Main Cast : ChanBaek

Other Cast : HunHan, WonChul, V (Taehyung BTS), Mark (GOT7)

Disclaimer: Cerita ini Pure milik Gloomy Rosemay


Previous Chapter

Perlahan Ia membawa jarinya mengoleskan obat itu di punggung Baekhyun

Tapi..

Ia mendadadak stagnan, begitu merasakan debaran jantung Baekhyun... terasa hingga ujung jemarinya.

Chanyeol hanya mengulum senyum. Ia hanya cukup berpura-pura tak tau... lalu kembali melanjutkan mengobati luka Baekhyun

"U—Uh!"

Tiba-tiba Baekhyun melenguh, dengan tubuh condong ke depan.

"ini tak nyaman?" Tanya Chanyeol

"..." Baekhyun menggeleng, sambil menyembunyikan wajah di balik kemejanya

Membuat pria itu menghela nafas pelan, lalu kembali melanjutkan gerakan tangannya.

"Nn~ Ahh!""

.

.

Take Care Of My Boyfriend

Chapter 10

.

.

Ada yang lain di sini, wajah yang semula pasi itu mendadak bersemu merah.

Baekhyun mungkin bisa menyangkalnya, tapi Ia tak bisa bohong jika jantungnya kali ini berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Uh!"

Meski berulang kali menahannya, tapi apa daya.. Ia tetap melenguh tiap kali tangan Chanyeol menyentuh kulitnya.

"Selesai"

Lalu suara bass itu menyentaknya, membuatnya kikuk mencari-cari selimut.. karna..

Ya. Baekhyun tau dirinya telanjang dada.

"Tak perlu memakai baju malam ini" Ujar Chanyeol tiba-tiba, membuat bocah itu berjengit, terlihat takut dengan tingkah menutupi dadanya.

Chanyeol mengernyit, tapi setelahnya.

"Oh!" Ia menarik kursi, lalu duduk di depan Baekhyun

"Maksudku.. karena luka di punggungmu, aku menyarakan agar tidak memakai baju" Jelasnya, tak bermaksud menyinggung bocah manis itu.

"A—" Chanyeol kembali berpikir.

"Kau tau, gesekan kain dan kulit.. akan menyebabkan —

"Aku tau.." Sergah Baekhyun lirih.

Sedikit menghela nafas. "Baiklah… waktunya kau tidur" Ia mencoba mengulas senyum terbaiknya, meski Chanyeol tau.. anak itu masih enggan membuka penutup matanya.

Baekhyun mengangguk pelan, lalu mencoba memposisikan dirinya sendiri di ranjang. Sempat terlihat kikuk.. karna Baekhyun belum hafal betul letak bantal miliknya.

Sikap bingung itu, Chanyeol artikan sebagai syarat meminta bantuan, Pria itu begitu sigap merengkuh pundak Baekhyun.. berniat membantunya rebah di ranjang ,

Tapi—

"J-Jangan menyentuhku!" Baekhyun reflek menampar tangannya, dan beringsur-ingsut ketakiutan.

"B-Baek, aku tak berniat—

"T-Tolong! J-Jangan mendekat" Seru Baekhyun setengah terisak, Ia masih beringsut menjauh dan tak tau dirinya terlalu ke tepian ranjang, dan-

BRUGHH

"Baek!"

Terlambat, tubuh ringkih itu, terlanjur terjerembab, menyisakan rintih tertahan darinya.

"Kau baik-baik saja.." Chanyeol reflek mendekatinya

"T-Tidak! Ngh~… Ku mohon!" lengan kurus itu kembali terangkat… meminta Chanyeol mengambil jarak lebih jauh

Seolah terbekap dalam traumanya sendiri, anak itu berusaha melindungi jiwanya yang remuk akibat masa lalu.

"B-Baek.. dengar—

"Nn! Hks.."

Chanyeol lekas mengambil sekat, namun enggan beranjak dan tetap menunggu Baekhyun bernafas lebih tenang.

Apa yang salah?

Ia bahkan tak memiliki keinginan untuk menyakitinya, tapi anak itu seakan mengurung dirinya sendiri.

'Aku tak ingin menyakitimu… aku hanya ingin melindungimu'

Baekhyun terhenyak,begitu samar mendengar suara hati Chanyeol.

Meski demikian, Ia tetap beringsut menjauh…

Baekhyun takut…

Terlalu takut menerima siksa yang sama, dan Ia takut percaya pada seseorang.

.

.

"Lututmu berdarah..." Gumam Chanyeol yang sedari tadi menunggu, Ia beralih menyandarkan diri di dinding... setia menunggu anak itu beranjak dari lantainya.

"..." Baekhyun hanya menunduk, menyembunyikan kepala di antara lipatan lengan dan lututnya.

Sakit... Ia memang menahan luka yang luar biasa perih.

Tapi tak sebanding dengan rasa takutnya kini, sekali lagi... Baekhyun tak ingin percaya pada siapapun.

.

.

Tak ada jawaban berarti, membuatnya pasrah mendudukkan diri di lantai tapi kali ini menggeser tubuhnya sedikit lebih dekat dengan posisi Baekhyun.

"Apa kau haus?" Tanya Chanyeol, mencoba peruntungan

"..." Baekhyun menggeleng pelan.

.

.

Dan Pria itu mencoba mengerti dengan kembali bersandar di dinding, ya ... menunggu Baekhyun kalau kalau berubah pikiran atau menginginkan sesuatu.

.

.

Hingga waktu yang berselang hampir 2 jam di antara keduanya,

Samar…. Chanyeol mendengar hembusan nafas halus, Ia mencoba mengamati raut bocah manis dengan penutup matanya itu.

Dan tersenyum tipis…menyadari Baekhyun terlelap pulas.

Tak heran untuknya, Baekhyun sepertinya terlalu lelah baik tubuh maupun pikirannya.

Chanyeol beranikan diri untuk merengkuh tubuh ringkih itu, yakin…

Baekhyun tak akan terbangun.

Lelah anak itu dan sedikit pengaruh obat darinya, tentu membuat Baekhyun rileks.

Perlahan Chanyeol membaringkan tubuh Baekhyun di ranjang, mengamati lekat bekas air mata di pipi tirusnya.

Dan… penutup mata itupun terlihat kebas.

"Kau terlalu banyak menangis.." Gumam Chanyeol seraya menaikan suhu AC di kamarnya.

Lama Ia menatap Baekhyun, tersemat keinginan untuk melepas kain penutup mata itu.

Tak masalah bukan selagi Baekhyun tertidur, karna bagaimanapun kain tu hanya akan membuat Baekhyun tak nyaman.

.

.

.

"Sssh..." Bisiknya begitu menyadari Baekhyun mengernyit saat Ia mencoba membuka kainnya.

Pelan... bahkan terlalu hati – hati, Ia memudarkan simpul kain hitam itu dan mengangkatnya dari mata Baekhyun.

Dan betapa tercekat dirinya melihat paras anak itu,

Wajah pucat.. dengan lingkar mata yang membuatnya benar-benarcemas.

Baekhyun, tak hanya kurang tidur... tapi anak itu pun kekurangan nutrisi.

"Keparat!" Umpat Chanyeol, menyimpan dendam untuk seorang Dokter bernama Mark, sampai hati melakukan semua ini

Tak cukup dengan berbagai obat yang Mark suntikkan ke dalam tubuh Baekhyun, tapi Pria itu pun membuat tubuh dan pikiran anak itu stress akut.

.

.

Chanyeol beranjak dari ranjangnya, berniat mengambil beberapa benda yang Ia butuhkan untuk Baekhyun.

.

.

"Berapa hari tak tidur hn?" Gumam Chanyeol sembari menyeka mata Baekhyun dengan kain kecil yang terasa dingin.

Simpul senyum kembali terlihat dari bibir Dokter muda itu, Ia tau tak berguna..

Tapi dirinya tengah bayangkan Baekhyun melihatnya dan balas tersenyum padanya.

.

Namun senyum itu mendadak pudar, begitu tanpa sengaja Ia melihat luka di sudut mata Baekhyun.

Ia memang geram melihat semua luka tusukan jarum di sekujur tubuh Baekhyun, Tapi Ia semakin murka melihat Mark mencoba meninggalkan luka di mata Baekhyun, meski itu sudut matanya.

"Akan ku balaskan untukmu..." Bisik Chanyeol, sambil menyeka luka itu..

"Semua akan kubalaskan untukmu" Pria itu mengepalkan tangan, seakan membuat sumpah.

.

.

.


Esoknya

Samar… terdengar denting perkakas masak, lalu lantunan melodi klasik mengiringinya. Baekhyun mungkin masih terlelap, tapi pendengaran yang tajam itu… membuat setiap hal yang di dengar turut masuk dalam buaian mimpinya.

Ya..

Baekhyun bermimpi…

Ia berada di sebuah rumah besar… dirinya pun tengah menuruni anak tangganya secara perlahan, lalu di ujung anak tangga itu. Ia melihat seseosok namja kecil tengah memainkan piano.

Baekhyun mengernyit… namun tetap membawa langkahnya untuk mendekati sosok itu.

Semakin dekat… semakin Ia mempercepat langkah. "B-Bai Xian" Gumamnya

"Bai Xian.." Panggilnya lagi lebih keras.

"Ah! Kau sudah bangun Baekhyun" Sosok itu menghentikan permainannya, dan tersenyum manis ke arah Baekhyun.

Baekhyun terdiam, menatap nanar pada sosok yang Ia rindukan namun Ia takuti.

"Kau—" Baekhyun tersedak ucapannya sendiri, bagaimana Ia harus mengatakannya. Dirinya memang merindukan Bai Xian, tapi Bai Xian pula yang membuat hidupnya menyakitkan.

"Kau kembali.." Lirih Baekhyun pada akhirnya.

Sosok Bai Xian hanya menyimpul senyum kecil, tak berucap apapun selain meraih tangan Baekhyun dan meminta Baekhyun untuk mengikuti langkahnya.

"Tak lama.." Ujar Bai Xian usai mendudukkan Baekhyun di sebuah sofa.

"Aku senang melihatmu.." Kali ini Bai Xian menggenggam jemari Baekhyun

Tapi Baekhyun hanya menggeleng pelan, masih tak bisa mencerna situasi, tidakkah ini terlalu mengejutkan?

Bai Xian benar-benar di sini bersamanya bahkan berbincang dengan senyum cantiknya.

"B-Bai Xian ini..."

"Aku tau kau bahagia..." Sergah Bai Xian, membuat Baekhyun terbelalak dan mengangkat wajah

"Tidak!" Seru Baekhyun menatap nanar

"Tidak? Kau pasti bahagia Baekhyun" Bai xian tersenyum cerah

Bisakah Baekhyun anggap Bai Xian tak memiliki perasaan? Lepas semua yang terjadi pada hidupnya, Bai Xian menyebut semua ini kebahagiaan?

"K-Kau berpura-pura tak tau?" Baekhyun menatap nanar, tanpa tersadar air mata itupun lolos dari pelupuknya.

"A-aku menderita..." Baekyun masih menata Bai Xian tak percaya, terlihat tubuh ringkih itu mulai bergetar.

"Hidupku menyakitkan Bai Xian..." Baekhyun semakin menangis tergugu, meremas kuat tangan Bai Xian... walau tatapan itu tak lepas pada sosok serupa dirinya.

"M-Mata ini, m-membuat Semua orang membenciku Bai Xian! Semua orang tak menginginkanku!aku ingi mat—

"Chanyeol menginginkanmu.." sergah Bai Xian, seraya menangkup wajah Baekhyun.

Tapi Baekhyun tetap terisak dengan kepala menggeleng lemah. "T-Tidak.."

"Chanyeol mengharapkanmu…"

"Tidak.." Baekhyun masih menyangkal

"Chanyeol lah kebahagiaanmu.."

"Tidak.." Baekhyun kian tergugu. Mengingat semua yang pernah Chanyeol lakukan … semata karma Pria itu membencinya. "Tidak Bai Xian"

"Chanyeol…" Bai Xian kembali mengulas senyum cantiknya sambil menyeka air mata Baekhyun. "Chanyeol sangat mencintaimu… Baekhyun"

"Tidak! Bicara apa kau?!"

"Chanyeol sangat mencintaimu.."

"TIDAK!" Baekhyun berteriak

"Dia kebahagiaanmu Baekhyun"

"JANGAN MENYIKSAKU!" Baekhyun semakin histeris.

"Dia mencintaimu… Chanyeol mencintaimu… sadarlah"

"TIDAK! TIDAAAAKKK!"

.

.

"Baekhyun.."

"AH! Hks! PE-PERGI!" Baekhyun berontak di atas ranjangnya, kepalanyapun terlihat menggeleng ke kanan dan ke kiri ... gelisah.

"Hei... bangunlah" Sementara Pria yang sedari tadi berusaha membangunkannya , semakin cemas.

"PERGI! PERGI BAI XIAN!"

DEG

Chanyeol berjengit mendengar nama Bai Xian, tapi Ia menepisnya dan berusaha membangunkan Baekhyun dari mimpi buruknya.

"Baekhyun sadarlah.."

"AH! Hks! NGH!"

Anak itu tiba-tiba bernafas tak biasa,

"BAEKHYUN!" Membuat Chanyeol terpaksa menarik pundak Baekhyun dan mengguncangnya sedikit lebih keras. "Sadarlah!" serunya

Berhasil membuat bocah itu tersentak, dan berhenti meracau.

Nafas tersengal dengan mata pias itu, membuatnya tak mampu berpikir apapun selain mendekap tubuh mungil itu, tak peduli jika nanti Baekhyun menjerit dan berontak karena nya.

"Semua baik-baik saja" Bisik Chanyeol, sedikit memberanikan diri mengusap punggung Baekhyun.

Semula Ia menduga, Baekhyun mungkin akan menyentak, tapi sepersekian detik bertahan dengan posisi demikian, Ia melihat Baekhyun tampak diam menyandarkan tubuhnya semakin dalam ke dalam dekapannya, meski Ia tau anak itu gemetar.

Tak ingin bertanya terlalu jauh, Ia tau posoisinya saat ini.. tak ingin merusak sedikit waktu yang berharga itu.

Ya.. tentunya... Ia berharap Baekhyun akan tetap seperti ini seterusnya.

.

.

.

.

Lebih dari 10 menit keduanya bertahan dengan posisi demikian, tak ada gerakan apapun selain hela nafas dan usapan tangan yang mungkin menenangkan Baekhyun.

"Aku akan menyiapkan sarapan untukmu.." Bisik Chanyeol

Tapi—

"A-A!"

Baekhyun tiba-tiba tergagap, deetik itu pula bocah itu berusaha melepaskan pelukan Chanyeol, bahkan beringsut menjauhi Pria kekar itu.

"D-Dimana… " Baekhyun meraba-raba ranjangnya,

"Hks! Di mana benda itu!"Racaunya lagi, tak peduli Pria yang sedari tadi di sisinya itu turut cemas melihatnya.

"Apa yang kau cari?" Chanyeol berusaha mengikis sekat.

"T-Tolong! Kembalikan!" Anak itu masih meracau

"Baekhyun apa yang kau cari?"

Bocah itu mendadak menangis. "A-Aku tak ingin melihat! Kembalikan ka-kainnya!"

Chanyeol terhenyak, menatap getir pada paras yang terpejam tapi tetap menangis itu...

"Ssh.. tenanglah.."

Baekhyun tetap berontak, meski berulang kali Chanyeol berusaha meraih tangan Baekhyun.

Bocah itu semakin tak tersentuh olehnya, membuatnya tak memiliki pilihan lain selain mengambil kain penutup mata itu di meja nakas. Lalu berusaha memakaikannya pada Baekhyun.

"..." Pria itu tak berucap apapun, membiarkan tangannya menyimpul kain hitam itu... dan menahan perasaannya saat melihat Baekhyun tetap terisak di hadapannya.

.

.

.

Lama Ia menunggu Baekhyun tenang, hingga akhirnya Ia mencoba kembali mengambil waktu di antara keduanya. "Aku.." Chanyeol menatap lekat bocah yang masih tertunduk itu.

"Akan ambilkan sarapan untukmu" Lanjutnya lagi, seraya bangkit ke arah pantry.

"…." Sementara Baekhyun masih bertahan dengan wajah tertunduk, dan kedua tangan saling meremas resah.

.

.

Sesekali terdengar denting perkakas makan, kalia Dokter muda itu menyiapkan makan pagi untuk Baekhyun.

Sesekali pula, Chanyeol mencuri pandang pada paras Baekhyun.

"Makanlah.." Gumam Chanyeol

Tapi Baekhyun seperti membuang muka, bahkan sedikit beringsut menjauh.

"Kau tau… aku melakukan ini untuk kebaikanmu" Ujar Chanyeol lagi, tak jemu menunggu Baekhyun membuka bibirnya.

"Ti-dak lapar" Lirih Baekhyun, kali ini sambil menekuk kakinya.

"Ku mohon makanlah sedikit saja, lalu minumlah obatmu"

"….." Baekhyun menggeleng pelan.

Membuat Chanyeol menghela nafas pelan, tapi Ia pun tak ingin memaksa, sama sekali tidak..

Lalu Chanyeol putuskan meletakkan kembali makanan itu di meja nakas dan memandangnya sendu.

'Ku pikir Dia akan menyukainya' Gumam Chanyeol dalam hati, lekas membuat Baekhyun terhenyak mendengar suara hati itu.

'Ah.. aku lupa mengobatinya, ini terasa semakin sakit' Batin Chanyeol lagi, reflek memegangi telunjuk kirinya. Sesaaat kemudian Pria itu terlihat bangkit dari duduknya

Tapi—

"A-Apa anda terluka?" Tanya Baekhyun tiba-tiba, Chanyeol pun tersentak dan menatap takjub padanya. Ah! Ia lupa.. jika Baekhyun memiliki kemampuan membaca pikiran.

Chanyeol tersenyum. "Hanya luka kecil.." Ujar Chanyeol, menyembunyikan jari di belakang punggung. Meski Ia tau.. mungkin Baekhyun tak akan peduli.

Tapi siapa sangka hati anak itu, Baekhyun masih tertunduk itu terlihat menggigit bibir bawahnya. Tentu Ia merasa tak enak hati kali ini,

Dokter itu mungkin atau memang benar adanya sudah bersusah payah untuknya, menyiapkan makan pagi bahkan hingga melukai tangannya seperti itu.

"Aku akan meninggalkanmu sebentar, kau bisa memanggilku jika membutuhkan sesuatu" Ujar Chanyeol sembari melangkah menuju pintu.

Hanya berjarak satu langkah dari pintu itu, Chanyeol kembali memutar tubuh dan menatap Baekhyun redup.

"Aku harap.. kau menyentuh makanmu, sedikit saja Baekhyun" Chanyeol kembali mengulas senyum, sebelum akhirnya… benar-benar menutup pintu kamarnya.

.

.

.

.

.

Masih saja terdengar hela nafas darinya, semestinya di ruang itu Ia duduk untuk mengobati luka sayat di jarinya.

Tapi yang terlihat,Pria itu hanya menimang beberapa obat di depannya.

Obat yang semestinya sudah Baekhyun minum pagi ini..

Tapi bagaimana caranya membujuk anak itu

Sedang… Ia terlalu takut, mengambil cara yang salah lalu kembali melukai Baekhyun.

Dirinya yang kini, terlalu berhati-hati membawa sikapnya.. semata agar Baekhyun percaya dan Ia bisa mengobati hati anak itu.

Atau lebih tepatnya...

Ia tak ingin kehilangan anak itu untuk kedua kalinya...

Dan karena, Ia benar-benar mencintai Baekhyun.

'PRANKKK'

"Baekhyun?"

Chanyeol terbelalak begitu mendengar suara gaduh dari kamarnya, sudah pasti itu Baekhyun. Ia lekas berlari ke atas, takut... kalau-kalau Baekhyun melukai dirinya lagi.

"BAEKHYU—

Chanyeol tehenyak begitu membuka pintu, dan melihat bocah itu terlihat gugup di lantai, bahkan Ia terlihat ingin memungut pecahan mangkuk di bawahnya.

Chanyeol ingin berteriak melarangnya, tapi Ia tau.. itu hanya akan membuat Baekhyun terkejut.

Pria itu lebih memilih berlari mendekatinya, dan merengkuh kedua pundaknya.

"Sshh.. kau bisa melukai tanganmu"

"M-Maafkan aku, aku tak sengaja "

Chanyeol kembali mengulas senyum walau Ia tau, Baekhyun tak akan melihatnya. "Sssh… Tak apa, aku tau Baekhyun" Ujar Chanyeol berusaha selembut mungkin.

"Duduklah di atas.. biar seseorang yang membersihkannya.

"…." Baekhyun tak tau bagaimana untuk bersikap selain menunduk dan menunduk, tak pungkiri sekelebat ingatan kala itupun kembali membuatnya panik, tentu rasa takut akan bentakan Chanyeol dan Mark masih tak bisa lekang begitu saja.

Tapi mendadak, Baekhyun memekik begitu tubuhnya tiba-tiba terangkat dari lantai.

"Maaf… Aku hanya tak ingin kau salah melangkah, lalu menginjak pecahan ini" Bisik Chanyeol berusaha berhati-hati menjaga sikapnya, dan semua memang benar dari hati nya. Dengan perlahan pula Ia merebahkan tubuh Baekhyun kembali di ranjangnya.

"Aku tak marah.. percayalah, jangan takut" Ucap Chanyeol

"…." Baekhyun tertunduk, masih tak tau apa yang harus dikatakan, walau sebenarnya Ia memang ingin menyentuh dan memakan hidangan Chanyeol, hanya saja…Ia tak sengaja menjatuhkannya.

"Kau hanya gemetar karena tubuhmu belum mendapat asupan apapun.." Chanyeol menatap lekat wajah yang masih pasi itu.

"Aku akan mengambilnya lagi untukmu, tapi aku mohon…" Chanyeol mencoba menyentuh tangan Baekhyun. "Ku mohon makanlah sedikit saja" Lanjutnya lagi, lebih berani menggenggam jemari lentk itu.

Tak ada respon takut ataupun terkejut dari sosok mungil itu, Baekhyun terlihat mengangguk cepat.

Meringankan langkahnya untuk kembali ke pantry , tentu tak lupa senyum menawan di wajah tampannya.

.

.

.

.


Tiga hari berselang..

Chanyeol rasa semua ini tak sulit untuk membuat Baekhyun menerima dirinya, meski Baekhyun masih tak ingin melepas kain penutup matanya dan minim bicara padanya

Tapi setidaknya anak itu tak lagi histeris saat Ia berada di dekatnya.

"Baek... Kau sudah bangun?"

Suara Chanyeol membuatnya mengerjap, lalu berkas cahaya sepertinya menyusup masuk.. ke dalam kamar.

"Mmm…" Bocah itu tampak merentangkan ke dua tangannya ke atas, membuat Chanyeol terkekeh… sepertinya Baekhyun tidur cukup lelap.

"Kau tau? Bunga bermekaran indah sekali pagi ini.." Chanyeol kemabali membentangkan tirainya, membiarkan aroma mawar benar-benar menguar masuk ke dalam, barang kali Baekhyun sedikit iri dan mau membuka kain penutup matanya.

"Apa kau ingin melihatnya?"

Tapi anak itu hanya tersenyum tipis lalu menggeleng pelan

"Sekali saja.. kau harus melihatnya" Chanyeol kembali menawar

Bukannya Baekhyun tak ingin, tapi Ia masih merasa dirinya tak berhak mendapatkan semua ini, lebih lagi Bagaimana jika Bai Xian tak menghendakinya lalu semua orang itu memandangnya picik.

Lalu bagaimana pula jika nanti perangai Chanyeol berubah?

"Terima kasih.." Lirih Baekhyun.

Chanyeol kembali menelan kecewanya sendiri, tapi Ia tak menyerah... Pria itu mencoba mendekati Baekhyun yang masih duduk di ranjangnya

"Kau ingin ku buatkan apa hn?" Tanya nya sambil menyingkirkan helaian anak rambut di pipi Baekhyun.

"Sandwich?" Tawarnya

"Sup? Atau—

"K-Kau" Sergah Baekhyun membuat Chanyeol terhenyak lalu menatap bocah itu lebih fokus.

"Hn.. ada yang kau inginkan?"

Bocah itu tampak gugup, tapi Ia tau Baekhyun berusaha memberanikan diri bicara padanya.

"M-Mengapa melakukan semua ini?"

Chanyeol sejenak diam, memandang teduh pada sosok yang masih menunggu jawaban darinya itu.

"Jika aku menjawabnya.." Chanyeol mencoba meraih tangan Baekhyun, tapi urung...lalu Ia lebih memilih menggenggamnya sendiri.

"Maukah kau membuka penutup mata itu?" Lanjut Chanyeol masih memandang penuh perhatian untuk sosok yang mulai memainkan piyama nya sendiri.

Tapi Baekhyun hanya menggeleng pelan...

"I-ini bukan mataku"

Jawaban yang sama.. dan pasti alasan yang sama di balik rasa takut anak itu.

"Baekhyun... mata ini memang sudah menjadi milikmu, kau berhak memilikinya"

"..." Baekhyun menggeleng.

"Bai Xian pun juga menginginkan kau bisa melihat lagi"

"..." Masih saja anak itu menggelengkan kepalanya, Pria itu bisa saja bicara demikian. Tapi ingatan yang pernah melukai dirinya, tentu tak semerta hilang beguitu saja.

Bahkan jika perlu, Baekhyun ingin mata itu dilepas saja dari hidupnya.

Chanyeol sedikit berdecak, semua ini memang salahnya. Tapi sampai kapan Ia melihat Baekhyun membatasi dirinya, dan Ia pun tak tahan melihat bocah itu menyiksa dirinya seperti ini.

Hingga tiba-tiba saja, Chanyeol beralih bersimpuh di depan Baekhyun.. dan meraih tangan anak itu.

"A-apa yang"

"Ya, aku memang bersimpuh di hadapanmu"

Baekhyun berjengit, ingin menarik kedua tangannya tapi... Pria itu menahannya dan tetap menggenggamnya

"Aku menyesal.. aku bodoh atas semua perlakuan bejat yang pernah kulakukan. Aku tau kau membenciku, tapi ku mohon... maafkan aku sekali saja dalam hidupmu" Chanyeol menggengam erat jemari Baekhyun.

"Aku~ Chanyeol menatap wajah anak itu, Ia tau Baekhyun mulai tak nyaman dan panik.

"Aku bersumpah akan melindungimu... aku bersumpah akan menjagamu Baekhyun. Ku mohon maafkan aku"

"..." Baekhyun bergetar, samar terlihat rembasan air mata dari penutup mata itu.

"Ku mohon Baekhyun maafkan aku… apapun akan kulakukan agar kau mau memafkanku"

"..." Tapi masih saja isak tergugu yang Ia dengar dari anak berparas manis itu

"Baekhyun ku mohon..." Chanyeol tak peduli seberapa takut anak itu, Ia tetap tak ingin melepas genggaman tangannya, malah semakin erat.

"J-Jangan bicara lagi" Lirih Baekhyun berusaha melepas pegangan Chanyeol. "Jangan bicara apapun la—

"Baekhyun aku mencintaimu..."

Baekhyun tersentak, tubuh mungil itupun terlihat gemetar.

"Aku benar-benar mencintaimu sebagai Baekhyun"

"TIDAK!" Jerit Baekhyun tiba-tiba.

Dan Chanyeol spontan mendekap anak itu. "Aku berkata sesungguhnya"

"TIDAK! LEPASKAN AKU!"

Chanyeol memejamkan mata getir, apa yang bisa Ia lakukan .. sementara hatinya kebas seperti ini.

"Baekhyun ku mohon..."

"Hks! P-PERGI!"

Chanyeol tak miliki pilihan lain, selain melepas rengkuhannya.

"Maaf…" Ia tak rela, tapi Baekhyun lebih berharga dibandingkan perasaannya

Chanyeol memaksa bangkit, memandang getir pada sosok yang masih tergugu di ranjangnya.

Sepertinya Ia terlalu gegabah mengambil sikap…

Lihat,

Bukan hati Baekhyun yang didapatnya…tapi sepertinya Ia kembali menguak trauma Baekhyun.

"Aku tau kau masih tak bisa menerimaku.. Tapi ku mohon bertahanlah, meski kau tak menyukainya"

Dan Ia putuskan untuk melangkah pergi, berharap Baekhyun bisa menenangkan dirinya.

.

.

.

.

Baekhyun masih terisak, meski pada akhirnya Ia memilih meringkuk membelakangi ranjangnya.

Lebih dari kata terkejut… Baekhyun merasa Pria itu mungkin masih tak bisa melupakan Bai Xian, lalu hadirnya kembali dijadikan pengganti demi perasaan Pria itu.

Ya.. Itu yang kini Baekhyun yakini.

.

.

Hingga petang mulai menjelang.

Pintu kamar yang tak tertutup itu di biarkan begitu saja, dan Baekhyun bisa mendengar apapun yang terjadi di luarnya.

"Ah Sayaaang! Jangan seperti ini!" Samar terdengar suara wanita di rumah itu,

Membuat Baekhyun memilih merebahkan dirinya, Ia tau.. itu suara Ibu Chanyeol.

.

.

"Mengapa kau masih saja pedulikan anak tak tau diri itu?!" Heechul menengak habis minuman di gelasnya

Sementara Chanyeol hanya menghela nafas, tak ingin ambil pusing dengan semua ucapan Ibunya kali in.

"Tak perlu pedulikan Ayahmu, ini hidupmu.. kau bebas menentukan pilihanmu Chanyeol. Jangan biarkan anak itu tingggal di sini"

"Ibu cukup.." Chanyeol mulai tak nyaman.

"Ini semua demi kebaikanmu, Ibu tau ini bukan pilihanmu dan kau tak mencin—

"Aku mencintainya Ibu, dan Baekhyun akan tinggal bersamaku"

Heechul terhenyak dan memandang Chanyeol tak percaya. "A-Apa? Yeollie.. Ibu salah dengar bukan?"wanita itu mulai tertawa

"Aku mengenal putraku, kau tak mencintainya tapi kau hanya merasa bersalah dan belum bisa melupakan Bai Xian, ayolah Yeollie jangan seperti ini"

"Tidak Ibu, aku benar-benar mencintainya" Tegas Chanyeol lagi

Namun keduanya tak tau, seorang namja kecil tengah meremas selimutnya sendiri... merasa cemas dan mungkin takut dengan pembicaraan keduanya. Baekhyun memang tak berniat mendengarnya, tapi... kemampuannya tak memberinya pilihan lain selain mendengar ucapan apapun meski dalam batin sekalipun.

"Chanyeol!"

Baekhyun berjengit, begitu mendengar wanita itu sedikit lebih keras.

"Dia hanya orang asing Chanyeol, lagipula tak ada asal usul yang jelas tentang anak it-

"AKU MENCINTAINYA IBU! AKU MENCINTAI BAEKHYUN!"

"Chanyeoool!"

"Berhenti bicara buruk tentangnya Ibu, Baekhyun bukan orang asing untukku dan aku tau semua tentangnya, bahkan orang tuanya sekalipun Ibu"

DEG

Sekali lagi… Baekhyun tak ingin peduli atau bahkan mendengar percakapan Heechul dan Chanyeol, tapi semua mengalir begitu saja.

Dan kalimat terakhir yang diucapkan Chanyeol membuat Baekhyun terkejut bukan main. Benarkah apa yang dikatakan Chanyeol? Orang Tuanya?

"Apa maksudmu Chanyeol!" Seru Heechul.

"Ibu sudah tau bukan… Aku memang mencintai Baekhyun, Aku tak main-main Ibu.. Aku melihatnya sebagai Baekhyun bukan Bai Xian" Tekan Chanyeol terlihat lelah berselisih tegang.

"Tapi Yeollie—

"Ku mohon ibu, biarkan aku istirahat… aku lelah"

Heechul berdecak keras. "AH! Ada apa dengan kalian ini, tak hanya Ayahmu kau pun juga sama sama menyebalkan!" Dumal Heechul sebelum akhirnya berjalan menghentak kaki keluar dari kediaman mewah itu.

"Sudah larut, lebih baik ibu bermalam-

"Tidak perlu! Ibu lebih baik pulang!" Ketus Heechul yang kesal, lalu benar-benar meninggalkan rumah Chanyeol.

.

.

.

Menyisakan seorang Dokter muda yang kini menghela nafas, dan memilih merebahkan tubuhnya di sofa.

Hingga—

"O-orang tuaku?"

Chanyeol berjengit terkejut begitu mendengar suara lirih itu.

"Baekhyun?" Ia beralih menegakkan tubuh.

"K-kau tau tentang orang tuaku?" Baekhyun sedikit ragu, tya Ia tau anak itu sepertinya tak yakin dengan apa yang Ia katakan sebelumnya.

Chanyeol sedikit menyimpul senyum, Ia tau mungkin Baekhyun akan merasa tak nyaman kali ini, tapi setidaknya ada harapan anak itu bersedia mendekatinya seperti ini.

"Ya aku tau Baekhyun" Ucap Chanyeol masih tak jemu memandang wajah tirus itu.

"Aku tau semua tentangmu" Yakin Chanyeol lagi, tak peduli Baekhyun akan mengelak

"T-tapi orang tuaku suda—

Baekhyun mendadak terdiam, begitu tangan Pria itu meraih tangannya.

"Kecelakaan itu merenggut kedua orang tua kalian" sergah Chanyeol, membuat namja kecil itu reflek berjengit terkejut.

"A-Apa maksudmu kalian?" Tanyanya

Bisa Chanyeol rasakan , jantung anak itu berdegup cepat

"Kau memang tak sendiri, saat itu Baekhyun" Chanyeol mencoba berhati-hati, mengantisipasi raut anak itu. Karna yang Ia tau, sikis Baekhyun saat ini belum sepenuhnya stabil, terlebih dengan kondisi anak itu dihadapkan pada traumanya sendiri.

Chanyeol sepenuhnya tau, Ia lah trauma terbesar untuk Baekhyun.

"K-Ku mohon jangan bercanda denganku"

Chanyeol menghela nafas pelan, "Kau memiliki saudara kembar" Tak ingin mengulur waktu terlalu lama, entah Baekhyun merasakannya atau tidak.. anak itu perlu tau semua ini. Persetan dengan teori 'menungggu anak itu stabil'

Ia rasa ini waktu terbaik untuk mengatakannya.

"Bai Xian, saudara kembarmu" Pungkas Chanyeol.

Ia memang menduga, Baekhyun mungkin akan terpukul karena ini..

Tapi sampai kapan?

.

.

Tak pasti,

Tapi Ia tau Baekhyun menahan emosinya saat ini, terlihat jelas bagaimana anak itu menunduk dan kedua tangan yang menggenggam erat.

"Aku berkata sejujurnya…" Chanyeol mencoba meraih pundak Baekhyun, meski yang terlihat anak itu enggan di sentuh.

"Bukan aku menyembunyikannya darimu…" Chanyeol rasa Ia perlu mengambil alih situasi sebelum semuanya berlarut menjadi benci yang lain.

"semula aku memang tak menerimamu, maafkan aku… kau bisa bayangkan bagaimana perasaanku kehilangan sosok yang kucintai saat itu" Chanyeol menatap lekat, bocah yang masih tertunduk itu

"Maaf untuk semua yang kulakukan padamu Baekhyun~ah" Ia kembali memohon.

"…." Meski tak ada jawaban dari anak itu, tapi Chanyeol tak menyerah

"Aku memang hancur setelah kepergian Bai Xian, tapi…"

Pria itu tampak menghela nafas perlahan untuk menjeda kalimatnya.

"Aku lebih hancur setelah menyakitimu dan mendapati kenyataan kau membenciku Baekhyun" Ujarnya… Chanyeol rasa, Ia tak pernah bicara sepanjang ini sebelumnya. Tapi semua atas hati

Dan Ia benar-benar tak bisa jika itu bukan Baekhyun.

"….."

Masih saja tak ada jawaban, Chanyeol tau benar posisinya di sini.

Tak berhak untuknya menuntut lebih atas semua hal bejat yang pernah Ia lakukan pada Baekhyun.

Biarlah….

Biar perlahan Ia mendekatinya, hingga perlahan pula Baekhyun mau membuka hati untuknya.

"Lalu.. aku berusaha, segala cara ku lakukan agar kau mau menerima dan memaafkanku"

Baekhyun tampak tersentak, kembali mengingat… bagaimana Perawat Park kala itu memperlakukannya.

Ia jatuh hati… tapi sesuatu yang menakutkan serasa menghantuinya, begitu tau Perawat Park adalah Chanyeol.

"Semua cara telah kulakukan Baekhyun~ah… hingga akupun berusaha keras mencari tau tentangmu, aku ingin melindungimu"

"…."

Tak sepatah katapun terucap dari bibir tipis itu

Membuatnya semakin kebas… harus dengan apa mengungkapkannya?

Harus berapa lama pula Ia menahan perasaan tak terbalas seperti ini?

"Aku benar-benar mencintaimu" Chanyeol terlihat pasrah

Tak apa menahan kecewa kali ini…

Setidaknya Ia memiliki kesempatan lain esok hari.

"Sudah larut malam..." Chanyeol bermaksud meraih pundak Baekhyun

"K-Kemana Bai Xian setelah itu" Nada bicara itu terdengar dingin, sempat mencerna apa maksud namja kecil itu.. tapi pasilah menanyakan perihal nasib Bai Xian setelah kecelakaan kala itu.

"Suami istri berhati mulia yang menyelamatkan kalian saat itu"

"M-Mengapa hanya Dia?"

"Kau sebaiknya lekas tidur dan— "….." Chanyeol stagnan, Baekhyun mungkin mulai berprasangka lain di sini… mungkin lebih pada ketidak adilan yang Ia alami selama hidupnya.

"Tidurlah.." Chanyeol memaksa, membimbing Baekhyun lekas beranjak

"Esok… aku ingin mengajakmu ke suatu tempat"

"…." Baekhyun masih tertunduk, bahkan saat Pria itu menuntun tangannya ke lantai atas, Ia masih tertunduk.

Semua masih berputar dalam benaknya, banyak pertanyaan, banyak hal ingin ia sampaikan.. tapi semua terlalu kelu.

.

.

.

"Ku matikan lampunya, Okay?" Ujar Chanyeol, sambil memanang sendu punggung sempit yang membelakanginya itu.

"…."

Seperti biasa, tak ada jawaban…

Membuat Pria kekar itu mengangguk pelan, memahami situasi Baekhyun. Lalu mebiarkan namja kecil itu terlelap di kamarnya.. Sementara Ia tidur di ruangan yang lain.

.

.

.

Semestinya Ia mulai merebahkan diri, tapi tidak... karena Pria itu terlihat fokus dengan smart phone di tangannya.

"Ah Yeol...?"

Hingga suara seorang Pria menyapa dalam line telfon itu.

"Aku merindukan Jepang, Paman"

.

.

.

.

Dua hari berselang…

Pagi itu, Baekhyun tampak tergagap begitu Chanyeol dan asisten rumah menyiapkan segala perlengkapan miliknya dan berbagai hal yang menempel di tubuhnya, Ia benar-benar tak mengerti,

Terlebih Ia berada di kursi roda, dan banyak riuh lalu lalang di sekitarnya, Baekhyun tau.. Pria itu membawa dirinya ke tengah keramaian, Ia pening.. mendengar suara hati berbaur dengan perbincangan lalu lalang itu.

"K-Kemana Kau akan membawa ku—

"Suasana baru.. dengan udara yang lebih segar" Kekeh Chanyeol sambil terus mendorong kursi roda Baekhyun.

"Apa kau ingin membuka penutup matamu?Agar kau bisa melihat sekelilingmu?"

Baekhyun tersentak "T-Tidak"Gumamnya kemudian.

Dan pasrah kemana Pria yang harusnya Ia benci itu membawa dirinya, Ia sudah mati rasa.. apapun yang akan dilakukan semua orang padanya, Baekhyun tak peduli.

.

.

Hingga tibalah dirinya di sebuah ruangan, Baekhyun rasa ini lebih nyaman.. tapi dengung mesin aneh yang terdengar membuatnya bingung.

"Aku di mana?" Tanya Baekhyun, Ia tau Chanyeol di sisinya

"Bukalah penutup matamu, lalu kau akan tau" Chanyeol tersenyum.. tak berniat membatin apapun.

Dengung mesin itu perlahan menjadi bising, Baekhyun mulai panic.

"Tolong katakana di—

"Agh!" Baekhyun mendadak berjengit, begitu perutnya serasa berdesir.. kala tempat yang Ia kira mesin itu mulai bergerak cepat, sepertinya melaju ke depan.

"Buka saja penutup matamu Baekhyun..."

"..." Baekhyun menggeleng kasar, bertahan dengan rasa paniknya sementara kedua tangannya terlihat meraba-raba sekitar mencari pegangan

Chanyeol terkekeh... merasa tak tega tapi, Ia rasa ini bisa untuk membujuk Baekhyun.

Ia beralih meraih tangan kecil itu dan menggenggamnya

"Pesawat.." Bisiknya kemudian,

Membuat Baekhyun mendadak tegang, lalu tanpa terduga membuka cepat penutup matanya merasa tak percaya..

Hingga—

"A-AAAHHHH!" Baekhyun tiba-tiba berteriak, begitu membuka mata, dan hal pertama yang Ia lihat adalah awan. Ia benar-benar terbang.

Tak pelak reaksi itu membuat Chanyeol terkejut. "Ssshhh…" Bisiknya sambil meraih tubuh kecil itu untuk di dekapnya.

"A-AKU TAKUT! TURUNKAN AKU! AKU TIDAK MAU DI SINI!" Seru Baekhyun, spontan beringsut-ingsut semakin ke dalam dekapan Chanyeol.

Pria itu pun mengerjap… sepersekian detik berikutnya Ia tersenyum, meski tetap merasa tak tega pada anak itu, tapi lihatlah….

Karena ini, membuatnya menjadi orang yang benar-benar dibutuhkan Baekhyun.

"Tenanglah... kau aman Baekhyun"

"T-TIDAK! AKU TAKUT PESAWAT!" Seru Baekhyun lagi, mengundang perhatian penumpang yang lain.

"Tuan… apa yang terjadi? Ada yang bisa kami bantu?" Seorang Pramugari tiba-tiba mendekat, sambil membungkuk penuh hormat.

"Tidak.." Chanyeol tersenyum. "Ini pengalaman pertama untuknya" Lugas Chanyeol, membuat Pramugari itu mengangguk mengerti begitu melihat isyarat Chanyeol untuk meninggalkan keduanya.

"A-Aku mual ugh!" Gumam Baekhyun tiba-tiba, tak pelak membuat Chanyeol terbelalak

Cepat-cepat Ia menangkup wajah pasi itu. "Kau mual?" Tanyanya,

Namja kecil itu menatapnya pias dan mengangguk pelan, persetan Ia bisa melihat wajah Pria itu. Rasa takutnya lebih besar kali ini.

"Ini tak akan lama.."

Baekhyun menggeleng. "Aku t-takut.." Lirihnya lagi, ingin menangis

Membuat Chanyeol tak tahan, jika saja Ia bisa mengecup bibir kecil itu... ah! Jika saja...

Chanyeol beralih, menyela air mata Baekhyun dengan ibu jari nya.

"Apa yang kau takutkan hn?"

"J-Jatuh…" Jawab Baekhyun cepat,

Membuat pria itu terkekeh. "Jika kau mendengarku… semua takutmu akan hilang" Bisik Chanyeol

Baekhyun yang panic, reflek mengangguk cepat.

"Tangan." Chanyeol membuka telapak tangannya sendiri. "Genggam tanganku" Lanjutnya kemudian

Pria itu tak pernah menduga semua ini, tapi Baekhyun benar-benar menggenggamnya sangat erat.

"Jangan pernah tutup matamu okay?"

Bocah itu pun mengangguk cepat.

Ah sungguh, Chanyeol tak menduga hal ini akan terjadi semudah ini... bukan Ia memanfaatkan ketakutan Baekhyun, tapi ini lebih baik untuk namja kecil itu... melihat ke sekelilingya, dibandingkan membatasi diri dan mengurung diri dnegan keterbatasan yang Ia buat sendiri.

"Sekarang lihatlah kembali ke jendela.." Bisik Chanyeol

Baekhyun semula terlihat patuh, tapi kemudian…

"J-Jangan!" Anak itu kembali bersembunyi ke dalam dekapan Chanyeol

"Tak apa.. cobalah sekali lagi"Bujuk Chanyeol

Baekhyun terlihat gemetar, tapi anak itu berusaha melawan takut dan melilih melihat ke jendela

"Hari ini sangat cerah…" Chanyeol mendekat, begitu Baekhyun terlihat terkunci dalam pandangannya keluar.

"Awan putih diterpa bias mentari…" Gumam Chanyeol lagi, mencoba mendiskripsikan apa yang Baekhyun lihat.

"Indah bukan?" Chanyeol mulai mengamati raut anak itu.

"….."

Sepertinya Baekhyun mulai terpana, terlihat kedua mata indah itu tak berkedip saat melihat awan di luar.

Tapi satu yang membuat hatinya berdesir halus, tangan Baekhyun tak melepaskan genggaman tangannya.

"Kau akan baik-baik saja, selama bersamaku Baekhyun~ah"

.

.

.

.

.

.

Beberapa Jam setelahnya,

Baekhyun tak lagi mengenakan kursi roda, melainkah Ia tengah berjalan dengan kepala tertunduk.. mengikuti langkah seorang Pria yang menuntunnya.

Hingga

'Cklek'

Pintu itu terbuka… dengan hanya melihat dinding dan lantainya saja, tempat itu benar-benar sangat mewah

"Masuklah.." Chanyeol membuatnya berjengit.

Tapi anak itu tetap berjalan ragu memasuki ruangan apik itu.

"Sementara kita akan bermalam di hotel ini"

"…" Baekhyun berjengit, spontan melihat Chanyeol walaupun beberapa saat setelahnya Ia kembali menunduk.

"Kau masih takut?" Chanyeol menyadari raut Baekhyun.

Perlahan Baekhyun mengangguk … membuat Chanyeol kembali mendekat dan melepas syal Baekhyun "Kita sudah tak di pesawat"

"…" Bocah itu hanya diam.

"Rebahkan tubuhmu.. kau perlu istirahat"

Dan seperti yang sebelumnya Ia lihat, Baekhyu tampak lebih patuh... berjalan mendekati ranjang, lalu merebahkan diri di sana.

Masih banyak tanya dalam benaknya, salah satunya... untuk apa Chanyeol membawanya ke tempat ini

Dari yang Ia dengar sebelumnya, Ia berada di Jepang.

"D-Dimana penutup mata—

"Kau tak membutuhkannya" Segah Chanyeol, sembari mempersiapkan beberapa perlengkapan medis, membukanya di sisi Baekhyun.

"Tapi aku—

"Di negara ini, siapapun yang berpura-pura tak bisa melihat... mereka di anggap teroris" Ujar Chanyeol pasti

Membuat anak itu membulatkan mata lebar, lalu memalingkan wajah...

Tentu Baekhyun sangat takut dengan aturan semacam itu. Ia tengah di tempat asing.. tak tau kemana dan pada siapa untuk berlindung, meski Chanyeol bersama nya.

"Biar aku periksa kondisi tubuhmu.." Ujar Chanyeol setelahnya, jemari besarnya terlihat cekatan membuka beberapa kancing kemeja Baekhyun.

Membuat anak itu meneguk ludah payah, dan—

"Ngh!" Ia spontan melenguh… begitu stetoskop yang dingin itu menyentuh dadanya.

"Tak apa bukan?" Tanya Chanyeol, kali ini sambil menekan perut Baekhyun.

"Baekhyun apa kau belum buang air besar?"

Pertanyaan itu lekas membuat Baekhyun membulatkan mata lebar.

"M-Mengapa kau bertanya!" Ketus Baekhyun tak nyaman

"itu penting untuk tubuhmu… terakhir hari apa?" Tanya Chanyeol tak peduli anak itu bersemu merah. "Kemarin?" Tanya Chanyeol lagi

Baekhyun menggeleng cepat.

"Dua hari yang lalu?"

Baekhyun kembali menggeleng.

"T-Tiga" Lirih Baekhyun,

Membuat Chanyeol berdecak, seharusnya Ia tak membiarkan hal ini terjadi pada anak itu. Tentu akan membat Baekhyun tak nyaman dengan kondisi demikian.

"Setelah ini.. akan kuberi pencahar" Chanyeol mengelus pipi Baekhyun sambil tersenyum

Baekhyun melihatnya… benar-benar melihat wajah yang selama ini tak sudi di lihat kini tersenyum untuknya.

Seharusnya Ia benci..

Tapi gerak tubuhnya memberi isyarat lain, membiarkan Dokter itu sesekali menyentuh tubuhnya dengan alat yang dingin itu,

Namun sentuhan terakhir membuatnya tersipu… saat

'Chup'

Keningnya dikecup cepat, dan Dokter itu beranjak begitu saja.

"Ini lebih baik… setelah ini kita makan" Ujar Chanyeol, menyimpan senyum terkulum di bibir tebalnya.

.

.

"Kau bisa melakukannya sendiri?" Chanyeol terlihat cemas mengamati cara makan anak itu.

Sementara, Baekhyun hanya mengangguk pelan.

"Jika kau tak menyukainya aku bisa menggantinya dengan—

"i-ini enak" Sergah Baekhyun, membuat Chanyeol kembali menduduki kursi nya.

.

.

Hanya terdengar denting sumpit dan mangkuk yang beradu,

Tapi tak masalah, ini lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Pikir Chanyeol

"U-Untuk apa kau membawaku ke tempat ini?" Tanya Baekhyun tiba-tiba

"Menemui seseorang yang juga ingin bertemu denganmu" Chanyeol menatapnya teduh

"Bertemu denganku?"

"Hn..." gumam Chanyeol sambil melahap makanannya.

"…." Tak ada pertanyaan lain, Bakehyun memilih focus pada makanannya

Hingga tiba-tiba, Baekhyun berhenti dengan makanannya ..

Rautnya pun terlihat mengernyit tak nyaman..

"Ada apa?" Chanyeol beranjak, mendekati Baekhyun.

Tapi Baekhyun menggeleng pelan, sambil memegangi perutnya.

"Maaf" Baekhyun berlari cepat kea rah toilet.

Dan Chanyeol mengerjap "O-oh Baiklah" Gumamnya, sambil bertanya-bertanya bukankah dirinya belum memberikan obat Pencahar apapun.

.

.

Beberapa saat setelahnya Ia melihat Baekhyun keluar dari toiletnya tapi masih dengan raut tak nyaman

"Sudah?" Tanya Chanyeol kemudian

Bocah itu tampak sungkan, dan lebih memilih berjalan menuju ranjang.

"Hei.. bagaimana?" Chanyeol tak menyerah, mengekor Baekhyun dan menunggu namja kecil itu menjawab.

"…." Baekhyun memilih merebahkan diri membelakangi Chanyeol.

"Kau tak perlu malu" Yakin Chanyeol

"…" Tetap saja Baekhyun rasa itu memalukan, hingga Ia lebih memilih menyembunyikan diri di balik selimut.

Tapi Baekhyun tak pernah tau, sebelah tangan Chanyeol menyusup ke dalam selimut dan –

"AH!" Teriak Baekhyun terkejut, begitu menyadari sesuatu menekan perutnya.

"Ssh.. Kau belum bisa?" Tanya Chanyeol meski tau jawabannya

"…" Baekhyun yang kesal, menyentak tangan Chanyeol dan kembali bergelung di dalam selimut.

"Baiklah… aku akan memberimu sesuatu, kurasa ini lebih efektif" Chanyeol lekas beranjak untuk mengambil peralatan medisnya.

.

.

.

.

"Kemarilah.." Chanyeol kembali datang mendekatinya

Membuat Baekhyun mengintip dari balik selimut dan mengernyit melihat benda yang di pegang Pria itu.

"itu—

"Ini akan membantumu.."

Baekhyun mengerjap lalu beranjak duduk ingin tau. "Obat?"

"Ku masukkan ke dalam rektummu… ini pengganti obat pencaha—

Belum usai Chanyel menyelesaikan kalimatnya,

Bocah itu lebih memilih membanting tubuhnya ke ranjang,, bergelung di dalam selimut

"Hei.."

"T-Tidak mau!" Pekik Baekhyun, mendengar penjelasan Chanyeol tentu itu tak biasa untuknya

"Ini sudah lebih dari dua hari, jika dibiarkan itu tentu tak baik untukmu" Chanyeol kembali mendekat, dengan membawa Supossitory itu

"…"

"Baekhyun?"

"…"

"Dengar, jika kau tak bisa buang air besar… Dokter akan menganjurkanmu untuk operasi. Kau lebih menginginkan itu?"

Dan benar saja, sedikit ancaman jenaka dariya.. mampu membuat anak itu bangkit terduduk dan mengerjap memandang supossitory itu.

"I-Itu hanya dimasukkan saja?"

Chanyeol menahan senyum sambil mengangguk. "Ya, hanya seperti itu. Kemarilah akan kubantu"

"Aku bisa melakukannya sendiri!" Baekhyun merampas benda asing itu dari tangan Chanyeol, lalu berlari secepatnya ke arah toilet

"H-Hei Baekhyun.. apa kau benar-benar tau caranya?

BLAMM

Tapi anak itu telah lebih dulu menutup toiletnya.

.

.

Lebih dari setengah jam Ia menunggu, tapi anak itu tak kunjung keluar.

"Apa dia baik-baik saja?" gumam Chanyeol cemas.

.

.

"A-AHHHHHH!"

Tiba-tiba Baekhyun berteriak di dalam,

"Ada apa?" Chanyeol berlari tergesa dan merangsak toilet itu tanpa permisi, dan betapa terkejutnya Ia melihat Baekhyun terdududk di lantai tanpa celana ingin menangis.

"Baekhyun?"

"B-Bagaimana mengeluarkannya?" Baekhyun hamper menangis ketakutan, begitu menyadari pipa alat itu turut masuk ke dalam anusnya

"Aaaaaaa!"

"Y-Ya… tenanglah" Chanyeol bersimpuh mendekatinya.

"Hks! Mengapa bisa masuk seperti itu?!" Sungut Baekhyun kesal

"Sudah ku katakan, kau perlu bantuanku"Chanyeol membuka kedua kaki Baekhyun, membuat anak itu membulatkan mata lebar, lebih-lebih saat tangan Pria itu mendekati rektumnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja mengeluarkannya"

"Memasukkan jarimu?" Baekhyun bergidik

"Tentu saja..."

"Tapi itu-ACKH! J-Jangan!"

"Ssshhh…."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Yohooooooo TCOMB update

Jangan lupa Follow IG ; Gloomy_rosemary

Jangan lupa review, g review g update

.

.

Yana Sehunn, ambar istrinya suho, byunlovely, chanchannie, veraparkhyun c, Flowerinyou, yollie wife, neniFanadicky , realoey614, rimadwis , restikadena90 , AuliyaRchy , winter park chanchan, Loey761 , bbhyn92, Chel VL , VlnChuu, xiaobao, Chanbaekaddict, YaharS, LightPhoenix614, Nara614 , LyWoo, ismaaa45 , kim, Kitukie , Cynta533 , soufi park , Xiaoh04, Hyera832, Alivia625, kinkinkin1204, sehunluhan0905 , chanbaek1597, mutianafsulm, Nam Yeongie, astia631, chanbaekssi , Chogiwagurl , BaekheeChanlove, Minachanbaek, hunhanshin, Baekby, realoey614 , caesarpoo, Byun Na Ra, meliarisky7, bbysmurf , Bbasjtr , Hasil enaena ChanBaek , nisahyun , dewihutasoit61 , byunlovely , Dodio347 , SMLming, kinkinkin1204, Asandra735 , CY PARK , Byun Jaehyunee , Park Shiina, Byun Jaehyunee, kkaiii , berrybyun, zahrazhafira335 , inspirit7starlight, baekkachu09, lilykurniati77, chanhyun , chanbaekshipper, yulis443, selepy, rima, ChanBaekGAY, park chan2 , Chanbaekaddict, realbaek21, annisapuji , byankai , byunbee04, Parkbaexh614, Dan All Guest

Bye

Love u All