Sehun's Side
You: Jika kau tidak yakin kalau kita tidak bisa bertemu
You: Bagaimana jika kita memulai ini dengan phone sex terlebih dahulu?
Sehun menggigit jari telunjuknya sebagai pelampiasan rasa penasarannya terhadap jawaban Kai–pria yang sudah ia sudah lecehkan ini. Sehun juga sedikit menyadari kalau ia tidak tahu diri. Ah, tapi biarlah, sepertinya Kim Kai juga tidak keberatan dengan ajakannya. Lagipula tadi dia sendiri kan yang dengan senang hati ingin membalas segala perbuatannya?
Stranger: Sebenarnya aku ragu
Stranger: Tapi baiklah
Stranger: Ini nomorku, 821044601120
Senang yang Sehun rasakan hilang begitu saja saat ia merasa sangat familiar dengan kombinasi angka telepon milik Kai. Kenapa ia teringat oleh Jong–err.. mantan pacarnya ya? Angka itu–ada apa? Apa yang membuat dia menghubungkan angka itu dengan Kim Jongin?
Ia memilih untuk berpikir keras, mengingat sesuatu sampai tak sadar ia sudah mengabaikan pesan-pesan Kai yang tengah menanyakan apakah ia masih ada di sana atau tidak.
"–1120..? Kenap–OH ASTAGA." Matanya seperti ingin keluar saat baru mengingat kalau nomor telepon milik Kai sama dengan milik Jongin. Tangannya buru-buru meraba nakas untuk mengambil ponselnya, kemudian dia membuka aplikasi kontak dan mencari nama Jongin yang masih setia tersimpan disana. Membukanya, dan ternyata benar. Nomor telepon Jongin sama persis dengan nomor telepon milik Kai.
"Apakah Kai itu sebenarnya Kim Jongin yang menyamar?" Ia bertanya pelan pada dirinya sendiri.
Stranger: Shixun?
Stranger: Kau masih ada disana?
You: Maaf kai, sepertinya aku harus pergi ke kamar kecil dulu
You: Tapi jangan kemana-mana, aku masih ingin tahu tentang dirimu, oke?
Stranger: Oh, ya sudah
Stranger: Aku akan menunggumu
Setelah memberi alasan kepada Kai, ia buru-buru men-scroll riwayat chat nya tadi. Dan setelah beberapa waktu, ia menemukan balasan Kai yang menurutnya bisa di curigai sebagai Kim Jongin.
Pertama, marga yang Kai miliki sama dengan milik Jongin.
Kedua, umur Kai 19 tahun. Sedangkan Jongin juga baru merayakan hari ulang tahunnya yang ke-19 bulan kemarin.
Ketiga, Kai itu menyimpang dan Jongin juga.
Keempat, Kai masih 'terjaga' dan setahu Sehun, dirinya dengan Jongin tak pernah bercinta karena Jongin sendiri belum siap melakukan 'hal' tersebut.
Kelima, dirinya dan Kai sama-sama baru memutuskan hubungan. Sedangkan Jongin juga baru putus dengannya.
Dilihat dari balasan Kai yang menyebut mantan kekasihnya brengsek, Sehun merasa terpanggil akibat mengingat caranya memutuskan Jongin di lorong kampus waktu itu. Apalagi di saat mereka selesai berciuman, di saat ia membuat Jongin terbang dan kemudian menjatuhkannya ke jurang paling dalam.
Brengsek bukan?
Tapi, saat itu dirinya benar-benar di keadaan yang sangat kacau dan labil. Jongin juga sudah membuatnya merasa sia-sia dengan menjadi kekasihnya, karena Jongin tak pernah berkeluh kesah, juga tak pernah percaya padanya. Hal apapun itu. Di tambah dengan mantan kekasih wanitanya yang terus mengompor-ngompori Sehun untuk memutuskan Jongin. Mengatakan kalau Jongin hanya menjadikannya pelampiasan.
Saat itu ia baru menyadari kalau Jongin dengan mudahnya menerima dirinya sehabis putus dari Kris–kekasih Jongin yang dulu. Lalu di setiap mereka pergi kencan atau sekedar keluar, ia sering melihat Jongin melamunkan sesuatu hingga pria itu menjadi tak fokus pada acara kencan mereka. Dan dari situlah ia mulai curiga kalau Jongin memang benar-benar menjadikannya pelampiasan.
Jadi, bukankah itu alasan yang tepat untuk mengakhiri hubungan mereka?
"Sial, aku baru sadar kalau aku ini sangat brengsek." Sehun menjambak rambutnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri, kenapa ia begitu brengsek dan tidak berpikir dengan lebih bijak sebelum bertindak seperti itu? Ini pasti menyakitkan hati Jongin. Padahal seharusnya ia bisa menyembuhkan luka di hati Jongin dan menanyakan dengan baik apa yang tengah pria itu pusingkan, bukannya malah kembali membuka luka hatinya dengan cara memutuskan hubungan mereka yang masih seumur jagung. Fuck.
Walaupun Jongin itu termasuk bottom yang tidak menye-menye dan manja, Sehun yakin jika Jongin menangis setelah kejadian itu.
Flashback
Sehun tengah berjalan bersama temannya yang lain. Matanya memincing untuk memperjelas penglihatannya karena ia melihat siluet Jongin yang sedang membuka loker. Ia pamit pada teman-temannya dan berjalan menghampiri Jongin.
Sehun terdiam karena terpesona dengan sisi samping wajah Jongin, di tambah tangan pria itu yang sedang mengacak rambutnya hingga menampilkan kesan berantakan namun tetap membuat yang melihatnya senang. Hingga ia ragu akan sesuatu.
Jongin menutup lokernya kemudian terkejut akan sosok Sehun yang tengah menatap dirinya dengan raut wajah yang tidak bisa di tebak. "Sehun? Sejak kapan ka–" Mata Jongin terbelalak saat Sehun dengan tiba-tiba melumat bibirnya kasar.
Ia megap-megap, kewalahan dengan ciuman Sehun yang terkesan brutal dan mendadak. Hingga akhirnya ia bisa mengimbangi dan membalas lumatan-lumatan memabukkan itu. Dengan perlahan Jongin menaruh kedua tangannya di bahu lebar sang kekasih.
Ciuman itu berlangsung lumayan lama sampai akhirnya Jongin menarik diri untuk menyudahi kegiatan mereka.
Jongin menutup kedua matanya dengan nafas yang berantakan. Sehun yang melihat itupun kembali mengecup dan menyesap kembali bibir gemuk milik Jongin yang sudah memerah.
"Jongin," Panggilnya dengan nafas terengah.
Jongin mengangkat wajahnya, dia melihat secara jelas wajah Sehun yang hanya berjarak beberapa centi darinya. "Ada apa? Tiba-tiba kau menciumku. Kau tidak takut kalau ada yang memergoki kita, huh?" Ia berucap agak jenaka namun Sehun hanya diam.
"Kita harus berhenti sampai di sini."
Senyuman pria tan itu menghilang. "A–apa?"
Sehun tetap masang raut datarnya, sebisa mungkin ia harus tidak menampilkan keraguannya di depan Jongin.
"Aku mau kita putus." Ia melihat dengan jelas raut wajah Jongin yang berubah menjadi kosong dan dingin.
"Tapi.. kenapa?"
"Aku, aku sudah bosan denganmu." Entah setan dari mana yang membuat Sehun mengucapkan kalimat menohok itu.
Jongin bersuara setelah semenit berlalu, "Baiklah jika itu maumu."
Sehun terperangah saat mendengar jawaban Jongin yang terkesan seperti ucapannya tadi bukanlah apa-apa. Sehun merasa kecewa, ia tidak melihat Jongin yang berusaha mempertahankan hubungan mereka. Bahkan saat Sehun ingin mencari keraguan di manik cokelat itu, ia tidak menemukannya.
Tapi untuk apa ia mengharapkan? Bukankah ini yang seharusnya terjadi?
Jongin mendorong bahunya untuk menjauh, kemudian pria tan itu berucap. "Maaf jika aku orang yang membosankan, canggung, dan tidak istimewa di matamu. Tapi, terima kasih atas segalanya yang telah kau lakukan untukku. Aku pergi." Dia membalikkan badan dan berjalan begitu saja.
Ia menatap punggung Jongin yang kian menjauh. Tidak ada pergerakan dari tungkai kakinya, bahkan mulutnya terkatup rapat. Sehun tidak melakukan apapun selain terdiam. Hingga ia melihat punggung sempit itu bergetar di ujung lorong.
Hatinya sakit saat ia melihat sosok Jongin yang kuat menangis, apalagi karena ulahnya.
Sejak saat itu ia dan Jongin menjadi seperti orang yang tidak saling kenal. Bahkan Jongin menyebut namanya dengan formal saat ia berusaha untuk membuka pembicaraan setiap kali mereka bertemu.
Ia tahu kalau ia sudah kelewatan. Bahkan ia tidak tahu alasan logis apa yang membuat dirinya percaya begitu saja kepada mantan kekasih wanitanya itu.
Ah, penyesalan memang selalu datang di akhir bukan?
You: Hei kai
Stranger: Eh? Kau sudah selesai ternyata
You: Terima kasih sudah menungguku
Stranger: It's okay, aku tidak keberatan
You: Ya, by the way
You: Aku ingin minta pendapatmu
Stranger: Pendapat apa?
You: Jika seandainya kau mempunyai kekasih. Lalu kekasihmu itu tidak pernah berkeluh kesah padamu, tidak pernah bercerita padamu, lalu selalu menganggap dirinya tidak apa-apa, apa yang kau rasakan?
Stranger: Eum, aku bingung
Stranger: Yang pasti aku akan merasa tidak berguna menjadi kekasihnya. Seharusnya ia melakukan itu semua kepadaku. Bukankah memang itu yang seharusnya dilakukan oleh seorang kekasih?
Stranger: Tapi aku juga tidak akan menyalahkan dirinya dan memutuskan dirinya begitu saja, karena itu terlalu kekanakan dan.. brengsek
Stranger: Aku akan menanyakannya dengan hati-hati, apa yang sedang ia rasakan, apakah ia punya masalah, atau ia punya masalah di masa lalu? Atau mungkin ia hanya tidak mau merepotkan ku?
Stranger: Ku rasa alasan terakhir adalah alasan yang paling masuk akal
Stranger: Karena biasanya seseorang merasa seperti itu, termasuk aku
Stranger: Aku tidak mau merepotkan orang lain, lebih tepatnya aku tak mau menjadi beban orang lain
Stranger: Memangnya ada apa bertanya seperti itu shixun?
Sehun menatap kosong ke arah layar komputernya.
Apa yang telah pria itu katakan benar. Seharusnya ia bertanya bukannya bertindak gegabah seperti ini. Lalu, tentang 'tidak mau merepotkan orang lain' dan 'tidak mau menjadi beban' itu. Kenapa ia tidak bisa berpikir jauh?
You: Ah tidak, hanya ingin bertanya saja
You: Oh iya, bagaimana penampilan mantan pacarmu itu?
You: Siapa tahu aku kenal dengannya, dan bisa menghajarnya untukmu
Stranger: Jangan macam-macam shixun
You: Haha, aku hanya bercanda kai
Stranger: Tidak lucu tahu -_-
Stranger: Pokoknya dia itu tampan, tinggi, kulitnya putih, rambutnya hitam, dia bahkan punya banyak penggemar
Stranger: Dia suka sekali minum bubble tea. Dia selalu membelinya saat kami sedang berpergian, bahkan dia merengek saat aku melarangnya haha
You: Oh hahaha
You: Ciri-cirinya mirip sepertiku
Stranger: Jangan bercanda
You: Aku serius, terserahmu ingin percaya atau tidak
You: By the way kalian terdengar sangat mesra, kenapa bisa putus?
Stranger: Entahlah aku juga tidak mengerti
Stranger: Walaupun seperti itu, aku masih mencintainya. Bodoh sekali ya?
You: Kau tidak bisa menilai dirimu bodoh hanya karena mencintai seseorang kai
Stranger: Hmm
You: Memangnya siapa nama mantan kekasihmu itu?
Sehun menggigit-gigit ibu jarinya dengan risau. Ia benar-benar penasaran dengan jawaban Kai, karena sekarang ia begitu yakin kalau pria yang tadi disebutkan ciri-cirinya oleh Kai itu adalah dirinya.
Stranger: Namanya Oh Sehun
Deg
Nafas Sehun tercekat. "D–dia benar Kim Jongin." Sehun tidak berkata apa-apa lagi setelahnya. Pada intinya Sehun benar-benar senang karena ia telah di pertemukan kembali dengan Kim Jongin.
Sehun senang, namun ia juga merasa sesak. Secara tidak langsung ia melihat semua curhatan Jongin tentang dirinya. Hatinya tertohok saat Jongin masih setia mencintai dirinya walaupun pria itu sudah ia buat sakit hati. Sehun menyesal telah melepas pria sebaik Jongin. Jika di beri kesempatan, Sehun ingin memulai semua dari awal dan memperbaiki hubungan mereka.
Tapi pertanyaannya hanya satu. Apakah ia masih pantas untuk bersanding dengan Jongin? Pun pria itu pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya.
2 Days Later
Jongin's Side
Tangan Jongin bergerak untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Setelah mandi seperti ini biasanya Jongin akan makan, membeli camilan atau langsung tidur. Tapi entah kenapa kali ini ia berharap Shixun menghubunginya.
Ia–ia sungguh penasaran dengan yang namanya sex phone itu. Yang dirinya tahu, sex phone pasti akan lebih hebat dari sex chat tadi atau sekedar masturbasi karenaia akan mendengar suara Shixun dari telepon.
Suara berat, desahan, kata-kata kotor, penuh dominasi dan kinky.
Hell yeah! Ia benar-benar tidak sabar dengan semua itu!
Drrt.. Drrt.. Drrt..
Jongin tersadar akan lamunannya, tangannya dengan cepat merogoh ponselnya di dalam saku dan memandang layar datar itu. Ah, Baekhyun menelepon. Ia malas sekali, pasti pria pendek itu akan membuat moodnya semakin jelek.
Pik!
"JONGIN!"
Jongin menjauhkan ponselnya dari telinga akibat suara cempreng milik Baekhyun yang menyakiti gendang telinganya. "Tidak usah berteriak kan bisa! Ada apa?!"
"This is an important business, Jong! Kau ingat tidak saat aku mengunjungi rumahmu?!"
"Kan aku sudah bilang jangan berteriak, Baek." Jongin mengerang, ia berharap agar Baekhyun tidak lagi berteriak setelah ini. "Aku ingat, memangnya kenapa?"
"Bagus kalau kau ingat. Saat itu aku membawa satu buah dildo ke rumahmu. Saat aku ingin ke toilet–"
"Apa?! Kau membawa benda laknat itu ke rumahku?! Untuk apa?!" Jongin benar-benar terkejut karenanya. Ia tahu kalau Baekhyun itu mesum, tapi ia tidak tahu kalau kadarnya sudah keterlaluan.
"Jangan berburuk sangka, bodoh. Itu milik teman wanita ku. Aku punya kenalan yang berjualan sex toys, so ia menitip untuk mendapat diskon. Kau tahu, benda laknat yang kau maksud adalah benda mahal. Jadi jangan meremehkannya. Lagipula, dildo itu belum di tebus olehnya. Uangku belum kembali, sehingga aku harus memberikannya dengan cepat agar uangku kembali utuh."
"Heol.." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jongin setelah penjelasan panjang lebar Baekhyun. Dan, apakah teman wanitanya Baekhyun itu tidak tahu malu? Dia seorang wanita, dan dia menitip pada Baekhyun untuk dibelikan dildo? Benar-benar. "Apakah wanita itu satu spesies denganmu?"
"Satu spesies–apa? Sudahlah, tolong jaga itu. Ingat Jongin! Itu benda mahal!"
"Iya, iya. Sudah ya, aku tutup."
Pik!
Jongin langsung memutuskan panggilannya. Ia kembali berjalan keluar, menuju toilet dan mencari benda yang di maksud Baekhyun. Dan, itu dia. Benda yang masih terbungkus rapih itu tergeletak di atas mesin cuci. Ia mengambilnya dengan canggung dan membuka plastik luarannya. Jongin membaca segala tulisan yang tertera di bungkus mainan seks itu sambil berjalan kembali ke kamar.
Jongin masih asing dengan benda ini. Ia tahu, bahkan sangat tahu apa kegunaannya. Ia hanya merasa asing karena baru kali ini melihatnya secara langsung.
Ponsel Jongin kembali bergetar, tanpa melihat layar, pria itu langsung mengangkat panggilannya setelah menaruh mainan seks itu di atas meja komputer.
"Apa lagi, Baek–"
"Halo, Kim Kai."
Tubuh Jongin menegang, apakah ini Shixun?
"Halo, Kai? Ini aku Shixun."
Wajahnya berubah berbinar kala mendapati Shixun benar-benar meneleponnya. Yang ia tunggu akhirnya terjadi juga. "Ah, Shixun.." Jongin menghela nafasnya, ia berusaha untuk tidak bersikap norak. Berteriak senang misalnya?
"Ya, ini aku."
Pria itu menggigit bibir bawah. Suara Shixun.. benar-benar sesuai dengan ekspetasinya. Sangat panas, sesak.
"Nomorku.. kau dapat dari mana?"
Shixun terkekeh karena pertanyaan Jongin. "Kau memberikannya kepadaku waktu itu, kan? Apa kau lupa?"
"Ah iya. Maaf." Jongin mengusap tengkuknya, ia malu dengan dirinya yang bodoh karena melupakan hal yang satu itu.
"Tak apa. Omong-omong, aku juga ingin minta maaf karena baru bisa menghubungimu kali ini, Kai. Aku hanya belum siap untuk menghubungimu."
"It's okay, aku juga sebenarnya." Jongin terkekeh kemudian mengulum senyum. Ia sungguh sedang senang sekarang. "Apa kabarmu, Shixun?"
"Oh, aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Aku baik."
Jongin tidak tahu harus berbicara apalagi karena ia benar-benar orang yang kaku, jadi ia hanya menikmati keheningan yang ada dan menunggu suara Shixun kembali keluar.
"Hmm, Kai?"
"Ya?"
"Entah kenapa aku terkadang membayangkan bagaimana rupamu." Shixun meralat. "Tidak terkadang sih, tapi setiap hari. Pasti kau manis sekali, Kai."
Jongin terkekeh, wajahnya memerah. Ia terlihat seperti gadis remaja sekarang. "Ah, apa-apaan kau?"
"Pfft–pasti wajahmu sedang memerah, ya kan?"
"Jangan sok tahu. Dasar."
"Haha, aku hanya bercanda. Tapi aku serius dengan kalimat 'Aku selalu membayangkanmu setiap hari'. Ah, sepertinya aku sudah jatuh cinta padamu."
Pria tan itu berdecih, "Jatuh cinta dari mananya? Aku sangat ingat ada seseorang yang masih mencintai mantan kekasihnya."
"Apakah kau sedang membicarakan diri sendiri?"
"Ish! Kau amat menyebalkan, Shixun." Jongin merengut lucu. "Lagipula kita kan belum pernah melihat wajah masing-masing. Bagaimana jika kau kecewa saat melihat rupaku?"
"Tidak, aku percaya padamu. Lagipula jika kau bobrok sekalipun aku tetap menyukaimu."
Entah Shixun hanya menggombal padanya atau bagaimana. Yang jelas Jongin sangat bahagia saat pria bersuara berat itu mengucapkannya. "Terima kasih."
"Sama-sama," Mereka berdua terbawa suasana, hingga hanya mendengar suara nafas masing-masing. "Kai."
"Ya?"
Shixun terdengar berdeham. "Apa kau.. masih ingat ajakanku waktu itu? Atau tawaranmu mungkin?"
"Yang mana?" Jongin mengingat-ingat hingga ia menyadari apa maksud dari kata-kata Shixun. "Ah, aku masih ingat tentu saja."
"Kau–terdengar tidak terkejut sama sekali?"
"Tidak. Jujur saja, aku juga penasaran tentang sex phone yang kau tawarkan." Jongin berucap canggung.
"Ku kira hanya aku yang merasa seperti itu." Suara Shixun menjadi serius. "Jadi, apakah kau mau melakukannya?"
Jantungnya berdentum lebih cepat setelahnya. "Ya.. kau bisa memulainya," Ia terdiam. "Daddy."
Pria di seberang terkekeh dengan suara beratnya. Ia dengan cepat mengubah suasana juga mengubah sifat dengan drastis di saat Jongin sudah menyebutnya dengan 'Daddy'.
"You still remember my rule, such a good boy." Shixun memuji dan itu membuat tubuh Jongin semakin panas. "Kau sedang apa di sana?"
"A–aku sedang duduk di kamarku." Jongin merutuki suaranya yang bergetar. Sungguh, ia sangat gugup karena ini adalah pengalaman pertama Jongin untuk mencoba hal-hal dewasa yang tak pernah sekalipun terpikirkan olehnya.
"Kenapa suaramu bergetar? Apakah kau sudah tidak tahan?"
"Ya, aku sudah tidak tahan, dad."
"Fuck, kau semakin nakal, aku sangat menyukainya."
Jongin merubah posisinya agar menjadi lebih nyaman. Kini ia bersandar pada kepala ranjang dengan sebuah guling di tengah kakinya. Akibatnya, penis Jongin tertekan hingga membuat ereksinya semakin besar.
"Bisakah kau membuka atasanmu? Aku ingin melihat bagian tubuh atasmu yang indah itu."
"Sure, daddy." Ia berucap dengan suara yang serak. Tangannya kini membuka satu-persatu kancing piyamanya, lalu melempar dengan sembarang helaian kain satin itu. "Aku sudah membuka atasanku, daddy. Apa yang akan daddy lakukan setelah ini?"
"Bayangkan jika aku sedang menghirup aroma tubuhmu, sayang." Jongin menutup matanya sambil membayangkan hal kotor itu. "Aku mengecupi seluruh tubuhmu, membuat jejak kemerahan dan mengusapkan telapak tanganku yang besar pada kulit halusmu." Shixun menarik napas dalam-dalam, seolah-olah ia menghirup aroma tubuhnya. Lalu kembali berbicara dengan suara beratnya. "Ahh, kau benar-benar wangi, sayang."
"Hmmh.." Jongin menggunakan sebelah tangannya untuk mengusap-usap bagian tubuh atasnya yang telah telanjang. Ia mengusap bagian tengkuk, kemudian turun ke dada dan perut. Ia melakukan itu berulang-ulang lalu melenguh.
"Aku juga menggesekkan telapak tanganku pada kedua puting merahmu. Aku hanya menggesekkannya dengan pelan, secara mengambang tanpa ada niatan untuk mencubitnya atau memilinnya."
"Oh my God," Jongin bergetar geli akibat perlakuan tangannya sendiri. "Bis–bisakah kau memilinnya?"
"Tidak, tidak." Shixun dengan cepat menolak. "Aku akan menyentuh bagian tubuhmu yang lain dulu."
"Sekarang tanganku kembali melucur turun, kali ini aku sedang membuka celanamu. Kemudian aku melihat sebuah gundukan kecil saat aku sudah berhasil membukanya. Aku juga melihat ada sebercak noda basah di atas celana dalammu. Oh aku mengerti, apakah penismu sudah mengeluarkan precum?"
"Ya." Jongin menjawab singkat sambil membuka celananya hingga kini hanya tersisa celana dalam warna hitam.
"Telunjukku sedang berada di atas kepala penismu, kemudian aku gerakkan turun hingga telunjukku tepat di tengah bola kembarmu. Lalu kembali naik. Dan tiba-tiba dengan kejamnya aku meremas ereksimu itu dari luar." Pria di seberang tertawa dengan kejam setelahnya. "Bagaimana rasanya sayang? Apakah sakit? Ataukah nikmat? Jawab aku."
Setelah dengan gilanya ia meremas penisnya sendiri, Jongin menjawab, "Akh, d–dua-duanya"
"Kau cukup masokis, sayang." Shixun menggeram. "Sekarang aku akan membuka celana dalammu."
"Aku membukanya dengan sangaat pelan. Kemudian saat sudah terbuka, penismu yang kecil itu memantul hingga mengenai hidungku. Ah, hidungku jadi terasa lengket akibat precum mu, Kai."
"Penismu sangat becek dengan kepala yang memerah. Kemudian aku memegang kepalanya dan mengamati benda kecil milikmu itu dengan seksama. Ia terlihat sangat menggemaskan dengan bola yang sangat pas."
"Lalu aku mendorong pahamu hingga kedua kakimu bersentuhan dengan dadamu. Dan saat kedua belah bokong itu terbuka–wah, benar-benar pemandangan yang indah, Kai."
Jongin menggigit bibirnya malu. Sumpah, kata-kata Shixun benar-benar terdengar nyata.
Dengan perlahan ia mengangkat kedua kaki jenjangnya hingga menempel pada dadanya setelah ia menaruh ponsel di samping telinga dengan keadaan di loudspeaker. Lubangnya langsung di terpa oleh udara dingin AC bersuhu 16 derajat di dalam kamarnya.
"Jempolku menyingkirkan bolamu, hingga aku bisa melihat garis di bawahnya juga. Telunjukku mengikuti arah garis itu hingga aku sampai di depan lubang berkerutmu yang sangat sempit dan lembap."
"Nhh.."
"Tapi sayangnya aku tidak menusuknya, hingga aku selalu dapat kedutan dari lubangmu. Aku hanya mengelusnya naik turun, kemudian mencungkilnya, lalu mengelus lagi."
"Dan ku ulangi, aku tidak menusuknya."
Jongin mengerang, membuat Shixun terkekeh. "Apakah kau frustrasi dengan kelakuanku?"
"K–ku mohon tusuk lubangku. Aku–sudah tidak tahan.." Jongin berucap dengan susah payah.
"Baiklah. Sekarang kulum jari-jariku sebelum masuk kedalamnya. Ayo kulum."
"Mmh.." Jongin menjilat dan menyedot jarinya dengan kencang lalu melepaskannya hingga terdengar jelas suara kecipak dari bibirnya. Membuat Shixun mendesis.
"Ah, ya lidahmu benar-benar hebat. Lebih nakal dan lincah dari yang kemarin."
"Dan ekspresimu itu.. membuatku ingin menghamilimu, sayang."
"Bagaimana bisa seorang lelaki memiliki wajah minta digagahi seperti itu? Padahal kau hanya sedang mengulum jari."
"Apa yang telah kau lakukan juga, Kai? Penisku bertambah besar hingga rasanya celana bagian depanku ingin sobek karena melihat ekspresi mu it–"
Shixun menghentikan perkataannya kemudian mendesis saat mendengar suara desahan yang bercampur dengan suara lidah dan nafas terengah dari mulut Jongin "Ssshh, kau benar-benar membuatku tidak tahan."
"Sudah cukup kulumannya, aku akan langsung ke bagian inti. Jangan salahkan aku jika kau belum siap, desahanmu itu membuat penisku berteriak minta di puaskan."
"Ahh, iya.. Bukankah lebih cepat itu lebih baik, daddy? Hhh.." Dan ia mendesah di akhir kalimatnya. Jongin sudah out of control sekarang saking terangsangnya.
"Shit, kau nakal sekali. Sekarang cepat bersiap-siap. Aku akan memasukimu. Cari benda yang lebih besar dari jarimu, karena milikku tidak sekecil itu, Kai."
"Baiklah, tunggu sebentar, daddy."
Pria tan itu sempat bingung dengan apa yang harus ia gunakan. Akhirnya otaknya itu bisa di ajak kerja sama. Ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja komputer untuk mengambil dildo yang tergeletak di sana.
Tapi ia bimbang. Ia ingin menggunakannya tapi rasanya sangat tidak enak. Dildo itu milik orang lain, milik teman Baekhyun. Apakah ia harus memakainya?
Kemudian didalam hatinya ada yang berbisik bahwa ia memakainya saja. Toh dildo itu masih baru dan belum menjadi hak kepemilikan teman Baekhyun karena katanya wanita itu belum mentransfer uangnya.
Akhirnya tanpa ragu lagi, Jongin membuka bungkus dildo dan terpampanglah benda berwarna krem yang terbuat dari karet itu. Ia memandanginya sebentar, lalu wajahnya memerah. Kakinya membawa Jongin kembali kekasur dengan tangan yang memegang dildo.
Shixun yang mendengar suara derit kasur bertanya, "Kau sudah menemukannya? Apa yang kau gunakan?"
"A–aku menggunakan dildo." Jongin berucap pelan. Ia malu mengatakannya.
"Apa? Wah, aku terkejut bahwa kau punya mainan seperti itu."
"Ugh, sudahlah, dad. Aku malu sekali." Jongin merapatkan kakinya. "Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Yang kau harus lakukan adalah menyiapkan pelumas dan menyiapkan posisimu. Aku ingin kau mengendarai penis besarku, apakah kau mau?"
"Aku mau, daddy." Jongin mengulurkan tangannya untuk mengambil baby oil di atas nakas. Ia menumpahkannya di tangan dan melumurkannya di dildo dengan tangan bergetar.
Ia merubah posisinya. Sekarang ia sedang setengah berdiri dengan lutut sebagai tumpuan. Pinggulnya agak condong ke belakang hingga membuat punggungnya melengkung. Ia arahkan kepala dildo itu kedepan lubang dan menggesek-gesek permukaannya.
"Apakah kau sudah siap? Aku tahu ini pengalamanmu untuk memasukkan benda yang lebih besar dari jari. Jadi kau harus rileks."
Jantung Jongin berdebar dengan cepat. Ia sesungguhnya masih takut untuk melakukan ini. Tapi, ia sungguh sudah gelap mata. Jongin bersusah payah menenangkan diri dan membulatkan keyakinannya.
"Aku sudah siap."
Tanpa ia ketahui, Shixun tersenyum di seberang sana. "Baiklah, aku akan memasukkan penisku dengan perlahan."
Perlahan-lahan Jongin menurunkan tubuhnya. Aneh di awal, kemudian sakit, kemudian aneh, kemudian sakit lagi. Ia merasakan dengan jelas bahwa urat-urat dari penis palsu itu menggesek bagian dalam lubangnya.
Jongin menutup matanya dan menyatukan alisnya saat setengah bagian dari dildo yang ukurannya besar itu sudah masuk ke dalam lubangnya. Astaga, ini baru setengah tapi rasanya sudah sesakit ini. Ia sedikit menyesal dengan tidak meminta 'fingering' sebentar.
"Akh, sakith.."
"Sssh.. Tenang. Rasakan sakitnya, rasakan semuanya dan pasti kau akan menyukainya. Pelan-pelan saja, hmm?"
Jongin tidak mendengarkan Shixun. Karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit pada dinding lubangnya, ia langsung menurunkan badannya hingga seluruh bagian dildo itu masuk kedalam. Bahkan bola kembarnya sedikit terantuk oleh bola kembar dildo itu.
"AHH!" Jongin berteriak dengan refleks, matanya terbelalak saat mendapatkan sensasi super aneh di dalam lubangnya. Ujung dildo yang keras itu menabrak sesuatu yang membuatnya berteriak dengan kencang. Alasan lain selain rasa perih.
"Jangan masokis, sayang. Apakah kau melebarkan lubangmu dengan paksa?" Shixun sedikit khawatir.
"It's okay, a–aku menyukai sensasinya, dadh." Jongin menyesuaikan lubangnya dengan benda itu. "Bisakah aku bergerak?" Ia bertanya dengan nafas terengah.
"With my pleasure, babe. Telan aku, makan aku dengan lubang sempitmu itu!"
Jongin langsung bergerak naik turun sesaat Shixun berteriak seperti itu. Awalnya ia bergerak dengan ragu-ragu, namun lama-kelamaan ia mengendarai dildo itu seperti sudah sangat handal.
Ia bergerak dengan sangat heboh hingga membuat kasur berderit dengan kencang. Pahanya bergetar saat ujung dildo itu terus mengenai titik kenikmatannya. Hingga akhirnya ia sudah tidak kuat menopang berat tubuhnya sendiri. Tangannya kini ikut bertumpu untuk menahan tubuhnya yang masih bergerak dengan cepat.
"Ahh.. enak sekali, daddyh.."
"Grrh, kau hebat, sayangh. Kau benar-benar sempit! Ssh, aku bisa merasakan dinding rektummu yang lembut nan lembap itu memijat penisku. Nikmat sekali, ah!"
Tangan kirinya mencoba untuk merambat ke penisnya. Tapi seakan Shixun tahu semua yang ia lakukan, pria itu langsung menegurnya.
"Jangan sekali-kali berani untuk menyentuh penismu, sayang. Aku tahu sifat nakalmu itu. Hanya keluar dengan tusukanku saja!"
"Anghh.. Maafh ahh!" Jongin masih asik menaik-turunkan tubuhnya dengan semangat. Suara kasur menjadi pengiring dari kegiatan kotor mereka.
Pria tan itu semakin menggila. Bosan dengan hanya menaik-turunkan tubuh, Jongin kini juga menggerakkan pinggulnya memutar untuk mencari kenikmatan tersendiri.
"Ssh.. Ya, kau menari-nari penuh dosa di atas tubuhku, Kai. Dan aku hanya bisa memandang dari bawah tubuh berkeringatmu. Kulitmu yang halus itu kelihatan bersinar di bawah sinar lampu."
"Fuck.. gerakan pinggulmu itu membuatku gila, Kai. Kau terlihat sangat erotis, panas, dan sensual."
"Penisku masuk sedalam-dalamnya ke lubangmu. Hingga ujungnya selalu menabrak bagian ternikmatmu, ya kan? Bukankah daddy mu ini hebat, Kai?"
"Kau sangath hebat–nggh daddyh.." Gerakan tubuhnya semakin tidak beraturan. Prostatnya seperti semakin sensitif disaat Shixun menyerangnya dengan kata-kata kotor. Jongin sungguh terbakar. "Ohh daddy, ak–akuh sudah dekat.." Teriakan kecil keluar dari bibir ranum itu.
"Keluarkan, Kai." Suara Shixun memberat, membuat telinganya memerah. "Aku juga sudah dekat."
"Nggh ohh aku keluarh.. a–a–AAAHHHH FUCK!"
"Rmmhh.. Sialan kau, Kai. AH!"
Jongin keluar, kemudian di susul oleh suara Shixun yang menggeram. Pria itu orgasme juga.
Penisnya mengeluarkan banyak sekali sperma, hingga sedikit menggenang di atas tempat tidurnya. Badannya terjatuh lemas ke depan dengan dildo yang masih setia menyangkut di dalam lubangnya. Napasnya pun masih belum beraturan.
Setelah diam beberapa menit, suara berat pria di telepon membuat jantungnya seakan berhenti sebentar.
"I love you, Kim Jongin."
Pik!
Sambungan telepon terputus begitu saja.
Dan apa.. maksud kata-katanya?
To Be Continued
.
.
.
Kalo kalian merasa si oseh jadi lebih lembut(?), itu karena dia udah tau kalo orang yang di hubunginnya itu si jongin aka mantan pacarnya.
Maaf juga ya kalo alasan putus seorang oseh nggak sesuai dengan ekspetasi. Tapi menurut gue alasan itu udah cukup oke kok. Nggak terlalu berat juga. Ya walaupun kedengerannya lembek banget, hehe
Terus, tentang no. telp. Niatnya gue mau nulis part dimana oseh ganti simcard, tapi keliatannya agak useless gitu jadi gue apus wkwk
Kalo masih bingung sama karakter jongin, dia itu orang yang canggung, minta maaf mulu, tapi kalo orangnya udah sreg banget sama dia, dia bakalan jadi gak canggung lagi. ex: baekhyun.
Kalo 'misalkan' ada yang nanya, 'kok jongin jadi binal sih? padahal kan dia gak pernah ngesex'
Nah ini dia. Otak gue udah tercemar, gue gak bisa nulis nc kalo si jonginnya itu polos :')
Sorry kalo nggak hot wkwk
Btw, jangan lupa review ya *