Title : Storyteller

Disclaimer : Dragon Nest bukan punya saya.

Character :

Xernel - Cleric

Yukishirota - Archer

--

"Pemuda itu sudah melakukan tugasnya dengan baik. Naga besar itu sudah dikalahkan dan penduduk kota dapat beristirahat dengan tenang.

Tubuhnya juga terasa ingin 'beristirahat'. Namun otaknya memaksa jantung memompa darah lebih banyak agar dapat berlari..- tidak. Sekedar bergerak saja sudah cukup. Ia tahu ia tak punya waktu banyak. Ia harus.. entah bagaimana- berjalan lebih cepat agar bisa sampai disana. Namun dengan kondisi seperti ini, ia tak punya pilihan selain berjalan terseok2, pelan dan tidak pasti, hanya bisa berharap.

Pemuda itu berhasil memasuki portal, kembali ke kota yang ia cintai. Tubuhnya banjir darah dan keringat mengucur menahan sakit tiap kali kakinya bergerak. Banyak orang disana, namun tak ada yang menghampiri. Mereka semua menjauh, seolah habis melihat monster. Anak2 yang berhati malaikat bertanya pada orang tua mereka dan membujuk agar membantu pemuda malang itu. Namun sang ayah malah menghardik dan ibunya membalik badan si kecil, mengajaknya pergi dan tidak mempedulikan pemuda malang itu.

Sungguh sedih memang, mengingat jasa yang telah dibuatnya. Tapi sang pemuda terlalu lelah untuk peduli. Untunglah kerumunan ramai itu menyingkir, sehingga ia tak perlu berjalan desak2an. Tempat tujuannya sudah terlihat, namun ia tahu jaraknya masih sangat jauh. Sebuah tempat di bagian barat istana.

BRUK

Tak kuat lagi, tubuhnya jatuh ke lantai. Napasnya menderu, air mata putus asa dan menahan sakit tak dapat dibendung lagi. Tangannya mengepal, memukul lantai batu itu, melampiaskan kekesalan.

Kepala sang pemuda menengadah, mendapati dirinya ada di kursi panjang di belakang portal. Tempat tujuan itu masih jauh. Kakinya sudah mati rasa, tidak ada lagi harapan untuk sampai kesana. Merangkak bukan lagi jadi pilihan karena itu berarti ia harus lompat dari ketinggian 10 meter lebih dari tempatnya berada sekarang.

Sekali lagi ia menengok ke arah kursi, dan sialnya tak ada orang disana. Teman-teman dan orang yang dikenalnya tak terliht di pandangannya yang mulai memburam. Apalagi gadis itu. Ia pasti ada di bagian barat istana, mungkin tidak tahu bahwa sang pemuda sudah menyelesaikan misi.

Tapi ia sudah berjanji akan pulang dengan selamat.

Seperti quest board, pekerjaan tak akan dianggap selesai kalau belum dikonfirmasi ke pemilik quest. Jadi tugasnya belum selesai.

Pemuda itu berteriak dengan suaranya yang serak. Frustasi, kecewa, dan begitu terluka. Napasnya kian menderu hingga kesadarannya mulai menghilang.

Sepertinya kali ini ia tak bisa menepati janji,"

Archer Yukishirota yang mendengar cerita panjang itu mendecih kesal sambil menyenderkan punggungnya di kursi di belakang portal, markas baru guild mereka. "Kau membuat tempat ini terdengar angker."

"Hehe.. Maafkan aku," Cleric Xernel tersenyum usil sambil menatap langit senja yang indah. "Tapi semua kemungkinan bisa terjadi. Jadi yaa, kenapa tidak?" Candanya, ingin membuat gadis itu menggembungkan pipi atau ketakutan karena fantasinya sendiri. Benar2 menggemaskan.

Namun siapa sangka Yuki malah menjawab dengan tenang. "Bodoh. Mana mungkin kau pergi misi tanpa mengajakku? Kau kan lemah," katanya meledek balik. "Lagipula aku tidak selemah itu. Jadi aku bisa melindungi diri sendiri dan ka-.."

Ucapannya terputus, sang cleric yang dapat menebak kelanjutan kalimatnya itu cukup terkejut dan menatap elf yang memalingkan wajah merah merona.

Xernel tersenyum lebar dan mendekatkan wajahnya ke pipi sang gadis. "Ini lebih menggemaskan,"