Prince?
Summary: Karena sebuah perjanjian, Jungkook dipaksa untuk menikah dengan cucu dari sahabat kakeknya. Awalnya Jungkook tidak keberatan karena mendengar calon pasangannya itu kaya dan memiliki wajah sangat menawan. Ia tidak menyangka calonnya adalah seorang namja dan juga seorang pangeran kerajaan modern. "Aku tidak ingin menikah dengan namja!" / "Kau pikir aku mau? Lagian kita sudah terlanjur menikah"
Couple:: Taehyung x Jungkook (Taekook)
Rate:: T
Genre:: Humor, Romance
.
.
Notes: Ff ini terinspirasi dari film Princess Hour, tidak akan mirip, tapi hanya terinspirasi. Dan lagi, settingan di sini itu memang sudah abad ke -21, tahun 2017, tapi Korsel masih memiliki kerajaan, tapi kerajaan modern. Jadi hampir sama seperti Princess Hours yang settingannya tentang kerajaan KorSel di abad-21. ^^ Jadi mereka bukan hidup di jaman dulu ya, mereka ada di jaman modern 2017 ini kok, tapi anggap saja seandainya KorSel masih dalam bentuk kerajaan, maka seperti inilah ceritanya.
Enjoy~!
~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~
"Aku tidak mau, eomma!" Seorang namja dengan mata bulat dan gigi kelincia meletakkan sumpitnya. Seharusnya ibunya tidak mengatakan ini di saat makan malam. Ini membuatnya tidak selera makan.
"Kau tidak bisa menolak, Jungkook-ah." Ibu Jugkook menekan setiap perkataannya. Jungkook meringis kesal. Ia mengusap wajahnya tidak percaya dengan apa yang barusan dituturkan oleh ibunya. Ia melirik ke arah ayahnya yang juga tengah memasang wajah serius, tidak ada tanda-tanda mereka sedang bercanda di tengah makan malam mereka ini. Sedangkan adiknya terkikik kecil seraya terus menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Ini sudah abad ke berapa, eomma? Dan kalian masih berada di zaman perjodohan?" Jungkook memasang wajah tidak percayanya.
"Oh, ayolah. Biarkan aku hidup bahagia dengan yeoja pilihanku. Kenapa tidak Junghyun saja yang dijodohkan." Jungkook menunjuk adiknya yang sedari tadi hanya cekikikan melihat penderitaan hyungnya.
Junghyun melotot. "Kenapa aku?!"
"Jungkook-ah, Junghyun masih sekolah menengah pertama tidak mungkin ia menikah, bukan? Dia masih harus fokus pada sekolahnya."
"Dan aku masih sekolah menengah atas, eomma," jawab Jungkook.
"Tapi kau tahun depan sudah tamat, Kook."
"Aku masih ingin masuk sekolah tinggi, melirik yeoja-yeoja cantik, berpacaran dan sebagainya, eomma. Ayolah~ Katakan kalau kalian hanya bercanda," rengek Jungkook.
"Dengar, Jungkook-ah," namja paruh baya yang sedari tadi terdiam kini membuka suaranya.
"Dulu kakekmu memiliki sahabat yang sangat dekat, sahabat sekaligus rekan kerjanya. Saat kakekmu sakit, sahabatnya pernah membuat janji agar cucu mereka kelak dijodohkan agar mereka dapat menjadi bes-an. Ini juga sekaligus perjanjan bisnis mereka. Jika cucu mereka dijodohkan maka keluarga kakekmu akan mendapatkan bagian kekayaan bisnis sahabatnya. Dan kau tahu, sahabat kakekmu itu bukanlah orang biasa, dia memiliki jabatan negara, tapi kakekmu tidak pernah mau mengatakan jabatan apa itu," jelas ayah Jungkook.
"Bahkan sebelum kakek meninggal, ia menyampaikannya pada appamu kalau cucunya harus menikah dengan cucu sahabatnya," lanjut ibu Jungkook, "Seharusnya cucu pertamanya yang dijodohkan denganmu, tapi karena umur kalian cukup jauh dan ada sesuatu maka cucu keduanyalah yang harus dijodohkan denganmu."
"Awalnya kami kira akan menjodohkan Junghyun saja, tapi tidak mengira kalau appa dan eomma akan mendapatkan Junghyun dengan jarak yang cukup jauh denganmu. Maka dari itu hanya kau saja yang bisa dijodohkan, Kook-ah," ucap ayah Jungkook.
"Tidak jauh, hanya selisih 5 tahun," jawab Jungkook.
Ibu Jungkook memutar matanya dengan malas dan berkata, "Kau tahu kalau kakekmu itu keras dan semua keingannya harus dipenuhi, Kook, apalagi ini adalah keinginan terakhirnya."
Tuk tuk tuk
Junghyun mengetukkan sumpitnya ke meja lalu menunjuk hyungnya dengan sumpit besi itu. Jungkook menyingkirkan sumpit itu dengan kesal.
"Hyung, kudengar, selain keluarga mereka kaya, calon hyung ini orang yang menawan dan berkharisma. Wajahnya... um!" Junghyun menunjukkan jari jempol tangannya dengan wajah meyakinkan.
"Wow..." gumam Jungkook sedikit menaikkan alisnya.
"Lagian, setelah menikah kau masih bisa bersekolah, masih bisa masuk ke sekolah tinggi. Dan mungkin saja kau masih bisa jalan dengan wanita cantik di luar sana, karena mungkin saja calonmu ini tidk tertarik padamu juga. Kalian menikah hanya untuk formalitas saja." Setelah mengatakan itu, ayah Jungkook mendapatkan pukulan di kepalanya dari istrinya.
"Jangan mengajarkan Jungkook yang tidak-tidak. Itu sama saja dengan berselingkuh!" Ibu Jungkook menghela napasnya.
Jungkook membuka mulutnya untuk menyemburkan protesnya,
"Tapi bukankah ini namanya kalian menjual anak pertama kalian hanya demi uang?"
Ibu Jungkook melotot dan dengan segera mendorongkan jari telunjuknya ke bibir tipis anak sulungnya.
"Heeeeits! Bukan menjual, tapi memenuhi janji dan permintaan terakhir kakek kalian. Pembagian kekayaan itu tidak penting bagi kami meskipun kami tetap menginginkannya."
Jungkook mendengus. "Sama saja!"
"Dengar, kakekmu akan menghantuimu jika kau menolak keinginannya Kookie-ya, setidaknya itulah yang dikatakan kakekmu," ucap ibu Jungkook.
Jungkook menarik napasnya dengan tidak percaya. Ia tidak percaya dengan keluarga aneh ini dan semua drama aneh yang tiba-tiba terjadi dalam hidupnya.
"Pokoknya aku ti-"
BUKKK!
"Ahh!" Jungkook memegangi kepalanya yang baru saja didarati oleh sebuah buku tebal yang jatuh dari rak buku yang ada di belakangnya.
"Itu pasti kakek yang melempar buku itu ke kepala cucunya yang durhaka," bisik Junghyun. Jungkook mendecih kesal.
"Terserah kalian lah. Aku menolak pun tidak ada artinya."
Ayah dan ibu Jungkook hanya tersenyum tipis, sedangkan adik Jungkook malah tertawa terbahak-bahak dan hampir menjatuhkan mangkuk nasinya. Jungkook mengernyit melihat adiknya yang menggila.
Namja berwajah manis itu menghela napasnya sebelum melanjutkan makannya dengan tidak semangat. Tidak apa, lagian katanya calonnya itu kaya dan sangat cantik, dan kebetulan ia sedang tidak tertarik pada siapa-siapa.
"Kapan aku bisa menemui orangnya?" tanya Jungkook seraya melahap makanannya.
"Tidak ada pertemuan. Kalian akan bertemu di depan podium gereja saat menikah nanti," jawab sang Ibu.
Jungkook melotot, "Tidak ada pertemuan?! Bagaimana kalau yeoja itu jelek? Aku bisa menyesal seumur hidupku!"
"Kau tidak akan menyesal, sayangku. Ibu sudah melihatnya dan wajahnya sangatlah... umm!" Lagi-lagi, ibunya hanya menunjukkan jari jempolnya dengan wajah penuh kemantapan. Melihat itu, Jungkook pun merasa kalau tidak ada salahnya mencoba, karena ia tahu selera ibunya itu sangatlah tinggi. Jika ibunya mengatakan seseorang cantik, maka orang itu benar-benar sangat cantik. Jika tampan, maka benar-benar tampan.
"Lalu kapan pernikahannya dilaksanakan? Karena bulan depan aku akan ujian, jadi lebih baik jangan terlalu cep-"
"Dua minggu lagi," jawab ayah Jungkook dengan cepat.
Lagi-lagi Jungkook melotot. Ia merasa lelah dengan kejutan-kejutan yang ia terima hari ini. Rasanya hari ini seperti prank yang ada di internet, rasanya seperti April Mop saja. Ia merasa kepalanya sangat berat mendengar setiap tuturan yang dikeluarkan oleh keluarganya hari ini. Apakah ia sedang mimpi buruk?
"Dua minggu?!" Kali ini Jungkook benar-benar memasang wajah tidak percayanya. Dua minggu lagi ia akan kehilangan keperjakaannya. Tidak. Maksudnya, ia akan kehilangan masa bebas dan masa mudanya.
"Ini gila. Tidak mungkin dalam dua minggu aku bisa menyiapkan semuanya, eomma!"
"Semuanya sudah disiapkan oleh pihak calonmu. Kau hanya tinggal menunggu hari-Hnya dan merias dirimu. Kau tidak perlu menyiapkan apa-apa," jawab ibunya.
"Kau hanya perlu menyiapkan mentalmu, hyung." Lagi-lagi tawa menyebalkan milik Junghyun terdengar di teliga Jungkook. Ingin rasanya ia membungkam mulut adiknya itu dengan mangkuk nasi yang ada di tangannya ini.
Jungkook meletakkan sumpit dan mangkuknya ke meja. Ia menghela napasnya lalu mengusap wajahnya dengan lemas. Ibu Jungkook hanya melirik suaminya dengan tatapan sedihnya. Suaminya hanya tersenyum tipis lalu mengangguk kecil.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jeon Jungkook. Namja manis ini tengah mengusapkan lotion ke wajahnya sebelum tidur saat pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Kookie-ya," terdengar suara lembut milik seorang yeoja cantik paruh baya, ibunya.
"Masuk saja, eomma." Jungkook selesai dengan perawatan wajahnya sebelum akhirnya ia berbalik dan duduk di tepi ranjang bersama ibunya.
"Ada apa, eomma?" tanya Jungkook.
Yeoja cantik paruh baya itu tersenyum tipis sebelum akhirnya ia mengusap rambut Jungkook yang poninya dikucir ke atas. Ibunya menghela napasnya sejenak sebelum membuka mulutnya.
"Sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang eomma dan appamu ingin paksakan padamu. Sebenarnya kami tidak ingin menerima ini, bahkan saat pertemuan dengan keluarga sahabat kakekmu itu eomma dan appa sempat menolak dengan keras. Dan sebenarnya mereka pun tidak mau, tapi mereka tidak bisa menolak karena sahabat kakekmu masih hidup dan ialah yang berkuasa di keluarga itu." Ibu Jungkook menurunkan tangannya lalu menggegam tangan putra sulungnya.
"Maafkan kami, jagiya. Kami tidak punya pilihan lain. Kita bukanlah keluarga yang kaya dan memiliki kuasa untuk menolak keinginan yang lebih tua. Ada sesuatu yang membuat ibu menolak habis-habisan, tapi akhirnya ibu berpikir, mungkin tidak terlalu buruk untukmu. Dan bahkan keluarga mereka yang lebih berada akan membuatmu hidup lebih baik." Yeoja itu tersenyum lembut pada Jungkook.
"Maafkan eomma, jagiya."
Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa, eomma. Jika itu memang bisa membantu keuangan keluarga kita dan juga bisa memenuhi keinginan kakek, aku akan melakukannya. Lagian aku tidak sempat membuat kakek bangga dan kakek tidak sempat melihat keberadaanku di dunia ini. Setidaknya aku ingin melakukan sesuatu untuknya."
Benar, kakeknya meninggal sebelum Jungkook sempat dilahirkan ke dunia. Ia selama ini hanya mendengar tentang kakeknya dari ibu dan ayahnya. Ia tahu kakeknya adalah orang yang keras kepala namun pekerja keras, sangat menyayangi keluarganya dan juga sangat setia pada sahabatnya itu. Kakeknya adalah seorang namja yang benar-benar keren. Meski tidak pernah bertemu, tapi Jungkook sangat mengagumi kakeknya.
"Tidurlah. Eomma tahu hari ini kau pasti sangat tertekan. Istirahatlah, besok kau harus bangun dan ke sekolah pagi-pagi." Yeoja itu berdiri.
Jungkook mengangguk. "Jaljayo, eomma."
Ia menghela napasnya saat ibunya telah beranjak dan menutup pintu kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjangnya dan kembali menghela napasnya. Ia berharap kalau semua ini hanyalah mimpi buruknya. Ia benar-benar berharap semuanya akan kembali normal di saat ia bangun besok.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook mengamati kaca besar yang ada di depannya. Ini semua bukanlah mimpi. Bahkan selama 13 hari ia terus berdoa kalau ini hanyalah mimpi, namun sampai di minggu ke dua inipun ini tetaplah bukan mimpi. Bahkan sekarang ia tengah berdiri di depan kaca besar, mengamati dirinya yang sangat berbeda hari ini. Wajahnya sudah siap dirias tipis. Ia terlihat sangat tampan dan manis hari ini. Ya, sudah dua minggu sejak ia dikejutkan oleh berita perjodohannya. Dan hari ini adalah hari pernikahannya.
Jungkook mengernyitkan keningnya saat ia melihat pakaiannya yang sedikit aneh. Bukankah biasanya pengantin pria itu mengenakan tuxedo dan dasi panjang? Kenapa pakaiannya sangat aneh? Seperti pakaian dari keluarga kerajaan.
Blazer berwarna biru navy dengan belt-belt berwrna emas di samping kancingnya. Kemeja dalamnya yang berwara hitam dengan kerah yang tinggi. Terlihat sangat mewah. (Maksud author tuh kayak baju kerajaan Princess Hour, dan untuk yang ini persis seperti profile pic ffn author)
Entah kenapa ia yakin 100% kalau calonnya ini sangatlah kaya. Lihat saja ruangan rias ini, sangat mewah. Bahkan merk baju, sepatu dan semuanya yang ada di tubuhnya ini adalah merk yang sangat mahal.
Jangan tanya apakah ia gugup atau tidak. Ia benar-benar sangat gugup hingga tidak berani duduk. Sedari tadi ia hanya berdiri di depan cermin dan menatap pantulannya sendiri. Bahkan selama dua hari belakangan ini ia tidak bia tidur dan tidak bisa konsentrasi di sekolahnya. Hari ini, hari di mana kehidupannya akan berubah total.
"Jungkook-ah, apa kau sudah siap? Sudah dimulai," panggil ibu Jungkook. Jungkook menganggukkan kepalanya. Ia menghampiri ibunya.
"Nah pegang ini." Ibunya memberikannya sebuket bunga. Ia menerimanya lalu berjalan menuju ke ruangan utama. Ia sempat mengernyit bingung saat ibunya menyuruhnya untuk menunggu di balik pintu. Bukankah biasanya pengantin pria berdiri di depan podium menunggu pengantin wanitanya? Dan kenapa ia yang memegang buket bunga ini?
Ia semakin mengernyit saat ibunya merangkul tangannya. Apakah ini biasa terjadi pada pengantin pria? Ia baru mengetahuinya.
"Tenanglah, tidak terlalu banyak orang, kok, karena mereka hanya mengundang orang dalam saja. Tapi kau harus tetap jaga sikapmu ya, Kookie." Bisik ibunya. Jungkook menganggukkan kepalanya.
Krieeekk!
Pintu besar ruangan utama terbuka. Ia melangkahkan kakinya masuk ke hall utama diiringi oleh ibunya dan dua anak kecil di belakangnya yang sibuk menebar kelopak bunga. Ia tertegun saat melihat orang-orang yang duduk di sebelah kanan dan kirinya. Mereka semua terlihat sangat berwibawa dan menawan. Benar-benar terlihat dari kelas atas. Ia bahkan dapat melihat orang-orang bangsawan yang duduk di sana memusatkan perhatian mereka padanya. Ah benar! Bukankah calonnya itu dari keluarga yang memiliki jabatan negara? Berarti mereka keluarga bangsawan.
Jungkook mengernyit saat melangkah semakin mendekati podium. Ada seorang namja yang tengah berdiri membelakanginya dengan warna blazer yang sama tetapi desain yang lebih berwibawa.
Kenapa namja itu berdiri di tempat yang seharusnya ia tempati? Setelah sampai di depan podium, ia berdiri di sebelah kiri namja yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu. Jungkook melirik ibunya dengan bingung saat ibunya melepaskan rangkulan tangannya.
'Ok, lalu apa yang dilakukan namja di sebelah kananku ini? Kenapa ia berdiri di sini? Ini pernikahanku, 'kan? Bukan pernikahannya.' Jungkook melirik namja yang ada di sampingnya. Ia tertegun melihat wajah yang sangat tampan itu meskipun namja itu memasang wajah dingin.
"Baiklah, mari kita mulai," ucap sang pendeta.
Jungkook tampak sedikit melebarkan matanya. Ia tidak melihat yeoja cantik berdiri di sekitarnya. Lalu di mana pengantin wanitanya? Kenapa pengantin wanitanya belum masuk tapi mereka sudah akan memulainya?
Tunggu!
Jungkook kembali melebarkan matanya. Ia menoleh ke arah keluarganya yang duduk di barisan paling depan dengan tatapan tidak percaya. Ia dapat melihat ayahnya tidak dapat membalas tatapannya, ibunya tersenyum kaku, sedangkan adiknya menahan tawanya.
Masih dengan raut tidak percaya, Jungkook menolehkan kepalanya melihat ke arah namja tampan yang ada di sampingnya yang masih tetap memasang raut wajah datarnya.
'Tidak mungkin aku menikah dengan seorang namja, 'kan?'
.
.
~TBC~
.
.
Heiiiii~ Eeiiiiii~ *nari Nae Nae bareng Tetet*
Sebenarnya ff ini sedikit menantang. Agak sulit menjelaskan situasi pakaian dan kerajaan mereka karena ini murni fiksi. Kenyataannya Korea Selatan masa kerajaannya udah berakhir di tahun 19xx kalau tidak salah. Jadi ff ini murni fiksi, dimana seandainya KorSel masih dalam bentuk kerajaan, tapi pakaian mereka itu modern, bukan pakaian Joseon loh ya. Yang nonton Princess Hours pasti tahu pakaian yang author maksud, tapi di sini mereka sedikit simple.
FF ini tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan ff era Joseon, karena sebelumnya author udah pernah buat ff dengan era Joseon dan itu susah banget. Kita harus tahu apa saja adat di jaman dulu, nama pakaian kerajaan Joseon dan lain sebagainya, itu tidak boleh salah karena itu adalah adat negara Jadi harus search di google melulu hahaha XD
Okee,, ini bagus gak sih? Kalian suka gak? Lanjut atau tidak? Tergantung readers dan please jangan jadi silent readers yaaa~ *peluk kecup*
Akhir kata dari author,
Review please~? Gomawo ^^
*Bow*