New Life In Another World

.

.

.

Disclaimer : Naruto [Maasashi Kishimoto]

High School DxD [Ichie Ishibumi]

Rate : M

Warning : Gaje, typo, AU, OOC, Semi Canon, Etc.

Genre : Action, Adventure, Fantasy, Super Power, Romance, Etc.

Don't like Don't read

Summary : Setelah perang usai Naruto memutuskan untuk mengembara untuk melihat dunia dunia ini, tetapi karena kesalahanya dalam melakukan hiraishin dirinya terlempar ke dimensi lain dan mulailah kehidupan baru Naruto di dunia yang baru dengan musuh baru.

"Hmm, sepertinya ini sudah benar, tapi kenapa masih tidak bekerja juga ?." gumam seorang pemuda yang kira-kira berumur tidak lebih dari dua puluh lima tahunnan itu. Sejak tadi dia terus melihat formula Shiki yang dia buat. "Huft, baiklah mari kita coba, aku harap ini berhasil." Setelah mengatakan itu Naruto nama pemuda yang sejak tadi terus berkutat dengan gulungan-gulungan jurus milik mendiang Ayahnya.

Setelah perang besar melawan Obito dan berakhir dengan melawan nenek moyang dari cakra yaitu kaguya Otsutsuki dan dilanjutkan perang takdir dari keturunan Hagoromo, skarang dunia menjadi damai, tapi dari pertarungan itu Naruto harus kehilangan teman sekaligus sahabatnya Sasuke, dan sebelum kematian menjemputnya Sasuke mewasiatkan untuk mentranspantasi matata ne kepada Naruto, dan untuk mengabulkannya Sakura mentranspantasi kan mata Sasuke ke mata Naruto.

Karena Naruto memiliki cakra dari Ashura dan di tambah cakra Indra hasil traspantasi mata milik Sasuke membuat Naruto memiliki cakra Hagoromo dan membuat mata pemberian Sasuke menjadi lebih sempurna. Setelah perang besar Tsunade mengundurkan diri menjadi Hokage dan menunjuk Kakashi menjadi Hokege ke enam.

Setelah pelantikan Kakashi sebagai Hokage Naruto mengutarakan niatnya untuk pergi mengembara, awalnya permintaan Naruto di tentang Oleh Kakashi tapi karena Naruto tetep bersikeras, akhirnya Kakashi mengabulkannya.

Setelah menggulung kembali gulungan-gulugan jutsu miliknya dan menyimpanya di dalam fuin penyimpanan, Naruto mulai Hand seal Hiraishin miliknya, tapi karena Naruto melupakan satu gerakan hand seal nya, tiba-tiba cahaya keemasan yang sangat terang mulai menyelimuti Naruto, dan sedetik kemudian cahaya itu menghilang dengan meninggalkan kilatan cahaya.

X X X

Di sebuah hutan yang tidak jauh dari kota, muncul kilatan, kilatan petir berwarna keemasan dan di ikuti dengan cahaya yang sangat terang, dan setelah cahaya itu hilang meniggalkan sesosok pemuda pemuda berambut pirang, "Engh, di mana ini, sial sudah ku kira ada yang kurang dari hand seal itu."

Naruto melihat ke sekeliling untuk memastikan dimana dia sekarang. Dia merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sekarang, dia merasa bahwa pakaian yang dia kenakan sedikit terasa kebesaran. Naruto mencoba berdiri, mulai berjalan ke arah danau yang tidak jauh dari sana, dan bertapa terkejutnya dia setelah melihat refleksi dirinya pada danau itu, tubuhnya terlihat lebih muda, persis saat dia berumur enam belas tahun, bahkan rambutnya pun kembali menjadi jabrik berantakan seperti dulu, 'Kurama, apa yang terjadi padaku' teriak nya pada sosok mahluk berupa seekor rubah raksasa berwarna orange berekor sembilan. "Kheh, aku juga tidak tahu apa yang terjadi padamu, yang kuingat saat kau melakukan kesalahan tadi tiba-tiba cahaya terang mulai membungkus mu, dan saat sadar kita sudah berada di hutan ini." Terang kurama, Naruto hanya bisa mengutuk kebodohannya karena sampai melupakan formula hand seal jutsunya itu, dia pernah di beritahu bahwa jikukan no jutsu merupakan jutsu yang berbahaya, karena jika salah sedikit saja penggunanya bisa saja lenyap di antara dimensi ruang waktu. Beruntung dirinya hanya terlempar ke suatu tempat dan tidak terjebak di celah dimensi ruang dan waktu.

'Tapi kita cukup beruntung karna tidak terjebak di celah ruang dan waktu." Naruto mencoba mengeluarkan cakranya, dia takut karna perubahan tubuhnya yang kembali mengecil kemampuannya pun kembali keumurnya saat itu, dan itu sangat tidak dia inginkan. Setelah merasa tidak ada perubahan pada sistem cakra dan pengeluarannya, tiba-tiba dia teringat dengan matanya, langsung saja dia mengalirkan cakra ke matanya.

Saat naruto melakukan itu, matanya yang awalnya berwarna shafir itu mulai berubah menjadi berwarna merah dengan tiga tome, lalu dia menaikan lagi intensitas cakra ke matanya sehingga pola pada matanya berubah lagi menjadi bintang segi enam dengan bentuk suriken cabang tiga pada tengahnya dan terus di lanjutkan hingga tahapan terakhir. "Huft, syukurlah mata sasuke tidak hilang. Jadi apa yang akan kita lakukan kurama ?." setelah usai mengecek kekuatannya.

'Hmm, sebaiknya kita pergi mencari informasi di mana kita, karena aku merasa bahwa kita tidak sedang di 'rumah'.'

"Ya, aku juga merasa seperti itu." Naruto memutuskan linknya dengan kurama dan berjalan meninggalkan danau itu.

..

..

..

Sudah dua minggu kedatangan Naruto di sini, dan sekarang dia sudah mengetahui di mana dia sekarang, sekarang dia berada di sebuah kota bernama Kuoh, dia berasumsi karena kesalahanya waktu itu dia dan kurama terlempar ke dunia lain. Hal itu di perkuat dengan fakta bahwa manusia di dimensi ini tidak bisa menggunakan cakra.

Beberapa hari yang lalu Naruto sudah berdiskusi dengan Kurama tentang apa yang akan dia lakukan di dunia ini sampai dia kembali ke dunianya nanti. Dan akhirnya meraka memutuskan untuk mendaftar ke sebuah sekolah bernama Kuoh Academy, dikarenakan fisiknya yang sekarang berusia enam belas tahun dia di masukkan tahun ke dua di SMA itu. "Ahahaha, terimakasih Sasuke, mata pemberianmu ini sangat berguna." Tawa nista Naruto setelah berhasil menggenjutsu kepala sekolah itu agar dia bisa di terima di sana.

Naruto yang sekarang tidak berisik seperti di umurnya dulu, karna bagaimana pun walau sekarang fisiknya kembali ke umur enam belas tahun tapi pikiranya adalah seorang berumur dua puluh lima tahun. Sudah satu bulan lamanya Naruto bersekolah di SMA itu, dan dalam kurun waktu itu dia juga telah berhasil menyempurnakan Hiraishin miliknya, bahkan hiraishin miliknya tidak lagi terbatas dari tanda yang dia ciptakan, asalkan dia bisa mengingat dimana lokasi yang akan dia tuju dan dengan perhitungan koordinat yang tepat maka dia pun dapat berpindah dengan segera.

"Dunia yang damai memang terasa indah, tapi juga sangat membosankan, bagaimana menurutmu kurama ?." Naruto merebahkan dirinya di atap sekolah, ini sudah menjadi kebiasaan Naruto sejak bersekolah di sini. Terkadang dia harus di jemput paksa oleh ketua Osis aka Sona Sitori.

'Ya, aku juga merasa seperti itu, rasanya bosan juga jika tidak ada lawan bertarung seperti sekarang, hmm, sepertinya kau akan di jemput paksa lagi, hora gadis berkacamata itu mendekat kemari.' Kurama segera memutuskan link nya setelah merasakan kedatangan sosok ketiga yang akan muncul sebentar lagi.

Sebenarnya Naruto dan Kurama mengetahui ada mahluk lain selain manusia di sini, itu di perkuat dengan berbedanya aura mereka dari manusia biasa, tetapi karena kurangnya informasi mereka hanya mengabaikannya, menurut Naruto, cepat atau lambat mereka juga akan tahu dengan apa nantinya mereka berurusan.

"Kau selalu saja membolos pelajaran Uzumaki-san, aku beritahu, itu merupakan sebuah catatan yang tidak baik, terlebih kau murit pindahan baru di sini, dalam sebulan ini aku sudah sepuluh kali mepergokimu membolos di atap sekolah. Atau kau ingin segera di keluarkan dari sekolah ini ?.

Naruto bergeming dengan penuturan Sona yang sekarang sudah berdiri di samping Naruto dengan berdecak pinggang sambil menatap tajam ke arah Naruto yang masih menutup matanya seolah-olah tidak menghiraukan adanya Sona di sana. "Ne Kaichou, apa kau merasa hidup ini sangat membosankan ?, jujur saja kehidupanku sekarang memang jauh lebih nyaman dan damai dari pada yang dulu, tapi entah mengapa, karena itu aku merasa jika ada bagian diriku yang kurang." Ucap Naruto seraya membuka matanya dan menatap langit biru sesaat dan melirik ke arah Sona setelahnya.

Sona merasa ada yang aneh dengan pemuda di depanya ini, tidak biasanya dia berkata seperti itu, dan saat dia melihat manik biru laut milik Naruto, dia seperti melihat suatu kesedihan, kehilangan, dan rasa bosan yang tergambar di sana.

"Apa yang kau katakan, bicaramu seolah-olah kau pernah mengalami hal yang sangat berat sebelumnya." Ucap Sona menanggapi perkataan Naruto yang seperti mengada-ngada dan menyampingkan perasaan yang muncul setelah melihat ke dalam mata Naruto.

Mendengar jawaban Sona, Naruto hanya menyinggungkan senyum kecut, lalu bangkit dari acara berbaringnya. "Lupakann saja apa yang aku katakan tadi, anggap saja kamu tidak pernah mendengarnya." Ucap Naruto sambil membersihkan belakang celananya yang berdebu. "Jadi, kita akan tetap di sini, atau kembali ke kelas setou kaichou-san ?." Dengan itu Sona segera mengejar Naruto yang sudah berjalan lebih dulu meningalkannya sambil menggerutu tidak jelas.

Malam sudah menunjukan pukul sebelas malam, membuat jalan yang biasanya ramai orang berlalulalang kini sepi dan sedikit mencekam bagi kebanyakan orang, tapi itu tidak berlalu bagi pemuda berambut pirang ini. "Kenapa aku bisa melupakan buku itu tadi, andai saja tidak ada tugas yang harus di kumpulkan besok, tidak akan aku mau datang ke sokolah itu malam-malam begini."

'Itu salahmu sendiri yang meninggalkannya di laci meja belajarmu, sekarang cepatlah kau ambil sana, aku mau tidur dulu' ucap kurama melalui link.

Naruto tidak menanggapi perkataan Kurama dan lebih memilih mempercepat langkahnya, dia ingin segera sampai dan mengambil buku itu. Lima belas menit kemudian dia telah sampai di depan gerbang sekolahnya, tapi ada yang aneh menurutnya, Naruto maju mendekati gerbang itu dan menyentuh lapisan tidak kasat mata yang menutupi area sekolah. 'Barier ?!, siapa yang memasang barier di sekolah ini, dan untuk apa juga benda ini di pasang.'

Setelah sedikit mengamati barier itu, Naruto memejamkan matanya, secara perlahan di kelopak mata Naruto muncul picmen warna orange menandakan dia sedang memasuki mode sage miliknya. 'Ada sesutu di dalam, suatu pertarungan, aku bisa dengan jelas merasakan perbedaan kekuatan mereka, Kurama, bagaimana menurutmu.'

'Hn, aku juga merasakannya, apa kau berfikir seperti yang aku fikirkan Naruto ?.' ucap kurama dengan seringai yang menampakkan deretan gigi-gigi tajamnya. 'Ya, sesuatu yang menarik akan segera terjadi.' Begitupun dengan Naruto, diapun menampilkan seringai nya. Setelah memutuskan linknya dengan Kurama, Naruto mengankat tangan kanannya ke depan dada dengan bentuk jari telunjuk dan jari tengah yang teracung dan melipat sisanya, "Hiraishin." Dengan mengucapkan nama jutsunya, Naruto segera menghilang dengan menyisakan kilatan berwarna emas di bekas tempatnya berdiri tadi.

"Lihat kurama apa yang kita temukan di sini, bukankah mereka murid dari SMA ini juga, dan apa itu, apa itu sayap, apa dia sejenis yokai burung ?, bagaimana menurutmu Kurama ?." tanya Naruto sambil melihat pertarungan antara Kokkabiel melawan kelompok Rias.

'Hmm, aku tidak merasakan aura yokai dari pria bersayap burung itu, malahan yang aku rasakan adalah energi Tenki, dan energi youki dari bocah-bocah itu.'

"Benarkah ? berarti mereka bukan manusia ataupun siluman, lalu mahluk apa mereka sebenarnya ?." ucap Naruto sambil memasang pose berpikir. "Maika, nanti tinggal kita tanya saja ke mereka, sekarang kita harus menolong mereka terlebih dulu, sepertinya mereka sudah tidak bisa melawan burung itu."

'Apa yang akan kau gunakan ? biju dama atau rasensuriken ?.'

Naruto menyinggungkan senyum kecil mendengar pertanyaan dari Kurama, sambil tangan kanannya menyentuh pergelangan tangan kiri yang terdapat aksara fuin di sana. Saat Naruto menyentuh aksara itu, tiba-tiba muncul kepulan asap kecil, dan saat asap itu menghilang terlihat sebuah kunai cabang tiga yang pada pegangannya terdapat aksara fuin. "Bukan keduanya, karena keduanya memiliki daya hancur yang sangat besar jadi aku mencoretnya dari daftar serangan, jadi aku akan mengembalikan seranganya saja." Ucap Naruto sambil melakukan serangkaian hand seal, 'Ohh, rupanya kau akan melakukan tehnik itu, sungguh nostalgia, jurus itu juga yang menghalau biju damaku saat bertarung dengan ayahmu dulu.' Kurama menunjukkan senyuman yang mengerikan setelah tahu apa yang akan di lakukan oleh Naruto.

"Ya, jurus ini juga yang menyelamatkan para Shinobi saat perang dunia Shinobi ke empat, tepat saat biju dama Juubi hampir mengenai kami." Ucap Naruto di sela-sela menciptakan hand seal, setelah menyelesaikan hand seal nya, Naruto menghadapkan kunai miliknya ke depan dan menggumamkan nama jutsunya, "Jikukan kekkai."

"minna, apa kalia baik baik saja ?." tanya Gadis berambut merah, dia melihat sekelilignya taman sekolah yang awalnya indah kini rusak berat akibat serangan dari mahluk yang melayang di di langit dengan tatapan angkuh kepada mahluk di bawahnya. "Ya buchou kami baik baik saja, sial kita sama sekali tidak berkutik melawannya, jadi inikah kekuatan mahluk yang pernah merasakan perang tiga fraksi ratusan tahun yang lalu." Ucap pemuda berambut pirang, sama seperti yang lainnya, pakaian nya dia gunakan juga sudah di bilang tidak lagi layak untuk di gunakan, mau bagaimana lagi, musuh mereka adalah veteran perang, sedangkan meraka hanyalah sekumpulan Iblis remaja yang bahkan belum pernah bertarung sebelumnya.

"Hahahaha, inikah kekuatan dari pewaris selanjutnya dari Clan Gremory, sungguh mengecewakan, aku kira setidaknya aku akan sedikit terhibur, ya walaupun kalian berhasil mengalahkan anjing-anjingku, tapi tetap saja kalian bukan tandingan bagiku." Ucap angkuh, Kokkabiel menganggkat tangan kanannya ke udara, sepersekian detik setelah mengangkat tangan kanannya perlahan muncul bola energi yang awalnya sebesar bola basket, tapi lama kelamaan membesar hingga berdiameter lima meter. "Dengan serangan ini aku akan memulai kembali perang yang seharusnya telah dmenangkan kaum Datensi sejak dulu, berterimakasihlah kalian para Iblis, karena kalian menjadi jembatan kemenangan bagi kami." Ucapnya dengan nada arogan yang sangat ketara di setiap kalimat yang dia ucapkan. "Matilah Iblis." Dengan kalimat terakhir itu, Kokkabiel melemparkan bola enargi itu ke arah Rias dan para Peragenya, Rias dan anggota Perage miliknya hanya bisa diam menerima ajal mereka, bukannya mereka tidak ingin bergerak untuk menghindar, tetapi untuk sekedar menggerakkan kaki mereka saja, mereka sudah tidak mampu.

"Hmm ?!." gumam Kokkabiel melihat serangan nya tadi seperti di tahan oleh sesuatu seperti tulisan-tulisan aneh yang tiba- tiba muncul di udara. Tidak sampai di situ saja, secara perlahan serangan itu mulai masuk ke dalam tulisan tulisan aneh itu. "Apa itu, kenapa seranganku bisa mesuk ke dalamnya."

"Biasanya aku tidak suka mencampuri urusan orang lain, tapi karena mereka adalah murit di SMA ini juga, maka aku putuskan membantu mereka." Tanpa ada yang tahu, dari belakang kelompok rias muncul pemuda bersurai pirang yang mengenakan seragam yang sama dengan Rias berjalan dengan tenangnya sambil menatap Kokkabiel yang terbang,"Kau Uzumaki-san bukan, bagaimana kau bisa di sini." Ucap Kiba terkejut bahwa teman sekelasnya bisa berada di sini, karena sejak awal mereka tidak merasakan kehadiran nya sama sekali.

"Oh, Kiba, hmm, sepertinya aku tidak bisa bertanya 'apakah kau baik baik saja' melihat keadaanmu yang seperti itu."

Kiba hanya meringis mendengar respon Naruto yang seperti tidak kaget dengan apa yang sedang terjadi saat ini, "Siapa kau, apa kau yang menahan bola energiku barusan." Tanya Kokkabiel.

"Hmm, ah, ya itu aku yang melakukannya, dan jika kau tidak terima maka akan aku kembalikan lagi bolamu itu, hora lihat ke atas." Ucap Naruto sambil menunju keatas dengan dagunya, semua yang ada di sana sontak saja melihat ke atas lebih tepatnya ke atas Kokkabiel. "Selamat menikmati seranganmu sendiri Ossan." setelah Naruto menjetikan jarinya, bola enargi itu langsung meluncur dengan cepat menuju ke arah Kokkabiel yang berada di bawahnya.

Karena masih terkejut dengan apa yang terjadi, Kokkabiel tidak sempat mengeluarkan sihir pertahannannya, dan langsung menerima serangan itu secara langsung. Ledakan besar terjadi saat bola energi padat itu bertabrakan dengan tubuh Kokkabiel.

Ledakan itu membuat sekolah yang awalnya sudah rusak sana-sini semakin hancur berantakan. Setelah ledakan itu menghilang terlihat sosok Kokkabiel yang babak belur di sekujur tubuhnya karena terkena ledakan dari serangannya sendiri. "Sialan kau bocah, beraninya kau melakukan ini kepadaku."

Melihat bahwa musuhnya belum mati karena terkena serangan sebesar itu secara telak membuat Naruto sedikit kagum, bukankah serangan barusan setara dengan mini bijuu dama miliknya, hemm, misteri-misteri.

"Aku kira kau akan langsung tidak sadarkan diri setelah terkena serangan barusan, tapi ternyata dugaanku meleset, kau bahkan masih bisa berdiri."

Setelah mengucapkan itu Naruto melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dirinya sudah lelah setelah bekerja tadi, rencanyanya dia hanya akan mengambil buku miliknya yang tertinggal dan langsung pulang untuk beristirahat, tapi ternyata harapannya tidak sesuai dengan apa yang terjadi sekarang. Dia berfikir, bisa saja dia pergi sekarang dan meninggalkan mereka.

Tetapi di satu sisi dia juga tidak tega membiarkan mereka yang notabene-nya adalah teman satu sekolahnya. "Maaf ya Ossan, bukannya aku tidak ingin bermain lebih lama denganmu, tapi aku sudah mengantuk dan ingin cepat tidur, maka." Ucap Naruto sambil mengambil satulagi kunai cabang tiga miliknya. "Akan aku selesaikan ini dengan segera dan kembali ke rumah." Dengan itu Naruto melemparkan kedua kunai cabang tiganya ke arah Kokkabiel lalu menggumamkan nama jutsu nya. "Kunai kagebunshin."

Setelah mengatakan itu, kunai yang awalnya hanya dua buah kini menjadi sepuluh, lalu menjadi ratusan. Kokkabiel yang melihat itu tentu saja tidak tinggal diam, dia menciptakan semacam pedang dari cahanya untuk menghalau serangan Naruto barusan. Baginya menahan serangan Noaruto barusan bukanlah hal sulit, bahkan dia tidak perlu bergerak. "Heh, hanya inikah yang bisa kau lakukan setelah ucapanmu yang tadi. Aku sungguh kecewa Manusia." Ucap Kokkabiael setelah berhasil menangkis semua kunai Naruto yang menuju ke arahnya, sekarang di sekitar Kokkabiel terdapat banyak sekali kunai cabang tiga yang menancap di tanah.

Mendengar serangannya barusan di remehkan Kokkabiel, Naruto hanya menyinggungkan seringannya. "Aku harap kau tidak menyesali ucapanmu barusan Ossan, dan juga tidak menyesali untuk tidak terbang lagi ke udara setelah seranganku barusan."

"Persiapan sudah selesai, sekarang aku akan membuatmu menyesal karena telah membiarkan seorang shinobi menyelesaikan persiapan Jutsunya tanpa ada gangguan."

Kokkabiel tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh bocah berambut pirang itu, 'menyelesaikan Jutsunya'. Tapi tetap saja kokkabiel yang merasa bahwa dirinya yang jauh lebih kuat dari mereka semua hanya meremehkan omongan Naruto.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan bocah, jadi majulah dan akan aku hancurcak ke angkuhanmu itu."

"Baiklah, aku mulai, semoga para dewa mengampuni segala dosa mu." Usai mengucapkan itu, Naruto tiba-tiba sudah menghilang dari pandangan Kokkabiel, dan sepersekian detik berikutnya, sebuah luka sayatan di lengan kanannya tercipta dan membuat darah menyembur ke segala arah. Kokkabiel sontak saja berteriak dengan kencang saat merasakan lenganya terluka dengan sangat parah itu. Tetapi tidak sampai di situ saja, dalam lima detik di seluruh tubuh Kokkabiel telah tercipta banyak luka sayatan. Dan tentu saja suara terisksn Kokkabiel sekali lagi menggema di seluruh sekolahan.

Rias dan anggota peeragenya hanya bisa diam mematung melihat apa yang sedang terjadi, karena tidak sampai sepuluh detik, seluruh tubuh Kokkabiel telah penuh Luka sayatan, dan sekarang dia telah tumbang dengan darah menggenang di sekitarnya.

"Hebat juga kau Ossan, biasanya orang akan langsung mati setelah menerima seranganku barusan, ya walaupun kecepatanku dulu tidak secepat sekarang, tapi tetap saja mereka langsung mati setelahnya." Ucap Naruto saat dia secara tiba-tiba muncul di depan Kokkabiel yang tergeletak tidak berdaya.

"Ada kata-kata terakhir sebelum aku mengakhiri ini Ossan ?." tanyanya sambil membuat Rassenggan di tangan kanannya.

"karena kau diam saja maka aku anggap tidak ada, selamat tinggal." Dengan mengakhiri kalimatnya, Naruto segera mengarahkan Rasenggannya ke arah kepala Kokkabiel, tetapi sebelum rasenggan itu menyentuh kepala Kokkabiel, tiba-tiba barier yang menutupi sekolah itu hancur bak kaca yang pecah, dari atas sana terlihat sesosok menusia yang mengenakan armor berwarna puti dengan sayap biru mekanik.

"Aku tidak bisa membiarkanmu membunuhnya." Ucap Orang yang menggunakan Armor itu.

"Jika aku tidak membunuhnya apa kau bisa menjamin dia tidak akan berbuat onar lagi di sini ?, atau kau juga salah satu dari temannya yang datang untuk membantunya." Ucap Naruto datar, tetapi terdapat nada ancaman yang tertera di setiap kalimatnya

Vali tidak terlalu memperdulikan perkataan Naruto, yang menjadi perhatiannya sekarang adalah keadaan Kokkabiel yang terbaring lemah di bawah Naruto, 'hmm, seberapa kuat pemuda itu, Kokkabiel yang merupakan salah satu jendral Datenshi bisa semudah itu dia kalahkan, dan aku percaya bahwa dia masih menyembunyikan kemampuannya'

"Tidak, aku ke sini bukan untuk membantunya, aku hanya datang untuk menjemputnya karena ada orang yang memintaku untuk mengetasinya, tetapi sepertinya aku tidak perlu melakukannya, karena seperti yang kita tahu, dia bahkan sudah tidak berdaya lagi." Ucap Vali membalas ucapan Naruto.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang."

"Aku akan membawanya dan juga pendeta yang disana, aku masih memerlukan informasi yang dia miliki sebelum nanti aku lenyapkan dia, jadi aku ucapkan terima kasih karena membuat pekerjaanku menjadi lebih ringan. Baiklah aku akan pergi sekarang." Ucap Vali sambil membawa tubuh Kokkabiel dan tubuh Fried. "Namaku Vali sang Vanishing Dragon, aku berharap di pertemuan kita selanjutnya kita bisa saling bertukar pukulan Manusia." Ucap Vali sebelum terbang menjauh dari sekolah itu.

Setelah melihat kepergian pemuda yang mengaku bernama Vali itu, Naruto berbali dan berjalan ke arah kelompok Rias yang berkumpul di bawah pohon. "Apa kalian baik-baik saja ?."

Rias yang merupakan Raja di peerage nya menjawab perntanyaan Naruto dengan nada ramah. "Ya, kami, baik-baik saja, terima kasih atas bantuanmu tadi, eto.."

"Naruto, Uzumaki Naruto, kau bisa memanggilku Naruto saja." Ucap Naruto setelah melihat Rias yang sepertinya kebingungan memanggil namanya.

Setelah itu Rias meminta penjelasan dari Naruto tentang siapa dia dan apa dia sebenarnya, tetapi Naruto tidak menjawabnya dan hanya mengatakan "Kau akan mengetahuinya nanti Rias, dan saat itu tiba aku yakin kalian tidak akan mau berteman denganku." Usai mengucapkan itu Naruto berjalan meninggalkan meeka dan menghilang di balik banyangan.

Keesokan arinya, Naruto sediki kaget dengan apa yang dia lihat, bukankah tadi malam sekolah ini rusak parah karena sebuah pertempuran, tetapi pagi ini dia melihat bahwa sekolah ini tidak menampakkan kerusakan sama sekali, bahkan jejak pertarungan tadi malam pun sama sekali tidak tersisa.

"Huft, aku rasa masih banyak hal yang harus aku pelajari selama tinggal di dunia ini."

Seperti biasa saat jam istirahat Naruto selalu datang ke atap sekolah, tetapi tidak seperti biasanya, kali ini sang Setou kaichou sudah lebih dulu di sana seperti sedang menunggu sesuatu. Melihat itu Naruto hanya menaikan bahunya saja, dan tetap berjalan ke tempat dimana biasanya dia berbaring.

"Tidak biasanya kau di sini terlebih dahulu, biasanya kau datang saat jam pelajaran telah di mulai dan menyeretku masuk ke dalam kelas." Naruto langsung duduk di samping Sona dan lanjut membaringkan tubuhnya.

Tidak ada respon dari Sona, hingga membuat Naruto sedikit tidak nyaman dengan ketenangan Sona. "Ada apa ? apa ada masalah hari ini. ?"

Melihat Sona yang tetap diam membuat Naruto sedikit bingung, biasanya sona akan memarahinya saat dia berbuat masalah, tetapi kali ini dia hanya diam saja dan itu membuat Naruto sedikit kwatir, tetapi, dia tidak bisa bertanya lebih dari itu, dia mengerti setatusnya, dia hanyaorang asing bagi Sona.

"Jika kau tidak ingin mengatakanya tidak apa, aku tidak akan memaksa mu." Setelah itu baik Naruto maupun Sona hanya diam, hingga akhirnya Sona mulai berbicara. "Semalam apakah yang dikatakan Rias itu benar ?, bahwa kau yang berhasil mengalahkan Kokkabiel ."

Naruto melirik sedikit Sona yang masih menunduk, "Jika yang kau maksut adalah pria bersayap burung itu, maka jawabannya adalah iya, akulah yang mengalahkannya semalam, dan jika kau bisa tahu soal masalah ini, bisakah aku berasumsi bahwa kau sama dengan Rias ?."

Sona tidak menjawab perntanyaan balik dari Naruto dia hanya diam dan lebih dalam meundukan kepalanya, tetapi samar samar Naruto bisa melihat jika bahu Sona mulai bergetar. "Lalu kenapa kau tidak pernah menceritakannya kepadaku." Ucapan Sona tidak lebih dari sekedar bisikan, dan itu tentu saja tidak terdengar oleh Naruto. "Bisa kau ulangi ?, aku tidak bisa mendengar ucapanmu barusan." Setelah itu emosi yang sejak tadi di tahan oleh Sona akhirnya pecah dan menumpahkan segala pikirannya tentang apa yang di katakan oleh Rias semalam kepada Naruto. "LALU KENAPA KAU TIDAK PERNAH MENCERITAKANNYA KEPADAKU, SELAMA INI KAU MENGANGGAPKU APA, APA KAU HANYA MENGANGGAPKU SEBAGAI ORANG ASING, MEMANG KITA BARU SATU BULAN INI SALING MENGENAL, TETAPI ENTAH KENAPA SAAT AKU DEKAT DENGAN MU, AKU MENJADI SANGAT NYAMAN, SELAMA INI AKU TIDAK PERNAH MERASAKAN HAL INI, BERAPA BANYAK PUN LAKI-LAKI YANG DATANG UNTUK MELAMARKU AKU LANGSUNG SAJA MENOLAK MEREKA, TETAPI BERBEDA DENGAN MU SAAT AKU BERSAMAMU AKU BISA MENJADI DIRIKU SENDIRI, TERLEPAS DARI SIAPA AKU, AKU..." Sona secara tibatiba menghentikan luapan emosinya saat tangan kekar Naruto menariknya kedalam dekapanya. Naruto tidak mengerti kenapa tiba-tiba tubuhnya memeluk Sona saat ini. Tetapi sepertinya inilah yang di butuhkan oleh Sona saat ini, "Aku tidak mengerti kenapa kau seperti ini, tetapi jika kau masih ingin bertanya tentang aku, maka akan aku jawab sebisa ku." Ucap Naruto menenangkan Sona.

Setelah di rasa Sona sedikit tenang Naruto, mulai sedikit melonggarkan pelukannya dan menatap Sona. "Jadi apa yang ingin kau tanyakan."

Sona tidak langsung menjawab pertanyaan Naruto, dia sedang berfikir tentang apa yang akan dia tanyakan kepada Naruto hingga akhirnya dia memutuskan untuk memulainya dari awal. "Katakan padaku, siapa kau sebenarnya, aku tidak ingin ada kebohongan jadi aku minta kau jujur menjawabnya."

Naruto sedikit bingung, dia takut jika dia menceritakan segalanya maka dia akan di jauhi oleh semua orang seperti di dunianya, dan dia tidak ingin itu terjadi. "Maaf, aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak mau hal itu terulang lagi."

Sona bisa melihat kepedihan,rasa takut dan kesepian dari sorot mata Naruto saat ini, entah mengapa tangan Sona bergerak sendiri tanpa perintahnya dan menyentuh pipi kiri Naruto dengan lembut. "Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu setelah nanti apa yang kau ucapkan kepadaku, jadi aku minta, kau jujurlah kepadaku, aku mohon."

Melihat kesungguhan Sona, akhirnya hati Naruto luluh jugadan akhirnya dia mengangguk tanda dia akan menceritakan semuanya. "Daripada mendengar cerita, lebih baik kau melihatnya sendiri dan membuat keputusanmu, sekarang tataplah mataku."

Setelah mengatakan itu Naroto memejamkan matanya, dan mulai mengalirkan cakranya ke mata hingga membuat mata biru itu berubah menjadi merah dengan tiga tome. "Sharingan."

Sona sontak tergejut melihat mata merah itu, tetapi tiba-tiba dia bukan lagi berada di atap sekolah melaikan berada di suatu taman, di sana dia melihat seorang anak kecil berambut pirang dengan mata biru menatap anak seumuranya yang di jemput oleh orang tua mereka saat senja tiba dengan pandangan sedih. "Anak kecil itu.."

"Ya anak kecil itu adalah aku, aku adalah seorang anak yatim piatu, selain itu aku juga di anggap monster oleh penduduk desa ku karena aku memiliki bijuu di dalam tubuhku sehingga aku selalu di jauhi dan tidak jarang di siksa oleh mereka." Gambaran pun berubah di mana Naruto di keroyok oleh beberapa remaja di sebuah gang hingga terkapar tidak berdaya.

"Jadi maksutmu kita saat ini.."

"Ya, sekarang kau sedang melihat sebuah ingatan, lebih tepatnya ingatanku, aku akan memulainya dari awal sehingga kau tidak akan salah membuat keputusan nanti."

Ucap Naruto membuat Sona melebarkan matanya.

.

.

.

.

Tbc.

Hay ketemu lagi dengan saya, padahal satu belum kelar tapi malah bikin satu lagi, hehe.

oke di sini aku membuat fic yang berseting tentang Naruto yang melakukan kesalahan sehingga dia terlemparke dimensi lain. Di fik ini juga aku membuat Naruto yang awalnya sudah berumur dua puluh lima menjadi enam belas tahun.

Oke itu saja, semoga kalian menyukai fic baru ku ini. R&R

Berminat untuk merevieu

VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVV

VVVVVVVV

VVVVVV

VVVV

VV

V