Hotel. Adalah sebuah tempat penginapan yang biasa di huni oleh beberapa orang yang berasal dari daerah yang jauh. Mereka menyewa kamar hotel untuk beristirahat. Hotel sendiri selain menyediakan kamar yang nyaman, mereka juga menyediakan beberapa fasilitas lain seperti kolam renang, ruang olahraga, dan beberapa fasilitas lainnya.
Namun, apa jadinya bila hotel yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman di jadikan sebagai tempat untuk penangkap para buronan bersenjata?
.
.
.
.
THE BODYGUARD FROM CINA
Main cast:
Lai Guanlin, Yoo Seonho, and other.
Disclaimer:
This is parody of 'The Bodyguard from Beijing'
Semua karakter bukan punya saya. Hanya meminjam beberapa untuk kelancaran fanfik ini.
WARN! YAOI, OOC, TYPO, PARODY
I hope you enjoy this story~
.
.
.
.
"Bukankah sudah kubilang agar tidak terjadi kericuhan di hotel?! KENAPA MALAH TERJADI KERICUHAN?!" Wen Junhui, pimpinan para militer Cina yang sedang marah besar. Meluapkan seluruh emosi ketika misi yang mereka jalankan tidak sesuai dengan rencana.
Para tentara hanya bisa diam. Menyaksikan kembali video yang terekam oleh CCTV hotel ketika penangkapan buronan yang berakhir dengan ricuh. Banyak korban yang berjatuhan, dan ledakan mobil yang membuat pengunjung hotel lainnya lari terbirit-birit.
Junhui berjalan, menghampiri salah satu tentara asuhannya. Matanya tajam, setajam mata elang. Bola mata berwarna hitam itu terlihat tetap tenang. Menatap lurus kedepan. Rambut hitam yang disisir rapih dengan raut wajah yang datar sedatar papan catur.
Pria bermarga Wen menatap intens tentara dihadapannya. "Kau, Lai Guanlin. Kenapa kau malah membunuh tersangka buronan dan malah menyelamatkan seorang kakek-kakek tua?!"
Pria yang disebut Lai Guanlin menghentakkan kakinya. Berusaha tenang didepan sang atasan, "Aku hanya menjalankan tugasku."
Junhui berteriak di depan wajah Guanlin, "APANYA YANG MENJALANKAN TUGAS?! KAU MEMBUNUH TARGET KITA! KAU MEMBUNUH BURONAN ITU!"
Dengan wajah tenang Guanlin kembali membalas ucapan sang atasan. "Prinsipku adalah, melindungi yang harus di lindungi dan membunuh yang pantas untuk dibunuh."
Sang atasan hanya bisa mengusap rambut hitamnya. Tentara yang satu ini memang sangat keras kepala.
TOK TOK
Suara ketukan terdengar. Junhui segera membuka pintu.
"Ah, komandan Wu Yifan." ucap Junhui hormat. Yifan tersenyum, "Kudengar kericuhan di hotel kemarin berasal dari salah satu tentara asuhanmu."
Pria berumur sekitar 30-an itu hanya menghembuskan nafas pasrah. Siap-siap jika sang komandan akan memarahinya. "Ya."
"Siapa nama tentara itu? Dan dimana orangnya?" tanya Yifan.
"Namanya Lai Guanlin. Orangnya ada disana." ucap Junhui sambil menunjuk Guanlin yang masih siap siaga berdiri tenang sambil menatap ke depan.
Yifan menatap Guanlin lekat-lekat. Mulai dari tinggi badannya. Mata hitam yang sangat tajam seperti belati. Bibirnya yang melengkung kebawah dan bahunya yang lebar. Sang komandan mulai mengeluarkan suaranya.
"Lai Guanlin, bisa ikut denganku sebentar?" tanya Yifan.
Pemuda bersurai undercut itu menatap tajam sang komandan, "Baiklah."
.
.
.
.
"Aku tak menyangka kau akan se nekat itu." ucap Yifan. Kaki panjangnya menginjak rerumputan hijau yang berada di depan kantor para tentara.
Guanlin hanya diam sambil berjalan. Mengikuti langkah sang komandan. "Aku hanya memegang teguh prinsipku."
Pria berwajah tampan itu menatap tentara yang lebih pendek darinya, "Melindungi apa yang pantas dilindungi. Dan membunuh apa yang pantas untuk dibunuh."
Tentara bermata tajam itu kembali bungkam. Bahkan sang komandan sudah tahu apa prinsipnya.
"Guanlin."
Yifan menghentikan langkahnya. Badan tegapnya menghadap kearah Guanlin. "Aku ada suatu misi untukmu."
"Kau lihat pria berjas hitam yang sedang bersalaman dengan beberapa petinggi militer itu?" tanya Yifan sambil menunjuk seorang pria yang sedang bercengkrama dengan beberapa petinggi militer.
Mata tajam Guanlin mengikuti arah telunjuk sang komandan. Berusaha melihat apa yang ditunjukkan padanya.
"Namanya Kim Jaehwan. Seorang CEO yang berasal dari Korea Selatan. Dia datang ke Cina untuk menyewa satu bodyguard untuk kekasihnya." ucap Yifan.
Mata tajam Guanlin masih menatap pria berambut hitam yang bernama Kim Jaehwan.
"Aku, Wu Yifan. Komandan militer Cina, memerintahkan mu untuk menjadi bodyguard kekasih Kim Jaehwan yang berada di Korea Selatan."
.
.
.
.
Guanlin mengeluarkan berkas-berkas tebal dari dalam tas berwarna hitam. Lalu membuka tumpukan kertas itu diatas meja. Membaca setiap lembaran yang harus ia baca.
Nama: Yoo Seonho.
Tempat, tanggal lahir: 28 Januari xxxx, Korea Selatan.
Umur: 24 tahun.
Jenis kelamin: Laki-laki.
Pekerjaan: Guru TK.
Yoo Seonho, adalah salah satu dari tiga saksi bisu aksi pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pengusaha bernama Hwang Minhyun. Menurut para saksi, Minhyun membunuh saingan bisnisnya yang bernama Kang Daniel di sebuah gubuk kecil di dekat danau yang sepi.
Tiga saksi yang melihat aksi Minhyun adalah Ong Seungwoo; seorang pemuda yang secara kebetulan sedang berenang di danau dekat gubuk. Jung Sewoon; seorang pria yang sedang mencari ikan di pinggir danau dan mendengar teriakan dari dalam gubuk dekat dengan tempat ia mencari ikan. Yoo Seonho; seorang pemuda yang sedang memarkirkan mobilnya di tepi danau. Ketiga saksi diketahui mendengar dan melihat sendiri penyiksaan yang dilakukan Minhyun dan beberapa anak buahnya kepada Daniel. Mereka bertiga langsung menghubungi pihak berwajib.
Sehari setelah melaporkan aksi kejadian, Seungwoo di temukan tewas di dalam perahu miliknya. Dengan lidah terpotong serta dadanya yang bolong.
Hari ketiga setelah melaporkan aksi kejadian, Sewoon di temukan tewas di dalam apartementnya dengan kepala yang terputus serta tubuhnya yang dimutilasi.
Seminggu setelah mendengar kabar bahwa dua orang saksi tewas, pengawasan terhadap Yoo Seonho lebih diperketat. Seonho sempat selamat dari maut saat ia sempat terkena sengatan listrik bertegangan tinggi.
Guanlin hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala. Bagaimana seseorang bisa begitu sangat kejam membunuh orang yang tak bersalah?
Setelah sempat terkena sengatan listrik dan di rawat di rumah sakit, akhirnya Seonho pulang ke rumah dan kembali menjalani aktifitasnya seperti biasa. Dan menuntut seorang Hwang Minhyun agar di hukum seberat-beratnya. Namun, belum ada cukup bukti untuk membuktikan jika Minhyun benar-benar bersalah. Karena, dengan liciknya Minhyun menghilangkan jejak dirinya yang telah membunuh Daniel, Seungwoo, dan Sewoon. Bahkan menghilangkan jejak ketika berniat membunuh Seonho.
Gualin membuka lembaran selanjutnya. Menampilkan wajah seorang Hwang Minhyun, Kang Daniel, Ong Seungwoo, Jung Sewoon, dan juga Yoo Seonho. Mata tajamnya menatap lekat-lekat wajah Hwang Minhyun.
'Orang ini ini pantas mati.'
Mata hitamnya menelusuri wajah Kang Daniel, Ong Seungwoo, dan Jung Sewoon.
'Orang-orang tidak bersalah ini harus menjadi korban kekejaman Minhyun. Dunia ini sungguh kejam.'
Mata itu kembali menelusuri sosok pemuda manis dengan senyum yang terlihat polos.
'Kau, aku harus melindungimu, Yoo Seonho.'
.
.
.
.
Jam 08.00 pagi, Yoo Seonho sudah bersiap untuk datang ke pengadilan. Bersama 30 pengawalnya—yang disewa Jaehwan—Seonho berjalan memasuki ruang pengadilan. Ia kemudian berpapasan dengan sang pelaku pembunuhan, Hwang Minhyun.
"Selamat pagi nyonya Yoo." sapa Minhyun dengan senyum liciknya.
Mata bulat Seonho mulai menatap Minhyun sinis, "Cih, aku laki-laki. Tuan Hwang."
"Kau terlalu cantik untuk ukuran seorang laki-laki. Ah, kau lebih pantas menjadi istriku." ucap Minhyun.
"Tak sudi aku menjadi istri seorang yang licik seperti mu." jawab Seonho lantang. Matanya menatap Minhyun dengan tatapan benci.
"Kita lihat saja nanti nyonya. Aku duluan." Minhyun berjalan mendahului Seonho. Pemuda bermata bulat itu hanya mendengus kesal.
.
.
.
.
Guanlin baru saja sampai di bandara Seoul saat jam 12.00 siang. Badan tegapnya berjalan dengan gagah saat keluar dari pesawat. Menggunakan pakaian yang terdapat lambang militer, serta kacamata hitam yang bertengger di depan mata. Membuat pesonanya semakin bertambah.
Rahangnya yang keras serta bibirnya yang tak pernah menampilkan senyum membuat beberapa pramugari dan wanita lain terpesona. Bahkan diam-diam ada yang memotret Guanlin.
Tapi pria berambut hitam itu tak peduli. Tujuannya hanya satu saat ini. Yaitu melindungi apa yang pantas untuk di selamatkan. Yakni Yoo Seonho.
"Selamat pagi tuan, apa anda tentara yang diutus oleh tuan Kim?" tanya seorang supir dengan pakaian yang sangat rapih.
Guanlin membuka kacamata hitamnya. Mata tajam itu menatap supir yang bertanya, "Ya. Aku Lai Guanlin."
"Baiklah tuan, silahkan masuk." ucap supir tersebut sambil membukakan pintu untuk Guanlin. Pemuda Lai pun langsung masuk kedalam mobil.
.
.
.
.
Mobil hitam mengkilap masuk kedalam pekarangan rumah yang luas. Rumah besar dengan lantai bertingkat dua itu terlihat seperti rumah idaman. Dengan cat berwarna putih dan pintu yang menggunakan kaca anti peluru—yang sudah dimodifikasi—namun terlihat sangat elegan. Supir pun membukakan pintu untuk Guanlin.
Pria bertubuh tinggi itu menatap sekeliling rumah Yoo. "Tidak buruk."
Seorang pria cantik berpakaian rapih pun menghampiri Guanlin, "Apakah anda tuan Lai?" tanyanya.
Guanlin mengangguk, "Ya."
"Nama saya Lee Daehwi, pengurus segala kebutuhan rumah tangga tuan Yoo. Mari, ikut saya." dengan sopan Daehwi mengajak Guanlin masuk kedalam pekarangan rumah.
Terdapat kolam renang yang cukup luas. Pohon-pohon menjulang, serta rumput hijau. Ah, Gualin sangat menyukai suasana tenang seperti ini. Udara yang cukup dingin dan sejuk.
Dua orang pria datang menghampiri Guanlin. Yang satu berambut hitam, dan yang satunya berambut coklat. Gayanya terlihat sedikit sengak.
"Daehwi, biar aku yang mengurus orang baru ini." ucap yang berambut coklat dengan gaya nya yang terlihat sengak.
Guanlin tak berucap. Matanya hanya menatap setiap tingkah laku dua pria yang berada di hadapannya. Pelayan Daehwi pun membungkuk sopan lalu pergi, meninggalkan Guanlin dengan dua orang pria dihadapannya.
"Aku Joo Haknyeon, dan ini kawanku. Park Woojin. Ah, tak seperti kau dan pengawal lainnya, kami ini anggota kepolisian Korea Selatan." ucap Haknyeon dengan sombongnya.
Pemuda berwajah datar masih diam. Enggan menjawab ucapan pria berambut coklat yang terus-menerus mengoceh tak jelas.
"Ini kartu identitasku, bisa kau lihat perbedaan diriku dan dirimu. Kau hanya pengawal biasa, dan aku anggota kepolisian." sambung Haknyeon sambil memperlihatkan kartu indentitasnya dengan bangga. Sedangkan Woojin hanya diam.
Pemuda di samping Haknyeon menatap lekat pakaian Guanlin. Sepertinya ia kenal dengan pakaian itu. "Tuan Lai Guanlin. Apakah kau tuan Lai Guanlin?" tanya Woojin dengan aksen Cina.
Guanlin menatap Woojin, "Ya."
"Woojin, kau kenal dengan pria ini?" tanya Haknyeon.
Woojin tersenyum. "Tentu saja, tuan Lai Guanlin. Seorang tentara yang berasal dari Cina. Pangkatnya berada diatas kita, Haknyeon."
Pemuda Joo itu tergagap. Menatap Guanlin dengan tatapan tak percaya. Dan, bodohnya ia baru menyadari jika Guanlin memakai pakaian khusus militer Cina.
"Dia di utus kemari untuk menjaga tuan Yoo." lanjut Woojin.
Terkutuklah segala kesombongan Haknyeon tadi.
"Apa kau bisa berbahasa Korea?" tanya Woojin dengan aksen Cina. Guanlin hanya menjawab singkat, "Ya."
"Ah, ternyata dia bisa bahasa Korea, Haknyeon." ucap Woojin pada Haknyeon.
"Ehehehe, maafkan aku tuan Lai. Tadi itu hanya bercanda supaya kita cepat akrab. Ah, pakaianmu sangat bagus dan rapih. Apakah kau penyuka film action? Dan—"
Haknyeon mulai berbicara tanpa tanda titik. Membuat Guanlin dan Woojin sedikit pusing.
"Ah, abaikan saja dia. Akan kuhantar kau kedalam." ucap Woojin.
Woojin pun menghantar Guanlin masuk kedalam rumah, meninggalkan si Haknyeon mengoceh sendirian di dekat kolam.
.
.
.
.
"Halo, Jae?"
"Kau sudah pulang dari pengadilan?"
"Hmm..."
"Kau kenapa Seonho? Oh, jangan bilang kau marah karena aku tidak ikut denganmu ke pengadilan."
"Bahkan kau sudah tahu jawabannya, tuan Kim."
"Ayolah Seonho, tadi aku ada meeting."
"Jadi, menurutmu meeting lebih penting dibandingkan kekasihmu yang sedang mempertaruhkan nyawanya di pengadilan?!"
"Bukan seperti itu, maksudku—"
Seonho mematikan panggilan secara sepihak. Jaehwan membuat mood nya tidak baik hari ini.
TOK TOK
"Masuk."
Daehwi membuka pintu kamar Seonho, "Tuan muda, pengawal baru yang berasal dari Cina sudah tiba."
Seonho tersenyum pada Daehwi, "Baiklah. Terima kasih, Daehwi. Akan kuberi kau nomor ponsel Samuel."
"OH YANG BENAR?! AH TERIMA KASIH TUAN." ucap Daehwi kegirangan. Seonho hanya tertawa melihat kelakuan pria yang sering dijuluki 'Ular Sanca'.
Pemuda Yoo turun dari kasur empuknya, lalu pergi keluar kamar. Mengedarkan pandangannya mencari sosok pengawal baru yang diberi tahu oleh Daehwi. Seperti apa rupanya Seonho penasaran. Pemuda itu sudah bosan dengan pengawal baru yang sering Jaehwan berikan untuk melindunginya. Terlalu banyak. Dan mungkin sekarang total pengawalnya sudah ada 69 orang.
Mata hitamnya menangkap sosok pemuda berambut hitam yang sedang membuka buku majalah miliknya. Badannya terlihat tegap. Bahunya sangat lebar, dan punggung yang terlihat enak untuk di peluk. Dan, tubuhnya yang lebih tinggi di bandingkan tubuh Seonho.
Ah, kalau tidak salah pria itu berasal dari Cina bukan? Seonho dengar dari sahabatnya—Ahn Hyungseob—jika pria Cina terkenal dengan keahlian bela dirinya.
"Ekhm, apa kau si pengawal baru?" tanya Seonho berusaha sopan.
Pria yang dimaksud Seonho pun berhenti membolak-balik isi majalah. Kepalanya menoleh ke arah pemuda yang lebih pendek darinya. Dengan wajah datar, ia menjawab pertanyaan Seonho.
"Ya."
Singkat, jelas, dan padat. Seonho menyukai gayanya bicara. Terlihat sangat keren dan.. err seksi. Ya, harus diakui pria itu memang sangat seksi.
"Apa yang kau ketahui dari diriku?" tanya Seonho.
Guanlin menatap mata lawan bicaranya intens. "Kau Yoo Seonho, lelaki berusia 24 tahun. Seorang guru TK. Kekasih dari presdir Kim Jaehwan. Hobi mu makan, bermain dengan anak-anak, dan marah-marah. Sikapmu terkadang sangat kekanak-kanakkan. Memiliki sahabat bernama Ahn Hyungseob. Kau juga memiliki sepupu laki-laki bernama Bae Jinyoung."
"Wah, kau tahu banyak tentangku. Dan kau juga pintar berbahasa Korea. Kudengar nama mu adalah Lai Guanlin. Apakah itu benar?" tanya Seonho.
"Ya." jawab Guanlin singkat.
Seonho sangat yakin jika pria yang sedang berbicara dengannya sangat pandai bela diri. Terlihat dari wajahnya yang sangat serius, bibir yang tak tersenyum, rahangnya yang sangat keras, dan wajahnya yang sangat maskulin.
Ketika pemuda Yoo sibuk mengoceh, telinga dan mata tajam Guanlin terfokus pada satu titik. Seperti, akan ada yang meledak.
"MINGGIR!"
Gualin refleks mendorong Seonho jatuh dari sofa. Sofa mahal itu di dorong ke atas tubuh Seonho, guna melindungi sang pria bermarga Yoo dari ledakan. Para pengawal mulai berhamburan dan siap menghajar Guanlin. 68 orang melawan Guanlin sendirian.
Dengan mudah Guanlin mukul semua pengawal-pengawal Seonho. Menendang lehernya, melempar tubuh mereka sampai terbentur dinding, dan mencekik leher mereka dengan satu pistol. Oh, bahkan seni bela diri Guanlin sudah sangat hebat seperti dalam film-film Kung Fu Cina.
"Hore! Ini keren sekali!" teriak seorang bocah berumur 10 tahun. Tangan kanannya memegang sebuah petasan. Ternyata itu Bae Jinyoung, sepupu Seonho.
Daehwi datang dengan Woojin dan Haknyeon dari arah dapur. Berusaha menggeser sofa panjang yang menimpa tubuh mungil sang tuan muda. "Anda tidak apa-apa, tuan?" tanya Daehwi panik.
Seonho bangkit dengan wajah paniknya. "A-apa yang kau lakukan, hah?!"
Guanlin melepaskan tangannya dari leher salah satu pengawal. Lalu menjawab pertanyaan Seonho, "Menyelamatkanmu."
"Waahhh, apa hyung lihat tadi? Pria itu keren sekali! Woah, dia mencekik dan melempar pengawal yang lain! Seperti di film-film!" ucap Jinyoung sambil memperagakan gerakan Guanlin tadi.
Seonho yang kesal mulai menjewer telinga sepupunya, "Dasar nakal. Pasti kau yang menaruh petasan di dalam rumah!"
Jinyoung hanya bisa meringis. Berharap Seonho mau melepaskan jeweran pada telinganya. "A-ampun hyung, aku tidak akan melakukannya lagi. Awww!"
"Yoo Seonho."
Semua orang yang berada dalam rumah pun menatap tajam Guanlin. Hanya dia yang berani memanggil Seonho tanpa embel-embel tuan.
"Kau, tidak sopan memanggilku seperti itu! Aku ini majikanmu sekarang walau kau adalah seorang militer Cina!" ucap Seonho kesal.
Kaki jenjang Guanlin melangkah maju menuju Seonho. Mencoba mendekat pada pria yang lebih pendek darinya. Matanya menatap tajam manik hitam Seonho. Keningnya ditempelkan pada kening Seonho. Hidung mereka pun bersentuhan. Jarah wajah mereka hanya beberapa senti. Tangan kanan Guanlin menahan kepala belakang Seonho.
Semua orang membeku. Menatap sang tuan Yoo dengan militer Cina Lai. Daehwi bahkan sampai menarik-narik baju Haknyeon.
"Kau bukan majikanku, Yoo Seonho." ucap Guanlin dengan suara rendah. Membuat pesonanya semakin menambah berkali-kali lipat. Wajah Seonho sedikit memerah ketika mata mereka bertemu.
"Tapi kau adalah orang yang harus kulindungi. Akan ku lindungi kau dengan sepenuh jiwaku."
.
.
.
.
TBC
A/n:
Halo semua, saya membawa ff GuanHo. Dan, jujur saya lagi kobam sama ini kapel wkwk xD ff ini parody dari film 'The Bodyguard from Beijing'. Namun, beberapa adegan saya rubah. I hope you enjoy this story, guys :))
-levieren225