Minggu, 15 Januari 20XX, 12:10 PM

Distrik Perbelanjaan – Prefektur Uchiha


Diiringi suara teriakan dan suara kaki yang berlari. Keadaan kacau melanda distrik perbelanjaan besar yang terletak di distrik Uchiha. Dengan langkah panik yang tidak terarah, ribuan orang yang sedang berbelanja berhamburan ke jalan, hendak menyelamatkan diri, menjauh dari kumpulan pasukan yang menyerang brutal.

Mashiro—polisi yang sedang bertugas—hanya terperangah melihat makhluk besar yang terbang, dia mendongak mengikuti arah terbang makhluk itu. Sebelum tersadar karena tepukan keras dibahunya.

"Apa yang kau lihat?! Cepat hubungi markas! Minta bantuan sesegera mungkin." Saito—rekan Mashiro yang bertugas berjaga bersamanya—berteriak panik, menunjuk-nunjuk mesin telekomunikasi di dalam pos mereka. Mashiro mengangguk kemudian berlari kencang masuk ke dalam pos, bergegas menggunakan alat komunikasi untuk memberikan informasi.

"Kami dari pos polisi distrik perbelanjaan Uchiha Barat! Keadaan darurat! Ada serangan mendad—"

Suara komunikasi terputus, diiringi meledaknya bagunan pos polisi. Saito hanya menatap nanar pos polisi yang terbakar akibat serangan makhluk terbang berlapis besi yang menyeburkan api dari atas. Saito menggertakan gigi, mengarahkan senjata pistolnya ke arah makhluk itu.

"Sial! Sial! Sial!" Umpatnya sambil menembaki makhluk yang bahkan tidak tegores sedikitpun oleh peluru chakranya. Dia mendecih pelan, kemudian berlari mendekati tiga orang musuh yang mencoba menyerang dua warga sipil yang terpojok ketakutan. Dia menembak, membuat satu musuh tumbang.

"Cepat menjauh!" Perintahnya. Dua orang wanita tersebut mengangguk takut, lalu berlari menjauh. Dia menodongkan pistolnya kearah tiga orang musuh yang datang membantu dua temannya tadi, sambil menggertakan gigi, dia tembaki musuh dengan baju besi dengan motif garis warna emas didada sampai perut, membawa tameng serta tombak sebagai senjata. Tiga dari lima orang itu meregang nyawa.

Hembusan napasnya semakin cepat, tubuhnya melemah, dia sudah mencapai batasnya dalam menggunakan pistol chakra ini. Pistol chakra adalah senjata yang digunakan petugas keamanan non-shinobi. Senjata itu mengubah chakra yang ada ditubuh seseorang menjadi peluru, sesuai tipe senjatanya. Setiap tipe senjata mengkonsumsi jumlah chakra yang berbeda untuk sekali menembakkan peluru. Jadi semakin besar kapasitas chakra seseorang maka semakin banyak jumlah peluru yang dapat dimuntahkan.

"Sepertinya ini sudah batasku." Keluhnya. Saito memasukkan kembali pistol ikat pinggang, sebagai senjata berikutnya, dia mengambil dua pisau pendek dari balik rompi polisi berwarna hitam tersebut. Saito menyiapkan kuda-kuda bertarung, dia masih bisa menggunakan skill double pisaunya untuk bertarung.

Dua orang yang tersisa menyerang bersamaan dengan menggunakan tombak musuh. Saito menangkis tusukan tombak yang datang, menendang besi tombak agar menjauh dan melemparkan pisaunya tepat kearah leher. Satu musuhnya sudah tumbang.

BUKH!

Saito terlempar, berguling ditanah, satu musuh yang tersisa menendangnya, pisau ditangannya sudah terlepas. Saito mengerang sakit saat tangannya diinjak, dia melihat musuh yang berbadan besar diatasnya, dengan berwajah bengis dan marah, musuhnya mengacungkan tombak hendak menusuk Saito.

Saito menutup mata, menunggu ajal menjemput. Dia tersenyum puas, setidaknya dia berhasil menyelamatkan beberapa warga Konoha. Dia juga tidak akan meninggalkan siapapun disini, yah walaupun malu untuk diakui tapi dia masih bujang kok. Mungkin satu-satunya penyesalan adalah dia tidak sempat menikah dan belum sempat melakukan yang ena-ena.

Saito mengerutkan dahi. Sudah beberapa waktu berlalu sejak dia sudah siap kehilangan nyawa, tapi dari tadi dia tidak merasakan sakit sama sekali. Apa musuhnya terlalu baik sampai membuatnya mati tanpa rasa sakit? Saito mencoba membuka matanya, dengan perlahan dia mendongak ke atas. Rasa terkejut menyerangnya saat mendapati musuh yang hendak menyerangnya terlempar jauh, dan matanya melebar saat melihat sosok pria berambut kuning jabrik mengulurkan tangan padanya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya lembut sembari tersenyum lebar.

Saito ternganga,"Namikaze Naruto?" Saito tampak berbinar tidak percaya.


GATE: Invasion

Naruto © Masashi Kishimoto

Gate: Jieitai Kano Chi nite, Kaku Tatakaeri Takumi Yanai

.

.

Chapter 1

Enjoy!


Minggu, 8 Januari 20XX, 9:30 PM

Unknown Place – Konoha

Danzo berjalan tegak dengan diiringi dua orang berpakaian hitam dan memakai penutup muka. Melintasi lobi luas suatu gedung, suara sepatunya mengentak lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu lift membuka. Mereka masuk ke lift. Suara pintu lift menutup, desing lembut terdengar kemudian, tanda liftnya mulai naik.

Danzo mendongak, menatap langit lift, pikirannya menerawang. Malam ini adalah pertemuannya dengan para pemimpin negara besar shinobi. Kazekage, Mizukage, Raikage dan Tsuchikage. Ini adalah pertemuan rahasia yang dia gagas. Rencana besarnya untuk membuat Konoha—negaranya— semakin jaya. Dia adalah patriotik. Dia bukan Hokage—pemimpin negara— Konoha, namun dia mencintai tanah airnya, dan dia akan melakukan apapun untuk mewujudkannya.

Pintu lift berdesing terbuka. Empat puluh lima detik, dan lift berhenti di lantai 15. Dua orang tertutup berjalan lebih dulu, Danzo mengikuti di belakang. Mereka melewati lorong, sekitar tiga puluh langkah, kurang lebih 18 meter. Gedung ini cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Danzo memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kembali, terkunci dan dijaga oleh dua pengawalnya.

"Kau lama sekali, Danzo-dono." Suara tenang terdengar. Oonoki—Tsuchikage—melirik Danzo yang duduk tenang diseberang. Dia silangkan tangan di dada. Dia sudah 10 menit menunggu Danzo. Sebenarnya dia malas menghadiri acara yang non-formal, apalagi yang rahasia seperti sekarang ini, namun agenda yang akan ditawarkan sangat membuatnya tertarik.

"Yah..." Danzo membuka suara, sembari mencoba duduk dan meletakkan amplop cokelat besar,"Ada sedikit masalah yang harus dibereskan."

Suara dengusan keras terdengar. Rasa—Kazekage Sunagakure—bergerak tak nyaman,"Hentikan basa-basinya. Langsung ke inti pertemuan ini." Dia mengubah posisi duduknya menjadi tegap, menatap tajam Danzo,"Apa yang kau tawarkan? Hal yang bisa membuatku negaraku menjadi lebih baik,'kan katamu?"

Danzo tertawa kecil. Dia mengeluarkan isi didalam amplop cokelat tebal yang dibawanya, menaruhnya dimeja. Dia hendak membuka mulut, sebelum A—Raikage—menggebrak meja kasar,"Apa maksudmu?! Aku datang jauh-jauh dan sekarang kau hanya tunjukkan aku foto pemandangan!" Teriaknya marah.

"Tenanglah, Raikage." Suara kecil menginterupsi. Yagura—Mizukage—dengan tenang bersandar sofa berwarna merah,"Danzo bahkan belum menjelaskan apapun." Ujarnya sambil memejamkan mata,"Dan kau langsung marah-marah seperti bayi besar yang kehilangan mainannya." Tutupnya mengejek.

A menatap tajam Yagura dengan tatapan intimidasi. Merasa dipermalukan dihadapan pemimpin negara besar dihadapannya ini. Dia menghela napas, kemudian duduk, tatapannya beralih pada Danzo yang tersenyum. A mendecih pelan, si tua bangka Danzo dan senyum palsunya,"Jadi apa maksudnya foto-foto ini?" Tanyanya setelah tenang.

Danzo berdehem pelan. Mengubah posisi duduknya agar nyaman. Mengambil salah satu foto di meja,"Ini adalah foto yang didapat dari dunia lain." Jelasnya singkat. Matanya mengobservasi reaksi para Kage dihadapannya. Melihat wajah A yang tak senang dan mulai merah, membuatnya mengejek A dalam hati.

Apa si Raikage ini punya penyakit hipertensi? Bisakah dia lebih sabar dan tenang?

"Dunia lain? Sudah jelas itu adalah bumi. Bagaimana ini bisa disebut dunia lain?" Tanya Oonoki, mengernyitkan dahi melihat foto hamparan hijau didepannya.

Danzo menyeringai. Kata-kata pancingannya berhasil membuat mereka penasaran. Hanya tinggal menjelaskan berbagai keuntungan yang didapat dan para Kage ini akan terjebak dalam rencananya."Ya, ini memang bumi, namun ini bukan bumi kita, ini adalah bumi lain. Kau bisa menyebutnya dunia paralel." Jelas Danzo tenang.

Rasa menautkan alisnya, merasa bingung dengan pembicaraan ini. Apa katanya tadi? Dunia paralel? Lalu apa keuntungannya buat negaranya? Tapi dia tidak menyuarakan ketidakmengertiaannya. Mengomentari hal ini hanya akan membuatnya tampak bodoh dan kehilangan wibawanya sebagai pemimpin.

"Berhenti membuat arah pembicaran ini semakin tidak jelas!" A bersuara protes—untuk yang kesekian kalinya.

Dan Rasa tersenyum senang dan mengucap syukur saat suara keras itu bergema. Raikage pemarah ini membantunya mengeluarkan berbagai pertanyaan yang berputar di kepala.

"Apa kalian ini terlalu bodoh hingga belum bisa menangkap arah pembicaraan?" Yagura mengejek. Matanya melirik A yang menatapnya balik, menunjukkan ketidaksukaan padanya. Yagura tidak terlalu peduli dengan Raikage pemarah itu. Dia memperhatikan Danzo kembali,"Maksudnya kita akan melakukan invasi ke dunia yang ada didalam foto itu bukan? Apa katamu tadi..." Yagura tampak mengingat,"Ah ya, dunia paralel."

Danzo mengulum senyum. Diantara para Kage yang terlihat dewasa ini kalah oleh Kage yang tampak muda dan berwajah baby face didepannya. Yagura, seorang pemimpin yang sama seperti dirinya. Keras dalam membuat aturan bagi negaranya, dan sangat patriotik. Siapa yang menyangka bahwa dibalik wajah mulusnya itu telah membunuh banyak orang demi mencapai kursi kepemimpinan.

"Benar, seperti yang dikatakan Mizukage. Kita akan menginvasi dunia ini. Aku menamakan rencana ini dengan kode name'GATE' yang berarti pintu." Tatapan Danzo beralih pada Rasa,"Kazekage, kau pasti pernah tahukan bahwa Suna dimasa lalu pernah berseteru dengan Konoha tentang daerah subur didekat perbatasan bagian selatan? Dan tetap saja Suna pada akhirnya tidak mendapat tanah subur itu? Bahkan sekarang Suna adalah negara yang mengimpor banyak bahan pokok dari negara lain untuk memenuhi kebutuhannya."

Rasa dengan tatapan tidak suka mengangguk. Danzo semakin tersenyum lebar dalam hati,"Bayangkan jika kita bisa menguasai dunia ini," Tangannya menunjuk foto dimeja,"Kita akan mendapatkan tanah subur yang hijau ini dan jika Suna bisa memanfaatkannya dengan baik, tentu ini bisa jadi momentum bagi Suna bangkit dari ketergantungan impornya. Dan ini juga berlaku buat negara kalian, aku yakin ada kekurangan dalam wilayah kalian, dan dengan rencana ini, kita bisa mendapat wilayah yang baik untuk kemajuan negara kita tanpa harus ada perang diantara kita."

Kali ini Rasa menatap foto itu dengan antusias. Jadi ini yang dimaksud Danzo dengan membuatnya negaranya lebih makmur? Menarik memang, dengan ini negaranya bisa berdaulat dalam pangan, tidak perlu bergantung pada negara lain, namun dia juga harus waspada. Dia tahu siapa itu Danzo. Dia hanyalah orang tua licik yang berambisi menjadi pemimpin Konoha. Sudah bertahun-tahun dia mengincarnya, tapi tidak berhasil dan sekarang dia berakhir menjadi ketua dewan senat Konoha.

Dewan senat adalah badan yang bertugas mengawasi kebijakan Hokage yang terdiri dari berbagai kepala klan yang mewakili klannya di dalam struktur ketatanegaraan Konoha. Tugasnya bisa dibilang sama seperti badan legislatif, dan Hokage tidak bisa mengabaikan situasinya jika dewan senat sudah turut campur tangan.

"Gate? Jadi kita akan masuk ke dunia paralel itu lewat pintu? Aku masih tidak mengerti tentang ini. Bisa kau jelaskan lebih jelas?" Yagura bertanya.

Danzo bersedekap,"Ya, sesuai nama proyeknya, kita akan masuk lewat pintu yang sudah kita buat. Tapi kalian tidak usah khawatir, karena pintu ini berukuran besar, bahkan dapat dilewati pesawat jet atau bahkan lebih besar lagi. Kalian tahu lebar jalan distrik perbelanjaan barat Uchiha? Nah sebesar itulah lebar pintunya."

Yagura menaikkan alis,"Yang sudah kita buat katamu? Memangnya siapa yang bisa membuat sebuah pintu yang sangat lebar itu dan menghubungkannya ke dunia paralel?"

Danzo tertawa kecil,"Orochimaru." Jawabnya singkat.

Raikage mendengus,"Heh... Jadi ini adalah hasil karya ilmuwan jenius paling gila. Sang ilmuwan ular, Orochimaru."

"Tapi sekarang masalahnya adalah bagaimana membuat Hokage ikut dalam rencana ini." Oonoki bersuara, menyapu sekelilingnya. Dia menghembuskan napas,"Kita semua tahu bahwa Hokage Konoha sekarang sangat menjunjung tinggi kedamaian, lalu bagaimana bisa kita mengajaknya ikut dalam menginvasi wilayah lain?" Tanyanya ragu.

Para kage serentak mengarahkan tatapannya pada Danzo. Danzo dengan meletakkan tongkat yang dibawanya disofa merah disamping, tatapannya berubah tajam."Hokage yang sekarang menjabat memang orang yang lembek dan naif..." Ujarnya dengan nada kesal,"Namun kalian para kage tidak usah khawatir, aku sudah menyiapkan rencana yang matang untuk ini." Tandasnya.

"Bagaimana caranya?"

"Aku akan menggunakan kekuasaanku untuk melobi para dewan senat." Danzo menjeda," Aku tahu Hiruzen adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya, dan akan berbuat yang terbaik untuk rakyat. Lalu bagaimana jika rakyatnya sendiri yang menginginkan rencana ini berjalan? Aku yakin Hokage akan menyetujui rencana kita ini. Suka atau tidak suka."

"Menggunakan rakyat?" A kali ini bertanya.

"Ya, mendekatlah. Aku akan jelaskan rencananya."


Gate: Invasion


Minggu, 12 Februari 20XX.

Kantor Hokage – Central Konoha

"Pemirsa..." Reporter wanita berpakaian formal tersebut menunjuk kumpulan massa dibelakangnya,"Seperti yang anda adalah demonstrasi terbesar dalam pemerintahan Hokage ketiga, Sarutobi Hiruzen. Ini adalah demo yang ke lima kali yang berawal sejak dua minggu setelah insiden penyerangan oleh tentara asing dari balik gerbang. Massa menuntut agar pemerintah mengirim tentara ke balik gerbang untuk mencari dalang dibalik insiden berdarah yang menewaskan lebih dari 100 warga sipil dan puluhan petugas keamanan itu."

Reporter itu berjalan ke arah massa, menepuk salah seorang demonstran,"Menurut anda bagaimana sikap pemerintah menanggapi insiden berdarah bulan lalu?" Tanyanya, mengarahkan mikrofon ke arah pria tambun dihadapannya.

"Pemerintah bersikap seperti pengecut." Ujarnya menghadap kamera.

"Alasan anda?"

"Yah, pemerintah tidak menindak tegas para teroris itu. Pemerintah seolah-olah tidak bisa menangkap dalang dibalik insiden tersebut." Raut wajah narasumber mendadak melunak, sedikit emosional, setitik air mata terlihat,"Kakakku, adikku serta ibuku terbunuh dalam insiden itu. Sekarang ayahku sedang dalam masa terpuruknya karena kehilangan mereka." Dia berusaha menahan air matanya,"Balas mereka! Balas para bajingan yang telah membunuh keluargaku dan para warga lainnya." Teriaknya sambil mengangkat tangan, diikuti oleh teriakan setuju dari demonstran lain.

.

.

Hiruzen memijit pangkal hidungnya melihat siaran langsung ditelevisi. Mata tuanya menelusuri proposal yang sudah dia setujui tentang pengiriman pasukan aliansi shinobi ke wilayah khusus dibalik gerbang. Dia tahu bahwa munculnya gerbang misterius itu bukanlah suatu kebetulan, ini pasti merupakan suatu manuver besar yang melibatkan negara lain bahkan tidak menutup kemungkinan orang dalam pemerintahan Konoha sendiri.

Hiruzen mengela napas lelah, meletakkan berkas diatas meja kerjanya,"Sepertinya aku sudah terlalu tua untuk terus memegang jabatan ini." Keluhnya,"Bagaimana menurutmu, Minato? Kau mau menggantikanku sekarang?"

Namikaze Minato hanya menggeleng pelan,"Sepertinya tidak, Hokage-sama. Anda masih tampak sehat untuk terus memimpin negeri ini, lagipula andalah yang telah berhasil membuat Konoha menjadi negara paling disegani diseluruh dunia shinobi selama 30 tahun terakhir." Tutupnya.

Hiruzen tertawa renyah mendengar pernyataan kaku orang kepercayaannya itu,"Lalu bagaimana? Kau sudah mendapatkan izin dari istrimu tentang tugas yang kuberikan kali ini padamu?"

Minato mengangguk,"Yah, walaupun aku harus membujuknya dengan cara yang super ampuh, seperti akan pulang setidaknya sekali seminggu." Dia menatap Hiruzen,"Anda sudah mengurusnya hal itu,'kan Hokage-sama? Karena jika tidak Kushina akan mencincangku nanti." Minato bergidik ngeri membayangkan murka istri cantiknya itu, seperti rambutnya berkibar menjadi 9 cabang merah.

"Tenang saja, Minato. Kau boleh kembali kesini satu kali seminggu. Aku tidak akan membiarkan orang kepercayaanku menghilang dari dunia ini karena kemarahan seorang istri." Dia menjawab santai,"Dan juga aku ingin berterima kasih atas kerja keras anakmu. Jika tidak ada bantuan Naruto-kun disana, mungkin korban akan berjatuhan lebih banyak lagi."

Minato menggaruk kepalanya, tersenyum canggung,"Aku juga tidak menyangka akan ada Naruto disana, soalnya dia minta ijin padaku untuk pergi bersama Sasuke setelah dia pulang dari pelatihan membuat kontrak dengan roh Kyuubi. Jadi kupikir dia akan pergi jauh."

"Ngomong-ngomong soal, Naruto. Apa dia berhasil mengendalikan kekuatan Kyuubi?" Hiruzen bertanya.

Minato memegang dagunya, mencoba mengingat,"Dia bilang belum bisa menggunakan kekuatan Kyuubi itu terlalu lama mungkin hanya sekitar lima menit."

"Yah, aku bisa maklum. Mengendalikan chakra sebesar roh Kyuubi tentu sangat sulit, menurutku lima menit saja sudah hebat. Nah, sekarang..." Hiruzen bangkit berdiri, menatap tajam Minato yang sudah berdiri tegak,"Namikaze Minato, dengan wewenangku sebagai Hokage dan pengalamanmu yang sudah matang dalam perang besar shinobi ketiga, maka mulai hari ini aku menunjukkanmu sebagai komandan dalam misi ekspedisi ke wilayah khusus. Pimpinlah pasukan ini dengan bijak." Ujar Hiruzen dengan nada tegas.

"Baik!"

"Dan juga utamakan negosiasi dengan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Pakailah kekuatan militer jika memang keadaannya sudah gawat saja. Apa kau siap?" Hiruzen bertanya sekali lagi.

"Siap!"

Raut muka Hokage ketiga berubah teduh. Menepuk pundak Minato dan berjalan keluar menuju balkon kantor Hokage. Hari ini dia akan memberikan konferensi pers tentang pengiriman pasukan aliansi shinobi kepada publik Konoha. Semoga dengan ini, Konoha bisa tenang kembali setelah insiden berdarah yang menelan banyak korban tesebut.

"Aku pergi dulu, Minato. Bersiaplah untuk tugasmu." Katanya sebelum menghilang dibalik pintu.

Hiruzen memandang puluhan ribu orang yang berkumpul didepan kantor Hokage. Dengan berdesak-desakan, mereka membawa spanduk dan poster menuntut pemerintah menangkap dan menghukum berat pelaku penyerangan. Berjalan pelan, dia menghampiri mikrofon yang sudah disiapkan, menarik napas kemudian berbicara.

"Para warga Konoha yang saya cintai, saya mengerti tentang kesedihan anda semuanya tentang insiden yang memilukan bulan lalu, bagi yang kehilangan keluarganya saya turut berbela sungkawa, saya meminta maaf atas kejadian ini." Hiruzen menundukkan kepalanya sejenak,"Kami juga tidak hanya berdiam diri saja selama sebulan ini, kami bekerja keras mencari berbagai solusi yang terbaik agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih bagi kita semua."

"Kita tidak tahu apa yang ada dibalik gerbang itu, dan ada apa di dalam sana. Semuanya belum diketahui. Dalam insiden berdarah lalu, kami telah banyak menangkap banyak para penyerang itu. Saat ini, mereka tidak lebih dari seorang kriminal yang melanggar hukum. Mengingat masalah yang ditimbulkan serta keinginan para warga untuk menjunjung tinggi hukum, maka dari itu, kami telah memutuskan bahwa wilayah dibalik gerbang adalah wilayah milik aliansi shinobi yang telah dibentuk, dengan Konoha sebagai pemimpin aliansi."

"Dan untuk mengetahui apa yang berada di dalam sana, kami akan mengirimkan pasukan kesana untuk melakukan negosiasi, kami juga telah memutuskan untuk menjelajahi di balik gerbang itu. Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk menangkap dalang dari insiden diprefektur Uchiha, dan meminta ganti rugi secara paksa. Dengan ini, pemerintah Konoha bekerja sama dengan Sunagakure, Mizugakure, Kumogakure serta Iwagakure mengirimkan pasukan gabungan dari masing-masing negara dengan jumlah total pasukan lima puluh ribu pasukan dengan rincian lima belas ribu tentara shinobi dan tiga puluh lima ribu pasukan tentara non-shinobi untuk menjelajahi di balik gerbang itu. Sekian pengumuman yang dapat saya sampaikan, semoga dengan ini kita bisa kembali membangun Konoha dan dunia menjadi lebih baik lagi." Tutupnya.

Sorakan dan tepuk tangan terdengar dari para demonstran yang sejak pagi sudah menunggu kebijakan pemerintah menanggapi insiden bulan lalu. Sampai Hiruzen menghilang dari pandangan mata, seluruh massa demonstran berteriak,"Hidup Hokage ketiga! Hidup Konoha! Hidup aliansi shinobi."

Sementara itu, tidak ada yang tahu bahwa seseorang sedang menyeringai sedang melihat berita di televisi, dia menggenggam wine dalam gelasnya, menggoyangkannya sedikit hingga berbuih,"Rencana berjalan sukses." Ujarnya, kemudian tertawa puas.


Gate: Invasion


Kamis, 18 Mei 20XX.

Di depan Gerbang Wilayah Khusus – Prefektur Uchiha

Lima puluh ribu orang berpakaian hijau dan rompi berwarna hitam berbaris rapi disepanjang jalan distrik perbelanjaan yang besar itu. Akibat adanya ekspedisi ke wilayah khusus, distrik perbelajaan Uchiha Barat telah dipindahkan ke kawasan yang baru. Wilayah ini sekarang dipakai sebagai markas komando aliansi shinobi dalam radius 3 km dari gerbang. Warga sipil dilarang untuk mendekat.

Diantara lima puluh ribu orang itu, pria berambut kuning jabrik memilih untuk melirik warga yang menaruh karangan bunga disekitar jalan—sebagai penghormatan. Rangkaian bunga dalam papan juga banyak terpampang dengan kata-kata bela sungkawa. Naruto mengenali beberapa nama dalam karangan bunga itu, mulai dari kepala klan, publik figur serta tokoh politik negaranya.

Menghela napasnya sejenak, dia menatap kedepan saat Menteri Pertahanan Konoha naik ke atas podium, hendak menyampaikan sambutan sebelum ekspedisi dimulai. Naruto menatap lamat orang yang naik ke atas podium, setelannya jas lengkap berwarna abu-abu, rambutnya dikuncir seperti nanas dan sedikit jenggot tumbuh. Dia tentu mengenalnya, dia adalah Nara Shikaku— Ayah Shikamaru, temannya— yang ahli dalam strategi militer. Jangan tanya tentang IQ nya karena kaupun pasti akan tercengang.

Shikaku berdehem sebentar,"Pertama, saya selaku perwakilan pemerintah Konoha mengucapkan terima kasih atas kerja sama dari aliansi shinobi. Operasi ini telah disahkan oleh Hokage Konoha, Dewan Senat Konoha serta dukungan dari para pemimpin negara besar, dan akhirnya sekarang kalian siap untuk dikirim ke Wilayah Khusus. Para prajurit sekalian, misi yang kalian emban sangatlah berat. Maka dari itu saya mengucapkan selamat bekerja." Tutupnya lalu bergerak turun dari podium.

Selanjutnya, pria dewasa berambut kuning persis seperti Naruto hanya saja dengan rambut yang lebih panjang menaiki podium, dengan wajah bersahabatnya, melihat seluruh pasukan yang akan dipimpinnya,"Aku Namikaze Minato, komandan kalian dalam misi kali ini. Kita tidak tahu apa yang akan menunggu kita dibalik gerbang. Maka dari itu, kalian harus siap siaga untuk bertempur ketika melewati gerbang tersebut. Kita akan segera memasuki gerbang. Semuanya..." Suara Minato bergema tegas,"Siapkan senjata kalian!" Titahnya.

Suara gerakan senjata terdengar nyaring dan kompak. Mesin mobil tempur lengkap dan tank baja dinyalakan. Perlahan pintu besi yang menyegel 'gerbang' terbuka. Minato berjalan memasuki kendaraan tempur dipaling depan.

"Bersiap! Maju!"

Perlahan tank baja bergerak maju, berbaris rapi menjadi dua baris, berjalan merapat, berjaga-jaga jika ada yang menyergap mereka dibalik gerbang. Asap jalanan mengepul. Didekat gerbang, mobil yang dinaiki Minato memantau jalannya operasi.

"Kendaraan tempur berlapis baja sudah memasuki gerbang," Shikamaru melapor pada pria yang disampingnya, dengan wajah tenang, Minato menampilkan senyum menawannya.

"Bagus. Lanjutkan."

"Baik! Unit selanjutnya silahkan mulai memasuki gerbang." Perintahnya melalui alat telekomunikasi.

Unit selanjutnya yang membawa personil dan perbekalan bergerak maju. Disalah satu mobil, Naruto tampak menunduk, berpikir sejenak.

"Ano... Namikaze-san?" Naruto tersentak, tersadar dari delusinya, kemudian menatap pria berambut mangkok yang lebih muda darinya itu. Namanya Rock Lee, umurnya 22 tahun berbeda 3 tahun dengan Naruto. Naruto menyukai si Lee ini. Melihatnya bersemangat entah bisa menular padanya juga.

"Ada apa?"

"Kira-kira disana ada gadis yang akan menyukaiku tidak ya?" Tanyanya polos.

Naruto terkekeh pelan,"Pastinya ada,'kan?" Ujarnya dengan tidak yakin.

Rock Lee hanya tertawa kecil menanggapi,"Kalau Namikaze-san bagaimana? Apa ada gadis yang anda sukai?"

Naruto menutup mata, matanya menatap Lee tidak yakin,"Entahlah Lee. Aku malah takut jika bertemu dengannya, mengingat apa yang kulakukan padanya empat bulan lalu." Jawabnya dan disambut senyuman bersahabat dari Lee.

Dan percakapan itu berakhir disana.

Jika kalian bertanya, ini adalah cerita yang menghubungkan antara dunia satu dengan dunia lain. Diiringi dengan konspirasi besar antara pemimpin negara. Disusupi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan politik, dan dengan tujuan untuk menginvasi, bagaimana kelanjutan misi ekspedisi ini?

"Musuh terlihat!" Salah satu personil mengkonfirmasi adanya musuh. Seluruh kendaraan tempur bersiap didepan. Tentara non-shinobi keluar dari kendaraan pengangkut, mencari tempat dan bersiap diposisi masing-masing, sementara tentara shinobi bersiaga sebagai pertahanan terakhir.

"Musuh sudah bergerak."

"Jendral, perintah anda?"

Saat itu matahari baru saja terbit, menyinari sesuatu yang menghubungkan dua dunia itu, mereka menyebutnya...

"Semua unit, bersiap. Serang!"

GATE!


To Be Continued


.

A/N:

Halo para readers semuanya. Saya punya ff baru dengan cerita yang baru juga tentunya. Ini Xover Naruto X Gate: Jietai. Saya sudah ngebet banget pengen buat satu fic xover ini saat ngecheck fandom xover ini hanya ada 1 fic, itupun bahasa inggris.

Maka dari itu saya buat fic ini, siapa tahu bisa ngajak author lain buat fic difandom ini.

Ceritanya gabungan antara militer dan shinobi, termasuk alat-alat tempurnya. Kalau ada yang mau ditanyakan silahkan coret-coret di kotak review atau PM saya.

Beberapa pertanyaan buat reader, siapa tahu ada yang mau request:

1. Nama-nama anggota tim Naruto, ada yang mau ngasih saran?

2. Nama character Naruto buat dimasukkin dalam fic ini, kalau bisa sekalian spesialisasi dalam militernya.

Mind To Review?

See You In Next Chap.