiko pernah membahayakan Konoha. Bahkan membuat beberapa Shinobi Konoha sebagai senjata dengan men-genjutsunya menjadi Kibaku Ningen. Tapi lagi-lagi, Kakashi tetaplah Kakashi. Hokage yang aneh bagi Terumi. Keputusannya untuk Kibaku ningen tak hanya membuat geng Raiko tersentuh sampai menitikan air mata, namun juga Terumi sebagai seorang Kage dari negara tetangga.

"Ano, Mizukage-sama? Apa anda kurang sehat?" suara Choujuro membuyarkan lamunannya.

"Oh! Daijobu! Arigatou, Choujuro. Kau boleh kembali melanjutkan pekerjaanmu."

Choujuro tidak mengindahkan perintah Mei Terumi. Ia tetap berdiri mengamati wajah cantik sang Mizukage. Choujuro melihat seperti ada yang salah di raut wajahnya.

"Mizukage-sama, Daijobuka? Wajahmu terlihat pucat." Ujar Choujuro cemas.

"Jangan terlalu memaksakan diri, Mizukage-sama." Lanjutnya

"Daijobu, Choujuro." Jawab Mei Terumi singkat sambil menyimpulkan senyum manis diwajahnya.

Sejenak, Choujuro terpaku melihat senyum yang dilemparkan kepadanya itu. Ada rasa nyaman yang mengalir di relung hatinya. Ingin sekali Choujuro dapat melindungi senyum manis itu. Selamanya.

"Oia, Mizukage-sama, Daimyo sudah menunggu anda di ruang pertemuan."

Terumi terperanjat ketika mendengar kata Daimyo disebut oleh lisan Choujuro.

"Apa? Mengapa begitu tiba-tiba Daimyo berkunjung ke Kiri?" ujar Terumi terkejut.

"Daimyo-sama 'kan memang akan berkunjung kesini. Kita sudah membahas hal ini, Mizukage-sama."

Terumi menepuk jidatnya. Benar yang dikatakan Choujuro barusan. Terumi mengutuk dirinya sendiri dalam hati karena bisa lupa dengan hal sepenting itu.

"Yaampun! Aku benar-benar lupa! Baiklah aku segera kesana." Terumi langsung berlari meninggalkan ruangannya.

Choujuro hanya geleng-geleng sambil tersenyum melihat kelakuan atasannya. Choujuro pun kembali ke ruang kerjanya.

"Ohisashiburi desu ne, Cucu kesayanganku?"Tanya pria tua kurus sambil memegang segelas ocha hangat di tangannya.

"Jangan memanggilku seperti itu, Ojii-chan! Bagaimana kalau nanti ada orang yang mendengarnya." Keluh Terumi.

"Memang kenapa kalau ada yang mendengarnya? Lagi pula sampai kapan kau menyembunyikan identitasmu sebagai cucuku? Apakah menjadi cucu Daimyo adalah aib?"

"Aduh, kita sudah membahas itu, Ojii-chan."

Terumi sebenarnya memang cucu kandung dari Daimyo negara air. Ibunya adalah anak satu-satunya yang dimiliki oleh Daimyo. Berbeda dengan Daimyo pendahulunya, ia tidak memiliki selir dan lebih memilih untuk menikah dengan seorang gadis yang sangat ia cintai dari desa tepencil di perbatasan Negara Air. Sejak kecil, Terumi mengikuti mendiang ibunya untuk menyembunyikan identitasnya sebagai keturunan Daimyo. Terumi tidak mau diperlakukan istimewa hanya karena ia adalah cucu seorang Daimyo.

"Apakah ada sesuatu yang sangat mendesak sampai Ojii-chan mengunjungiku di Kirigakure? Lalu mengapa kita hanya ngobrol berdua disini? Mana pengawalmu juga para petinggi desa?" Tanya Mei tidak sabar.

"Pertanyaanmu banyak sekali, cucuku. Aku kesini datang sebagai Ojii-chan mu, Bukan sebagai Daimyo pemimpin negara air. Aku sudah menyuruh asistenmu dan seluruh bawahanku untuk tidak ikut masuk ke ruang pertemuan ini."

"Aduh! kalau begitu kenapa Ojii-chan harus datang ke tempat kerjaku? Kalau masalah keluarga Ojii-chan 'kan bisa menyuruhku mengunjungi kediamanmu, atau mungkin lewat surat saja biar praktis." Protes Terumi.

"Kau selalu sibuk dengan jabatan Mizukage-mu itu, cucuku. Jadi kuputuskan untuk memberi tahumu langsung. Baiklah, cucuku, aku akan menjelaskannya secara singkat karena aku juga tidak punya banyak waktu. Jadi mohon dengarkan baik-baik."

Mendengar hal tersebut Terumi spontan diam dan menatap kakeknya dengan serius. Ia harap pertemuan dengan kakeknya tidak lama karena masih banyak pekerjaan yang harus Terumi selesaikan.

"Aku akan menjodohkan mu." Ujar Daimyo santai.

"...!"

Terumi Tersentak. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya. Apa? Menjodohkanya? Terumi tidak percaya. Terumi merasa ia pasti salah dengar. Terumi sepertinya terlalu lelah sehingga indra pendengarannya terganggu hari ini.

"Maaf, Ojii-chan, Tadi Ojii-chan bilang apa? Sepertinya aku salah dengar." Terumi mencoba meyakinkan dirinya dari apa yang ia dengar barusan.

"Ne, Aku akan menjodohkanmu." Jelas Daimyo santai.

Terumi merasa jantungnya hampir copot mendengar perkataan Kakeknya barusan. Ia merasa dirinya sudah gila karena ucapan kakeknya tersebut.

"Astaga, Ojii-chan! Apa yang telah kau lakukan? Tidak! Aku tidak mau dijodohkan!" Ujar Terumi menolak keinginan kakeknya.

"Hei, Hei! Bukannya kau ingin sekali menikah?"

"Aku bukan anak kecil lagi, Ojii-chan! Umurku sudah kepala tiga dan aku juga seorang Mizukage! Kau tidak bisa mengaturku seperti ini!" Tegas Terumi pada kakeknya.

Walaupun memang benar ia memang sangat ingin menikah dan Daimyo adalah Kakeknya, bukan berarti Kakeknya bisa mengatur kehidupannnya, termasuk dengan siapa Terumi akan menikah.

"Sudah jangan menolak! Aku sudah menghubungi laki-laki yang akan dijodohkanmu dan ia pun setuju. Aku juga sudah mengatur jadwal pertemuan kalian."

Jantung Terumi hampir copot untuk kedua kalinya mendengar perkataan kakeknya barusan. Ia jadi makin tidak mengerti bagaimana cara pemikiran kakeknya.

"Apa? Yaampun Ojii-chan! Kenapa kau memutuskan sesuatu tanpa memberitahuku terlebih dahulu?" Protes Terumi. Bisa-bisanya kakeknya memutuskan sesuatu yang sangat penting seperti ini tanpa menanyakan persetujuannya telebih dahulu.

"Kalau tidak ku jodohkan seperti ini bisa-bisa kau melajang seumur hidupmu. Kau adalah satu-satunya keturunanku yang masih hidup. Kalau kau tidak menikah dan punya anak, siapa yang akan meneruskan keturunanku? Lagipula 'kan kau memang ini menikah" Ujar Daimyo memberi alasan.

"Itu memang benar, tapi bukan berarti Ojii-chan bisa bertindak seenaknya seperti ini. Tidak! Tidak bisa! Pokoknya Aku tidak akan mengikuti perjodohan yang kau atur!" kukuh Terumi.

Mendengar suara Cucunya yang mengeras membuat raut waja Daimyo berubah. Mata Daimyo memancarkan rasa tidak senang.

"Ini bukan pilihan, cucuku, ini adalah perintah! Aku tidak perduli kau setuju atau tidak. Kau harus tetap mengikuti perjodohan ini!" Nada Daimyo meninggi.

Terumi terdiam. Ia tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menjawab perkataan kakeknya itu. Bukan, bukan berarti ia tidak tegas atau lemah, namun ia tahu bahwa posisinya sekarang adalah seorang cucu kepada kakeknya. Bagaimanapun, Kakeknya adalah satu-satunya keluarga yang Terumi miliki sekarang. Dan jauh di lubuk hatinya, Terumi sangat menyayangi kakekknya. Prioritasnya sekarang adalah menghormati kakeknya.

"Ini! Ambil!" Daimyo menaruh selembar kertas di atas meja yang berhadapan langsung dengan Terumi.

"Ini adalah jadwal pertemuan kalian berdua. Semoga berhasil, ya, cucuku!" ujar Daimyo dengan senyum menyebalkan di wajahnya. Terumi menyimpulkan bahwa Raut wajah kakeknya yang tidak enak tadi hanyalah akting. Lagi-lagi, Terumi tertipu dengan kejahilan kakeknya.

"Ojii-chan!" Ujar Terumi setengah teriak karena kesal. Kakeknya selalu bersikap seenaknya.

Tanpa memperdulikan Terumi yang sedang jengkel, Daimyo kemudian beranjak dari tempat duduknya dan bergegas keluar. Namun baru sampai di daun pintu ruang pertemuan itu, ia berhenti sejenak dan menoleh ke belakang menatap wajah terumi seraya berkata.

"Oya! Ia adalah seorang pria dari klan Hatake! Kau pasti akan menyukainya, hehehe"

Perasaan jengkel di dada Terumi sekejap hilang ketika nama Hatake disebut.

Hatake?

Apakah yang dimaksud Ojii-chan,

Hatake Kakashi?