Siapa itu Kim Namjoon?

Dia adalah pimpinan muda, calon CEO RM corp, perusahaan ayahnya sendiri. Ingin yang lebih? Dia seorang jenius dengan IQ-nya yang mencapai angka 148. Dia juga pernah masuk dalam 1,3% siswa dengan nilai paling atas di ujian uji coba sekolah menengah atas. Oh, juga masuk 1% siswa paling pintar di Korea.

Dia kaya.

Dia, ekhm.. tampan.

Dia, ekhm.. seksi.

Apa yang kurang darinya?

Bagi orang yang mengenalnya seperti dua orang yang baru bertemu lalu berbincang, mungkin jawabannya adalah tidak ada. Lihat saja profilnya, begitu sempurna tanpa cacat. Yah.. setidaknya itu tampak luarnya, bukan tampak dalamnya.. bagi Seokjin.

Kim Seokjin, seorang wanita dengan kecantikan luar dalam dan bertangan handal yang melengkapi hidup Namjoon yang sebenarnya.. sedikit berantakan. Bukan, itu bukan berantakan seperti peminum, atau dikejar hutang, atau pencari masalah.. bukan, Namjoon sangat jauh dari itu. Yang dimaksud dengan berantakan ini kurang lebih seperti.. kamar yang belum dibersihkan selama sebulan.

Kenapa?

Namjoon itu ceroboh semuanya.

Di balik wajah tampan, otak cemerlang, kaya, dan hal luar biasa lainnya, Namjoon sangat.. sangat.. sangat.. ceroboh, bertangan penghancur. Boleh Seokjin bercerita tentang betapa repotnya dia pada suatu pagi ketika Namjoon, yang walau kesadarannya belum terkumpul semua, seenaknya melangkahkan kakinya dan membuat tiga guci pecah dalam satu gerakan?

Seokjin yang mengurus sarapan karena dia meliburkan pelayan mereka selama sebulan, harus dibuat kewalahan mengurusi pecahan tiga guci sekaligus. Bahkan Namjoon tidak bergerak membantunya karena entahlah.. takut dimarahi mungkin?

Haha, Seokjin, memarahi Namjoon? Hal yang paling mustahil bagi Seokjin.

Kembali pada cerita Seokjin.

Namjoon tidak bergerak membantu Seokjin.., sampai istrinya itu meringis ketika telapak tangannya tergores oleh banyak pecahan halus. Namjoon langsung bergerak untuk menarik Seokjin sejauh mungkin dari area pecahan dan mengobati telapak tangan istrinya diiringi dengan omelan Namjoon tentang betapa pentingnya berhati-hati.

Bisakah seseorang memberikan cermin untuk Namjoon?

Walau sedikit kesal dengan Namjoon yang tidak sadar bahwa pria itu bahkan lebih parah darinya, Seokjin meng'iya'kan semua omelan Namjoon dengan senyum tipis sebagai pelengkap. Seokjin tahu Namjoon hanya terlalu khawatir.

Itu baru satu kejadian. Ada suatu saat di mana Seokjin harus pergi keluar kota untuk melakukan pemeriksaan pada toko rotinya dan Namjoon tidak bisa ikut karena tuntutan pekerjaannya. Tidak ada pelayan, kejadiannya hanya berjarak satu minggu dengan kejadian tiga guci itu. Awalnya Seokjin pikir semuanya akan baik-baik saja karena dia sudah menuliskan hal yang tidak boleh dilakukan dan harus dilakukan pada empat lembar kertas A4. Tapi perkiraannya benar-benar melenceng jauh.

Karena ketika Seokjin sampai di rumah dan membuka pintu.., pecahan guci menyapanya, debu yang mungkin Namjoon lupakan di dekat rak sepatu setelah menyapu berserakan, dan lampu yang tergeletak dengan mengenaskan. Itu baru kekacauan yang menyapa Seokjin di ruang depan, belum dengan kekacauan di dapur, kamar tidur, kamar mandi, halaman belakang, tapi syukurlah tidak terjadi apa-apa dengan kolam renang. Tentu itu semua menghasilkan pertanyaan di kepala Seokjin, "Apa yang kau lakukan selama tiga hari kutinggal, Joon?"

Dan dengan senyuman kikuk Namjoon menjawab,

"Gucinya tidak sengaja kusenggol ketika baru bangun tidur."

Seokjin menghela nafasnya.

"Aku lupa membuang debu itu."

Seokjin mengurut batang hidungnya.

"Pancinya tidak sengaja kujatuhkan ketika sedang berada di dapur, jadi.. 'sedikit' rusak."

Seokjin ingin sekali berteriak. Panci di rumahnya adalah panci berkualitas bagus, bagaimana bisa rusak begitu saja setelah jatuh sekali? Suaminya memang benar-benar tangan penghancur. Tapi jika Seokjin terus mengeluh, bahkan sampai kiamat pun rumahnya tidak akan bersih. Jadi tanpa bantuan Namjoon-Seokjin tidak mau hal yang lebih parah terjadi-, Seokjin membersihkan semua kekacauan yang Namjoon buat. Acara membersihkan rumah itu berjalan kurang lebih tiga jam dan berakhir dengan Namjoon membawa Seokjin ke dokter THT karena istrinya itu menghirup terlalu banyak debu.

Salah siapa, huh?

Kalian mungkin akan berpikir.. bagaimana jika Namjoon pergi ke toko perabotan? Lalu berada di area penuh dengan benda berbahaya seperti kaca, pisau.. yah, Seokjin akan menjawab, dia selalu menggenggam tangan Namjoon dengan erat ketika mereka pergi ke tempat-tempat seperti itu. Jadi Namjoon tidak akan berkeliaran, senggol sana-sini, dan berakhir dengan pria itu menandatangani cek untuk biaya barang rusak.

Tapi sebenarnya Seokjin ingin Namjoon terus mempertahankan sifat ceroboh dan penghancurnya itu. Karena jika diperhatikan, setiap kekacauan yang Namjoon buat menghasilkan momen-momen manis pada akhirnya. Jika telapak tangan Seokjin tidak terluka karena pecahan tiga guci itu, momen mengobati itu tidak akan terjadi.

Jika Seokjin tidak menghabiskan tiga jam membersihkan rumahnya yang kacau, momen Namjoon membawanya ke rumah sakit tidak akan terjadi. Oh, Seokjin ingin memberikan tambahan untuk ini. Namjoon memeluknya yang menangis dengan erat di mobil. Hidungnya gatal tapi tidak bisa bersin hingga dia menangis seperti bayi. Kejadian itu diiringi mulut Namjoon yang terus mengatakan,

"Maaf, jika saja aku tidak ceroboh."

"Bertahan lah, sebentar lagi kita sampai sayang."

"Supir Kang, bisa putar lagu kesukaan Seokjin? Kurasa itu akan membantunya untuk tidak menangis."

-Seokjin hanya bermasalah dengan hidungnya, bukan melahirkan-

Namjoon itu pria sibuk, maka dari itu Seokjin selalu menyukai momen di mana Namjoon melakukan hal-hal manis walau hasil dari kekacauan, kecerobohan tangan penghancur Namjoon. Bagi Seokjin, tangan penghancur Namjoon sama sekali tidak masalah untuknya, karena Seokjin tahu, walau mungkin Namjoon akan menghancurkan semua benda di dunia, pria itu tidak akan pernah menghancurkan hatinya.

END

Hai! Makasih udah baca :) Kalau merasa ada yang kurang, boleh sarannya :) Have a nice day! Peace