Chapter 1: Lecture 0
Seorang pria yang dulunya disebut agen terkuat di dunia akhirnya menjadi guru setelah pensiun, untuk melatih generasi agen baru. Setelah bertahun-tahun melatih murid-muridnya, dia terbunuh pada usia 30 tahun oleh tipu muslihat organisasi rahasia dan bereinkarnasi di dunia lain dengan kenangannya utuh.
Meski ia kaget dengan keberadaan sihir dan spesies aneh di dunia itu, ia dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisinya sebagai bayi baru lahir dan memanfaatkannya. Dia memperoleh keajaiban khusus dan mendapatkan sejumlah besar kekuatan berkat disiplinnya yang ketat, untuk mencapai tujuannya: Melanjutkan karirnya sebagai guru yang dia tinggalkan setengah jalan di kehidupan sebelumnya.
Inilah kisah seorang pria, yang, berdasarkan kenangan dan pengalaman kehidupan sebelumnya, menjadi seorang guru yang berkeliling dunia dengan murid-muridnya.
Prolog.
Arc 0: Kebangkitan
DI sebuah Negara kecil. Peperangan antar bangsa selalu membuat negara tak berdaya menjadi tertindas. Sebuah ruangan besar yang dulunya memiliki nilai seni tinggi yang terbuat dari marmer dan berbagai ornamen mahal. Gedung yang sebesar istana kenegaraan berbah menjadi sebuah kekacauan yang tiada bandingannya.
Darah, mayat, tembakan, puing-puing, dan semua kekacauan sekarang terjadi di gedung itu. Dari berbagai macam tumpukan mayat hanya seorang pria bersetelan hitam.
Pria itu berusaha bangkit setelah ia sadar akibat sebuah benturan menghantam dirinya. Dengan tubuh penuh luka ia akhirnya terjatuh kembali dengan tubuh gontai. Karena banyaknya luka di tubuhnya yang pria itu terima. Ia hanya bisa bersandar di pilar gedung yang sudah menjai puing-puing.
Sambil memandang pemandangan dimana banyak yang mati pria itu bernafas dengan muntah darah lalu ia memegang luka robekan di perutnya yang cukup lebar. "uagh!" sekali lagi ia termuntah darah.
Mata abu-abu menatap semua kejadian ini diikuti hembusan angin pelan meniup rambut hitamnya.
Sebuah perangkat komunikator kecil di telinga kirinya mulai berbunyi membuat pria itu tersadar dari pingsan sejenak. {... statis... ke... statis... kepada... kepada pasukan yang masih ada. Apa kau bisa mendengarku}
"ya... disini elang. Aku bisa mendengarmu. Over" pria itu kemudian batuk darah kembali setelah ia berbicara.
[Elang! Laporkan situasi!]
Pria yang bernama kode elang hanya menghela nafas saat menyaksikan seluruh situasi di sekelilingnya. "Kami berantakan. Aku gagal. Over"
[Apa...statis... kode elang. Berikan laporan lengkap]
"Target Bravo berhasil dibunuh (sfx batuk) aku gagal membunuh target Alpha" mata pria itu mulai memburam saat darah dari lukanya semakin banyak yang keluar bahkan pria itu tidak mendapat bantuan medis.
Saat mata pria itu menatap tubuhnya ia melihat luka peluru menembus kaki dan bahu kirinya serta luka tebasan di perutnya terbuka lebar. Pria itu tertawa sedikit dan mulai menerawang kembali ke masa lalu yang cukup menyenangkan.
Tangan mulai kaku dan tubuh mulai lemah. Satu hal yang terpikirkan di pikiran pria ini. Yaitu ia sedang terluka parah dan dalam kondisi sekarat.
Dengan tangan kanan yang masih dapat di gerakkan. Dia mengambil sebuah detonator remot dari dalam saku jasnya yang berlumuran darah dan penuh sobekan. Detonator C4 yang sudah terpasang C4 bom di seluruh gedung.
"Disini Elang. Aku akan meledakkan lokasi. Segera Evakuasi. Aku ulangi (batuk) segera evakuasi"
[Elang. Apa yang kau lakukan! Jangan menyerah terlalu cepat. Jemputan akan segera tiba!]
Disisi lain suara transmisi yang datang sudah berisik akibat statis. Memikirkan resiko bom akan meledak akibat gelombang radio. Pria itu menonaktifkan komunikator miliknya dan dengan mata setengah terbuka ia masih melirik lautan api mengelilingi dirinya dengan puluhan mayat mengepung dan akhirnya terbakar dalam api yang membesar.
"""Sensei-!""".
Suara berkelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan muda terdengar di telinga pria yang setengah tertutup mata.
Saat ia melihat kumpulan anak-anak muda itu. Ternyata ia mengenali mereka. Mereka adalah Murid-Murid yang belajar di dunia agen. Saat ia melihat ternyata itu hanya halusinasi ia kembali menutup mata.
Ternyata dirinya salah. Itu suara komunikator miliknya yang ternyata masih aktif yang entah kenapa ia yakin sudah menonaktifkan komunikator.
[Sensei, kami mohon jangan menyerah!]
[Kami akan segera tiba, komohon tunggu!]
[Kau sudah berjanji untuk mengajari kami banyak hal lagi!]
Suara mohon murid-muridnya sudah cukup membuat pria itu tersenyum. Berusaha mengumpulkan tenaga dan membuat sebuah perintah terakhir yang bisa di lakukan seorang guru yang sangat menyayangi murid-muridnya.
"Semua perhatikan!" pria itu menaikkan suara melalui komunikator.
[Ya Sensei!] jawaban serentak para murid-murid muda sudah cukup membuat pria itu yakin jika perintah ini akan menjadi pelajaran bagi mereka.
"Dengar apa yang akan aku katakan. Kalian pasti ingat sewaktu dalam kelas apa aturan Nomor 1. Bukan"
Tanpa ada balasan melainkan kesenyapan Pria itu kemudian membentuk ekspresi wajah serius. "Ingat! Jangan pernah berhenti dan terus melangkah maju!" pria itu mengatakan dengan semangat terukir di wajahnya.
Mereka semua menjawab terbata-bata bahkan ada yang menangis terdengar di komunikator pria itu. Namun dirinya hanya tersenyum pasrah sambil melihat dimana api semakin membesar dan sangat mustahil jika dirinya bisa di selamatkan dalam kondisi seperti ini.
"Dengar. Kalian apapun itu harus hidup. Miliki kepercayaan diri kalian sendiri dan melangkah maju apapun itu. Aku sudah terlalu tua untuk melanjutkan dan menyesali segala kesalahan ku. Tapi kalian masih memiliki masa depan yang cerah"
[SENSEI!] murid-muridnya masih memanggil nama guru mereka yang tertinggal di dalam gedung dengan api semakin membesar.
[Dengar murid-murid ku. Mulai sekarang, serahkan semuanya padaku]
Pria itu menjawab dan jawaban terakhirnya membuat banyak muda-mudi yang menjadi murid-muirdnya menyaksikan dalamn tangis dari kejauhan gedung yang terbakar habis.
Pria itu telah kehilangan terlalu banyak darah, matanya tidak bisa melihat dan pikirannya menjadi pingsan. Bahkan dengan hasilnya begini, rencananya itu sukses.
Saya telah mempercayakannya dengan semua yang saya miliki. Hanya pekerjaan terakhir ini yang tersisa Dengan kekuatan yang tersisa, pria itu menekan tombolnya.
Ledakan hebat diikuti angin kencang dan api membara meratakan gedung besar. Bahkan murid-murid dari kejauhan hanya memandang dalam tangisan hebat. Hari dimana pria yang menjadi guru mereka telah...
Dari ledakan itu. Sang pria ikut hancur dan tanpa meninggalkan sisa. Ia tewas tenpa penyesalan dan ini adalah yang sebenarnya diinginkan dirinya.
Pria itu akan di kenal sebagai Pria terkuat dan Guru terhebat sepanjang sejarah hidupnya...