"Belum tidur?"

Baekhyun menoleh pada direksi kanannya, mendapati Chanyeol datang dengan secangkir teh hangat lalu melingkup selimut di pundak Baekhyun. Kecupan di puncak kepala tidak pernah terlupakan untuk Baekhyun yang hampir setiap malam selalu berdiri di dekat jendela untuk menatap jauh pada langit luar.

Perut yang semakin besar itu juga mendapat kemanjaan dari ayahnya. Di usak, ditepuk, kemudian memberi nasehat dalam batin untuk sang calon bayi yang kemungkinan akan lahir dalam waktu beberapa minggu lagi.

"Bagaimana kondisi Sehun?"

Mereka berayun dalam melodi yang terputar di diri masing-masing. Irama kasih yang terlontar membawa sendu perasaan cinta yang semakin mendalam dalam diri mereka.

Chanyeol mungkin bukan seorang penggombal ulung. Tapi dia tahu bagaimana membuat wanitanya memiliki proteksi sebuah cinta tanpa batas dalam pengorbanan yang sedang terencana. Jauh dalam hati ada kesulitan yang butuh jalan keluar. Tapi tak ada pintu yang sesuai sehingga Chanyeol memilih tetap berdiri di atas kakinya tanpa ada pergerakan sedikitpun.

"Dia baik. Masih pulas seperti sebelumnya."

"Kau tahu, Chanyeol,"

"Apa?"

"Aku tidak pernah merasa sebaik ini seumur hidupku." Kehidupan di dalam perut buncit Baekhyun itu menunjukkan reaksi; tendangan kecil yang menyerukan jika dia tidak sabar untuk keluar dan menyambut dunia. "Sebelumnya aku bahkan tidak berani untuk menikah. Memimpikan saja seperti aku enggan. Aku sibuk mencari cara untuk hidup wajar. Tidak terlalu menggantungkan sebuah pernikahan sebagai goal terakhirku."

Rintik hujan di luar menyalahi aturan. Musim panas seperti ini, mengapa hujan masih datang dan berusaha merebut posisi? Suhu ruangan mulai berubah drastis. Bersama dengan ramainya rintik di luar, ada kehangatan yang masih rela menyempil dikala dingin sebentar lagi akan berkuasa.

Baekhyun memiliki banyak hal untuk ia lakukan sekarang ini. Job list-nya sudah tersusun rapi untuk keadaan di masa yang akan datang. Tapi sebelum itu, ijinkan dia menyelami rasa syukur atas kehangatan pelukan yang Chanyeol berikan pada tubuhnya yang mulai melemah.

Hangat.

Menenangkan.

Damai seperti memeluk erat pada tubuhnya kala cinta Chanyeol seperti tak akan pernah putus untuk diterima.

"Baek,"

"Hm?"

"Aku memang bukan sepenuhnya seorang manusia. Ada masanya kelak aku juga akan kehilangan nyawa karena sebuah takdir. Dan jika hari itu tiba, jika aku tidak lagi kembali berpijak di atas bumi ini bersamamu, masih maukah kau menemaniku di kehidupan kelak?"

Itu bahkan lebih manis dari jenis permen apapun. Baekhyun banyak menjaminkan hati pada Chanyeol, menggantungkan sisa hidupnya untuk lelaki terkasihnya beserta dua buah hati yang teramat besar memiliki cintanya.

Bagaimana Baekhyun harus menjawabnya?

Sejujurnya, tanpa pernah ada pertanyaan itu, Baekhyun sudah pasti akan memelakukannya. Apalagi yang bisa dia perbuat dengan kisah ini? Chanyeol terlalu jauh mengambil hatinya, bermain dengan pola yang cukup menyenangkan hingga tak sempat ada niat untuk meninggalkan.

"Kau ingin jawaban yang seperti apa. Hm?"

Dua tangan Baekhyun menangkup rahang Chanyeol, mendekat dengan jinjitan seadanya dan mendekatkan bibir untuk mencuri kecup manis dari lelakinya itu.

"Apapun, yang penting berasal dari kejujuran dan ketulusanmu."

"Aku," bibir Chanyeol di usap oleh ibu jari lentik, menghilangkan sedikit kebasahan yang keluar jalur dari bibir Chanyeol. "akan terus menemanimu sampai kapanpun. Sekarang atau nanti, tidak akan ada yang berbeda. Kau lebih dari kata berharga, aku rela mengorbankan apapun asal kau tetap terjaga dengan baik. Bukan hanya kau, tapi anak-anak kita."

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, Baek."

"Tck! Karena kau seorang lelaki dan aku wanita?"

"Ya. Seharusnya aku yang mengatakan hal semacam itu padamu."

"Jangan mengatakan apapun, tapi langsung bertindaklah. Wanita jaman sekarang butuh pembuktian, bukan mulut manis."

Merengkuh pundak Baekhyun semakin erat, Chanyeol mulai mendalami dua iris Baekhyun yang sayu. Dalam jangkau pandangannya, ada ketulusan yang Baekhyun tunjukkan dari setiap jalan kehidupan mereka saat ini.

Chanyeol tahu, tidak mudah menjalani peran seorang ibu hamil yang berbeda dari lainnya.

Baekhyun masih manusia biasa, tidak ada manusia yang tega memakan barang mentah dan meminum darah jika tidak untuk kehidupan lain di dalam perutnya. Tapi Baekhyun membuang jauh semua itu, meski dengan air mata yang dipaksa tidak keluar, meski dengan rasa mual karena anyir darah yang terpaksa ia telan mentah-mentah, Baekhyun tetap melakukan hal itu untuk anak dalam kandungannya.

Bukan sekali-dua kali Chanyeol memberi saran yang beresiko. Apalagi jika bukan menggugurkan si kecil di dalam perut dan memberi Baekhyun keadaan yang lebih baik. Hanya saja kekuatan cinta seorang ibu tidak pernah bisa menerima itu semua. Baekhyun memilih bertahan meski hal itu menyiksa dirinya sendiri dalam jangka waktu yang tidak sebentar.

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur. Besok Professor akan datang lagi memeriksa kandunganmu."

.

Baekhyun sudah tertidur pulas.

Setelah hampir satu jam mengusak perut buncitnya dan membuat si kecil di dalam sana tenang, Chanyeol keluar dari selimut dan menuju satu ruangan yang belakangan ia beri pengamanan berlebih.

Ruangan itu menyimpan kapsul berwarna biru yang tengah membujurkan tubuh Sehun.'

Sekali waktu Chanyeol menatap pada tubuh Sehun yang memucat, melihat bagaimana anak lelaki itu tengah memperjuangkan sebuah kehidupan dari pertemuan dua darah yang berlawanan.

Sehun masih terlalu muda. Kesempatannya menjadi manusia terbuka sangat lebar. Keberhasilan yang Chanyeol rencanakan hampir terpukul telak untuk menjadikan Sehun manusia seutuhnya.

Hanya saja takdir selalu memilih jalan lain dari jalan yang sudah Chanyeol rencanakan. Kekuatan darah vampir yang ada dalam tubuh Sehun membuatnya goyah. Perangainya yang sudah seperti manusia biasa mulai bergoncang karena darah vampir berkuasa penuh atas eksistensi Sehun.

"Maaf jika pada akhirnya Daddy harus mengorbankanmu."

.

Sudah tiga hari belakangan Baekhyun hanya bisa terbujur di ranjang. Tubuhnya terasa lemas, tenaganya seperti hilang dan terlalu sulit untuk bergerak banyak-banyak.

Perutnya semakin membuncit. Profesor Han mengatakan jika Baekhyun akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan semula. Bayi di dalam kandungannya berkembang sangat cepat, sebanding dengan diri Baekhyun yang mengingin darah lebih banyak dari biasanya.

Chanyeol tidak bisa bertindak banyak. Dia menyediakan berkantung-kantung darah hewan untuk Baekhyun yang merasa lapar. Bukan Baekhyun, tapi anak dalam kandungannya.

Sepanjang hari Baekhyun harus bertaruh dengan rasa mual. Mengonsumsi darah bukan keinginannya, tapi semua tetap dilakukan untuk si kecil di dalam kandungan yang meronta kelaparan.

Baekhyun harus berjuang banyak. Tenaganya terforsir tanpa sebab. Dia mudah lelah, mudah mengantuk, dan terkadang mendapat tidur panjang dalam sekali waktu.

Kesehatannya seperti di acak tidak karuan. Pola hidupnya benar-benar kacau tetapi tidak ada yang bisa bertindak apa-apa karena Baekhyun melakukan ini untuk anak dalam kandungannya.

"Aku lelah."

"Ya, tidurlah."

Selimut itu dinaikkan sebatas dada. Baekhyun cepat terpejam dalam kantuknya dan melepas kelelahan di ambang pintu mimpi.

"Bersabarlah. Aku sedang mencari jalan keluar terbaik."

Apa?

Chanyeol masih memutar kepala untuk hal itu. Jalan keluar yang selalu ia janjikan hingga saat ini tak menemui ujungnya.

Semua jalan tertutup. Tak ada yang memberikan harapan. Chanyeol dibiarkan merana pada masa depan yang abu-abu.

Baik Baekhyun maupun Sehun, jalan yang mereka inginkan terlalu menyimpang. Dan Chanyeol tidak bisa memilih dua sekaligus untuk bertahan hidup.

Ini sulit.

Langkah kakinya terlalu berat untuk meninggalkan Baekhyun yang sedang terlelap. Separuh dirinya sedang berkonflik, separuhnya lagi sedang mempertahankan kesadaran untuk mengurus semua yang perlu diurus.

Profesor Han yang belakangan diminta untuk stand-by merasakan benar bagaimana Chanyeol begitu dilema. Nutrisi Sehun ataupun penawar dari rasa haus Baekhyun terhadap darah, semua bukan masalah yang mudah.

"Aku bahkan tidak diberikan waktu banyak untuk memilih." Chanyeol berkelakar dalam lemah dirinya, "Dalam beberapa hari Baekhyun akan melahirkan. Aku paham betul resikonya. Kau bilang, persentase nyawa Baekhyun untuk selamat hanya 20% kan, Prof?"

Profesor Han menunduk dalam diam.

"Bayi dalam kandungan Baekhyun sudah pasti akan menguras habis darah ibunya selama proses melahirkan karena itu adalah puncak perkembangan sesungguhnya. Jalan operasi juga tidak mungkin karena posisi bayi berubah dalam setiap menit. Astaga.. ini benar-benar menyulitkan."

Gurat lelah terlihat dari wajah Chanyeol. Beberapa hari belakangan dia terjaga untuk mengawasi Baekhyun juga Sehun. Tidak menutup kemungkinan salah satu dari mereka akan menjadi santapan untuk yang lainnya karena darah pemanas yang ada di dalam tubuh.

"Sebenarnya, Tuan,"

"Hm?"

Profesor Han mengeluarkan kotak kecil dari dalam tas pribadinya. Kotak itu lantas di sodorkan pada Chanyeol yang tampak ragu.

"Apa ini?"

"Saya telah lama membuat penemuan ini secara diam-diam. Saya melakukan penelitian pada beberapa studi kasus, mengumpulkan informasi dari beberapa sumber dan melakukan pembuatannya secara rahasia."

Kotak itu berisi kapsul kecil berisi cairan berwarna biru kental. Tak ada yang aneh, terlihat biasa saja jika sekilas mata memandang. Tapi lama kelamaan Chanyeol merasa ada yang aneh pada tubuhnya saat menyentuh kapsul itu terlalu lama. Seperti ada yang mendidih, membuat kepalanya berkunang-kunang dan mungkin akan berubah pada keadaan yang lain jika saja profesor tak segera menjauhkan benda itu dari Chanyeol.

"Apa ini sebenarnya?"

"Penawar darah. Saya membuatnya dari sisa kebinasaan para vampir yang sempat saya tangani. Ini bukan penemuan yang legal, saya takut akan membuat para vampir merasa terancam dengan hal ini."

"Tunggu, tunggu. Jadi maksudmu—"

"Benar, Tuan. Beberapa vampir yang musnah mengalami kisah hidup seperti Sehun. Mereka menerima banyak nutrisi dari banyak bahan penyusun untuk membentuk diri sebagai manusia utuh. Hanya saja sebelum pada masa puncaknya, mereka lebih dulu binasa karena tidak bisa hanya bertahan hidup dengan nutrisi-nutrisi yang sama. Seperti halnya Sehun, dia membutuhkan nutrisi yang lebih komplek untuk menuju proses sempurna. Tapi mereka tidak bisa memenuhi itu semua, mereka memilih binasa dengan tangan mereka sendiri sebelum darah panas vampir meluap dan merubah mereka menjadi sesuatu yang menyeramkan."

Seperti ada sebuah angin segar. Chanyeol merasa ada harapan untuk hidup Sehun setelah sekian lama harus dikurung di dalam kapsul.

Tapi semua itu tak berlangsung lama. Profesor Han tak menunjukkan perangai yang bagus untuk kesegaran angin yang Chanyeol rasakan. Wajahnya yang renta menyembunyikan ketakutan besar, Chanyeol merasa ini akan menjadi sesuatu yang tidak baik sebagai efek sampingnya.

"Katakan apa yang akan terjadi jika Sehun mendapatkan ini?" seperti seorang yang pandai membaca situasi, Chanyeol menuju pada titik yang tepat kala Profesor Han menghela napas besar dari penemuannya ini.

"Cairan ini tersusun dari nutrisi-nutrisi pembentuk manusia utuh. Keberhasilan yang akan Sehun dapat sekitar 80%. Tapi,"

"Tapi?"

"30% kegagalan yang terjadi berakibat sangat fatal pada Sehun."

"Apa?"

Chanyeol meremat tangannya sendiri. Kepalan yang ia buat untuk menyingkirkan kegelisahan yang tersusun tiba-tiba.

Begitu buruk. Seperti sebuah petir yang menyerang Chanyeol bertubi-tubi tanpa kenal ampun.

"Sehun akan menjadi vampir paling kuat. Dia tidak akan terkalahkan oleh siapapun."

.

Sepertiga malam di hari Minggu.

Entah sudah malam keberapa semenjak Baekhyun merasa dirinya merasa kerongkongannya panas. Rasanya begitu menyiksa, hampir terbakar sepenuhnya dan Baekhyun akan mati dengan rasa itu.

Chanyeol sudah terpejam. Beberapa hari belakangan lelaki itu di kehilangan waktu istirahatnya. Urusan pekerjaan dan segala yang terjadi di rumah,Chanyeol menanggung seorang diri dan Baekhyun tahu betul itu tidak mudah. Tapi apa yang bisa Baekhyun lakukan? Dia sendiri sedang berjuang pada kondisi lain untuk kehidupan di dalam perutnya.

Kembali pada rasa panas di kerongkongan.

Si kecil dalam perut memberi sinyal jika dia haus. Jika dihitung dalam sehari, mungkin ini sudah ke delapan Baekhyun harus berjalan pada lemari es khusus yang menyimpan persediaan makanan untuk si kecil.

Bukan susu ibu hamil, tapi sekantung darah hewan yang masih segar.

Mau tidak mau Baekhyun harus terbiasa. Rasa anyir darah harus ia buang jauh atau si kecil akan meronta hebat dan dia kehilangan kesadaran.

Tegukan pertama terasa menyiksa. Rasa mual mulai menjalar tapi Baekhyun tak bisa memenuhi hasrat itu. Dia butuh terus mengecap darah yang ada agar si kecil di dalam perut bisa tenang dan tidur malam bisa dilanjut.

Di ujung sisa darah yang sudah Baekhyun telan, dia menjeda sebentar. Sebelah tangannya menyangga pada dinding, kepalanya mendadak berdenyut cepat karena rasa mual yang ia tahan tidak pernah mengalami penyelesaian.

Hanya sebentar. Sekitar satu menit kemudian Baekhyun bisa menguasai diri dan si kecil tak lagi meronta.

Baekhyun bisa kembali ke kamar dan melanjutkan rasa kantuknya. Tapi saat melewati sebuah pintu yang belakangan menjadi pantangan untuk ia masuki, ada sebuah rindu menjalar kuat pada sosok yang ingin Baekhyun peluk.

Perasaan rindu ini melebihi apapun. Tapi kesempatan dan situasi menentang kuat pada apa yang seharusnya tercurah ketika rindu itu hadir.

Haruskah malam ini Baekhyun melawan? Tubuh pucat yang terbujur dalam kapsul itu, bagaimanapun juga tetap seorang Sehun yang selalu menjadi satu hal terkasih dalam hidup Baekhyun.

Satu tarikan pada pintu yang malam itu tak terkunci. Tercium kuat bagaimana bahan-bahan kimia menguarkan aromanya di dalam ruangan dan menusuk indera pencium dengan begitu tajam. Tapi fokusnya bukan pada hal itu, melainkan kapsul biru yang ada di ujung ruangan dan sesosok rindu pada sang anak menjadi hal yang harus Baekhyun pertahankan saat ini.

"Sehun-aa.. ini Miss Bee—Oh, ini Mama." Baekhyun meralat.

Seandainya Sehun bisa memanggilnya seperti itu, mungkin kebahagiaan akan berlipat lebih banyak.

"Mama merindukan Sehun. Sangat rindu. Apa Sehun juga rindu?"

Betapa malangnya rindu ini. Baekhyun hanya bisa mengusak bagian luar kapsul tanpa pernah bisa menyentuh Sehun seutuhnya.

"Sehun-aa, kapan Sehun akan bangun? Sebentar lagi Sehun akan memiliki seorang adik. Sehun tidak ingin melihat adik? Hm?"

Baekhyun menjadi lebih dekat, memberanikan diri untuk membuka kapsul karena rindu pada putra tirinya itu tak lagi mempedulikan bahaya yang bisa tercipta.

Rambut Sehun berubah pirang. Bibirnya yang terlihat ranum kini sedikit membiru dengan taring yang sedikit muncul.

Kenyataan jika Sehun bukan seorang manusia utuh memang mengejutkan. Tapi lebih dari itu Baekhyun tetap memiliki cinta seorang ibu yang berlebih pada sosok Sehun.

"Kalau Sehun bangun, Mama akan mengajari Sehun berhitung lagi. Mama juga akan membuatkan makanan untuk Sehun dan memeluk Sehun saat tidur. Nanti kita tidur berempat dengan Daddy dan adik bayi. Sehun mau, kan?"

Terlihat percuma tapi Baekhyun ingin terus melakukannya. Interaksi ini membuatnya merasa utuh sebagai seorang ibu, menemani kala sang anak dalam keadaan yang tidak baik dan menyuarakan kasih dalam takaran tak terhingga.

Besar harapan Baekhyun untuk terus melakukan ini pada Sehun juga si kecil dalam kandungannya. Hanya saja dia menyadari satu fakta, kehidupan Sehun tidak dalam sebuah kepastian yang bisa diputuskan sekali waktu.

Masih banyak rasa rindu yang sebenarnya akan ia curahkan. Tapi Baekhyun tak bisa berlama-lama karena ia sadar jika dirinya memiliki insting lain terhadap darah yang mengalir dalam tubuh Sehun. Sebelum semuanya memburuk, Baekhyun akan menutup kembali kapsul itu tapi tangan lain mencegah kuat dengan kilat taring yang menakutkan.

"S-sehun.."

Cengkeraman itu sangat kuat. Baekhyun berusaha lepas tapi Sehun tak memberi ruang untuk itu.

Mata yang tadinya terpejam, kini membuka lebar dengan manik semerah darah. Dua alisnya bertarung, mulutnya mulai menunjukkan eksistensi lebar dari taring-taring tajam yang tadi bersembuunyi.

Hilang sudah sosok polos Sehun. Fisiknya berubah total, tak ada lagi bocah lelaki kesayangan Baekhyun yang selalu ingin ia ajak berbagi pelukan hangat. Yang tertinggal adalah makhluk pemangsa, menatap Baekhyun dengan iris menunjukkan rasa lapar yang berlebih.

"I-ini..M-mama, Sehun. J-jangan.."

Apa yang harus Baekhyun perbuat?

Posisinya benar-benar tak memiliki celah untuk menghindar. Sehun bahkan mendorongnya hingga terpojok pada tembok dan seketika rasa sakit menjalar di sekujur tubuh.

Taring tajam itu benar-benar tak bersahabat. Darah pemanas yang menguasai tubuh Sehun menutup semua hubungan hangat yang pernah ada. Kenangan indah yang terjalin bukan lagi penawar, dan Baekhyun tidak mengerti bagaimana akhir dari semua ini.

Bukan hanya Sehun, Baekhyun mulai merasakan ada gejolak aneh yang membuatnya tak bisa menguasai diri. Bukan perasaan lapar seperti biasanya, kali ini rasa yang terjadi lebih dasyat dari apapun hingga untuk mempertahankan logika saja ia tak mampu.

Dua tangan Baekhyun mencengkeram pundak Sehun. Posisi ini membuat mereka berada dalam peraduan kekuatan yang sesungguhnya. Beberapa kali Baekhyun memanggil kesadarannya, tapi terlalu sulit ketika rasa lapar yang tiba-tiba berkuasa membuatnya mendekat pada perpotongan leher Sehun.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Baekhyun tidak seperti itu, dia bahkan tak memiliki taring untuk merobek kulit Sehun tapi mengapa semua ini terasa kuat mendesak.

Erangannya tak pernah lebih buruk dari ini sebelumnya. Beruntung dalam keadaan terdesak seperti ini, Baekhyun mendapat kembali seruan logika yang sempat menghitam dan dia mempertahankan diri sendiri untuk tidak meladeni rasa laparnya.

Tapi Sehun terlalu kuat. Ketika Baekhyun mulai lengah, Sehun seperti mendapat kesempatan besar untuk menahan Baekhyun pada satu titik dan mengunci perpotongan leher Baekhyun dalam ketajaman matanya.

"Sehun..Mama sangat menyayangimu."

Kisah ini mungkin berakhir dengan ajaran pengorbanan bagi Baekhyun. Lalu bagaimana dengan bayi dalam kandungannya? Harapan terakhir ketika Sehun selesai menghabiskan darah dalam tubuh Baekhyun, akan ada seseorang yang bisa menyelamatkan anaknya.

Baekhyun belum bisa menjadi seorang ibu yang baik. Keputusannya masih abu-abu, tapi waktu tak pernah memberi toleransi dan Baekhyun siap berakhir pucat dengan darah yang terkuras habis.

"Nak, bertahanlah setelah ini.."

Bruk!

Pandangan samar itu membuat Baekhyun lelah. Lututnya terasa sangat lemas, dia rapuh dengan denyut jantung yang mulai tidak normal. Kesadarannya hanya sebatas suara tak begitu keras, memanggil Chanyeol yang terlihat samar sedang menghalau Sehun dengan kekuatannya.

"Jangan.. sakiti..Sehun."

Lalu semua menggelap. Kesadaran yang di andalkan mulai sirna.

Pertarungan itu bukan ilusi, tapi benar adanya karena Chanyeol kini tengah melempar Sehun ke tembok hingga retak. Konsentrasi lelaki itu terbagi, antara Baekhyun yang hilang kesadaran dan Sehun yang berusaha menyerang untuk menghisap darah Baekhyun.

Sial!

Sehun tak memberi jeda untuk menghentikan semua ini. Anak lelaki itu seperti tak berkurang sedikitpun kekuatannya untuk melawan dan usahanya untuk mendekati Baekhyun sangat kuat. Chanyeol terpaksa sesekali menghantam dengan kepalan tangannya, tapi tak bereaksi apa-apa karena darah vampir Sehun sedang berkuasa.

"BAWA BAEKHYUN KELUAR DARI SINI!" teriak Chanyeol pada beberapa maid yang melihat dari ambang pintu.

Tubuh lemah Baekhyun segera dibopong, dipindahkan ke kamar lain dan meninggalkan Chanyeol yang sedang menangani Sehun.

Apa yang Chanyeol takutkan selama ini terjadi juga. Sehun menjadi tak tertebak atas perubahannya. Dua taring tajam yang bertengger itu memiliki niat buruk untuk merobek kulit siapa saja yang dianggap menyimpan darah pelepas rasa dahaga.

Sekalipun fisik Sehun tak jauh berbeda dengan anak SD pada umumnya, tapi Chanyeol yakin betul di dalam sana menyimpan kekuatan tak terkalahkan.

Sehun menyerang lebih dulu, memojokkan Chanyeol pada tembok dan berusaha mematikan pergerakan. Kekuatannya tidak main-main, Chanyeol bahkan harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencegah agar dia tidak mati kutu.

Bagian atas tubuh Chanyeol terkunci dan tak ada celah untuk melawan. Sehun mengincar leher Chanyeol untuk ia tarik lepas dari tubuh dan binasa. Tapi tak semudah itu, Chanyeol masih bisa menahan dengan kedua tangannya yang mendorong pundak Sehun lalu membuat anak itu kembali terpental menindih meja.

Aungan Sehun semakin menjadi-jadi. Kekalahan bukanlah bagian dari dirinya yang sudah berubah wujud menjadi vampir kembali. Tubuhnya yang pucat, rambutnya yang berubah pirang, dan matanya yang sepenuhnya berada di lingkaran merah, Chanyeol mengenali itu sebagai bangsa vampir dengan tingkat pemangsa yang kuat.

Chanyeol menyadari semua ini dari awal. Obsesinya menghidupkan Sehun sebagai manusia biasa memiliki dua efek, binasa atau menjadi vampir yang semakin kuat. Jika pada percobaan sebelumnya menemui hasil kebinasaan, maka tiba pada Sehun terjadi efek yang paling ditakutkan.

Menjadi seorang vampir yang lebih kuat.

"Sehun..ini Daddy, nak."

Apalah arti sebuah ucapan seperti itu. Sehun kehilangan kontrol dirinya sendiri dan menepis kenyataan tentang dia yang pernah ter-setting sebagai seorang manusia. Yang ada dalam benaknya hanya bagaimana menuntaskan rasa dahaga, bagaimana menyelesaikan kemarahan yang tidak terkontrol, bukan ucapan-ucapan seperti itu yang justru membuat emosinya semakin memuncak.

Satu gerakan cepat membuat Chanyeol kembali terhimpit dalam keadaan tak menguntungkan. Sehun menguncinya di atas meja, kembali mencoba menarik leher Chanyeol untuk ia binasakan.

Kemarahan itu membuat Sehun semakin brutal. Tenaganya seperti terpacu 2 kali lipat lebih besar dan jika saja Chanyeol tak segera meraba sesuatu yang terjangkau oleh tangannya, hidupnya akan binasa di tangan Sehun.

Cairan biru dalam sebuah suntikan itu sudah dari tadi menarik perhatian Chanyeol. Teringat apa yang dikatakan profesor, ada sebuah rencana yang muncul dan membuat Chanyeol tegas pada keputusannya.

Dia tahu ini akan menyakitkan.

Kehilangan bukanlah sebuah tujuan, tapi tak ada pilihan lain selain melakukannya.

Chanyeol benci meyakini fakta jika rasa sayangnya pada Sehun tak seharusnya berakhir pada keputusan ini.

Keadaan semakin mendesak. Benar-benar tak ada jalan keluar yang bisa terpikir.

Dalam satu gerak tangan, ujung runcing suntikan itu Chanyeol tujukan pada bagian belakang tubuh Sehun.

Cairan merambat masuk, cengkeraman Sehun pada leher Chanyeol mulai meregang dan bulatan merah pada mata Sehun berubah biru.

Tubuhnya ambruk. Fisiknya berubah total. Tapi bukan pada perubahan 70% yang pernah profesor katakan.

Sehun mengalami fase 30% kegagalan yang menyeramkan.

Dalam waktu singkat, perubahan warna mata itu menyadarkan Chanyeol jika ada biru yang selalu di atas segala kekuatan. Merah bukan apa-apa, tapi biru bisa mematikan dalam sekejap mata.

Situasi ini benar-benar keadaan paling menyedihkan. Perubahan yang hampir mencapai 100%, Chanyeol cegah dengan menarik leher untuk terlepas dari tubuhnya. Kesedihan tentang sebuah kehilangan telah Chanyeol rasakan. Dia mengerti bagaimana air mata mulai menetes; pelampiasan sebuah hati yang tercabik karena Chanyeol membinasakan Sehun dengan tangannya sendiri.

Biru itu meredup. Berubah menjadi hitam kelam dan pejaman mata yang abadi.

Setiap detik yang berjalan menggerus tiap inci tubuh Sehun yang tak bergerak, merubahnya menjadi abu kebinasaan yang semakin mengiris Chanyeol dalam kesakitan yang berlebih.

Tidak ada seorang Ayah yang mau melakukan hal ini. Jika ditanya apakah Chanyeol menyesal, berikan dia kata-kata yang lebih dari sebuah sesal. Nyatanya dia melihat bagaimana semua ini terjadi dalam waktu yang singkat.

Anak lelakinya pergi.

Binasa.

Dan itu menyakitkan.

.

Dari sudut pandang manapun apa yang Chanyeol alami bukan pekara mudah. Eksistensinya sebagai manusia baru memiliki cobaan di luar dugaan, mebutuhkan sebuah kerelaan dari keputusan besar yang merubah hidupnya lalu menghadapi kenyataan lain yang menyesakkan dada.

Keadaan Baekhyun tak lebih baik. Profesor Han menyalurkan jarum yang tersambung dengan kantung darah di salah satu bagian tangan Baekhyun karena si kecil dalam kandungan menunjukkan pergerakkan aktif.

Itulah mengapa Baekhyun sangat dilarang berinteraksi dengan Sehun. Karena jika sampai terjadi, aliran darah vampir yang di miliki si kecil akan membangkitkan jiwa pemangsanya. Dia memang tidak bisa melakukan itu secara langsung, tapi Baekhyun menjadi satu-satunya penghubung dimana rasa haus si kecil akan bisa terobati dengan menghisap darah pemanas Sehun.

Rumit. Dan begitulah fakta yang ada.

Sekarang Sehun sudah tiada. Pembangkit rasa haus si kecil tidak lagi memiliki eksistensi. Dengan begitu masalah baru mulai terbuka.

Rasa haus yang tidak tersalurkan membuat Baekhyun harus merelakan darahnya yang di konsumsi. Dalam satu jam, dia menghabiskan dua kantong untuk di alirkan dalam tubuhnya untuk mengganti darah yang hilang.

Keadaan ini tidak bisa terus berlanjut. Harus ada jalan keluar. Bukan karena Chanyeol tak mampu membeli berkantung-kantung darah, tapi persediaan darah yang ada tidak bisa dijangkau dalam waktu cepat.

Hingga pada suatu malam, Chanyeol melakukan pertemuan penting dengan Profesor Hal. Hasilnya tak lebih baik karena Chanyeol menghadapi pilihan-pilihan yang lebih sulit.

Membinasakan si kecil yang mulai berwujud vampir, atau menyelamatkan si kecil tapi mengorbankan Baekhyun.

Hasil USG khusus yang Profesor Han lakukan menunjukkan jika si kecil sepenuhnya akan lahir menjadi vampir berkekuatan khusus karena darah manusia dan darah vampir yang menyatu. Proses kelahirannya tidak akan mudah karena berbeda dengan proses melahirkan pada umumnya. Baekhyun jelas akan kehilangan banyak darah, normal ataupun operasi akan memiliki hasil yang sama. Si kecil akan menjadi brutal saat ia akan melihat dunia, dan Baekhyun hanya memiliki kekuatan 10% untuk bisa bertahan hidup.

"Hei, sudah bangun?"

Mata sayu itu berusaha terbuka, tapi tak begitu bisa dilakukan karena rasa lelah yang menggerogoti. Tenaganya juga seperti terhempas jauh, membuat Baekhyun hanya ingin berbaring karena tak sanggup melakukan apapun.

"Hmm."

"Tidurlah kembali. Kau pasti sangat lelah."

Tangan Baekhyun menggenggam seadanya, kulitnya sedikit pucat dan lingkar hitam di sekitar matanya terlihat kontras.

"S..se..hun.."

Apa yang harus Chanyeol katakan?

"Di..dima..na?"

Haruskah berkata jujur?

"Aa..pa..di..a baik?"

Atau menyembunyikannya?

Tidak sampai Chanyeol membuka mulut untuk menjawab, Baekhyun kembali terlelap. Kali ini nampak lebih pulas, deru napasnya juga menunjukkan keteraturan yang menenangkan.

Beberapa hari setelahnya Baekhyun terlihat membaik. Lingkar hitam di sekitar mata mulai memudar meski tubuhnya masih memucat. Kesadarannya kembali, seiring dengan itu juga Baekhyun semakin kuat menanyakan keberadaan Sehun.

Maid yang membantu merawat tidak membuka suara. Bahkan Profesor Han yang setiap hari memeriksa keadaannya juga memilih tutup mulut saat Baekhyun mulai menyinggung nama Sehun.

Baekhyun mencium sesuatu yang sedang disembunyikan. Ada satu pikiran di mana Baekhyun sedang menolak keras kebenarannya dan masih berpegang tegung ada kenyataan lain yang lebih baik.

Untuk itu dia butuh kejelasan. Apapun itu dia harus tahu meski akan menyesakkan dada. Lalu ketika Chanyeol selesai dengan urusan kantor dan menyempatkan mencium puncak kepala Baekhyun sebelum tidur malam menjelang, Baekhyun menuntut kejelasan tanpa ada kebohongan yang dilakukan.

"Katakan, Sehun dimana?"

Chanyeol masih bungkam.

"Aku tidak melihatnya di dalam kapsul."

"Kau berjalan ke ruang kerjaku saat aku tidak di rumah?"

"Tidak ada Sehun di sana. Katakan dengan jujur, Sehun ada dimana?"

Chanyeol tahu ini akan menjadi pukulan terberat bagi Baekhyun mengenai kenyataan yang sebenarnya. Tapi bagaimanapun juga Baekhyun butuh tahu. Kebohongan saja tidak akan membuat keadaan baik, maka dari itu Chanyeol memilih untuk mengatakan yang sejujurnya.

Perlahan tapi pasti, Chanyeol memulai dengan bahasa yang halus. Genggaman tangannya pada tangan Baekhyun ia buat erat, sesekali di usak dengan ibu jari untuk menyalurkan ketenangan seadanya.

Tak dipungkiri, Baekhyun lepas dalam tangis saat bagian pembinasaan itu ia dengar. Tusukan tajam mengenai ulu hatinya, kehilangan terbesar membuat isak itu tidak berhenti meski Chanyeol mencoba menenangkan dalam pelukan.

"Maafkan aku."

Apalagi yang bisa Chanyeol katakan? Berjuta maaf tak kan pernah membuatnya lebih baik atas apa yang sudah terjadi pada Sehun. Tangisnya bahkan turut membaur, memecah pendaman kesedihan seorang diri yang selama ini Chanyeol rasakan.

Kenyataan yang paling menyedihkan dalam situasi ini adalah Baekhyun yang tidak bisa melihat sisa eksistensi Sehun. Jika Sehun manusia biasa, mungkin akan ada sebuah gundukan tanah penyimpan peti kematian berisi jasad Sehun. Tapi Sehun seorang vampir, takdir kematian seorang vampir tentu berbeda dengan manusia.

Di sela tangisnya yang masih menguar, Baekhyun merasa perutnya begitu sakit. Ini bahkan lebih sakit dari biasanya. Teriakan untuk meloloskan rasa sakit tak berbuah apa-apa, remasan tangannya pada tangan Chanyeol juga tak menolong. Baekhyun seperti dipaksa menarik keluar semua isi perutnya tanpa ada obat bius. Di ujung semua itu, Baekhyun menemui titik terakhir kekuatannya. Dia jatuh lemah tak berdaya, sedang perut buncit itu menunjukkan pergerakan yang cukup kentara dan membuat Chanyeol meneriakkan nama Profesor Han berkali-kali.

Tubuh Baekhyun semakin memucat. Bibirnya bahkan berubah menjadi keunguan.

"Apa yang harus kita lakukan, Prof?!"

Profesor Han memasang alat seadanya untuk mengembalikan kesadaran Baekhyun. "Tuan, bayi Anda hampir menghabiskan seluruh darah ibunya untuk berubah menjadi bayi vampir utuh."

"Tidak..tolong jangan biarkan hal itu!"

Tendangan-tendangan mulai terlihat dari dalam perut Baekhyun, berupa kaki kecil yang berusaha mencari jalan keluar dengan cara robekan kasar pada pembungkus di dalam sana.

"Lakukan sesuatu!"

"Cairan itu! Cairan itu bisa mencegah semua ini!"

"Bagaimana bisa?! Kau tahu sendiri jika Sehun berubah sepenuhnya menjadi vampir setelah mendapatkan cairan itu! Dan jika memberikannya pada bayiku, kau tahu sendiri apa yang akan terjadi!"

Situasi tak memberikan waktu untuk berdebat lebih panjang. Kaki-kaki kecil itu semakin menunjukkan kekuatannya dengan menendang perut Baekhyun dari dalam.

Sial! Chanyeol membenci keadaan terdesak seperti ini.

Dia tahu resikonya. Kebinasaan akan menjadi akhir dari ini semua.

"Tidak, Tuan. Reaksinya akan berbeda pada bayi Anda yang memiliki perpaduan darah manusia asli dengan darah vampir. Bayi Anda memiliki peluang lebih besar untuk berubah menjadi manusia utuh."

Profesor Han melihat keraguan dalam wajah Chanyeol.

"Tuan, kita tidak memiliki banyak waktu atau bayi Anda akan keluar dan merobek paksa perut ibunya."

"T-tapi..tapi aku sudah memberikan cairan itu pada Sehun. Semuanya."

"Abu. Abu Sehun. Abu Sehun masih menyimpan khasiat cairan itu. Saya sangat yakin. Kita bisa memberikan abu itu untuk menolang bayi dan ibunya."

Seketika Chanyeol berlari kelabakan menuju ruang kerja, mengambil wadah khusus yang berisi abu Sehun dan memberikannya pada Profesor Han.

Satu-satunya yang tersisa dari eksistensi Sehun akan lenyap, membaur dengan darah lain untuk sebuah keselamatan sebuah nyawa yang ada di ujung tanduk.

Profesor Han mengambil beberapa mili darah dari kantong darah yang masih mengalir melalui selang ke tubuh Baekhyun. Tanpa banyak keraguan, abu itu di sampur ke dalam darah lalu dimasukkan kembali ke kantung.

Suasana menegangkan itu tinggal menunggu waktu.

Chanyeol meremat kuat tangan Baekhyun, menyuarakan batinnya untuk tidak ditinggal seorang diri dalam sisa hidupnya sebagai manusia baru.

Apa jadinya jika dia benar-benar harus sendiri? Mungkin Chanyeol akan merasakan sekarat yang sesungguhnya, menikmati rasa sakit yang bertubi-tubi menghunus hingga dia mati dalam kesendirian yang penuh kesedihan.

Ya, Chanyeol bisa saja berada dalam situasi itu. Tapi dia terselamatkan dari buruknya kisah yang terlanjur ia bayangkan karena tendangan pada perut Baekhyun tak lagi terlihat. Mesin yang menunjukkan kinerja detak jantung Baekhyun tak lagi ribut, tubuh pucat Baekhyun berangsur normal meski kesadaran belum terjadi.

Chanyeol melihat pada Profesor Han yang menghela napas lega.

"Bayi Anda mulai terkendali. Kita harus melakukan operasi untuk mengeluarkan bayi Anda."

"A-apa, dia hidup?"

.

Operasi yang dilakukan tidak butuh waktu lama. Dalam satu jam, Chanyeol bisa mendengar tangis seorang bayi yang menggelegar dan itu membuatnya menikmati beribu ketenangan. Air matanya kembali luruh. Tapi kali ini kebahagiaan yang meliputi karena baik bayi maupun Baekhyun terselamatkan tanpa ada keadaan mencekam apapun.

Operasi ini dilakukan oleh seorang dokter kenalan Profesor Han. Tim dokter yang melakukan operasi menyatakan Baekhyun dalam keadaan normal tapi masih harus menunggu waktu untuk sadar.

Sedang si kecil?

Dia laki-laki.

Panjangnya 51 cm dan beratnya hampir 3,7 kg.

Chanyeol tak tahu harus bagaimana mewujudkan kebahagiaan ini. Si kecil yang selama ini berada dalam perut Baekhyun kini bisa ia rengkuh kuat dalam pelukan yang nyata.

Kebahagiaan menjadi seorang Ayah seutuhnya Chanyeol rasakan. Letupan-letupan yang terasa meyakini jika hal ini tidak akan pernah tergantikan oleh apapun.

Profesor melakukan check-up pada jagoan kecil Chanyeol. Hanya memastikan darah apa yang sekarang sedang mengalir dalam tubuh bayi itu. Dan berlipat kebahagiaan lantas bertambah saat itu. Karena Profesor mengatakan jika bayi laki-laki dalam pelukan Chanyeol memiliki darah manusia murni.

Cairan yang melebur jadi satu dalam abu Sehun menyelamatkan semuanya.

.

Sisa obat bius itu menghilang di dua pertiga malam.

Samar-samar Baekhyun melihat keadaan kabur dari matanya. Kepalanya sedikit pening, tapi bisa di atasi untuk membuka mata selebar yang dia mampu.

Ada Chanyeol di sampingnya.

Lelaki itu tertidur pulas dengan tautan jari saling terikat dengan miliki Baekhyun.

Baekhyun tak berniat membangunkan, tapi pergerakannya yang samar nyatanya membuat Chanyeol tersadar dan lelaki itu memasang senyum kantuk. Tapi masih tampan.

Kecupan di puncak kepala tersaji lebih dulu sebelum Chanyeol memeluk erat tubuh Baekhyun.

"Akhirnya kau bangun juga."

"Berapa lama aku tertidur?"

"Hampir dua hari."

"Pantas tubuhku terasa sangat lelah."

Tangannya yang masih ringkih terulur, menyingkap pipi Chanyeol sejenak sebelum beralih atensi pada keadaan perutnya.

Sempat terlihat rasa terkejut karena tak lagi membuncit. Tapi Baekhyun menghela napas lega karena Chanyeol menunjuk box bayi berwarna biru kelam di dekat ranjang mereka.

Air mata seketika luruh. Isak Baekhyun terdengar penuh haru, kebahagiaan bertumpah ruah pada keheningan malam ini.

"Boleh aku melihatnya?"

"Tentu saja."

Chanyeol segera turun ranjang, mengeluarkan jagoan kecil itu dari dalam box dan mendekatkannya pada Baekhyun.

Baekhyun belum sepenuhnya bisa bangun. Rasa sakit pada jahitan di perut membuatnya harus bersabar sebentar untuk menggendong si jagoan.

"D-dia...sudah lahir."

"Ya. Sudah lahir. Anak kita sudah lahir."

Semua yang ada pada bayi itu membuat Baekhyun menangis dalam haru. Kebahagiaan terpatri sempurna, air mata saja seperti tidak cukup untuk menunjukkan betapa dia senang bisa melihat dan menyentuh si kecil secara nyata.

"Aku ingin melihatnya lebih dekat."

Semuanya nyata. Baekhyun takut ini hanya mimpi, tapi ketika tangannya menyentuh kulit si bayi, dia merasakan kehalusan kulit bayi yang khas.

Matanya masih terpejam cukup rapat, hidungnya terlihat kecil begitu juga bibirnya.

"Dia seorang jagoan."

"Laki-laki?"

"Ya, kau melahirkan seorang bayi laki-laki."

"Wajahnya..mengingatkanku pada seseorang."

Untuk beberapa saat Chanyeol terpaku. Sedari awal melihat bayi ini, Chanyeol seperti melihat seseorang yang tidak akan pernah pudar eksistensinya sebagai seorang putra. Mata, hidung, dan bibir, semua yang ada dalam bayi ini seperti hasil copy-paste dengan Sehun.

"Dia mirip Sehun, bukan?" tanya Baekhyun dengan senyum yang mengembang.

Ya. Cairan bercampur abu Sehun itu membawa dampak lain. Bukan kekuatan vampir, melainkan bentuk fisik yang sama seperti si pemilik abu.

Apakah ini sebuah reinkarnasi atau bukan, Chanyeol membiarkan semesta merahasiakannya. Yang perlu Chanyeol lakukan saat ini, kebahagiaan keluarga kecilnya harus ia jaga dan ia lindungi sampai kapanpun.

"Chanyeol,"

"Hm?"

"Kau sudah memberinya nama?"

"Belum. Mau memberinya nama?"

"Ya. Aku ingin memberinya nama...Sehun. Park Sehun."

.

.

END

Basyud : akhirnyaaaaa wisuda jugaaaaa FF satu ini. udah lama nunggu kan? Wkwkw.. nihh udah wisudaaaaa. Semoga suka ya ^^ genrenya mepet2 fantasi tapi ragu kalo kemampuan fantasi ku gak nyampe, jadi ya begini adanya.

Makasih yang udah nunggu dengan sabar. Kesabaran kalian berbuah pada update—nya FF ini hehe..

Sampai jumpa di FF Ayoung lainnya ya.. bye byeeeee

SALAM CHANBAEK IS REALLY REALLY REEAALLL.. sarangheekkk