AN: Aku sarankan kalian membacanya dalam ketenangan ^^
Last Chapter
Complementary
Present by RoséBear
[Part 4 : Path of Opportunity 180630]
23th Chapter – KaiSoo
Content: GS. Family. Friendship. Marriage life. Musik. Surgery
Dia berbakat menjadi seorang pianis, musiknya mempengaruhi orang yang mendengarkan. Kyungsoo telah memperhatikan Kai bermain piano sejak beberapa saat lalu.
Ini musik pertama, Kyungsoo tidak tahu jika suara piano akan jauh lebih indah jika Kai yang memainkannya. Wanita itu menyeret selimut dan melangkah masuk ke dalam ruangan di mana sebuah grand piano hitam masih begitu mengkilat berada di antara rak buku milik Kyungsoo. Ya. Ruangan ini di design khusus untuk Kyungsoo. Jika Kai memiliki perpustakaan pribadi di bagian bawah, maka Kyungsoo mendapatkan ruang pribadinya di lantai dua.
"Kau terbangun?"
Ia tidak menjawab pertanyaan Kai. Kyungsoo duduk di sebelah pria itu. Menjatuhkan kepalanya ke pundak kanan Kai. "Aku tidak tahu kau bisa sangat mahir bermain piano. Terdengar begitu keren."
"Aku memang genius musik."
"..."
Hening sejenak setelah jawaban Kai tidak menghasilkan respon Kyungsoo. Kai menoleh dan mendapati tatapan Kyungsoo. Bibir wanita itu maju dengan alis bertautan. Dia sungguh istri yang menggemaskan membuat Kai kemudian terkikik geli.
"Kupikir kau membenci musik." Pada akhirnya komentar Kyungsoo keluar.
"Yeahhh... Bukan benci. Aku menghindarinya, tapi tidak akan lagi."
Chup
Ia mencium pucuk kepala Kyungsoo.
"Bagaimana bisa kau bermain sebagus ini? Tidakkah kau berniat kembali bermain musik?"
Kai menggeleng. "Tidak sayang, aku senang menjadi dokter. Suara detak jantung seseorang jauh lebih indah dari denting piano."
"Tapi aku bersungguh-sungguh Kai. Kau sangat bagus bermain, seperti professional."Ia berucap lirih pada bagian akhir.
"Ya. Sudah kukatakan aku memiliki bakat itu sejak lahir. Karena Itulah ibu terobsesi pada permainanku."
Kyungsoo melingkarkan tangannya pada pinggang Kai, sedikit mendongak ia bekata, "Ya aku percaya itu. Tapi sekarang jangan bersedih lagi. Aku menyukaimu, dokter Kim."
Kai tersenyum mendengar pujian Kyungsoo. "Kau membelinya agar aku bermain bukan?"
Kyungsoo bergumam pelan sebagai sebuah persetujuan. Tangannya keluar dari balutan selimut menekan tuts piano. Ia kembali mendongak menatap Kai. "Jadi? Lagu apa yang kau mainkan tadi?"
Kai mendaratkan ciuman pada bibir Kyungsoo. "3rd movement of Moonlight Sonata karya Beethoven."
"Tapi aku masih tidak percaya terakhir kali kau bermain adalah saat sekolah menengah. Kau seperti sering bermain piano," Kyungsoo berkomentar menimbulkan kekehan ringan dari bibir Kai.
"Dulu aku bisa memainkannya dengan lebih cepat lagi. Tapi sekarang sedikit sulit."
Kyungsoo menyentuh jemari Kai. Menautkan jari-jari mereka. "Kau punya jari yang indah Kai. Kenapa tidak kau gunakan untuk membuat musikmu sendiri?"
Kai menepuk tangan Kyungsoo sekali lalu. Ia kemudian menutup keyboard piano.
"Sepertinya kau sedikit memaksaku, heum? Ya. Aku akan menggunakannya untuk membuat musikku sendiri, dengan bantuanmu."
Dalam satu gerakan pria itu mendudukkan Kyungsoo di atas piano.
"A-apa yang mau kau lakukan?"
Reflek Kyungsoo berpegangan pada pundak Kai. Kakinya menjuntai dengan posisi sedikit mengangkang. Kepala Kai tepat berhadapan dengan kewanitaannya setelah lelaki itu menaikkan kedua kaki Kyungsoo ke pundaknya.
"Bukankah kau ingin agar jariku menciptakan nada?"
Seringai jahil tercetak di wajah tampannya. Gerakan Kai terlalu cepat menerobos selimut yang membungkus tubuh Kyungsoo.
"Owhhhhh Kaihhhhh~" tubuh Kyungsoo menggelinjang. Ia mendongak, tubuhnya menegang karena Kai menekan kewanitaannya. Membuatnya berkedut, mendambakan sentuhan sang suami. Ia berpegangan kuat pada sisi piano.
"Ahh~ desahanmu adalah musik terindah yang pernah kuciptakan sayang."
Kyungsoo menggigit bibir bawahnya. Sementara tangan Kai masih berada di antara selangkangan, membelai paha dalam Kyungsoo.
"Owhhhhh Kaihhhh~ kumohon."
"Ya sayang?" Pria tan itu menekan milik Kyungsoo, membuat kakinya mencari tempat berpijak yang sia-sia. Sebab udara hanyalah ruang kosong.
"Kau ingin aku berhenti?"
Kyungsoo menggeleng. Ia mengerang pelan tiap Kai membelai kewanitaannya. Pria itu menahan punggung Kyungsoo, sementara wajahnya mendekat, membuka paha Kyungsoo menampilkan vaginanya yang mulai basah dan panas.
"Kau sudah siap untukku sayang?"
"Ya."
Kai semakin mendekatkan wajahnya. Mencium paha dalam Kyungsoo hingga masuk semakin dalam, menekan lidahnya membuat Kyungsoo mengerang frustasi.
"Oh astaga Kai!"
Ia mengerang ketika organ intimnya dijilat dan diciumi Kai. Pria itu menjilati secara perlahan kewanitaan Kyungsoo, mulai dari vulva, labia, paha kemudian naik ke perut Kyungsoo. Sebelum berpindah ke paha, ia menjilati klitoris Kyungsoo, membangkitkan sensasi sendiri yang dirasakan oleh istrinya.
"Owghhh Kaihhhh~ kau membuatku frustasi."
Pria itu menyeringai. Ia mengintip bagaimana ekspresi Kyungsoo pagi ini.
"Sepertinya aku ingin mengambil libur hari ini." Napasnya beradu dengan pusar gairah Kyungsoo.
"Ya. Lakukan sesukamu Kai."
Wanita itu mendesah ketika Kai kembali menikmati dirinya, perlahan satu jarinya menusuk lubang kewanitaan Kyungsoo. Saat itu vagina Kyungsoo semakin basah akibat cairannya sendiri. Membuat Kai semakin menambah jari ke dalam kewanitaan Kyungsoo.
"Ahhhhh Kaihh... Ohhh aku..."
Kai mempercepat gerakan keluar masuk jarinya dari lubang kewanitaan Kyungsoo.
"Ya Sayang? Katakan sesuatu."
"Aku... Aku mau... Ahhhh~" saat itu kyungsoo mendesah karena Kai mengantarnya ke puncak kenikmatan. Wanita itu menopang tubuhnya dengan kedua siku. Napasnya pendek-pendek, namun ia mencoba mengintip
"Ada apa lagi Kai?" Dia bertanya karena Kai terus menatap kewanitaannya. Perlahan wajah lelaki itu maju, menciumi kewanitaan Kyungsoo membuat wanita itu mendesis nikmat kembali.
"Kau menikmatinya?"
Perlahan Kyungsoo bangkit. Ia melihat Kai kini menatapnya tanpa melepaskan tangan dari paha Kyungsoo yang masih melebar. Ia mengangguk pelan.
"Ya. Sangat nikmat."
Saat itu ponsel Kai berdering. Sebuah pesan dari Ayah Kyungsoo yang memintanya menjemput di Bandara siang ini.
"Kau yakin akan baik-baik saja?" Kyungsoo menatap Kai meminta kepastian. Pria itu lalu mengintip ereksi paginya. "Bagaimana jika kau memandikan aku? Kita menjemput Ayahmu, dan aku akan mengantarmu ke rumah keluarga Park? Nanti malam kita berkencan."
"Kencan?"
Pria itu mengeluarkan dua lembar kertas dari kantong celana pendek yang ia kenakan. Adalah sebuah tiket pertunjukkan orkestra keliling.
Wajah merah merona, debaran jantungnya yang berpacu. Tubuh tanpa sehelai benang. Perlahan wanita itu meluncur turun kepangkuan Kai. Ia memeluk Kai dengan erat.
"Terima kasih banyak sayang. Aku sangat mencintaimu," pelan ia berbisik di telinga Kai.
"Karena kau tidak tampil di panggung, jadi kita bisa menonton bersama."
~ RoséBear~
Enam tahun kemudian.
Rumah sakit itu semakin berkembang dengan kualitas pelayanan yang mereka siapkan.
Dia seorang profesor muda. Baru saja menyelesaikan pekerjaan.
Gedung rumah sakit, lantai tiga pada bagian utara.
"Kai! Istrimu di bawa ke kamar melahirkan."
Saat itu kepala perawat yang baru menegurnya. Kai mengangguk patah-patah. Ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Bahkan ia tidak bisa membedakan koridor rumah sakit karena begitu linglung. Padahal beberapa menit sebelumnya dia baru selesai mengoperasi seorang pasien luka tembak.
"Ya ! Istrimu akan melahirkan di sebelah sini."
Tiba-tiba ia berbalik karena seorang wanita tua menariknya.
Di sana tidak hanya ada Kai, tapi juga direktur Do yang menanti kelahiran cucu pertamanya. Ia ditemani Sehun yang terlihat masih mengenakan pakaian bedah. Ia baru saja membedah bersama Kai. Padahal dokter itu keluar lebih dulu tapi Sehun sampai lebih cepat dari Kai.
Sehun dan Kyungsoo, mereka memulai pendidikan kedokteran secara bersama-sama. Lulus bersama-sama, menyelesaikan fase klinik enam bulan yang lalu, saat itu kehamilan Kyungsoo belum terlalu nampak besar.
Jika Sehun berada di Cardiology Departemen di bawah bimbingan Ayah angkatnya langsung, berbeda dengan Kyungsoo. Wanita manis itu adalah pekerja keras, ia mengambil allergy and pulmonology of pediatrict Departemen. (Ilmu kesehatan anak, alergi dan pulmologi). Dengan kehamilan yang semakin membesar dia tetap bekerja. Terkadang mendengarkan musik untuk anak-anak.
Di dekat dokter Do dan Sehun, berdiri seorang wanita tua lainnya. Seorang wanita yang dari beberapa bulan lalu diminta untuk menjadi pengasuh anaknya karena Kyungsoo ingin melanjutkan karier kedokterannya.
Di depan ruangan, keadaan semakin menegang. Kai menangkup kedua tangannya.
"Tuhan, hadirkan dia ke dunia ini. Kami akan merawatnya dengan sangat baik. Kumohon."
Ia bergumam satu kalimat itu secara terus menerus kemudian suara tangis bayi membuat semua kepala mendongak. Menatap satu sama lain dan tersenyum sumringah. Satu moment terpenting kembali tercipta dalam hidup Kai.
~ RoséBear~
Bayinya benar-benar telah lahir. Kai dan dokter Do yang pertama diminta masuk ke ruangan Kyungsoo.
Seorang perawat menggendong bayi mungilnya. Bayi itu kemudian diserahkan pada Kai.
Bayi perempuan itu telah lahir di lingkungan yang aman dan nyaman. Ketika kahir dia telah dikelilingi staf ahli dokter, perawat, dan doula.
Kai membawa putri kecilnya mendekati Kyungsoo. Menatap istrinya yang ikut tersenyum bahagia. Wanita itu masih mengenakan pakaian yang diberikan rumah sakit. Dokter Do menaikkan kepala ranjang agar Kyungsoo bisa melihat bayinya.
"Siapa namanya?" Kyungsoo tersenyum senang.
"Hyanggi. Hyanggi Kim! Dia sangat cantik seperti Ibunya, pintar seperti ayahnya. Kita orang tuanya," Kai bicara sembari tersenyum pada putri kecilnya walau bayi itu belum membuka mata. Tapi dia menyadari kehadiran kedua orang tuanya. Ia sangat nyaman dalam dekapan hangat Kai, seolah masih berada di rahim sang ibu.
"Kau putri ayah yang sangat hebat. Sepertinya ayah bisa meninggalkan kalian berdua."
Kyungsoo mengangguk ketika ayahnya akan keluar dari ruangan setelah memastikan kondisinya baik-baik saja.
"Kau harus menyusui bayi kita sayang," Kai memberitahu Kyungsoo.
Wanita itu mengangguk pelan. Senyum diwajahnya tidak pernah luntur sejak ia berhasil melahirkan. Kai membantu Kyungsoo menggendong bayinya.
Ada getaran aneh ketika Kyungsoo mengendong bayinya. Ya Tuhan, selama sembilan bulan bayi ini berada di dalam perutnya. Dijaga dengan sangat hati-hati dan begitu dilimpahi kasih sayang.
Bayi Hyanggi tersenyum pada Kyungsoo ketika ia membuka kancing depan jubah rumah sakit yang diberikan para perawat seakan tahu Ibunya akan memberi makan.
Kyungsoo menopang Hyanggi dengan sangat hati-hati, perlahan bayi itu mendekat ke payudaranya, hidungnya berhadapan dengan puting Kyungsoo. Perlahan mulutnya terbuka menangkup puting Kyungsoo sementara dagunya menempel pada payudara Kyungsoo.
"Owghhhh~" wanita itu melenguh ketika miliknya disentuh.
"Sayang," panggil Kyungsoo pelan.
"Kai!?"
"Heum?" Kai tergagap dari pandangannya yang memandang takjub interaksi istri dan anaknya. Ternyata yang dipanggil Kyungsoo adalah dirinya.
"Apa sayang?"
"Kurasa... Aku tidak akan memilih menjadi dokter untuk anak orang lain."
Wajah Kai condong ke depan. "Ya?" Dia meminta kepastian Kyungsoo.
"Aku ingin merawat anak kita sendiri. Kau tidak keberatan bukan?"
Saat itu Kai tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya mencium bibir Kyungsoo lembut. "Tentu saja. Kita bisa merawatnya bersama."
~ RoséBear~
Dokter Do memiliki waktu lebih banyak di rumah, berjalan-jalan ke banyak tempat, mengunjungi saudara jauh mereka. Semua pekerjaan menjadi lebih ringan ketika Kai dan Sehun ikut bergabung membantunya.
Ia menyekolahkan Sehun, membiayai perguruan tinggi pria itu agar dia bisa bergabung di rumah sakit yang sama dalam bimbingan Kai.
Chanyeol menikahi Baekhyun beberapa tahun yang lalu. Sesekali Baekhyun masih bernyanyi walau sebagian besar pekerjaannya adalah mengurus keluarga. Mereka akhirnya memiliki Jackson, bayi laki-laki yang lahir di Meksiko ketika keduanya pindah ke sana akibat pekerjaan Chanyeol. Pria tinggi itu menggembangkan karier bermusik di sana.
Sementara Kris dan Tao akhirnya menikah. Mereka memiliki anak yang sangat tampan. Kelahiran bayi Zhuyi benar-benar diperjuangkan Kris. Bagaimana pria yang menjadi playboy semasa mudanya kemudian meletakkan hati pada cinta pertamanya. Kris percaya pada cinta pertama, dia tidak akan melepaskan snag kekasih. Rasa terima kasih atas pshcosugary yang dilakukan Kai benar-benar membantu kehidupan mereka di masa depan.
Henry? Pria itu dideportasi dan masih dilarang memasuki Korea. Kris memberi kabar jika adik tirinya juga melakukan operasi di luar negeri. Dia memulai karier di Kanada dan sepertinya telah lupa tentang Kyungsoo.
Percaya jika takdir baik di mulai dari pandangan pertama. Ketika seseorang melihat hal menyenangkan. Napasnya tertahan sejenak, dunia tetap berputar, tapi yang dirasakan hanya hembusan angin seperti pada dedaunan musim gugur. Perlahan suara-suara dari luar menghilang, hanya ada satu sumber suara yang telah berhasil menarik perhatian. Tanpa sadar dia dia telah berjalan di jalan takdirnya.
Dua tahun sebelum kelahiran bayi Hyanggi, ketika Sehun dipaksa menemani Kyungsoo berlibur ke Gyeonggi. Menikmati kebun anggur milik keluarga Kim. Wanita itu sibuk memetik dan memangkas strawberry milik suaminya bersama Anson. Mereka melupakan keberadaan Sehun hingga akhirnya pria itu tersesat ke luar perkebunan.
Pohon-pohon oak, dogwood dan magnolia perlahan berubah warna menjadi merah dan jingga. Ketika angin bertiup, helaian daun berguguran, berterbangan dan membuat alunan musik yang lembut selama proses jatuh menyentuh tanah.
Ia tersesat dan berjalan hingga ke danau buatan, pohon besar dipinggir danau telah tumbang, uap keluar dari dalam air. Ia berjalan mendekat dan duduk seorang diri menikmati udara segar.
"Kau tentu tak mau terkena pneumonia di tengah-tengah udara sedingin ini."
Pria itu terkejut saat kain tebal hangat melingkari tubuhnya. seorang wanita duduk di sebelah Sehun, turut memandang ke arah danau.
"Xi Luhan. Setiap berlibur aku selalu berkunjung ketempat ini."
Tak ada pertemuan yang lebih baik daripada hari itu. Semua dimulai dari pembicaraan singkat. Bantuan Luhan mengantar Sehun kembali ke rumah keluarga Kim.
Semua berjalan sangat baik, tentu saja mengenai acara tahunan keluarga Kim. Sehun mulai berkencan dengan Luhan. Awalnya Kai tidak setuju, apalagi mengingat jarak umurnya begitu jauh. Tapi cinta tidak memandang hal itu. Dia menyerah dan membiarkan keduanya menjalani hubungan yang lebih serius.
~ RoséBear~
Tujuh tahun berlalu begitu cepat sejak kelahiran Hyanggi.
Dokter Do sering meluangkan waktu untuk keluarganya.
"Ayah akan berangkat bersama kami bukan?"
Saat itu Kyungsoo benar-benar tidak lagi menjadi dokter. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk keluarga, membantu di kafe keluarga Park seperti biasa atau berkunjung ke rumah sakit menemui anak-anak sembari menunggu Kai menyelesaikan pekerjaan. Lelaki itu terkadang pulang larut malam. Beban kerjanya sedikit bertambah tapi dia tidak pernah menginap, sebisa mungkin sekalipun malam hari tersisah hanya dua jam dia akan tetap pulang ke rumah. Setidaknya Kai harus memeluk Kyungsoo untuk mengisi tenaganya.
Dokter Do mengangguk. "Ayah sudah mengosongkan jadwal hari ini. Apa Hyanggi tampil pertama?"
Kyungsoo masih sibuk pada makanan yang ia siapkan. "Tidak. Dia tampil di pertengahan."
"Kakek!" Saat itu orang yang mereka bicarakan melangkah turun dari lantai dua. Ia berlari kecil masuk dalam pelukan dokter Do.
"Woaghhh cucu kakek sangat cantik. Kau seperti ibumu."
Ya. Dokter Do benar. Hyanggi benar-benar-benar seperti Kyungsoo. Sepasang mata bulat yang jernih, pipi gembil, kulit putih, rambut hitam dan kemampuan bermain pianonya...
"Dia pemain piano genius seperti ayahnya."
Dokter Do juga sudah tahu itu. "Tapi kau membuatnya menjalani latihan yang menyenangkan. Kau senang mengikuti kompetisi piano ini?"
Gadis kecil itu mengangguk semangat. "Ya! Ibu berkata panggung kompetisi membuatku bisa belajar lebih baik lagi."
Ia masih bergelayutan pada dokter Do.
"Kakek~" panggilannya manja.
"Astaga, kau benar-benar seperti ibumu waktu kecil. Ya sayang? Ada yang kau inginkan?"
"Jika menang kompetisi aku boleh berlibur ke tempat Anson?"
Anak dan Ayah itu saling bertatapan.
Kyungsoo berjalan mendekat.
"Tidak peduli menang atau kalah, jika kau menampilkan permainanmu, selesai kompetisi kita berlibur ke Gyeonggi."
Mereka menjadi keluarga yang begitu hangat. Saling mendukung dan bertanya tentang keinginan satu sama lain. Tidak memaksa, setiap saat hanya perlu melakukan kebaikan maka kebahagiaan akan mengikuti.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang. Kakek ingin mendapat tempat duduk di depan."
"Tapi, ayah..."
"Kita cari tempat duduk terlebih dahulu. Dia pasti datang, kau tidak kecewa kan jika mereka terlambat?"
Hyanggi tersenyum pada Kyungsoo. Ia memeluk leher Ibunya erat. "Tidak! Ayah sudah berjanji pagi ini sebelum dia berangkat."
~ RoséBear~
Sementara di rumah sakit, lampu yang paling terang itu baru saja dimatikan.
"Ya. Terima kasih dokter Kim."
Kai hanya menganggukkan kepala ketika menerima ucapan terima kasih dari para dokter dan perawat yang membantu dalam operasi barusan.
"Kuserahkan sisahnya padamu, aku harus pergi atau seseorang akan memukulku nanti."
Dia bergegas dan semua yang ada diruangan itu sangat mengerti maksud perkataan Kai.
Ia setengah terburu-buru namun berusaha tetap tenang.
'Kami mendapatkan kursi di bagian depan. Hati-hati dijalan sayang.'
Istrinya baru saja mengirim pesan. Ini kompetisi umum pertama Hyanggi, putrinya akan tampil beberapa saat lagi dan dia baru menyelesaikan satu operasi panjang.
Kai mengemudikan mobilnya tidak langsung ke gedung kompetisi, ia harus mengambil sesuatu yang telah dipesan sebelumnya. Hadiah yang ingin diberikan pada putrinya selesai kompetisi. Dia berhak menjadi ayah yang penuh perhatian, terkadang membuat kagum teman-teman putrinya.
Susah payah Kai berhasil mendapatkan tempat parkir. Setengah berlari ia memasuki gedung. Ia berjalan pelan, membawa paper bag berisikan boneka beruang untuk Hyanggi.
Kyungsoo tersenyum, "Kau tepat waktu. Hyanggi akan tampil setelah ini."
Kai menarik napas dalam-dalam, "kau kelihatan sangat cantik," bisiknya pelan kemudian mengecup pipi Kyungsoo.
"Oh manis sekali. Apa ibu terkesan? Ayah membuatku menunggu seperti bocah idiot."
Mereka menoleh pada anak laki-laki yang duduk disebelah dokter Do. Melipat tangannya di dada dan memalingkan wajah seolah dia membutuhkan perhatian lebih, seorang bocah laki-laki yang juga datang bersama Kai.
Kyungsoo tersenyum lalu membelai rambut anak-laki-lakinya.
Ya. Anak kedua mereka yang sangat pintar seperti Kyungsoo, tapi kesenangannya adalah belajar dari kakek, Ayah dan pamannya. Dia seperti calon dokter hebat di masa depan.
Kim Tae Oh.
Siapapun yang melihat, akan tahu jika dia anak Kai. Perwatakan dan rupanya benar-benar sama.
"Tapi kau yang menolak kakek menjemputmu," dokter Do mengambil suara. Pria tua itu menggoda cucunya membuat rona merah menahan malu di wajah Tae Oh.
"Woaghh Hyanggi noona berjalan di panggung."
Perhatian mereka teralihkan kembali. Dia benar-benar pandai berkilah, mengalihkan perhatian keluarga agar terfokus ke panggung.
Etude Op. 4 karya Chopin
Hyanggi benar-benar pemain musik berbakat, sebenarnya tidak hanya piano, dia juga bisa bermain violin dari Ibunya.
"Kakek, malam ini aku boleh menginap?"
Tae Oh mulai melancarkan aksinya.
"Aku punya tugas musim panas."
Saat itu Kyungsoo menoleh pada putranya. "Ibu akan membantumu."
Anak laki-laki itu tergagap pelan namun kemudian dia melotot pada Kyungsoo karena memahami arti tatapan menggoda Ibunya.
"Kau ingin bersama Ziyu atau kakekmu?" Kali ini dokter Do yang menggodanya.
Ahh anak laki-laki itu sangatlah manis.
Ziyu?
Oh Ziyu? Putri pertama Sehun dan Luhan. Karena Kyungsoo dan Kai memutuskan tetap tinggal di rumah mereka sementara Sehun juga telah berjanji akan menjaga dokter Do. Setelah menikah dengan Luhan dan memiliki seorang putri yang hanya berjarak beberapa bulan dari umur Tae Oh.
"Besok kita berangkat ke Gyeonggi pagi-pagi sekali."
"Kalian akan ke Gyeonggi?" Kai yang baru mendengar kabarnya setengah terkejut.
Kyungsoo menepuk punggung tangannya pelan.
"Aku ingat pekerjaanmu, besok siang kita bisa menyusul mereka. Hyanggi yang memintanya pada ayah."
Kai tersenyum mendengar ucapan Kyungsoo. "Kau sudah menyiapkan keperluan mereka sayang?"
"Belum. Pulang nanti akan kusiapkan."
Siang itu Hyanggi membawa pulang piala kemenangannya. Ia memeluk ayahnya lebih dulu setelah keluar dari backstage. Sebab dia belajar banyak dari sang ayah.
~ RoséBear~
Selesai perlombaan Kai hanya mengantar mereka kembali ke rumah untuk menyiapkan keperluan menginap anaknya. Pria itu kembali ke rumah sakit karena masih meninggalkan beberapa pasien yang harus di perhatikan kondisinya.
Ia kembali lagi ke rumah saat langit gelap. Kai membersihkan dirinya, mengirim pesan pada Kyungsoo.
'Sayang, Kau tidak ikut bergabung untuk menginap di rumah Ayahmu bukan? Atau aku harus menyusul ke sana?'
Segera ia terima pesan balasan.
'Sebentar lagi Sehun akan mengantarku pulang. Lagipula rumah tidak memiliki cukup kamar jika tiap orang meminta kamar terpisah.'
Kai tertawa geli membaca pesan balasan Kyungsoo, sudah pasti kedua anaknya menolak berada di kamar yang sama.
Ia menunggu kepulangan Kyungsoo. Membawa satu piring Nacho yang ia pelajari resepnya dari Chanyeol setelah pria tinggi itu kembali dari Meksiko.
Mendudukkan diri di sofa beludru yang nyaman pada salah satu ruangan di lantai dua. Satu persatu keripik tortilla yang disiram keju meluncur ke dalam mulut Kai. Kai menikmati waktu sendirian seperti ini, sendiri di home theater minimalis.
Alunan violin yang selama bertahun-tahun begitu ia kagumi. Kyungsoo dan alunan musiknya di atas panggung begitu menarik perhatian.
Pria itu sedang menonton penampilan Kyungsoo yang di rekam Chanyeol belasan tahun yang lalu. Ketika Kyungsoo mengembalikan ponselnya, entah kenapa dia membuka gallery dan menemukan banyak hal menarik di sana. Bertahun-tahun Kai menyimpan semuanya sendirian, dan dari semua rekaman, ada satu rekaman yang begitu ia sukai.
'Selamat pagi. Dengan Do Kyungsoo di sini. Senang bertemu denganmu, dr. Kim yang membingungkan! Tapi bagaimana aku bisa menolak pesonamu?'
"Astaga Kai!!"
Ia berjingkat dari sofa dan menoleh ke belakang dalam keterkejutan. Kai pikir Kyungsoo akan tiba setengah jam lagi tapi wanita itu sepertinya mengirim pesan saat di perjalanan.
"Darimana kau mendapatkan rekaman ini?" Kyungsoo mematikan proyektor. Ia melotot pada Kai. Oh ayolah, dia tidak benar-benar bisa marah. Wajahnya telah merah merona.
"Kau baik-baik saja sayang?" Kai menarik lengan Kyungsoo membawa istrinya melingkari sofa dan duduk di sebelahnya. Pria itu meletakkan piring berisi Nacho di atas meja.
"Semua ada di dalam ponsel lamaku."
Kyungsoo yang menunduk dan menggigit bibir bawahnya memiliki pengaruh luar biasa pada diri Kai.
"Kau marah?"
"Aku sangat malu kau melihat rekaman itu."
Kai mengangkat dagu Kyungsoo. Kai menggeleng pelan. "Berkali-kali kukatakan. Jangan malu padaku. Bagaimana Hyanggi dan Tae oh?"
"Besok pagi mereka akan berangkat bersama ayah."
"Jadi? Bagamaiana dengan kita?"
"Selesaikan urusanmu. Besok siang kita akan menyusul."
Kai menggeleng dia menekan kedua pundak Kyungsoo membuat istrinya tumbang ke atas sofa.
"Maksudku malam ini? Apa yang bisa kita lakukan?"
Barulah Kyungsoo menyadari posisinya. Seringai Kai tercetak begitu sempurna.
"Sudah lama tidak melakukannya di atas sofa. Bagaimana jika kita mengingat percintaan pertama kita?"
Susah payah Kyungsoo menelan ludahnya. Seperti bola-bola kentang yang kesulitan melewati tenggorokkan.
"Kyungsoo?"
Wanita itu tidak bisa berpaling lagi saat Kai menarik dagunya. Membawa wajah keduanya saling berhadapan.
"Kau sangat luar biasa. Malam ini kita bisa melakukan percintaan yang hebat di atas sofa."
Malam yang panjang dan begitu indah. Desahan nikmat itu mengalun seperti musik. Hanya saja terdengar lebih indah.
Kenapa kamu bermain musik?
'Aku bukan siapa-siapa. Kupikir dengan bermain musik bisa membuat seseorang tersenyum bahagia.'
- Kyungsoo for Daddy
- Kai for Mommy
END!
regard,
_Rosiebear