Klub Relawan

Genre : Romance, Friendship, Mysteri, Drama, Comedy
Rate : T
Pair : NaruHina

© Naruto Dan Kawan"nya punya Kishimoto-Jiji

Waring : Ooc, Gaje, Tulisan berantahkan, Dll.


Chapter 5

Rumah Sakit Konoha
Hyuuga Hospital 11:00

Khusina di tempatkan di ruangan no 15, Dia baru saja selesai di periksa oleh seorang Dokter wanita. Minato, Naruto, dan Hinata yang melihat Dokter keluar dari ruangan Khusina, langsung bangkit berdiri untuk menghampiri sang Dokter.

"Bagaimana keadaan Istri/Ibu Saya Dok ?" Tanya Minato dan Naruto bersamaan.

Hinata sebenarnya juga ingin ikut-ikutan. Tapi masa dia bilang 'Bagaimana keadaan Calon Ibu Mertua Saya Dok ?'. Pacaran saja dia belum dengan Naruto, masa Dia mau ngomong kaya gitu ? Malu-maluin kalilah! Apa lagi di sini ada Calon Ayah mertuanya. Mau di taruh dimana mukanya coba ?

"Kalian berdua tenanglah" Ucap Dokter sambil terseyum lucu.

"Khusina-san akan segera sembuh, jadi kalian tidak perlu khawatir. Dia hanya terkena penyakit tifus yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella. Tapi walaupun begitu, jangan anggap sepele dengan penyakit tifus ini. Syukurlah Khusina-san cepat di bawa ke Rumah Sakit. Jika tifus tidak di tangani segera, gejalanya dapat bertambah parah dalam beberapa minggu dan berisiko menyebabkan komplikasi yang fatal" Jelas Dokter tersebut yang memakai Name Tag bernama Shizune.

"Hahh.. Yokatta~ terimakasih Dokter" Ucap Naruto lega sambil mengelus dadanya sekali.

"Sama-sama.. Anak muda" Kata Shizune

"Jadi ? Apa saya boleh menemui Istri Saya Dok ?" Tanya Minato.

"Ah.. Tentu boleh.. Kenapa tidak boleh coba ? Silahkan, Kalian masuk saja ke dalam. Saya izin pamit dulu, ada urusan lain yang harus saya selesaikan" Kata Shizune kepada Minato dan Naruto

"Silahkan Dokter.. Sekali lagi terimakasih" Kata Naruto

"Tentu.. Ah Nona.. Saya permisi dulu Nona Hinata" Ucap Shizune sambil sedikit membungkuk pada Hinata.

"Silahkan Shizune-san." Balas Hinata sedikit mengangguk.

Shizune lalu beranjak pergi dari situ. Minato, Naruto, dan Hinata langsung masuk ke dalam ruangan Khusina di rawat.

Rumah sakit ini adalah milik keluarga Hyuuga. Hinata yang notabenenya sebagai calon pewaris keluarga Hyuuga, dikenal oleh semua orang yang bekerja untuk Hyuuga. Jadi jangan terkejut jika tiba-tiba ada orang yang membungkuk hormat lalu memanggil Hinata dengan sebutan Nona Hinata.

Mendengar suara pintu di buka, Khusina langsung melihat ke arah pintu. Dia lalu tersenyum lembut melihat siapa yang masuk barusan.

"Bagaimana keadaanmu Sayang ?" Tanya Minato sambil membalas senyum istri tercintanya. Minato lalu duduk d samping Khusina dan langsung mengelus sayang puncak kepala Khusina.

"Seperti yang kau lihat Sayang. Hanya sedikit lemas, penyakit ini tidak bisa mengalahkan semangatku" Khusina memejamkan kedua matanya, menikmati elusan Minato yang ada di puncak kepalanya.

"Naruto.. Siapa nama temanmu itu ?" Tanya Khusina sambil membuka matanya lagi melihat ke arah Naruto.

Naruto lalu melihat ke arah Hinata, begitu juga dengan Hinata yang melihat ke arah Naruto. Naruto langsung menggerakan kepalanya seperti mengangguk ke arah ibunya, menyuruh Hinata untuk memperkenalkan dirinya.

Tapi setelah beberapa detik Hinata masih tidak mengerti apa yang di maksud Naruto. Dia mengerutkan kedua alisnya bingung.

Melihat ekspresi Hinata yang tidak mengerti sama sekali. Naruto hanya bisa memukul pelan jidatnya lalu mengedut-ngedutkan alis kirinya.

"Apa ?" Tanya Hinata polos dengan suara pelan seperti berbisik.

"Perkenalkan dirimu pada kedua Orang tuaku baka!" Bisik Naruto kuat karena kesal.

"Kenapa Kau tidak memgatakannya dari tadi ? Mana Aku tau kalau kau hanya menggerak-gerakan kepala kuningmu itu Baka!" balas Hinata tidak mau kalah sambil sedikit manyun, karna tidak terima di bilang baka oleh Naruto.

'Oh ayolah Hinata! Kalau kau mendengar perkataan Ibuku tadi, Kau pasti tau apa yang harus kau lakukan tanpaku kode!' teriak Iner Naruto kesal. Dia lalu menghela nafas sambil mengelus dadanya. 'Hahhh.. Sabar.. Sabar..' pikirnya.

Minato dan Khusina tertawa kecil, saat melihat perdebatan kecil antara Naruto dan Hinata. Mereka jadi teringat dengan masa lalu mereka.

Hinata tidak mempedulikan Naruto yang lagi elus-elus dada. Dia angsung maju satu langkah kedepan, agar sedikit lbih dekat dengan calon Ayah dan Ibu Mertuanya.

Tatapan Hinata sekarang bertemu dengan mata kedua Orang Tua Naruto yang lagi tersenyum padanya.

"A-ano.. Na-nama Saya Hyuuga Hi-hinata.. Yo-yoroshiku Baa-san dan Jii-san" Kata Hinata gugup sambil membungkukan badannya 45°.

Minato yang mengetahui nama Hinata pun mengangguk pelan. Itu karena kebingungannya saat Dokter tadi membungkuk kepada Hinata sudah terjawab. 'Pantas saja, ternyata teman Naruto ini dari keluarga Hyuuga. Itu berarti rumah sakit ini adalah milik Ayahnya. Naruto hebat juga bisa mendapatkan teman seperti Hinata. Apa mungkin mereka bukan hanya sekedar teman lagi ? Dan status mereka sekarang sudah pacaran yah ?' pikir Minato.

Khusina melihat lucu Hinata yang sedang gugup tersebut "Ayolah Hinata-chan, jangan panggil Aku Baa-san. Itu terdengar seperti aku sudah tua saja Apa aku memang terlihat sudah tua ?"' Tanya Khusina sambil menunjuk dirinya.

"Ti-tidak.. Bukan begitu, Kaa-san Naruto masih terlihat muda dan sangat Cantik kok" Jawab Hinata cepat. Karna Khusina tidak ingin di panggil Baa-san, Hinata mengganti panggilannya untuk Khusina.

"Hihihi.. Kalau begitu pangil saja Aku Kaa-san Hinata-Chan, dan panggil Suamiku ini Tou-san"

"E-eh.." hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Hinata, dia masih memikirkan apa maksud perkataan Khusina barusan.

Naruto yang mendengar perkataan Kaa-sannya hanya bisa pasrah sambil memukul kembali jidatnya.

Perlu di ketahui, kalau Khusina sudah mengatakan sesuatu. Perkataannya tidak bisa di bantah sedikitpun, kecuali dengan alasan yang sangat-sangat jelas!

'Kyaaaaaaaaaa..!' teriak iner Hinata. Entah bagaimana Dia harus mengatasi rasa gugupnya saat ini. Rasa gugup ini sudah muncul saat dia masuk ke dalam ruangan ini. Dan itu membuat otaknya langsung Blank, karna itu dia tidak mengerti apa maksud Naruto tadi yang menggerak-gerakan kepala kuningnya.

Dan lagi, calon Ibu mertuanya menyuruhnya untuk memanggilnya dengan sebutan Kaa-san. Apa inii..! Bahkan Dia dan Naruto saja belum pacaran..! tapi sepertinya Kaa-san barunya ini sudah merestui hubungannya dengan Naruto..!

'Kyaaaaaaaaaaa...!' teriak iner Hinata senang tidak henti-hentinya. Wajahnya pasti sudah sangat memerah sekarang.

"Kau tidak keberatankan Sayang ?" Tanya Khusina kepada Minato.

"A-ahahaha.. Tentu saja Sayang" Jawab minato sambil tertawa canggung. Karna apa ? Karna Istrinya sudah berkata seenak jidatnya. Dan itu mustahil untuk membantah perkataan Istrinya. Bisa-bisa, setelah sampai di rumah Dia bakal di tumis oleh Khusina.

Dia jadi merasa tidak enak dengan Hinata, yang di paksa Istrinya untuk memanggil mereka dengan sebutan Kaa-san dan Tou-san.

"Ba-baiklah, ka-kalau itu mau Ka-kaa-san dan To-tou-san" Ucap Hinata gugup setangah mati dengan wajah merona merah dan sambil meremas-remas roknya.

'Kyaaaaaa..! Hinata-chan imutnya' Pikir Khusina gemas saat melihat Hinata. Kalau saja penyakit Tifus ini yang bikin badan terasa sangat lemas dan sulit di gerakan sudah sembuh. Dia pasti akan memeluk Hinata erat-erat.

Hinata pikir ini adalah hari sialnya karna tadi pagi dia melihat ruangan Grup Relawan di buat berserakan oleh seseorang. Tapi ternyata hari ini juga adalah hari keberuntungannya. Perasaannya sangat senang sekarang.

"Jadi ? Kalian pacarankan ? Sudah berapa lama ? Sudah sampai mana hubungan kalian ? Apa kalian sudah pernah berkencan ? Sudah pernah berpelukan ? Apa kalian sudah pernah berci-"

"Cukup-cukup Kaa-san!" Kata Naruto sedikit berteriak sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah Khusina.

Dia tau apa yang akan di bilang selanjutnya oleh Ibunya itu. Dan itu akan terasa sangat memalukan untuk di dengarkan.

"Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh Kaa-san. Kami berdua belum pernah melakukan apa yang Kaa-san katakan tadi. Kami berdua-"

"Baru saja berpacaran"

"Iya kami berdua baru saja berpacaran" Ucap Naruto tanpa sadar mengikuti kata-kata Hinata yang memotong perkataannya tadi.

"Hahh!" teriak Naruto kuat sambil menolehkan kepalanya kearah Hinata yang ada di samping kanannya. Hinata hanya memasang wajah tanpa dosanya, sambil tersenyum manis dengan kedua mata tertutup, dan rona merah di wajahnya.

"Kyaaaaaa..! Sudah Kaa-san duga kalian berpacaran! Umnpphh!" teriak Khusina senang dan itu membuat Minato panik dan langsung menutup mulut Istrinya.

"Astaga Sayang..! Jangan bersemangat kali loh, Istirahat dulu biar sembuh. Dan lagi kita sekarang berada di rumah sakit. Jangan berisik Sayang. Nanti menggaanggu pasien yang lain" Kata Minato memperingati Khusina, dan di balas dengan jari-jari tangan kanan Khushina yang membentuk tanda V.

"Hahhhh... Dasar" Minato lalu menarik tangannya yang tadi membekap mulut Khusina.

Terlambat sudah, jika ibunya sudah mengatakan hal seperti tadi dengan ekspresi senangnya, sudah terlambat untuk menjelaskan semuanya. Apa yang harus Naruto katakan pada Kaa-sannya ? Kalau Kaa-sannya tau Dia dan Hinata tidak berpacaran. Dan lagi dia tidak tega menurunkan Mood Kaa-sannya yang lagi bersemangat begitu.

'Ambil sisi positifnya Naruto.. Ambil sisi positifnya!' Pikir Naruto pasrah sambil melihat Ibunya yang sedang senang.

"Tou-san.. Aku mau menemui Dokter tadi dulu. Untuk membayar biaya pengobatan" Kata Naruto

"Apa uangmu ada Naruto ?" tanya Minato 'Oh.. Dia pasti meminjam uang Hinata. Hinatakan anak dari golongan Bangsawan' pikir Minato

"Tentu saja ada Tou-san. Kalau tidak, mana mungkin aku membawa Kaa-san berobat kerumah sakit. Kalau gitu Aku keluar dulu sebentar, ayo Hinata" Kata Naruto dan langsung berjalan keluar untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Ayahnya, sambil menarik tangan Hinata.

"Permisi Kaa-san, Tou-san" Kata Hinata lalu tersenyum sambil mengikuti Naruto.

Naruto tidak ingin Tou-sannya tau tentang dia yang meminjam uang pada Hinata. Yah.. Walaupun Tou-sannya pasti sudah bisa menebaknya. Dia tidak akan lupa, kalau kecerdasannya ini karena berasal dari sang Ayah.

Saat Naruto dan Hinata sudah keluar dari ruangan. Khusina langsung melihat kearah Minato.

"Sayangg.. Coba ceritakan padaku. Aku tau kau pasti sedang memikirkan sesuatu" Kata Khusina meminta penjelasan.

Minato lalu menjelaskan semuanya. Dari awal hingga akhir berdasarkan kesimpulannya, Dan itu membuat perasaan Khusina campur aduk.

Anaknya meminjam uang pada Hinata yang berasal dari golongan bangsawan. Dan Hinata tadi bilang status Hinata adalah pacarnya Naruto.

Bagaimana mungkin Hinata mau pada Naruto yang notabenenya dari keluarga miskin ?

Apa lagi saat dia tau kalau Naruto orang yang gak bermodal karna meminjam uang padanya.

Apa Hinata tidak gengsi dengan Naruto ?
Apa Hinata tidak malu ?
Apa Hinata hanya memanfaatkan Naruto ?

Tapi.. Sebelum membicarakan tentang Hinata yang tidak-tidak, Khusina memikirkan lagi tentang Naruto. Selama ini Naruto tidak pernah mengenalkan temannya kepada kedua Orang Tuanya. Dan Khusina tau, kalau Naruto..

Tidak mempunyai teman selama ini.

Naruto selama ini berbohong padanya agar dia tidak merasa sedih dan khawatir pada Naruto. Anaknya itu sungguh kuat, dia sangat menyayangi Naruto. Dan dia senang mempunyai anak yang sangat menyayanginya.

Hinata adalah teman pertama Naruto. Khusina menyimpulkan begitu karena Hinata adalah orang pertama yang dikenalkan Naruto kepada kedua Orang tuanya.

Dia percaya pada anaknya dalam memilih teman. Dan dia yakin anaknya tidak akan salah pilih. Jika Naruto percaya pada Hinata berarti.. Dia juga harus percaya pada Hinata, dia tidak boleh memikirkan yang buruk-buruk pada Hinata.

"Kaa-san mempercayakan Naruto padamu.. Hinata. Terimakasih karena sudah mau berteman dengan Naruto" Ucap Khusina pelan sambil mengucek-ngucuk kedua matanya. Melihat hal itu, Minato langsung memeluk Khusina. Lalu mengelus rambut Khusina dengan Sayang.

Di Koridor Rumah Sakit

Naruto saat ini sedang berjalan bersama Hinata menuju ruang dokter. Tetapi Naruto sudah tidak menarik tangan Hinata lagi.

Dia melihat Hinata yang saat ini sedang melihat pasien-pasien lain yang sakit dan suster-suster yang sedang merawat pasien tersebut.

"Jadi..?" tanya Naruto mendeja kalimatnya.

"Umn..?" Tanya Hinata balik karna bingung dengan pertanyaan Naruto.

"Apa maksud perkataanmu tadi ?"

"Hmnn.. Yang mana ?" Kata Hinata bingung sambil memegangi dagunya pura-pura berfikir.

Naruto yang melihat tingkah laku Hinata langsung mengedut-ngedutkan alis kirinya. Sekarang dia benar-benar kesal di buat gadis cebol yang satu ini.

"Apa perlu aku menggunakan permintaanku lagi untuk membuatmu jujur ?" Tanya Naruto kepada Hinata. Mendengar perkataan Naruto Hinata langsung tersenyum senang.

"Dan tentu saja itu tidak perlu." Kata Naruto sedikit menyeringai kecil saat melihat koridor rumah sakit yang tiba-tiba menjadi sepi.

Hinata yang merasakan suasana yang tiba-tiba menjadi hening merasa tidak enak. Dia ingin mempercepat langkahnya, tapi sayang.. Naruto langsung menarik tangan Hinata, lalu memegang kedua bahunya, dan mendorong Hinata membuat punggung Hinata menempel di dinding.

"Ahkk!" pekik Hinata pelan.

Naruto memposisikan tangan kirinya di samping kepala sebelah kanan Hinata. Sedangkan tangan kanan Naruto dia masukan ke kantung celana kanannya. Dia lalu sedikit menunduk lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata hingga jarak 20 cm.

"Sekali lagi aku bertanya padamu.. Jadi ?" Tanya Naruto lagi, namun kali ini dengan suara dan tatapan yang serius.

Hinata mengangkat wajahnya takut-takut untuk melihat Naruto, dan betapa terkejutnya dia saat wajah Naruto bisa sedekat itu dengan wajahnya. Wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus. Dan otaknya mendada ngeblank lagi. Perasaannya tidak salah, merasakan akan ada sesuatu hal yang tidak enak bakal terjadi.

Tapi.. Apa-apaan dengan posisinya dengan Naruto ini.? Wajahnya terlalu dkat dengan Hinata. Hinata tidak menyangka kalau Naruto akan melakukan ini.
Hinata menjadi salah tingkah di buatnya, dia tidak tahan dengan wajah Naruto yang terlalu dekat dan tatapan serius Naruto.

Alhasil dia kembali menundukan kepalanya sambil melihat ke kiri dan kekanan. Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, Hinata lalu meremas roknya dengan kedua tangannya. Berharap dengan melakukan hal itu, jantungnya akan bisa sedikit lebih di kondisikan.

Melihat Hinata yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. Naruto menarik tangan kanannya yang berada di dalam kantung celananya. Dia lalu memegang dagu Hinata, dan langsung mengangkat pelan dagu Hinata keatas. Membuat Hinata dengan terpaksa harus melihat wajah Naruto lagi.

Deg.. Deg.. Deg..

Detak jantung Hinata semakin berdetak tidak normal. Hinata dapat merasakan hembusan nafas hangat Naruto dari jarak 20cm itu.

"Kau yakin tidak mau menjawab pertanyaanku..? Hinata ?" Tanya Naruto sambil menatap serius kedua mata bulan Hinata.

'Kami-sama.. Tolong Aku!' pikir Hinata.

Dia belum siap dengan kejadian mendadak seperti ini yang di hadiahi Kami-sama untuknya.. Dia tidak kuat menatap kedua mata biru sapphire Naruto yang indah itu dari jarak dekat ini.

Nafas Hinata menjadi memburu akibat detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Dadanya menjadi naik turun, Hinata semakin mempererat remasan di roknya.

"Baiklah kalau kau tidak ingin menjawab pertanyaanku.." Kata Naruto menjeda kalimatnya, dia lalu memajukan wajahnya perlahan lagi. Secenti demi secenti mendekati wajah Hinata.

Melihat hal itu, Hinata langsung memejamkan kedua matanya erat. Dia bisa merasakan hembusan nafas Naruto yang terasa semakin dekat. Membuat jantungnya berdetak semakin gila saja.

Namun beberapa detik kemudian, tidak terjadi hal apa-apa pada Hinata. Hinata lalu membuka kedua matanya. Dia melihat posisi wajah Naruto di sebelah kepala kirinya. Dia bisa merasakan nafas Naruto yang menerpa hangat telinga dan leher jenjangnya.

"Na-Na-Narutohh.."

"Kalau kau tidak ingin menjawab pertanyaanku.."

"Apa kau bisa melihat toilet yang di belakangku ?" Tanya Naruto berbicara pelan seperti berbisik di telinga kiri Hinata.

Hinata menelan ludahnya saat melihat Toilet yang ada di belakang Naruto. Dia merasakan perasaan tidak enak dengan kalimat selanjutnya yang akan di keluarkan Naruto.

"Yahh Sayangg.. Aku akan memaksa pacar baruku ini menjawab semua pertanyaanku di dalam toilet itu.. Kau pasti tau kan apa yang akan Aku lakukan ?" Bisik Naruto lembut di telinga Hinata.

"Apa kau mau..? Fuuhhhh~" lanjut Naruto sambil meniup pelan telinga kiri Hinata.

"Ahh" Desah Hinata saat merasakan hembusan Naruto di telinga kirinya. Membuat Hinata merasakan sensasi geli.

Mendengar perkataan Naruto, kepala Hinata langsung membayangkan apa yang akan di lakukan Naruto di dalam toilet itu. Dan Sumpah itu membuat Hinata menjadi merinding.

Di detik berikutnya..

Otaknya yang ngeblank baru bisa berfikir jernih. Apa dia baru saja mendesah..

Ahh?

"Kyaaaaaaaaaaaa..!" Hinata langsung mendorong dada Naruto dan langsung berlari pergi meninggalkan Naruto dengan wajah merah padam.

Naruto yang melihat Hinata seperti itu langsung menyeringai puas.
"Hei! jangan berisik!" Kata Naruto sedikit berteriak memperingati Hinata dari jauh.

"Itu pembalasan karna sudah membuatku berada di situasi yang sulit cebol" Kata Naruto tersenyum lucu, sambil lanjut berjalan keruang dokter menyusul Hinata.

"Apa Aku tidak kelewatan yah ?" Ucap Naruto bingung. Ah sudahlah..

Naruto memikirkan kembali kata-kata Hinata saat di dalam ruangan Kaa-sannya tadi. Tentang Hinata yang mengaku-mgaku sebagai pacar baru Naruto.

"Hahhh.. Aku tidak tau kau berkata seperti itu karena keisenganmu atau karena keinginanmu" Kata Naruto berbicara sendiri, sambil memasuki kedua tangannya ke kantung celana.

"Tapi... Jika itu adalah keinginanmu.."

"Ku harap kau menyingkirkan keinginan itu.. Hinata" ekspresi di wajah Naruto berubah menjadi sendu. Sinar di mata birunya menjadi redup. Dia berjalan sambil menundukan kepalanya. Membuat wajah Naruto di tutupi oleh bayang-bayang rambutnya.

"Itu karena orang miskin sepertiku..."

"Tidak pantas bersanding denganmu.."

Klub Relawan

Setelah Naruto mengambil obat dan membayar biaya pengobatan Kaa-sannya. Tentu saja membayar obatnya menggunakan uang Hinata. Padahal Hinata sudah bilang sebelumnya tidak usah di bayar, karna Kushina akan di bawa berobat kerumah sakit milik Keluarganya. Tetapi Naruto membantah keras perkataan Hinata, Naruto hanya mau meminjam uang Hinata. kalau Hinata tidak mau membantunya, maka Naruto tidak akan mau meminta bantuan Hinata.

Terpaksa Hinata mengikuti kemauan Naruto, bagaimanapun dia ingin membantu calon Ibu Mertuanya agar cepat sembuh. Hinata memang meminjamkan uangnya kepada Naruto. Tetapi dia tidak pernah berharap Naruto akan mengembalikannya hutangnya. Dia ikhlas membantu Naruto.

Jam 13.00 Mereka langsung kembali kerumah Naruto menaiki mobil Hinata. Karena kejadian tadi, dari saat Naruto membayar uang pengobatan Kaa-sannya lalu sampai di rumah Naruto. Hinata selalu diam dan hanya bicara pada Naruto apa adanya saja. Jelas hal itu membuat kepala Khusina timbul sebuah pertanyaa. Sebnarnya ada apa dengan pasangan baru ini ?

Naruto lalu turun dari mobil Hinata dan langsung membuka pintu belakang membantu kedua Orang tuanya. Minato langsung turun sambil menggendong Khusina yang sedan sakit di belakang .

"Makasih Naruto" Ucap Minato saat sudah keluar dari dalam mobil.

Hinata yang melihat Minato dan Khusina dari dalam mobil menjadi iri. Sungguh pasangan yang sangat romantis, itulah yang ada di pikiran Hinata. Dia lalu melirik kearah Naruto. Apa dia bisa seperti itu dengan Naruto ?

Tiba-tiba saja Hinata teringat kejadian di rumah sakit tadi. Wajah nya langsung terasa panas. Namun kali ini masih bisa di kontrol oleh Hinata.
Hinata masih ingat jelas apa yang dilakukan Naruto saat itu. Yah.. Walaupun ada rasa kecewa saat kejadian tadi. Dia berfikir Naruto akan Menciumnya, Tapi Naruto ternyata hanya sedang menggodanya saja. Malah pakai mengajaknya ke toilet segala. Dia sekarang sedang kesal di campur malu.

Hinata lalu memegang telinga kirinya, setelah itu dia memejamkan kedua matanya sambil membayangkan kejadian tadi. Dia masih bisa dengan jelas merasakan sensasi geli saat Naruto meniup telinganya tadi.

Wajahnya semakin terasa panas. Hinata langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Agar bayang-bayang yang ada di kepalanya menghilang.

"Ayo mampir dulu di rumah Kaa-san Hinata-Chan" tawar Khusina kepada Hinata.

"Ah.. Tidak usah Ka-kaa-san. Hinata harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang harus Hinata lakukan. Maaf yah Kaa-san" Tolak Hinata halus.

"Yahh.. Yasudahlah... Tapi lain kali mampir yah di rumah Kaa-san. Kaa-san tunggu, Hinata-chan jangan sampai lupa" Kata Khusina lalu tersenyum lembut ke Hinata.

"Hu,um.. Kaa-san" Ucap Hinata sambil mengangguk dan membalas senyum Khusina.

"Terimakasih atas bantuanmu hari ini Hinata" Kata Naruto tiba-tiba sambil melihati Hinata dari luar jendela mobilnya, dan itu membuat Hinata sedikit terkejut.

"Y-ya Sa-sama-sama Naruto" Kata Hinata sambil mengalihkan pandangannya dari Naruto.

"A-ano.. Hinata pamit dulu Kaa-san, Tou-san. Aku pamit dulu.. Naruto"

"Hati-hati di jalan Hinata-Chan" Ucap Khusina sambil melambaikan tangannya pelan.

"Sekali lagi terimakasih Hinata-Chan" Kata Minato sambil mengangguk yang saat ini sedang menggendong Khusina.

Hinata hanya membalas Ucapan Khusina dan Minato dengan mengangguk. Hinata lalu langsung pergi dari situ, namun.. Tujuannya bukan kerumah. Tapi..

Konoha High School

Bagaimanapun juga, ia harus kembali ke KHS untuk mencaritahu siapa yang membuat Klubnya berantahkan begitu.

Ruang Taka

Brakkk!

Hinata langsung membuka pintu Ruang Taka dengan kasar. Semua yang ada di sana langsung mengalihkan perhatiannya kearah Hinata.

"Ada apa Hinata ? Bisa tidak kau membuka pintu itu dengan sedikit lembut ?" Tanya Sasuke yang saat ini duduk di singgah sananya dan di temani oleh Sakura yang berdiri di sampingnya.

"Hinata, kenapa kau kesini ? Apa terjadi sesuatu padamu ?" Tanya Neji dan langsung bangkit dari duduknya untuk mendekati Hinata.

"Tetap diam di tempatmu Nii-san. Atau aku tidak akan mau membantumu untuk mendekati Ten-Ten" Ucap Hinata tegas. Mendengar ancaman sang adik, Neji langsung kembali duduk. Dan itu membuat Sasuke, Gara, Kiba, dan yang lainnya menahan tawa mereka.

"Aku tidak ingin berbasa basi. Jadi langsung saja ke intinya.." Hinata menjeda kalimatnya lalu melihat anggota Taka satu persatu tanpa rasa takut sedikitpun.

Melihat teman mereka Hinata yang sepertinya tidak main-main dengan ucapannya kembali diam dan memasang wajah serius.

"Apa kalian..? Yang membuat Klubku sampai berantahkan seperti itu ?"

"Hah! Kau Menuduh Ka-"

"Diam!" Teriak Hinata memotong perkataan Ino yang mencoba untuk berkomentar.

"Aku hanya ingin mendengar jawaban kalian Ya atau Tidak.! Jika Iya berarti kalian ada musuhku. Aku tidak akan membiarkan siapapun yang mencoba untuk menjauhiku dengan Naruto"

"Namun jika kalian bilang tidak, lalu kalian ketahuan denganku kalau kalian berbohong. Aku tidak akan pernah memaafkan kalian. Aku tidak takut dengan kalian semua" Kata Hinata sambil menggenggam kedua tangannya.

"Tunggu dulu Hinata" Tahan Sasuke.

"Aku berani bersumpah. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Kita sudah membuat perjanjian bukan. Kau tau sendiri aku selalu memperlakukan semua murid dengan adil" Kata Sasuke mencoba untuk meyakinkan Hinata.

"Lalu siapa ? Apa kau Kiba ? 2 hari yang lalu, kau datang ke Klubku lalu kau malah di usir oleh Naruto. Aku tau itu pasti perbuatanmu, Kau pasti Kesal dengan Naruto ya Kan.. Mengaku Sajalah!" Tuduh Hinata sedikit berteriak.

Brakk!

Kiba langsung menggebrak mejanya. "Jangan asal menuduhku Hinata. Aku tidak akan melalukan Hal pengecut seperti itu.!" Teriak Kiba marah lalu langsung berdiri.

"Jika kau berani menyentuh Hinata sedikit saja. Aku akan menghajarmu Kiba" Ancam Neji memperingati Kiba.

"Ck.." Mendengar ucapan Neji Kiba kembali duduk.

"Dan lagi Hinata, jangan menuduh kami tanpa bukti seperti itu ? Dan lagi Aku ini Kakakmu. aku tidak mungkin melakukan hal sejahat itu padamu" Ucap Neji kepada Hinata.

"Lalu siapa yang telah mlakukan Itu Nii-san !?" Tanya Hinata sambil mengatur emosinya.

"Mungkin saja Akatsuki" Ucap Sakura yang saat ini memikirkan kemungkinan siapa yang telah menghancurkan Klub Hinata.

"Akatsuki ?"

"Ya.. Kelompok mereka terdiri dari anak-anak kelas 3A. Ketua Akatsuki adalah Yahiko dan di wakili oleh dua orang sahabatnya Nagato dan Conan. Kelompok mereka terkenal dengan kebrandalannya. Kami anggota Taka bahkan sangat sulit untuk menangkap anggota Akatsuki untuk memberikan sanksi kepada mereka" jelas Sakura panjang lebar.

"Jika kau mau kami akan membantumu, mencari tau siapa yang menghancurkan Klubmu" Tawar Sasuke.

"Tidak usah.. Aku masih belum mempercayai Kalian. Tapi terimakasih atas informasinya" Stelah mengucapkan itu, Hinata langsung pergi dari Ruang Taka.

Dia ingin pergi menemui Kelompok Akatsuki itu, Tapi itu sangat tidak mungkin. Dia berani menemui Kelompok Taka itu karena semua anggota Taka adalah temannya. Apa lagi di sana ada Kakaknya.

Beda dengan Akatsuki, dia tidak tau Kelompok Akatsuki ini bagaimana sifatnya. Sakura tadi bilang, kalau mereka terkenal dengan keberandalannya. Kalau itu benar, itu akan menjadi sangat berbahaya jika dia pergi kesana sendirian.

"Bagaimana ini ?" Pikir Hinata bingung.

3 Hari Kemudian
Kelas 2B 10:00

Naruto yang saat ini duduk di barisan paling belakang pojok kanan. Sedang menopang dagunya dengan tangan kanannya, sambil memperhatikan pelajaran yang di terangkan gurunya dengan malas.

Nama guru yang sedang mengajarnya saat ini adalah Ebisu. Percayalah pada Naruto, jika kelas kalian masuk seorang guru seperti Ebisu ini. Kalian pasti akan merasa bosan. Semua hal yang di jelaskan oleh guru yang satu ini, terasa sangat-sangat membosankan.

Naruto berada dikelas 2B, sedangkan Hinata di kelas 2A. Kelas yang paling terkenal, bukan hanya kepopuleran para siswanya. Tapi semua murid unggulan berada di kelas itu.

Bukannya Naruto juga murid unggulan ? Apalagi diakan juara 1 umum ? Lantas ? Kenapa Naruto tidak berada di kelas 2A ?

Naruto yang menolak pindah kelas. Tau karena apa ? Di kelas 2A semua murid-muridnya adalah golongan bangsawan. Apa jadinya dia kalau masuk ke kelas itu ? Dia hanya akan menjadi seonggok upil.

Oh Ayolah.. Bagaimana perasaan kalian di saat kalian berdiri di tengah-tengah, lalu di kelilingi oleh orang-orang kaya ?

Tapi apa bedanya dengan kelas 2B ? Tentu beda, di kelas 2B murid-muridnya memang kaya-kaya juga. Tapi masih di dalam golongan Orang kaya biasa. Dan bukan di dalam golongan Bangsawan.

Hanya berada di kelas 2B yang di kelilingi golongan orang-orang kaya biasa saja, sudah membuat Naruto stress. Apa lagi di kelilingi oleh orang-orang golongan bangsawan.

Bayangi, seberapa muaknya Naruto yang setiap hari melihat mereka memamerkan barang-barang baru mereka. Menghabiskan uang orang tua mereka seenak jidat mereka. Membeli Hp baru, jam baru, motor baru, mobil baru, semuanya serba baru.

Jujur Naruto sedikit iri dengan kekayaan mereka. Siapa yang tidak ingin menjadi kaya coba ?

Tapi jika Naruto menjadi kaya mendadak, dia akan memilih untuk menyumbangkan uangnya ke Panti Asuhan. Atau ke orang-orang yang kurang mampu lainnya. Dari pada menghamburkan uangnya untuk hal-hak yang tidak perlu.

Kenapa ?

Karena dia tau, bagaimana rasanya menjadi orang susah.

Beberapa menit lagi jam pelajaran berakhir . Dan Naruto sudah sangat menantikan-nantikan hal ini untuk tidur di Klub Relawan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi.."

Semua yang ada di dalam kelas 2B langsung melihat ke arah pintu yang diketuk oleh seseorang. Kecuali Naruto yang saat ini sedang menggambar Ken Kaneki di bukunya.

"Silahkan" Ujar Ebisu sambil melihati kagum seorang siswi yang mengetuk pintu tadi.

Bisik-bisik kagum mulai terdengar saat siswa dan siswi kelas 2B mulai menyadari siapa yang datang ke kelas mereka.

"Maaf mengganggu.. Apa Namikaze Naruto ada ?"

Naruto yang merasa namanya di panggil langsung melihat ke depan kelas. Rambut pink panjang sepunggung, hidung mancung, mata emerald, kulit putih, dan tinggi standart untuk wanita lainnya. Minesnya, hanya dadanya yang rata seperti papan cucian.

Ya, Naruto mengenal dia. Dia adalah Haruno Sakura, salah satu siswi terpopuler selain Hinata. Juga salah satu Anggota Taka, lebih tepatnya..

Asisten pribadi Uchiha Sasuke.

'Kenapa wanita jidat lebar ini mencariku ? Seingatku, Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Apa lagi mau si Uchiha itu' pikir Naruto sambil melihati Sakura.

"Kenapa ?" Tanya Naruto singkat dengan muka datarnya.

"Ikut aku, Sasuke-kun mencarimu"

"hahaha... Pasti dia mau di kasih hukuman" tawa siswa sekelas Naruto.

"Mungkin dia mau di skors karna melakukan kesalahan"

"Senangnya hatiku melihat si miskin itu di hukum. hihihi~" bisik-bisik dan tawa siswi sekelas Naruto.

Bisik-bisik demi bisik-bisik mulai terdengar di telinga Naruto lagi, lagi, dan lagi.

Mendadak kelas menjadi gaduh. Yah.. Naruto sudah terbiasa akan hal ini.

"Naruto.. Cepatlah ikut Sakura.." Ebisu menjeda kalimatnya.

Bukan hanya pelajaran yang di jelaskannya saja yang sangat membosankan. Satu hal lagi yang sangat Naruto tidak sukai dari guru yang satu ini.

Yaitu..

"Aku akan sangat sedih jika mereka memanggilmu karena ingin mengeluarkanmu Naruto"

Sifatnya yang membuat Naruto ingin muntah. Dia benar-benar sangat memuakan, menjijikan, dan sangat munafik. Bahkan lebih parah dari murid-murid yang lainnya.

Dia..

Dan kata-katanya..

Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang saat ini sedang tersenyum mengejek kearah Naruto.

"Cih.." decih Naruto tidak suka.

Persetan dengan mereka semua. Naruto langsung memasukan buku dan penanya ke dalam tas. Lalu langsung berjalan pergi keluar kelas melewati Sakura, tanpa mengucapkan apapun.

"Permisi" Ucap Sakura sambil tersenyum, lalu langsung pergi menyusul Naruto.

"Kyaaaa..! Dia sangat cantik"
"Dia sangat sempurna.. Aku iri dengannya. Kyaa.!" Teriak para siswi saat Sakura sudah pergi

"Jadilah Istriku Sakura-Chann!"
"Oh.. Bidadariku.!"
Teriakan-teriakan para siswa pun juga mulai kedengaran.

Di Koridor Sekolah.

Naruto dan Sakura berjalan menyusuri koridor dengan heningnya. Sakura masih berjalan di belakang Naruto sambil memeluk bukunya.

Saat Naruto ingin berbelok ke ruangang Taka. Sakura langsung menghentikannya dengan cepat.

"Bukan kesitu!" Kata Sakura sedikit kuat.

Mendengar perkataan Sakura, Naruto langsung menghentikan langkahnya.
"Jadi ?" Tanya Naruto datar.

Naruto bahkan lebih-lebih datar dari Sasuke. Itulah yang saat ini ada dipikiran Sakura. "Kita ke Klub Relawan. Sasuke-kun, dan Hinata-chan sudah menunggumu di sana" jelas Sakura.

"Ck.." Ucap Naruto sambil lanjut berjalan menuju keruangan Klub Relawan di ujung koridor.

Klub Relawan

Naruto langsung masuk ke dalam Klub Relawan tanpa mengetuk pintu dahulu.

Saat dia masuk hal yang pertama di lihatnya adalah Sasuke yang saat ini sedang menatapnya sambil memasang senyum palsunya.

"Akhirnya datang juga. Apa kabarmu Naruto ?" Tanya Sasuke sambil tersenyum ramah ke Naruto.

"Jangan sok akrab denganku Pantat Ayam" Ucap Naruto sambil berjalan kesofa dan langsung duduk di samping kanan Hinata.

"Cih.. Kau tidak bisa di ajak bercanda ya" Decih Sasuke tidak suka sambil tersenyum.

"Permisi~" Kata Sakura yang baru sampai di Klub Relawan dan langsung duduk di samping Sasuke.

Hinata agak bergeser ke kiri karena Naruto yang saat ini duduk di sampingnya.

Naruto yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pelan. Sudah 3 hari seperti ini terus. Dia tau Hinata menjaga jarak darinya karena kata-kata Naruto kemarin saat di rumah sakit.

Pasti Hinata mengira sekarang kalau Naruto adalah laki-laki mesum yang berbahaya ?

Ayolah Naruto.. Jangan berfikiran yang tidak-tidak. Hinata menjaga jarak itu karena dia masih malu denganmu gara-gara kejadian waktu itu.

"Jadi ?" Tanya Naruto Naruto membuka pembicaraan.

"Sakura jelaskan" Suruh Sasuke yang saat ini sedang meniup teh nya.

"Hahh.. Baiklah.. Tapi stelah ini aku ingin mendapatkan hadiah darimu" Kata Sakura sambil melihat Sasuke.

"Jelaskan saja dulu Sayangg.." Ujar Sasuke lagi.

Blushh.. Mendengar panggilan Sayang yang keluar dari mulut Sasuke membuat pipi Sakura menjadi merona merah.

"Ja-jadi gini.. Tujuan kami datang kemari untuk meminta bantuan kalian" Jelas Sakura sambil melihat ke arah Naruto dan Hinata.

"Klub Relawan di buat karna bertujuan untuk membantu para siswa/siswi yang kesulitan bukan. Karena itu kami mempunyai permintaan-"

"Sebentar" Potong Naruto cepat

"Ini tidak ada hubungannya denganku. Jelaskan saja itu pada Hinata" Kata Naruto sambil berdiri dari sofanya dan berjalan ke pojok ruang untuk bermain komputer.

"Apa ? Bukannya Kau juga anggota Klub ini ? Seharusnya ini juga ada hubungannya denganmu ?" Tanya Sakura.

"Aku memang anggota Klub Relawan. Tapi.. Aku bebas ingin melakukan apapun di klub ini. Termasuk untuk tidak mengikuti kegiatan Klub ini" Jelas Naruto panjang lebar.

Hinata tau maksud Naruto apa. Jadi dia sama sekali tidak akan protes dengan Naruto.

"Apa maksudnya itu Hinata !? Diakan anggota Klubmu ? Dan Kau ketuanya kan !?" Tanya Sakura tidak suka dengan sikap Naruto.

"Lanjutkan saja Sakura, Tidak usah perdulikan Naruto. Dan lagi ini keinginanku sendiri" Ucap Hinata menginstrupsi Sakura.

"Jadi ?" Tanya Hinata sambil memperhatikan Naruto yang saat ini bermain komputer.

"Saat aku masuk ke Ruangan Taka tadi pagi. Aku melihat kaca jendela kami pecah. Dan Aku menemukan batu ini di sana" Kata Sasuke sambil meletakan batu sebesar bola kasti di atas meja.

"Bagaimana mungkin ? Siapa yang berani melakukan hal itu ?" Tanya Hinata tidak percaya. Orang bodoh mana yang berani bermain-main dengan Taka ?

Naruto yang mendengarkan penjelasan Sasuke dari jauh memasang telinganya lebar-lebar. Siapa tau cerita Sasuke ada hubunngannya dengan kerusakan Klub Relawan.

"Entahlah Hinata. Tapi yang anehnya. Dua hari yg lalu Ruang Kepsek kaca jendelanya pecah. Dan kemarin, Ruang Tata usaha dan Ruang Perpustakaan kaca Jendelannya pun ikut pecah ". Jawab Sakura

"Jika pelakunya tidak tertangkap bisa-bisa dia menjadi merajalela. Kepsek kita Tsunade-sama sudah memberikan perintah kepada kami untuk mencari tau siapa yang telah melakukan hal itu. Lalu memberikan sanksi yang sebesar-besarnya" Jelas Sakura lagi.

Hinata masih tidak percaya dengan omongan Sakura. Orang bodoh manayang berani main-main dengan Kepala Sekolah mereka. Tsunade Senju.

Dan lagi itu tugas mereka a.k.a Taka yang notabenennya adalah Anggota Osis.

"Jadi kau meminta bantuan Klub Relawan untuk mencari siapa Pelakunya ?" Tanya Hinata dan di jawab dengan Anggukan oleh Sakura.

"Jangan bercanda.. Aku tidak mau, itukan tugas kalian ? Aku saja bahkan belum tau siapa pelaku yang menghancurkan ruang Klubku. Dan lagi apa yang bisa kita cari kalau petunjuknya hanya batu ini ?" Kata Hinata sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Karena itu kami membutuhkan bantuanmu. Sudah dua hari kami mencari pelakunya. Tapi kami belum menemukan petunjuk apapun selain batu ini. Kami sama sekali tidak mengalami kemajuan. Tolong bantu kami!" Kata Sakura sedikit kuat

Tapi Hinata tetap diam dan tidak berkata apapun.

"Apa kau tidak berfikir kalau orang yang mengghanncurkan Klubmu, dan pelaku pemecahan kaca jendela ini adalah orang yang sama Hinata ? Bukannya ada kemungkinan kalau pelakunya sama ?" Tanya Sasuke mengambil kesimpulan saat melihat jendela baru Klub Relawan.

Hinata memikirkan perkataan Sasuke, Dan dia memang ada benarnya. Di saat ruang Klub Hinata berantahkan, jendela kacanya juga pecah. Ah.. Kenapa dia bisa lupa.

"Naruto ?" Panggil Hinata sambil melihat kearah Naruto juga di ikuti oleh Sasuke dan Sakura.

Bagaimana pun juga mereka bertiga penasaran dengan apa yang ada di pikiran si Kuning itu.

Namun Naruto saat ini sedang memakai Headset kesayangnnya yang terhubung dengan HPnya. Naruto juga masih fokus browsingan di Komputer Hinata.

Melihat Naruto yang tidak pedulian dengan semua itu dan tidak dengar dengan panggilan Hinata karena mendengarkan lagu. Membuat Hinata menghela nafasnya kasar.

"Hahhh.. Baiklah. Aku akan membantu kalian sendirian"

Dan sumpah..
Kalau Headset yang di pakai Naruto hanyalah sebuah tipuan. Agar mereka berfikir kalau Naruto tidak mendengar pembicaraan mereka, karena Naruto lagi mendengarkan lagu.

Tapi ketahuilah.. kalau saat ini, Naruto sama sekali tidak mendengarkan lagu apapun dari HPnya.

Dan bermain komputer itu..

Juga hanya sebagian Akting dari seorang Namikaze Naruto..

To Be Continue


Hahhh.. 5000+ Kata slesai juga. Word terbanyak yang pernah ku buat.

Gimana Chapter kali ini ? Gomen kalau hancur.

Jangan lupa komentar kritik dan sarannya ya..!

Kasih Author Semangatt..! Untuk Silent Readers, review hruf A aja pun gak masalah. jgn malas-malas yah.. xv

Gomen klw bnyak kata" yang typo, slah ktik, yang menyinggung perasaan para pembaca, atau yang tidak pada tempatnya.

Sampai ketemu di Next Chapter..

Jaa Ne~

Review & Review

Next Chap Bkal Lama Updatenya. Di Karenakan Kesibukan Author Di Duta.

Kazu-Sensei
Out
#Author_Newbie