Disclaimer: Saya tidak mengakui kepemilikan semua anime yang ada di fic ini.

Damnation

Chapter 4: The Sudden Attack!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Takigakure

17 Maret X785

09.00 a.m

"Jangan bercanda kau bocah! Kalian hanya berdua, sedangkan kami ada 10. Lagipula kau hanya seorang bocah, kau tidak punya kesempatan untuk menang," ucap seorang bandit.

Naruto tidak memedulikan ucapan bandit itu. Dia menguatkan cengkramannya pada kedua pedangnya.

"Two Blade Style: Wolf Attack!"

Naruto berlari dengan cepat kearah seorang bandit. Bandit itu mengeluarkan sebuah kunai dari kantong senjatanya. Saat keduanya sudah dalam jarak yang cukup dekat, bandit itu menebaskan kunainya pada Naruto. Naruto menghindarinya dengan membungkukkan badannya. Dan dengan gerakan cepat dia menebaskan kedua pedangnya ke bandit itu dari bawah ke atas. Bandit itu terpelanting dan menerima dua buah luka sayatan di dadanya.

Tanpa buang-buang waktu Naruto langsung berlari kearah seorang bandit yang lain. Tak mau berakhir sama dengan temannya, bandit itu segera memvuat segel tangan. Setelah selesai bandit itu menghentakkan tangannya ke tanah.

"Earth Release: Earth-Style Wall!"

Tanah di depan bandit itu mencuat ke atas membentuk sebuah dinding dari tanah. Naruto menarik kebelakang kedua pedangnya di samping kanan kepalanya.

"Two Blade Style: Wolf Claw!"

Naruto menebaskan kedua pedangnya ke arah dinding tanah itu, menyebabkan dinding itu teriris. Naruto berlari kearah belakang dinding tadi. Tapi, dia tidak dapat menemukan bandit tadi.

"Kai!"

Tanah di bawah Naruto bersinar. Dia melihat beberapa kertas peledak yang mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian kertas-kertas itu meledak.

"Dasar bodoh! Itulah yang akan kau dapatkan jika melawan kami bocah!" ucap bandit yang meledakkan kertas peledak tadi.

Beberapa saat kemudian asap dari ledakan itu memudar. Tampak Naruto yang masih berdiri dengan luka-luka bakar du seluruh tubuhnya. Luka-luka di tubuh Naruto perlahan mulai sembuh kembali sampai tidak ada lagi luka satupun di tubuhnya.

"B-bagaimana kau...?" ucap bandit itu shock. Bagaimana bisa luka sebanyak itu sembuh secepat itu?

Naruto tidak memedulikan keterkejutan bandit itu. Dia menyiapkan serangannya lagi.

"Two Blade Style: Wolf Rage!"

Naruto menebaskan kedua pedangnya berkali-kali kearah bandit itu. Beberapa tebasan angin melesat cepat kearah bandit itu. Seakan mati langkah, bandit itu tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Tebasan-tebasan angin itu pun menghantam tubuhnya. Tubuh bandit itu penuh dengan luka sayatan. Darah merembes keluar dari seluruh tubuhnya. Sesaat kemudian bandit itu jatuh tak sadarkan diri.

Naruto membalikkan badannya kearah bandit-bandit yang lain. "Jadi, siapa selanjutnya?"

Sementara itu dengan Akeno. 5 orang bandit mendekatinya. Mereka memasang wajah beringas saat melihat Akeno.

"Uh, kau gadis yang sangat cantik."

"Sadarlah dasar bodoh! Dia itu masih bocah! Kau pedofil?"

"Diamlah! Hei gadis manis sebaiknya kau menyerah saja. Kami akan mengampuni nyawamu, tapi kau juga harus ikut bersamaku."

"Itu benar. Kau sangat cantik dan seksi. Sayang jika harus terbunuh disini."

"Ufufu, terima kasih atas tawaran kalian. Tapi, aku lebih memilih mati daripada ikut bersama kalian."

"Sayang sekali kalau begitu. Kami akan membawamu dengan paksa."

"Coba saja kalau bisa."

Semua bandit itu mencabut pedang mereka dari sarungnya. Mereka berlari kearah Akeno dan menebaskan pedang mereka. Tapi setelah menebaskan pedang mereka Akeno memudar dan hilang dari pandangan mereka.

"Apa ini?"

"Genjutsu?"

Mereka melihat kesana kemari untuk mencari dimana Akeno berada. Tapi mereka tidak dapat menemukannya dimanapun.

"Lightning Release: Lightning Bolt!"

Dua aliran listrik mengalir di udara dan menghantam dua orang bandit. Kedua bandit itu berteriak kesakitan saat mereka menerima serangan listrik itu. Akeno muncul dari semak-semak. Kedua tangannya dialiri listrik kuning. Dan sesaat kemudian listrik itu menghilang.

"Kau! Ternyata kami terlalu meremehkanmu ya. Baiklah, kami akan mulai serius kali ini."

"Seharusnya kau serius dari tadi bandit-san, ufufufu," ucap Akeno sambil tertawa sadis.

"Cih, kalian kepung dia! Kita gunakan ninjutsu terkuat kita pada gadis sialan ini!"

"Baik!"

Para bandit itu berpencar dan mengepung Akeno. Aleno tidak terlihat khawatir atau panik. Dia malah hanya berdiri disana dan tersenyum.

Para bandit itu membentuk beberapa segel tangan. Dan dengan bersamaan mereka meneriakkan nama jutsu mereka.

"Fire Release: Fire Ball Jutsu!"

"Earth Release: Earth-Style Spike Jutsu!"

"Wind Release: Wind Wave!"

Salah satu bandit mengeluarkan bola api berukuran cukup bedar dari mulutnya. Satu bandit menghentakkan tangannya di tanah dan dari tanah mencuat duri-duri dari tanah yang menuju ke Akeno. Satu bandit mengeluarkan gelombang angin cukup besar dari mulutnya. Sedangkan Akeno tetap berdiri disana tanpa menunjukkan ekspresi khawatir sedikitpun.

Ketiga jutsu itu pun berbenturan tepat di tempat Akeno berada. Jutsu api dan angin yang bertabrakan membuat apinya bertambah besar. Perlahan, kepulan asap di tempat Akeno menghilang. Disana terlihat Akeno yang masih berdiri tanpa menerima luka atau bekas fisik apapun.

"Apa!?"

"Apakah ini genjutsu? Semuanya lepaskan pengaruh genjutsunya. Kai!"

Bayangan Akeno mulai menghilang. Dan di tempat dia berdiri tadi tidak terlihat dirinya lagi. Menunjukkan bahwa bayangan Akeno tadi hanyalah genjutsu.

"Sial! Dia mempermainkan kita dengan genjutsunya! Jangan sampai terkena tipuan genjutsunya lagi!"

"Cih, memalukan sekali. Kita dipermainkan oleh bocah!

Para bandit itupun saling memunggungi satu sama lain. Mereka bersiap-siap dengan kunai mereka masing-masing.

Dari kejauhan mereka dapat melihat Akeno. Dia berdiri disana dengan senyuman bertengger di wajahnya.

"Lihat! Dia ada disana! Ayo kita tangkap dia!"

"Tunggu! Mungkin itu cuma genjutsunya. Ayo kita coba lepaskan genjutsunya."

"Kai!"

Mereka membuat satu segel tangan dan meneriakkan kai untuk melepas genjutsunya. Tapi, tidak ada apapun yang terjadi selanjutnya. Akeno masih berdiri disana dengan tenangnya.

"Ini bukan genjutsu. Kalau begitu ayo kita langsung serang dia."

Para bandit itu berlari kearah Akeno. Mereka akan menghabisi gadis ini.

Saat sudah berada hanya beberapa meter di depan Akeno, Akeno membuat sebuah segel tangan.

"Lightning Release: Lightning Trap Kai!"

Tanah tempat berpijak para bandit itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya kuning yang terang. Sesaat kemudian muncul lingkaran segel kuning yang bercahaya. Lingkaran itu kemudian mengeluarkan ledakan petir kuning yang lumayan besar. Ketiga bandit itu terkena oleh petir itu dengan telak. Tubuh mereka gosong. Sesaat kemudian, bandit-bandit itu terjatuh dan tak sadarkan diri. Akeno berjalan mendekati ketiga bandit itu.

"Huft, chakraku sudah hampir habis. Kuakui kalian memang lebih kuat dari bandit-bandit si desaku. Tapi, kalian sama bodohnya. Ufufufu," ucap Akeno sambil tertawa kejam.

Tiba-tiba sebuah tubuh manusia datang dengan kencangnya dan menghantam tubuh bandit-bandit yang tergeletak itu. Kejadian itu membuat tubuh para bandit itu terlempa. Sementara tubuh orang yang datang tadi terseret di tanah sampai beberapa meter. Akeno mengalihkan pandangannya pada asal orang tadi datang. Disana dia dapat melihat Naruto yang mengangkat kaki kanannya ke depan. Dia berpikir bahwa Narutolah yang telah menendang orang tadi.

"Ufufufu, sepertinya akulah yang lebih cepat mengalahkan musuh-musuh itu ya?" ucap Akeno.

"Kau hanya beruntung. Aku tadi bermain-main sedikit dengan mereka," ucap Naruto yang merasa tidak mau kalah.

"Yah, apapun yang kau katakan akulah yang lebih cepat," ucap Akeno.

"Terserahlah," ucap Naruto.

Naruto dan Akeno berjalan mendekati bandit yang baru saja Naruto tendang itu. Naruto menyeret bandit itu di bagian belakang bajunya. Mereka berjalan mendekati para ninja Takigakure yang terkena segel grafitasi milik para bandit itu.

"Lepaskan segelnya sekarang!" Perintah Naruto pada bandit itu.

Bandit itu masih meringis kesakitan. Tak mau dihajar lagi, dia pun segera melakukan perintah Naruto. Bandit itu membuat beberapa segel tangan dan melepaskan segelnya.

"Kai!"

Segel di bawah para ninja Takigakure pun menghilang. Grafitasi yang tadi terasa sangat berat pun menghilang. Para ninja Takigakure meregangkan badan mereka yang terasa sakit itu. Salah satu kunoichi Takigakure berambut hijau mendekati Naruto dan Akeno.

"Siapa kalian?" Tanya kunoichi tersebut.

Salah satu ninja Takigakure yang lain menjitak kepala kunoichi itu dengan kerasnya. Kumoichi itu meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepala yang tadi menerima jitakan itu.

"Dasar ceroboh! Bikin susah orang saja! Apa kau tidak tahu bahwa tadi itu perangkap Fuu?" ucap ninja itu dengan marah-marah.

"U-uuh, mereka tadi menyerang dan merampok warga desa. Saat aku mendatangi mereka, mereka kabur. Jadi aku mengejar mereka," ucap Kunoichi berwarna Fuu tadi.

"Mereka itu sengaja memancingmu untuk keluar dari desa agar mereka bisa menangkapmu. Apa kau tidak tahu bahwa kau ini adalah aset berharga bagi desa!?" ucap shinobi itu.

"Yah yah, aku mengerti. Aku hanyalah seorang orajg yang dijadikan wadah bagi bijuu yang kalian sebut sebagai aset ini," ucap Fuu kesal. Dia melompat ke atas pohon dan pergi dari tempat itu dengan kesal.

"Aduh, kalian berdua. Ikuti Fuu dan awasi dia. Tapi jangan sampai ketahuan kalau tidak mendesak. Cepat pergi!"

"Baik!" Ucap kedua shinobi itu sebelum pergi mengejar Fuu.

"Ah, kami sungguh berterima kasih pada kalian. Berkat kalian berdua nyawa kami selamat," ucap shinobi tadi kepada Naruto dan Akeno.

"Iya bukan masalah kok. Kami melakukannya dengan senang hati," ucap Akeno sambil tersenyum.

"Ah begitu ya? Bagus kalau begitu," ucap shinobi itu.

"Apa kalian ninja Takigakure?" Tanya Naruto.

"Benar. Kami adalah ninja dari Takigakure," jawab shinobi itu.

"Kebetulan. Kami ingin memberitahu kalian tentang sesuatu," ucap Naruto.

"Apa itu?"

Naruto mengeluarkan secarik kertas dari kantung celananya. Kertas sedikit terbakar tapi masih bisa dibaca. Shinobi Taki itu menerima kertas itu. Dia membaca dengan seksama isi dari kertad tersebut.

"Apa kalian dapat menjelaskan secara detailnya?" Tanya shinobi Taki.

"Kami akan menjelaskannya pada pimpinan kalian. Mengingat ini adalah informasi yang penting bagi kalian," ucap Akeno.

"Kau benar. Kalau begitu ayo kita pergi ke tempat Shibuki-sama. Kalian akan menjelaskan detailnya padanya,"

"Baiklah," jawab Naruto dan Akeno.

"Kalian semua! Bawa para bandit itu! Kita akan mengintrogasi mereka."

"Baik!"

Para shinobi itu mendekati para bandit yang sudah tak sadarkan diri itu. Mereka mengikat pergerakan para bandit itu dan membawanya.

"Baiklah, ayo kita pergi!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

Takigakure. Desa ini memang tidak sepopuler desa-desa besar 5 Negara Elemen. Tapi, walaupun begitu bukan berarti desa ini adalah desa yang lemah. Desa ini juga telah menghasilkan banyak shinobi-shinobi hebat. Hal lain yang mampu dibanggakan dari desa ini adalah pohon besar di tengah-tengah desa dan juga air terjun yang konon katanya dapat menghasilkan air pahlawan. Keduanya merupakan simbol utama dari desa ini. Tidak hanya itu, desa ini juga mempunyai sejarah yang hebat. Dalam waktu didirikan sampai sekarang, desa ini tidak pernah berhasil diinvasi oleh siapapun. Itulah sebabnya kenapa desa-desa lain harus berpikir panjang kalau ingin menginvasi desa ini.

Kembali kepada Naruto dan Akeno. Mereka berdua kini aedang berjalan di tengah-tengah desa bersama para shinobi Takigakure. Tujuan mereka adalah tempat kediaman Shibuki, pemimpin dari desa Taki.

Dalam sepanjang perjalanan, Naruto dan Akeno dapat melihat para penduduk beraktivitas di tempat mereka. Tidak seperti dugaannya, desa ini ternyata lebih sepi dari desa manapun yang pernah dia singgahi. Kebanyakan rumah ditutup rapat dari pintu hingga semua jendelanya. Toko-toko juga jarang yang dibuka, sepanjang perjalanan mereka hanya dapat melihat gerai toko yang tertutup. Para penduduk juga tidak banyak yang berada di luar rumah mereka. Hanya segelintir dari mereka yang berada di luar. Mereka terlihat menampakkan ekspresi kosong dan seakan memiliki pikiran yang berat.

Naruto dan Akeno tentu saja bingung dengan desa ini. Mereka penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada desa ini dan penduduknya.

"Jika kalian menyadari ada sesuatu yang salah di desa ini, kalian memang benar. Akhir-akhir ini banyak bandit yang menyerang dan merampok penduduk disini. Jumlah perampokan yang terjadi tidaklah sedikit. Hampir setiap hari terjadi perampokan. Penduduk desa ketakutan dan khawatir. Karena itulah mereka lebih memilih tetap diam di rumah. Dan shinobi-shinobi kuat dari desa ini juga banyak yang diculik. Desa ini sedang mengalami kesulitan yang besar," ucap shinobi Takigakure yang mengantar Naruto dan Akeno.

Naruto dan Akeno mengangguk mengerti. Mereka merasa kasihan dengan penduduk desa ini. Setelah semua itu, juga ada kagi ancaman yang lebih besar menunggu mereka. Yaitu invasi para bandit itu.

Beberapa saat telah mereka lewati dalam perjalanan ke kediaman Shibuki. Dan pada akhirnya, merekapun sampai juga. Tempat kediaman Shibuki adalah sebuah pondok kayu yang tidak begitu besar tapi terlihat nyaman. Mereka mulai masuk ke dalam.

"Tunggu sebentar, siapa mereka berdua?" Tanya seorang yang menjaga pintu masuk.

"Mereka bersamaku. Mereka adalah orang yang menyelamatkan kami dari bandit-bandit itu. Jika tidak ada mereka kami pasti sudah akan mati," ucap shinobi yang bersama Naruto.

"Jika kalian berdua ingin masuk ke dalam, serahkan dulu senjata kalian," ucap penjaga pintu.

"Biarkan saja mereka membawa senjata mereka. Percayalah padaku, mereka dapat diper-"

"Sudahlah, kami akan memberi semua senjata kami. Lagipula, ini untuk penjagaan desa ini kan?" Ucap Naruto.

Naruto dan Akeno pun melepaskan perlengkapan senjata mereka. Naruto melepas semua pedang-pedangnya dan memberikannya pada penjaga itu. Akeno juga memberikan kantung senjata shinobihya pada penjaga itu.

"Baiklah silahkan masuk,"

Dan merekapun masuk ke dalam. Di dalam mereka dapat melihat seorang pria muda berambut panjang yang duduk di depan sebuah meja kecil. Mereka berasumsi bahwa dialah pemimpin desa ini, Shibuki. Merekapun berjalan kearahnya.

"Shibuki-sama, kami membawa orang yang mempunyai informasi tentang invasi bandit. Kami juga membawa bandit-bandit yang mengincar Fuu."

"Serahkan bandit-bandit itu kepada tim interogasi," ucap Shibuki.

"Baik." Para shinobi yang membawa bandit-bandit itupun pergi.

"Dan siapa yang kau bilang punya informasi tentang invasi bandit itu?" Tanya Shibuki.

"Mereka berdua Shibuki-sama. Mereka adalah orang dari luar desa yang telah menyelamatkan kami dari bandit," ucap shinobi berambut bergelombang itu.

"Hmm, begitu ya. Untuk kalian shinobi Taki. Lanjutkan penjagaan di sekitar desa. Kecuali untukmu Kegon. Tetaplah disini."

"Baik!" Ucap para shinobi Taki dengan serentak. Merekapun pergi meninggalkan keempat orang itu keluar ruangan.

"Duduklah kalian bertiga."

Naruto, Akeno, dan Kegon pun duduk.

"Jadi, apa yang kau ketahui? Ceritakan padaku."

"Kami ingin memberitahu bahwa Takigakure akan diinvasi oleh bandit tapi sepertinya kalian sudah tahu," ucap Naruto.

"Tentu kami tahu. Belakangan ini mereka terus menyerang penduduk kami. Banyak shinobi kami kewalahan karena jumlah mereka yang banyak. Dan mereka juga mengancam akan menyerang jika tidak menyerahkan desa dengan damai."

"Begitu ya. Kami berdua juga sudah bertemu dengan pasukan bandit yang berjumlah besar. Mungkin setara dengan jumlah penduduk satu desa kecil pada umumnya. Saat itu mereka juga telah menyerang desa Akeno-chan," ucap Naruto sambil melirik kearah Akeno.

"Sepertinya invasi ini bukan main-main. Melihat jumlah bandit yang dikirimkan saat di desa, mungkin mereka hanya sebagian kecil. Dan mereka adalah bandit bayaran yang dibayar seseorang untuk menyerang desa ini. Orang yang menyewa jasa para bandit itu telah mengumpulkan banyak kriminal sewaan lainnya dari berbagai tempat berbeda. Dan jumlah mereka bukan main-main. Mungkin lebih banyak dari jumlah shinobi desa Takigakure," jelas Akeno.

Naruto terheran dengan penjelasan Akeno yang terperinci itu. Dia tidak menyangka kalau Akeno sepintar ini sampai memberi asumsi sejauh itu. Oh, atau mungkin Akeno membaca pikiran bandit yang mereka lawan tadi. Ya, itu mungkin saja. Kemampuan Akeno ini ternyata bisa menjadi lebih berguna dari yang bisa ia bayangkan.

"Kalau begitu desa ini berada dalam keadaan bahaya yang lebih tinggi dari yang aku duga. Lalu, bagaimana dengan bandit yang menyerang desamu... uhm- Akeno-san?" Tanya Shibuki.

"Mereka semua sudah kalah. Beberapa mungkin sudah mati dan ada yang masih hidup, tapi mereka tidak akan melakukan serangan dalam waktu dekat."

"Dan siapakah yang mengalahkan mereka?"

"Ufufufu, kami berdua yang melakukannya. Yah, walaupun kebanyakan Naru-kun yang mengalahkan mereka."

Shibuki dan Kegon terdiam untuk beberapa saat.

"Tunggu. Maksud kalian, kalian berdua mengalahkan bandit yang jumlahnya setara dengan satu desa. Hanya kalian berdua?" Tanya Kegon dengan wajah tak percayanya.

"Itu benar! Mereka sama sekali tidak ada apa-apanya. Hehehe," ucap Naruto.

Shibuki dan Kegon saling bertukar pandang satu sama lain. Mereka tak habis habis pikir anak-anak seumur mereka mampu mengalahkan musuh dengan jumlah sebanyak itu.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa. Shinobi Takigakure tidak cukup pasukan untuk melawan invasi dengan jumlah musuh sebanyak itu," ucap Shibuki frustasi sambil memijit kepalanya.

"Yah itu benar. Shinobi kita banyak yang berada di rumah sakit karena menghadapi serangan para bandit yang terus-terusan," ucap Kegon.

Naruto dan Akeno saling pandang satu sama lain. Mereka pun tersenyum.

"Kalau begitu kami akan membantu," ucap Akeno.

"Benar. Walaupun kami hanya berdua, kami dapat mengalahkan banyak dari mereka. Kalian dapat memercayai kami," ucap Naruto.

Shibuki mendongak menatap keduanya. Dia merasa sedikit senang. Dia pun tersenyum. "Terima kasih. Sebelumnya akan memberi kalian tempat untuk menginap dan makanan sebagai balasan atas kebaikan kalian," ucap Shibuki.

"Terima kasih,"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

Naruto merebahkan tubuhnya pada futon empuk itu. Rasanya nyaman sekali. Setelah selama ini hanya tidur di tempat terbuka di atas tanah dan batu yang keras, rasanya dia tidur di atas marsmellow yang sangat empuk. Dia tidak ingin beranjak dari futonnya ini.

Naruto menggeliat-liat dan memeluk-meluk futonnya dengan senangnya. Akeno yang melihat itu terkekeh. Kelakuan Naruto yang satu ini sangatlah lucu menurutnya.

"Ufufu, apa kau jatuh cinta pada futonmu itu, Naru-kun? Kau memeluknya seakan futon itu kekasihmu," tanya Akeno sambil terkekeh.

"Ya kau benar, aku jatuh cinta. Sudah lama aku tidak merasakan tempat tidur seempuk dan senyaman ini," ucap Naruto.

"Oh begitu. Bagaimana kalau aku juga ikut tidur di futon itu. Mungkin akan terasa lebih empuk dan nyaman, hmm?" Goda Akeno.

Naruto yang mendengar ucapan Akeno langsung memerah. Dia melihat Akeno yang saat ini bertingkah seksi dan menggoda. Sial! Walaupun dia masih 15 tahunan, tapi nafsunya sangat besar. Ini eua gara-gara Sanji sialan itu! Naruto menelungkupkan wajahnya ke futon berusaha menyembunyikan wajahnya.

Akeno terkekeh pelan. "Ufufufu, jadi kau lebih memilih futon itu ya. Kalau begitu aku juga akan tidur dengan futonku."

Akeno mengambil futonnya yang telah disediakan oleh Shibuki. Dia menaruh di samping Naruto dan ikut berbaring di sana.

"Uhm... Akeno, darimana kau belajar jutsu-jutsumu. Jutsu-jutsumu itu terlihat seperti jutsu tingkat tinggi menurutku," ucap Naruto.

"Aku memelajarinya dari ibuku. Bukan hanya jutsu, aku memelajari semua hal yang kutahu darinya. Dia adalah kunoichi yang hebat. Tapi, aku tidak pernah tahu dia terikat dengan desa mana," ucap Akeno sambil membayangkan bayangan ibunya.

"Begitu ya. Apa kau bisa menceritakan tentang ibumu lebih banyak lagi? Dia sepertinya orang yang menarik."

"Tentu! Dia adalah-" ucapan Akeno terpotong oleh suara ledakan besar.

Naruto langsung terbangun karenanya. "Ledakan apa itu?" Tanya Naruto.

"Aku tidak yakin. Bunyinya berasal dari arah desa. Ayo coba kita periksa," ucap Akeno.

"Ayo! Kita bergegas! Firasatku tidak enak," ucap Naruto. Dia mengamb pedang-pedangnya di sampingnya. Lalu, dia dan Akenopun keluar dari kamar itu dengan sekejap mata.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

"Serangan! Desa diserang! Cepat lari!"

Para warga Takigakure berlarian untuk mencari tempat perlndungan. Desa mereka diserang! Banyak dari mereka telah meninggal akibatnya. Saat ini mereka sedang berlari menuju tempat persembunyian yang berada di bawah pohon di pusat desa.

"Cepat lari dengan segenap kemampuan kalian! Tolong bawa juga para orang yang tidak mampu berlari! Kami akan melindungi kalian!" Teriak salah satu jounin Takigakure.

Bola- bola api seukuran bola sepak berjatuhan dari atas langit menuju para warga desa.

Bwoosh!

Bola-bola api itu terhempas karena terkena hembusan angin yang besar. Naruto dan Akeno datang. Mereka mendekat ke salah satu shinobi Takigakure.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Naruto yang memegang dua buah pedang panjangnya.

"Bandit-bandit itu menyerang. Dan jumlah mereka kali ini tidak seperti biasanya. Jumlah mereka berkali-kali lipat lebih banyak. Sepertinya ini adalah invasi mereka yang sesungguhnya."

"Begitu ya. Kalau begitu ayo kita serang balik. Akeno, ayo!" Ucap Naruto.

Akeno membalasnya dengan mengangguk. Mereka langsung saja berlari kearah bandit-bandit yang berlarian di atas atap perumahan. Mereka mengambil atap yang yang berbeda agar dapat menyerang kumpulan bandit yang berbeda.

Naruto menggenggam kuat kedua pedangnya. Dia melaju kearah bandit yang juga berlari kearahnya. Dia menebaskan pedangnya secara horizontal dan tebasan angin pun melesat kearah kelompok bandit itu. Barisan bandit yang berada di depan dapat menghindarinya dengan melompat ke atas, tapi barisan yang berada di belakang mereka tidak seberuntung itu dan menerima tebasan itu dengan telak.

Bandit-bandit yang berhasil menghindar merasa geram dengan Naruto. Salah satu dari mereka membuat segel tangan dan mengeluarkan jutsunya.

"Water Release: Water Bomb!"

Bandit itu mengeluarkan bola air berintensitas tinggi pada Naruto. Naruto yang tidak mau ambil resiko langsung saja menghindar dengan melompat kebelakang. Sesaat kemudian, bola air itu menghantam tempat Naruto berdiri tadi dan membuat ledakan yang cukup besar.

Para bandit itu tidak membuang-buang waktu. Beberapa dari mereka melompat ke atas dan beberapa berlari ke arah Naruto dari bawah. Pasukan bandit di bawah membuat beberapa segel tangan yang sama dan mengeluarkan jutsunya.

"Water Release: Water Trumpet!"

Bandit menyemburkan air berintensitas tinggi ke arah Naruto. Naruto pun melompat ke atas. Tapi, diatas dia sudah ditunggu oleh bandit-bandit yang sudah selesai membuat segel tangan mereka.

"Fire Release: Fire Ball!"

Mereka mengeluarkan bola api dari mulut mereka. Naruto terkena telak oleh bola-bola api dari bandit-bandit itu. Dia pun terbawa ke oleh bola api itu dan menabrak atap di bawahnya.

Bandit-bandit itu merasa senang karena Naruto suda kalah. Tapi, pikiran itu langsung hilang dari pikiran mereka saat Naruto melompat dari kobaran api itu.

Naruto yang saat ini berada di udara menyiapkan kuda-kuda denfan dua pedangnya untuk menyerang.

"Two Swords Style: Death Storm!"

Naruto menebas-nebaskan pedangnya berkali-kali dengan kecepatan yang mengagumkan. Tebasan-tebasan angin tercipta dan melaju ke setiap bandit dengan cepat. Banyak bandit tak sempat menghindar dan terkena tebasan itu dengan telak. Beberapa masih dapat menghindar.

Tak mau buang-buang waktu, Naruto langsung melaju kearah mereka dengan menggunakan udara sebagai pijakan. Salah satu bandit yang menjadi incarannya langsung saja ia hantam. Ledakan kecil terjadi di sana. Naruto langsung melesat kearah bandit yang lain. Dia menendang bagian belakang kepala bandit itu dan menghantamkannya kebawah. Naruto melesat lagi kearah bandit yang terakhir. Saat berada tepat di belakang bandit itu, Naruto menendang bandit itu keatas. Naruto pun melompat dan saat dia berada di ketinggian yang sama dengan bandit itu, Naruto menendang bandit itu kebawah. Bandit itu melesat cepat menghancurkan atap rumah dibawahnya dan masuk ke rumah.

Naruto menapakkan kakinya kembali ke atap. Dia melakukan peregangan pada kaki dan beberapa bagian tubuh lainnya. "Yeah, ini akan menjadi pertarungan yang seru."

Beralih ke Akeno. Bandit yang berjumlah banyak itu melaju kearahnya. Dia tidak bergerak dan membiarkan mereka untuk berlari kearahnya. Salah satu bandit menebas Akeno dengan pedangnya. Tapi, pedang itu hanya menembus tubuh Akeno dan meninggalkan Akeno yang tetap berdiri disitu tanpa luka sedikitpun.

Bandit itu mencoba menebasnya lagi tapi hasilnya tetap sama. Dia menebasnya lagi dan lagi dengan bantuan temannya tapi hasilnya tetap sama saja.

"Mungkin ini genjutsu."

Mereka semua melepas genjutsunya, "Kai!"

Akeno madih saja berdiri disana dan tidak menghilang.

"Lightning Release: Thunderbolt Rain!"

Petir-petir kuning muncul di atas mereka. Sesaat kemudian, petir-petir itu menyambar mereka dengan sekejap mata. Ledakan pun terjadi dan bandit-bandit itu tersambar dan gosong seketika. 2 orang bandit masih dapat menghindar.

"Dia, bagaimana dia bisa berada di belakang kita dengan tiba-tiba?" Tanya salah satu bandit.

"Aku tidak tahu, tapi kita harus hati-hati dia punya jutsu yang lumayan hebat," ucap bandit yang lain. Bayangan Akeno yang tadi mereka serang pun memudar dan hilang.

Akeno memegangi kepalanya yang terasa sakit itu. Mempengaruhu pikiran orang sebanyak tadi memiliki efek samping yang lumayan besar. Lain kali, dia harus mempertimbangkannya lebih baik lagi.

"Kau buat dia sibuk dengan serangan jarak dekat. Aku akan menyerangnya dengan jutsu jarak jauh," ucao salah satu bandit.

"Baik!" Ucap bandit yang lain. Dia berlari kearah Akeno dengan sebuah pedang di kedua tangannya. Dia mengayunkan pedangnya dari bawah keatas begitu berada di depan Akeno. Akeno berhasil menghindar dengan melakukan salto kebelakang.

Akeno melakukan beberapa segel tangan secepat yang dia bisa. Tangan kanannya kini diselimuti listrik kuning. Dia melemparkan listrik itu kearah bandit di depannya. Listrik itu menyambar kearah bandit itu secepat kilat. Bandit itu dapat menghindar sedikit tapi masih terkena sedikit di bagian samping perutnya.

Akeno menggerutu dalam hati. Bandit yang diserangnya itu melempar kunai dengan kertas peledak kearahnya. Dia melompat kesamping untuk menghindar. Tapi, itu bukanlah keputusan yang tepat karena darisana sebuah bola api dari bandit yang satunya mengarah padanya. Akeno memejamkan matanya dan menyilangkan tangannya untuk berlindung.

Beberapa saat kemudian Akeno merasakan seseorang menangkapnya. Dia membuka matanya dan melihat Naruto membawanya. Naruto menurunkan dirinya diatas sebuah atap.

"Kau tidak apa-apa Akeno-chan?" Tanya Naruto khawatir.

"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing," ucap Akeno sambil memegabgi kepalanya yang terasa masih pusing.

"Istirahatlah sebentar. Aku akan mengurus mereka untukmu," ucap Naruto. Dia berbalik untuk melihat musuh Akeno. Huh, hanya dua orang.

"Terima kasih Naru-kun."

Naruto mengangguk. Dia melihat kearah bandit yang membuat jutsu bola api tadi.

"Two Swords Style: 16 Pounds Cannon Ball!"

Naruto menghentakkan kedua pedangnya ke depan. Gelombang angin tercipta dan terhempas kearah bandit itu. Bandit itu tak sempat menghindar dan terkena gelombang itu dengan telak. Bandit terhempas dengan beberapa tulang patah dan organ dalam yang rusak... atau bahkan hancur.

Naruto mengalihkan pandangannya kearah bandit yang memegang sebuah pedang. Naruto berlari kearah arah bandit itu. Naruto mengayunkan pedangnya dari atas tapi bandit itu berhasil menangkisnya dengan pedangnya.

Naruto menarik pedangnya lalu menyerang bagian kiri bandit itu. Bandit itu menangkisnya tanpa adanya kesulitan. Sepertinya bandit ini sudah terlatih dengan menggunakan pedang.

Naruto menarik pedangnya. Kali ini dia menggunakan seluruh kekuatannya pada ayunan pedang yang berikutnya. Dia menyerang bagiab atas bandit itu tapi serangannya berhasil ditahan. Sesaat kemudian pedang milik bandit hancut akibat tekanan pedang Naruto yang terlalu kuat. Naruto mengayunkan pedangnya pada yubuh bandit itu dan sukses membuat dua luka sayatan berukuran sedang.

Naruto memasukkan pedangnya lagi pada sarungnya setelah yakin jika tidak ada musuh lagi di sekitarnya. Dia berlari kearah Akeno. Dia masih dapat melihat Akeno terduduk di tempat dia meninggalkannya tadi.

Setelah sampai dia berlutut di depan Akeno.

"Akeno-chan, bagaimana keadaanmu?" Tanya Naruto.

"Sudah lebih baikan. Rasa pusingnya sudah hilang. Tapi, masih butuh waktu untuk mwnggunakan kemampuan membaca pikiran agar tidak pusing lagi," jawab Akeno.

"Kalau begitu, kau tidak perlu menggunakannya. Kali ini kita harus bertarung bersama," ucap Naruto. Naruto menyodorkan tangannya pada Akeno. Akeno menggenggamnya dan dia ditarik oleh Naruto.

Akeno menepuk-nepuk pantatnya untuk membersihkannya dari debu. Naruto yang melihat pantat Akeno ditepuk-tepuk seperti itu hanya meneguk ludahnya dengan wajah berkeringat dingin. Sial, dia ini sedang berada dalam pertarungan tapi dia malah memikirkan tentang hal ini? Lagipula, dia ini masih terlalu muda dan Akeno juga sama tapi... sial! Ini semua gara-gara Sanji.

Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya. Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu.

"Ayo kita cari lagi bandit-bandit yang lain. Bandit-bandit tidak boleh sampai berhasil menyerang desa in," ucap Naruto.

"Iya. Sebaiknya kita jangan buang-buang waktu. Atau desa ini hancur," balas Akeno.

Naruto mengangguk. "Ayo!"

Mereka berdua berlari di atap-atap rumah. Dalam lari mereka para bandit mencoba menghentikan mereka. Tapi mereka bukanlah tandingan untuk Naruto dan Akeno. Kombinasi antara ayunan pedang, sambaran petir, kunai, dan kertas peledak menyelimuti lari mereka. Saat Naruto tidak sadar ada musuh mencoba menyerangnya, Akenolah yang menyerang dengan serangan petirnya. Saat Akeno diserang Naruto menebas orang yang menyerang Akeno itu. Kombinasi mereka tidak dapat ditembus sama sekali oleh bandit-bandit itu.

Saat mereka menyadari bahwa serangan bandit itu berhenti, merekapun menghentikan lati mereka.

"Hei lihat itu!" Ucap Akeno sambil menunjukkan jari telunjuknya pada sekumpulan orang di bawah.

Naruto melihat kearah yang ditunjuk Akeno. Dia melihat seorang perempuan berambut hijau dan dua orang shinobi yang dia asumsikan sebagai ninja Takigakure. Oh, dia ingat merekalah orang yang dia dan Akeno selamatkan. Di depan mereka terdapat bandit yang jumlahnya banyak.

"Mereka kalah jumlah. Sebaiknya kita bantu mereka," ucap Naruto.

Akeno mengangguk untuk menjawabnya. Dan mereka berdua pun langsung pergi menuju ke pertarungan itu.

"Fuu, sebaiknya kita lari. Jumlah mereka terlalu banyak," ucap seorang shinobi Takigakure berambut pendek.

"Benar kata Yoro. Sebelum terlambat," ucap seorang lagi dengan rambut bergelombang. Dia adalah Kegon.

"Aku tidak peduli dengan jumlah mereka. Jika kalian tidak mau membantu sebaiknya pergi saja. Aku akan melawan mereka sendirian," ucap gadis berambut hijau yang dipanggil Fuu.

"Cukup bisik-bisiknya! Ayo serang!"

Para bandit itu berteriak sebelum maju bersamaan untuk menerang tiga orang di depannya.

Fuu membuat serangkaian segel tangan dan mengeluarkan jutsunya.

"Secret Ninjutsu: Scaled Sneak Jutsu"

Serbuk-serbuk bergemilauan keluar dari mulut Fuu. Serbuk itu semakin banyak sampai akhirnya meyelimuti seluruh bandit.

Bandit-bandit itu terganggu pandangannya akibat dari serbuk-serbuk yang bergemilauan itu. Cahaya terang dari serbuk itu membuat mata mereka sakit.

"Ugh! Mataku! Rasanya terbakar!"

"Ini terlalu silau! Aku tak dapat melihat!"

Bandit-bandit itu mengucek-ngucek matanya berharap agar rasa sakit di mata mereka menghilang. Yoro yang melihat kesempatan untuk menyerang langsung saja melempar shuriken-shurikennya. Kemudian dia membuat serangkaian segel tangan.

"Shuriken Kage Bunshin no Jutsu!"

Shuriken yang dia lemparkan tadi membelah dan menjadi berlipat-lipat ganda. Shuriken yang sekarang ada ratusan itu melesat kearah kelompok bandit. Bandit-bandit yang masih tak dapat melihat itu terkena telak oleh shuriken-shuriken milik Yoro. Beberapa bandit yang beruntung masih dapat menghindar.

Kegon yang belum menyerang tanpa buang-buang waktu membuat jutsunya.

"Water Release: Water Shuriken no Jutsu!"

Di kedua tangan Kegon muncul beberapa shuriken. Dia melihat target-targetnya dengan seksama. Sesaat kemudian dia melemparnya dan alhasil semua bandit yang masih selamat terkena oleh shuriken airnya.

Yoro berbalik melihat kearah Fuu.

"Itu tadi tindakan ceroboh Fuu. Masih untung kita dapat selamat," ucapnya pada Fuu.

"Tapi kan kau ikut menyerang mereka juga! Kau tidak bisa menasihatiku seperti itu," balas Fuu dengan nada tidak terima.

"Sudahlah, sebaiknya kita bergabung dengan kelompok lain. Jika hanya bertiga terlalu beresiko," ucap Kegon.

Jrebb!

Bagaikan sebuah sambaran petir, sebuah tusukan yang mendadak itu mengejutkan pendengaran mereka. Sebuah bilah pedang menusuk perut Yoro dari belakangnya. Sementara itu orang yang menusuk, yaitu bandit yang nafasnya berderu-deru hanya menyeringai. Jika dia harus mati disini dia ingin setidaknya membunuh seorang lagi. Selanjutnya dia jatuh tersungkur.

Sementara itu Fuu dan Yoro membulatkan mata mereka. Kejadian tadi terlalu mendadak untuk mereka. Yoro jatuh terlutut. Darah segar keluar dari mulutnya dan bagian yang menusuknya tadi.

"Y-yoro..." ucap Fuu dengan nada bergetar. Dia merasa sangat shock.

Kegon mendekati Yoro. Dia menahan tubuh Yoro agar tidak jatuh dengan kedua tangannya.

"Kh-keg... uhuk uhuk uhuk..." Yoro terbatuk dan mengeluarkan darah. Setiap ucapan yang dia keluarkan membuat sakit di perutnya terasa semakin sakit. Ditambah batuk-batuknya yang membuatnya lukanya terasa lebih sakit.

"Y-yoro. Pelan-pelan. Katakanlah apa yang ingin kau katakan," ucap Kegon dengan nada yang terisak. Air mata mengalir pelan dari matanya. Dia bersusah payah untuk menahannya! Tapi ini susah sekali!

"Aku... minta maaf," ucap Yoro.

"Kau tidak perlu minta maaf. Kau sudah bertarung dengan hebat," ucap Kegon terisak.

"Kau... adalah orang paling dekat denganku... uhuk!" Yoro berhenti sejenak. "Aku ingin kau meneruskan perjuanganku. Jagalah desa ini. Jagalah Shibuki-sama. Jagalah Fuu! Uhuk! Uhuk!" Sakit di perutnya terasa lebih kuat. Dia pikir dia tidak punya banyak waktu tersisa.

"Tentu saja! Apapun itu!" Kegon semkin terisak. Air mata dan ingusnya mengalir dengan deras. Sial! Dia tidak tahan lagi.

"Terima kasih. Itu membuatku merasa lebih baik. Dan maaf..." Kegon perlahan menutup matanya. Tubuhnya kini sudah tidak bernyawa lagi. Sekarang tubuhnya ini hanyalah sebuah mayat.

Fuu menutup mulutnya. Tidak! Ini tidak mungkin! Ini... ini semua salahnya! Jika saja dia menuruti perkataan Yoro untuk lari, pasti tidak akan berakhir seperti ini.

Tanpa dia sadari dua orang bandit sedang mengincar mereka. Dua bandit itu siap menghabisi mereka berdua dengan sebuah pedang di kedua tangan mereka. Mereka langsung saja melompat kearah mereka.

"Hiyaaa!" Teriak keduanya.

"One Swords Style: Fast Slash!"

"Lightning Style: Lightning Ball!"

Sayatan angin dan sebuah bola petir menghantam berdua bandit. Mereka pun jatuh terhempas ke tanah.

Naruto dan Akeno menghampiri ketiga- kedua orang Takigakure tadi.

"Hei, kalian tidak apa-apa?" Tanya Naruto.

Fuu tidak menjawab. Dia hanya menundukkan wajahnya dengan badan bergetar. Air mata juga keluar dari matanya.

"Kami tidak apa-apa," jawab Kegon. Dia meletakkan Yoro di tanah setelah mencabut pedang yang tadi tertancap di perutnya.

"Sebaiknya kita segera menghabisi mereka semua sebelum mereka menyebabkan kerugian lebih besar lagi. Fuu...!" Ucap Kegon. Dia menoleh kearah Fuu yang sedang menangis.

"Tahan tangismu itu Fuu! Sebaiknya kita habisi semua bandit ini!" Ucap Kegon. Matanya menajam seakan dapat menusuk siapa saja.

Fuu mengusap air mata di wajahnya. Kegon benar. Dia tidak boleh menangis saat ini. Dia tidak boleh membiarkan kematian Yoro sia-sia.

"Iya!" Ucap Fuu dengan yakin.

"Kami akan membantu!" Ucap Naruto.

"Iya, sebaiknya kita bertarung bersama. Semakin banyak semakin bagus kan?" Ucap Akeno.

Fuu dan Kegon melihat kearah Naruto dan Akeno. Oh, mereka adalah orang yang membantu mereka dari bandit-bandit yang menangkap mereka. Mereka bisa diandalkan.

"Baiklah. Kalau begitu ayo!" Ucap Naruto.

Semuanya merespon dengan anggukan semangat.

Mereka pun berlari di atas atap-atap rumah. Sekelompok bandit datang dari arah yang berlawanan. Kelompok bandit tersebut melemparkan kunai-kunai dan shuriken-shuriken kearah mereka. Kegon membentuk beberapa segel tangan.

"Water Release: Water Wall!"

Kegon menyemburkan air dari mulutnya dan membentuk sebuah dinding. Senjata-senjata yang terlempar kearah mereka pun tertahan oleh dinding air itu.

Fuu melompat keatas setelah selesai membuat segel tangannya.

"Secret Ninjutsu: Scaled Sneak Jutsu"

Fuu mengeluarkan serbuk-serbuk cahaya dari mulutnya. Kelompok bandit tersebut berhenti berlari. Mata mereka terasa perih dan panas.

Naruto dan Akeno tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka mengambil posisi di depan. Naruto menarik dua pedang di punggungnya sedangkan Akeno membuat segel-segel tangan.

"Two Blade Style: Shock Slash!"

"Ligthning Release: Lightning Dance!"

Naruto membuat menarik pedangnya dan dengan sangat cepat dia menbuat tebasan berkali-kali. Sebuah kejuta udara terjadi bersamaan dengan tebasan-tebasan udara yang mengarah pada bandit.

Kedua tangan Akeno diselimuti oleh petir kuning. Dia mengarahkan tangannya ke arah bandit dan pancaran listrik mengarah kearah mereka. Akeno mengendalikan petirnya untuk menghabisi semua bandit itu.

Bandit-bandit yang tak dapat menghindar terkena serangan Naruto dan Akeno secara telak dan tak sadarkan diri dengan seketika.

Mereka berempat langsung lari untuk mencari bandit-bandit yang lain. Beberapa bandit datang untuk menyerang mereka secara sendiri-sendiri. Dan hasilnya mereka kalah. Sejauh ini mereka memperlihatkan kerja sama yang baik.

Suara tebasan, petir, air dan kemilau serbuk menghiasi pertarungan mereka berempat. Tidak ada yang mampu mengalahkan mereka saat ini. Mereka bagaikan badai mengerikan pada bandit.

"Mundur! Mundur! Kita tinggalkan desa ini!" Terdengar teriakan seorang bandit.

Bandit-bandit berlarian dari desa. Mereka berniat untuk kabur dari desa ini. Rencana invasi mereka telah gagal. Kekuatan desa ini ternyata lebih kuat dari yang mereka bayangkan. Walaupun mereka semua adalah bandit missing-nin gabungan dari seluruh negara elemental tapi mereka masih tidak cukup kuat.

Naruto, Akeno, Fuu dan Kegon pun juga berhenti. Mereka hanya melihat bandit-bandit itu berlarian dalam diam.

"Kegon-san, apa kita harus mengejar mereka?" Tanya Akeno.

"Tidak, tidak perlu. Sebaiknya kita ke tempat Shibuki-sama sekarang," jawab Kegon.

"Apa!? Tapi mereka semua harus diberi pelajaran. Aku tidak tahan untuk menghabisi mereka semua!" Ucap Naruto. Dia tak tahan lagi ingin mengahabisi bandit-bandit sialan ini.

"Iya! Kenapa kau malah bersikap seperti pecundang Kegon!" Ucap Fuu. Dia ingin meluapkan amarahnya pada bandit sialan itu.

"Maaf, Naruto-san. Itu bisa saja menyebabkan kerugian lain yang lebih besar, seperti kematian teman kita yang lain. Dan Fuu, apa kau lupa kecerobohanmu yang membuat kita tertangkap oleh mereka?" Ucap Kegon.

Naruto mendesah kesal. Dia ingin menyerang bandit-bandit itu tapi dia harus menuruti perintah Kegon karena ini bukanlah desanya. Fuu pun juga mendesah kesal. Dia tidak suka jika diingatkan kesalahannya lagi.

"Kalau begitu ayo."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

"Bagaimana mereka bisa masuk!?" Teriak Shibuki marah. Prestasi desanya yang tidak pernah berhasil diinvasi kini hancur saat pemerintahannya. Kerusakan besar yang terjadi juga sangat meresahkan. Dia tidak yakin deda ini punya cukup uang untuk mengganti kerugian yang terjadi.

Shinobi Takigakure yang ada disitu hanya terdiam tak mampu menjawab. Kejadian ini sangalatlah mendadak dan mereka juga bingung kenapa tim patroli desa tidak memberi berita.

"Kita akan menyerang balik markas mereka. Persiapkan semua shinobi, senjata dan apapun itu yang dibutuhkan untuk menyerang. Kita harus menumpas mereka habis. Penyerangan akan kita lakukan besok!" Ucap Shibuki.

"Baik Shibuki-sama!"

"Tapi banyak shinobi kita juga gugur dalam invasi ini. Apa anda yakin?"

"Tentu aku yakin! Mereka juga telah kehilangan banyak orang. Jumlah kita masih lebih banyak dari mereka, jadi tidak perlu ragu!" Jawab Shibuki.

"Baik!"

"Kita akan mengintrogasi mereka terlebih dahulu. Kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang mereka. Sekarang persiapkan semua persiapannya, bubar!"

"Baik!" Semua shinobi Takigakure pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

Shibuki memijit kepalanya. Kepalanya terasa pusing dan sakit sekali saat ini. Dia merasakan kehadiran seseorang di depannya dan terlihat Kegon.

"Ada apa Kegon?" Tanya Shibuki.

"Yoro telah gugur," jawab Kegon sambil menunduk.

Shibuki sedikit tersentak mendengarnya. Kenyataan sahabat terdekatmu telah mati mungkin sangat menyakitkan. Itulah yang dia pikirkan tentang Kegon saat ini.

"Aku turut menyesal. Ini pasti sangat berat untukmu. Lalu, bagaimana dengan Fuu?"

"Fuu... dia tidak apa-apa."

"Syukurlah kalau begitu. Jika dia ditangkap..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Desa ini bisa hancur."

To Be Continue

Halo, apa kabar semuanya? Senang sekali bisa menyelesaikan chap ini. Dan terima lasih sudah membaca ya.

Dalam fic ini saya membuat jutsunya dengab bahasa inggris agar saya dapat memasukkan jutsu imajinasi saya dengan mudah. Tapi, tidak semua kok. Masih ada yang sama dengan canon.

Dan tak henti-hentinya saya meminta readers untuk meninggalkan review. Tulislah apa saja yang kalian pikirkan setelah membaca fic ini.

Sudah itu saja ya. Tausende Vogel Out!

See You!