Cinta pertama Baekhyun adalah saat pertengahan semester, di tahun ketiganya di SMA. Saat itu sekolahnya memiliki jadwal seminar dari kampus-kampus dan Baekhyun duduk di barisan paling depan.

Seperti cerita monoton lain, Baekhyun bertemu pandang dengan salah satu mahasiswa yang membuat hatinya berdebar saat pandangan mata mereka bertemu. Mereka duduk berhadapan sebagai presentator dan auditor.

Awalnya Baekhyun berpikir itu hanyalah rasa ketertarikan sesaat yang akan terlupakan begitu saja keesokan harinya. Namun ketika bel pulang sekolah itu berbunyi, saat kakak mahasiswa itu tetap berdiri di depan gerbang sekolah, dan saat kakak mahasiswa itu menghentikan langkah kaki Baekhyun dengan tepukan di pundak lalu bertanya tentang nomor telepon Baekhyun, saat itulah kisah cinta pertama musim panas Baekhyun dimulai.

~UNCLE~

Capter 9: Masa Lalu yang Datang

"Jangan kau berani menyentuh kekasihku!"

Pria itu bersendekap dada mendengar pernyataan Chanyeol lalu tersenyum meremehkan.

"Ya, aku sudah dengar berita tentang Baekhyun yang suka bergonta-ganti pacar sejak masuk universitas. Jadi kau salah satu orang yang akan dicampakkan Baekhyun?"

Chanyeol ganti tersenyum remeh, "Dicampakkan Baekhyun tidak terdengar semenyedihkan daripada setelah mencampakkan Baekhyun lalu mengemis meminta cinta Baekhyun kembali."

Baekhyun membolakan matanya mendengar perkataan Chanyeol. Memangnya apa yang sudah Chanyeol ketahui? Apa Chanyeol baru mencuri dengar percakapannya dengan Junki? Dasar paman satu ini, selalu terlalu pede, tidak tahu situasi, dan suka semaunya sendiri. Baekhyun pastikan untuk mengadu kepada neneknya saat telah di rumah nanti.

"Pa – "

"Baekhyun masih mencintaiku!" Balas Junki percaya diri meski rahangnya mengeras mendengar fakta yang dibeberkan Chanyeol akan dirinya.

Chanyeol mengernyitkan dahinya lalu beralih menatap Baekhyun.

"Kau mencintai orang ini?" Tanya Chanyeol kemudian sambil dengan lancang menunjuk wajah Junki.

Baekhyun terdiam. Siapa memang orang yang dapat melupakan cinta pertama mereka di dunia ini? Bahkan Kakek Park sendiri masih sering memandangi album lawas mendiang istri pertamanya – atau mungkin mantan istri karena mereka telah bercerai – yang juga merupakan nenek kandung Baekhyun. Namun Baekhyun kini meragu. Benarkah rasa itu masih ada? Ataukah bekas lukanya saja yang masih membekas jelas? Atau ingatan hari menyedihkan itu sendiri yang membuat hati Baekhyun terasa kembali patah?

Baekhyun masih merindukan pelukan dan ciuman dari cinta pertamanya itu kalau boleh jujur. Tapi rasanya sudah sangat terlambat. Baekhyun tidak mungkin mematahkan hati wanita yang dahulu pernah ia anggap sebagai kakak, apalagi wanita itu sekarang tengah mengandung jabang bayi dari cinta pertamanya ini.

"Aku tidak peduli Baekhyun masih mencintaimu atau tidak!" balas Chanyeol lantang. "Karena bagaimanapun , Baekhyun adalah milikku sekarang. Kau hanya orang yang mampir di hidup Baekhyun, kemudian pergi begitu saja."

Setelahnya Chanyeol meraih tangan Baekhyun untuk digenggam lalu pergi melewati Junki begitu saja tidak lupa menabrakkan bahunya keras pada bahu mantan kekasih Baekhyun itu.

Sampai di depan mobil Baekhyun menghempaskan tangan Chanyeol kasar. Membuat Chanyeol berbalik dan menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa?" Tanya Chanyeol kemudian.

Tapi Baekhyun hanya menatap Chanyeol tajam sambil mengerucutkan bibirnya beberapa centi, lalu masuk ke mobil tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Chanyeol. Sedangkan Chanyeol hanya mengedikkan bahunya acuh, tak mengerti dengan sikap Baekhyun lalu ikut masuk ke mobil pada kursi kemudi.

Namun setelah Chanyeol telah masuk ke mobilpun Baekhyun tetap menatapnya tajam tak lupa kerucutan bibirnya yang tak lupa masih sama.

Helaan nafas Chanyeol terdengar jelas sambil mata bulatnya yang berotasi. "Apa?"

Baekhyun tak menjawab dan tetap bergeming.

Akhirnya Chanyeol meraih bahu Baekhyun lalu menatap pria mungil itu tak kalah tajam.

"Dengar Byun, kau harusnya berterimakasih padaku. Kalau aku tak datang aku tak yakin kau bisa lepas dari pria bajingan itu dengan mudah. Atau bahkan mungkin saja kau terbujuk oleh rayuannya dan menjadi orang ketiga diantara pria itu dan istrinya. Jangan buat hidupmu seperti di drama!"

Baekhyun tetap diam dengan mata tajamnya. Namun perlahan bibirnya kembali ketempatnya.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

"HUUUAAAAA PAAMAAAANNN!"

Kan, tingkah Baekhyun tidak bisa diprediksi.

"PAAAMAANN… AKU MERINDUKAN KAK JUNKI TAPI KAK JUNKI SUDAH PUNYA ISTRI DAN AKAN PUNYA ANAAAKK AKU HARUS BAGAIMANAAAAAAA?"

Pengakuan itu, cukup mengejutkan Chanyeol.

"K-kau, masih menyukai pria itu?"

"Aaaaku tidak tahuuuu…. Pokoknya aku merindukan kak Junki! Tidak bisakah dia berkencan denganku sehari saja?"

"KAU GILA! DIA SUDAH PUNYA ISTRI DAN AKAN PUNYA ANAK!"

"KENAPA PAMAN MEMBENTAKKU?!"

"AKU TIDAK!"

"ITU PAMAN MEMBENTAKKU!"

Chanyeol meremat rambutnya sesaat sebelum akhirnya menjalankan mobilnya untuk pulang. Baekhyun kembali merengut tapi kini bibirnya maju lebih beberapa senti dari yang tadi. Matanya menatap jalanan dan tangannya bersendekap.

"Pasang sabuk pengamanmu!" Chanyeol mengingatkan pelan. Namun Baekhyun meraih sabuk pengaman dan memakainya dengan bar-bar tanpa merubah mimic wajahnya, lalu kembali bersendekap.

Bisakah Chanyeol memasukkan bocah disampingnya ini ke dalam karung, lalu membuang karung itu ke laut?

Lama keterdiaman melanda. Bahkan setelah setengah jalan pulang telah ditempuh Baekhyun tetap diam.

"Kau…" Chanyeol akhirnya buka suara setelah sebuah pertanyaan singgah di dalam otaknya.

"Jadi Baekhyun,…" Namun Chanyeol mulai meragu ketika ingin mengatakannya.

"Ck, apasih paman?" Ketus Baekhyun karena Chanyeol tidak juga menyampaikan apa yg ingin dikatakannya.

"Bagaimana kau mengenal si Junki - Junki itu?"

Baekhyun Nampak terdiam sebentar sebelum menghela nafasnya pelan "Aku mengenal Kak Junki ketika duduk di kelas 3 sekolah atas, dia dan teman-teman kampusnya melakukan seminar perkuliahan di sekolahku, saat itulah pertama kalinya aku bertemu Kak Junki. Lalu yah,… kami berkencan." Ungkap Baekhyun dengan aura sedihnya mengenang masa lalu.

Baekhyun menghela nafasnya pelan sebelum melanjutkan kisahnya. "Aku sangat senang saat itu, aku bahkan belajar mati-matian agar bisa satu kampus dengan Kak Junki. Tapi bahkan saat aku menemuinya hendak mengatakan kalau aku berhasil lolos sebagai mahasiswa di kampusnya, ia malah memberikan undangan pernikahannya. Jadi aku memutuskan untuk menunda kuliahku dan mendaftarkan diriku ke kemiliteran lebih awal."

"Dia terdengar jahat." Chanyeol memberi komentar, membuat Baekhyun lebih menundukkan kepalanya.

"Yah, begitulah."

Lalu keterdiaman melingkupi mereka. Chanyeol larut dalam pikirannya.

Chanyeol kira, Baekhyun hanyalah pria labil yang cengeng, pengadu, dan kekanakan. Tapi ternyata lebih buruk daripada yang ia kira. Baekhyun hanyalah pria yang gagal move on dari cinta pertamanya. Yah, Chanyeol akui kalau yang namanya cinta pertama itu pasti memiliki kesan yang kuat bagi setiap orang dan tak mudah dilupakan. Chanyeol bahkan masih mengingat cinta pertamanya ketika SMP yang terakhir kali Chanyeol dengar kabarnya telah menikah dan tinggal di tempat entah-berantah. Tapi memiliki kesan yang kuat dan tidak mudah dilupakan bukan berarti setiap orang harus terjebak di masa lalu dan tidak bisa berpaling, kan?

Lalu apa gunanya lusinan mantan Baekhyun yang selalu Baekhyun banggakan permainan ranjangnya itu?

"Tunggu, jangan-jangan semua pacar-pacarmu itu hanya kau jadikan pelampiasan?"

Baekhyun langsung menatap Chanyeol sambil merengut sebal karena tuduhan Chanyeol itu.

Chanyeol heran, kenapa pria yang bahkan sudah mengikuti kegiatan wajib militer ini pandai sekali merengut?

"Kau kira aku sejahat itu? Aku menyayangi mereka dengan setulus hatiku!tapi yang namanya seseorang yang pernah benar-benar kau sayangi lalu menghancurkan hatimu lalu tiba-tiba datang kembali ke hidupmu, siapa yang dapat tidak gerogi?"

"Ah, jadi kau hanya gerogi? Pasti karena pria bernama Junki tadi permainan ranjangnya bagus sekali ya, sampai kau gagal move on?"

Baekhyun menghela nafas sebentar, "Aku bahkan belum pernah tidur dengan kak Junki."

Tunggu, apa?!

Pengakuan Baekhyun adalah suatu hal yang sangat tidak mungkin bagi Chanyeol. Baekhyun adalah salah satu spesies yang memiliki tingkat agresifitas tinggi. Bukankah seharusnya Baekhyun sudah mengenal seks ketika masih SMA atau mungkin SMP?

"Kau? Tidak pernah tidur dengannya? Seorang maniak seks sepertimu? Aku tidak percaya!"

"AKU BUKAN MANIAK SEKS YA!"

"Lalu apa?!"

"Aku hanya mengagumi bagaimana Tuhan bisa menciptakan sebuah benda panjang sederhana tetapi sangat berpengaruh besar bagi kehidupan umat manusia yang menjadi symbol kegagahan yang disebut, penis!"

Chanyeol hampir tersedak ludahnya sendiri ditambah hampir kehilangan fokus kemudinya dikarenakan ucapan vulgar Baekhyun yang Baekhyn ucapkan dengan sangat mudahnya.

Yah, cukup lama tinggal seatap dengan Baekhyun membuat Chanyeol mengerti kalau mulut Baekhyun cukup tidak terdidik. Tapi 'Definisi Penis bagi Byun Baekhyun' adalah topic yang sedikit… dapat mengakibatkan serangan jantung secara mendadak?

Ayolah, siapa orang jenius yang menjelaskan penis dengan kalimat seperti itu? Bahkan telinga Albert Einstein-pun pasti akan berdengung bila mendengarkannya.

"Kau selalu bergonta-ganti pasangan dan setiap selesai berhubungan badan kau selalu dengan bangganya menceritakan kegiatan ranjangmu kepada setiap orang. Kalau yang begitu bukan maniak seks, lalu apa? Ketergantungan? Obsesi?"

"Aku sudah bilang kalau aku mengagumi ciptaan Tuhan yang satu itu dan seks adalah caraku untuk mengaguminya! Seks adalah caraku mengagumi ciptaan Tuhan!"

Sungguh jawaban yang sangat religious.

"Dan asal paman tahu, selama aku SMA, aku masih perjaka!"

"Tidak mungkin! Kau kan lebih agresif dari sapi betina yang ngebet kawin!"

"Aku benar-benar perjaka loh! Aku dulu sangat polos semasa SMA, benar-benar belum berpengalaman!" Baekhyun masih membantah tapi kali ini dengan nada suara yang sudah turun. Dengan nada bicara yang benar-benar membujuk Chanyeol untuk mempercayainya.

Chanyeol berdecak sambil merotasikan matanya, lalu berujar pelan, "Tentu kau masih perjaka, keperawananmu yang sudah hilang!"

Sayangnya, Baekhyun mendengarkannya.

"YAK! PAMAN BODOH, KAU KIRA AKU PEREMPUAN!"

"BYUN BAEKHYUN HENTIKAN, ATAU KITA BISA MENABRAK! YAKK! JANGAN MENARIK RAMBUTKU!"

~UNCLE~

"Sayang?" Ucap Yuri kala menghampiri suaminya yang sedang sibuk memberi makan ikan-ikan koinya di kolam halaman depan sambil membawakan suami tercintanya itu secangkir teh hijau.

"Ya, Kenapa sayang?" Jawab Kakek Park kemudian sambil merentangkan sebelah tangannya pertanda ia ingin dipeluk sang istri.

Yuri meletakkan secangkir teh buatannya di meja teras, lalu menghampiri suaminya untuk memeluknya dari samping. "huh…" dengusnya pelan.

"Ada apa?" Tanya tuan besar Park itu sekali lagi.

"Tidak, aku hanya tiba-tiba kepikiran, Chanyeol dan Baekhyun nampak belum bisa akur!"

Kakek Park mengernyitkan dahinya lalu menatap istrinya dengan heran. "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Ya kau lihat saja setiap mereka bertatap mata entah itu pagi, siang, sore, atau malam pasti ada saja yang mereka ributkan! Aku jadi sedikit menyesali sifat Chanyeol yang bersumbu pendek itu!" Jawab Yuri bersungut-sungut.

Kakek Park dibuat terbahak karenanya membuat istrinya lebih merengut lalu memukul pelan dada suaminya. "Sumbu pendek itukan warisan darimu! Lagipula menurutku mereka sudah cukup akrab!"

"Akrab darimananya? Kau tidak pernah benar-benar memperhatikan anak dan cucumu ya?"

Kakek Park tersenyum lembut kemudian, "Aku kira sekarang sudah jauh lewat waktu pulang Baekhyun dari kampusnya. Pasti mereka sekarang sedang menghabiskan waktu bersama!" Lalu senyum jahilnya keluar "Lagipula aku pikir daripada aku memperhatikan dua anak itu bukankah lebih baik aku memperhatikanmu?"

Cubitan cinta lalu Yuri hadiahkan kepada suaminya.

"Bagaimana kalau kita bertaruh?" Ucap Kakek Park yang berhasil membuat kening istrinya mengkerut. "Kalau nanti Chanyeol dan Baekhyun pulang tanpa pertengkaran, kau harus tambah jatahku seminggu kedepan!"

Dasar orang tua yang tidak kekurangan hormone.

Yuri tersenyum kemudian. "Kalau mereka pulang dengan pertengkaran, tidak ada jatah untukmu selama seminggu!" Dan Yuri adalah tipe orang yang ambisius dan tidak mau kalah, salah satu sifat yang diwarisi Chanyeol.

"Deal!"

Kakek Park merasa pecaya diri, pagi tadi istrinya tidak bisa turun untuk sarapan bersama karena, yah… kalian tahu? Kegiatan rutin suami istri mereka semalam. Dan selama sarapan tadi, ia tidak melihat adanya pertengkaran pada anak dan cucunya. Pagi itu mereka terkesan, normal (?). Seperti paman dan keponakan yang tidak dekat lainnya, mereka hanya berbasa-basi kecil seperti Chanyeol yang menanyakan bagaimana kabar pacar terbaru Baekhyun. Dan Baekhyun yang menjawab dengan antusias bagaimana pacar barunya sekarang –Daniel, yang menembaknya secara romantis sabtu kemarin.

Namun Yuri juga cukup percaya diri karena pagi tadi ketika suaminya sibuk memberi makan burung-burung peliharaannya di halaman belakang Yuri dapat dengan jelas mendengar Baekhyun mengadu kalau pamannya itu tidak mau mengantarnya kuliah.

Tepat setelahnya, mobil yang Chanyeol kendarai untuk mengantar-jemput Baekhyunpun memasuki pekarangan. Yuri tersenyum seperti biasanya menatap kepulangan anak dan cucunya, berbeda dengan Kakek Park yang tersenyum miring sambil melirik istrinya. Ia sudah merencanakan permainan apa-apa saja yang akan ia lakukan dengan istrinya selama seminggu penuh. Bahkan Tuan Besar Park ini siap menghubungi sekretarisnya untuk mengimpor mainan-mainan dari negara tetangga untuh menambah gairah kegiatan malam mereka.

Kakek satu ini memang mesum seperti kata Baekhyun

Setelah menghentikan mesin mobilnya, Chanyeol keluar dari mobilnya dengan santai seperti biasa dan berjalan seperti biasa juga. Kakek Park makin mengembangkan senyumnya.

"Aku pulang, Ibu, Ayah!" Sapa Chanyeol kepada kedua orang tuanya seperti biasanya.

"Anak Ayah sudah pulang!" Kakek Park langsung merangkul pundak Chanyeol yang membuat Chanyeol mengernyitkan dahinya. Kenapa tiba-tiba? "Dimana keponakanmu?"

"YAK PAMAN CHANYEOL!"

Baekhyun berteriak kencang sembari keluar dari mobil dengan cara yang sangat bar-bar. Chanyeol membulatkan matanya. Bukankah tadi tertidur setelah lelah mengomel dan marah-marah? Kenapa sekarang sudah bangun?

Chanyeol lalu berusaha menghindari Baekhyun, berusaha mengambil langkah seribu. Tapi, Baekhyun tetaplah 'mantan atlet lari' saat SMP dan SMA. Tak sampai empat langkah, Baekhyun sudah meraih rambut belakang Chanyeol dengan jambakan kuat.

"Yak! Byun Baekhyun hentikan! Aaaawwww!"

"Aku tidak peduli Paman bodoh! Bahkan aku tidak akan memakan pizza nanas yang kau janjikan itu!"

"Bagaimana dengan pizza strawberry? Aaawww Baekhyun berhenti menjambakku!"

"Tidaaak maaauuu!"

Tapi yang sepasang paman dan keponakan itu tidak sadari adalah ketika senyum Yuri yang melebar, lebih lebar dari biasanya. Berkebalikan dengan Kakek Park yang diselimuti aura hitam disekitar tubuhnya.

"Park Chanyeol! Byun Baekhyun!" Bahkan suara panggilan dari Kakek Park yang biasanya terdengar tua dan kuno-pun kini terdengar sangat mengintimidasi sehingga dapat menghentikan pertengkaran sang anak dan cucu. "Aku sita kartu kredit kalian hingga seminggu kedepan!" Ucapnya final.

"WHAT?! / HEEEHH?!"

"AYAH, KENAPA TIBA-TIBA?!"

"HEI PARK TUA BANGKA! KAU SEDANG MENSTRUASI YA?!"

"BYUN BOCAH NAKAL BAEKHYUN, KU SITA KARTU KREDITMU SELAMA SEBULAN!"

"YAAAKKKK!"

Dan tanpa memberi penjelasan bahkan sepatah kata-pun, Kakek Park berjalan memasuki rumah besarnya tanpa mengiraukan protesan Baekhyun yang masih berlanjut.

Yuri tersenyum lembut sambil menepuk bahu Baekhyun untuk menghentikan ocehan anak itu yang seperti tidak berujung. "Tidak apa-apa, nanti pakai punya nenek, ya?"

"Mom?!"

Kini ganti Chanyeol yang protes.

"Sudah-sudah jangan berkelahi lagi. Aku akan menyusul Tuan Besar Park satu itu untuk membujuknya!" Benar-benar perkataan yang halus dan bijaksana.

Tapi Chanyeol masih tidak terima!

"Mom!" Bahkan panggilan Chanyeol-pun tidak Yuri hiraukan. Yuri pergi setelah pengelus sayang rambut Baekhyun.

Memang kalau sudah dengan cucu, anak akan selalu dilupakan.

"INI SEMUA GARA-GARA KAU!"

"KENAPA PAMAN MALAH MENYALAHKANKU?!"

TBC

~UNCLE~

Bonus capter: Kopi dan Susu Strawberry

Baekhyun terbangun dari tidurnya saat jam wakernya menunjukkan waktu pukul satu lebih tiga puluh menit di malam itu. Mencoba untuk kembali tidur tapi matanya seperti menghianatinya. Bahkan setelah satu jam terlewat, Baekhyun masih belum bisa tertidur.

Setelah cara menghitung domba tidak berefek sama sekali, Baekhyun menyerah pada domba nomor 204. Akhirnya Baekhyun memutuskan untuk turun, barangkali sedikit camilan malam bisa malam bisa membantunya?

Tapi setelah berada di ruang makan, Baekhyun bukannya menemukan segelas susu strawberi kesukaannya, ia malah menemukan pamannya yang sibuk berkutat dengan laptopnya di meja bar. Tak lupa secangkir kopi yang sudah tandas separuhnya.

"Hei, paman! Untuk apa kau malam-malam disini? Aku tidak ingat kalau jaringan wi-fi disini lebih baik dari jaringan wi-fi di kamarmu?" Tanya Baekhyun basa-basi.

"Ayah memberiku kerjaan dadakan disaat aku akan berangkat tidur. Aku kesini hanya untuk mencari secangkir kopi untuk membuatku terjaga!"

"Oh, kupikir kau pengangguran!"

"Ck!"

Sudah malam, jangan bertengkar. Besok pagi saja. –ini adalah satu-satunya hal yang Chanyeol coba patuhi saat ini.

Baekhyun berjalan menghamiri kulkas untuk mengambil persediaan susu stawberinya, juga beberapa camilan lain untuk kemudian ia gotong ke kamar.

"Kau sediri, untuk apa berkeliaran malam-malam begini?"

Baekhyun mengerucutkan bibirnya mengingat kalau ia tidak bisa tidur tanpa alasan. Entah mengapa itu menjadi salah satu hal yang menyebalkan baginya karena, hey, Baekhyun itu lelah seharian di kampus mendengarkan dosen botak berceramah. Mata kuliahnya benar-benar membosankan, ingin Baekhyun tinggal sebenarnya. Tapi dosen botak itu sudah botak, pemarah, pelit nilai lagi. Baekhyun jadi harus menahan rasa bosannya dan membuka matanya lebar-lebar untuk memperhatikan dosen tua satu itu. Baekhyun kapok pernah tidur dikelasnya lalu disemprot habis-habisan. Kalau boleh jujur Baekhyun bahkan masih dendam. Ingin Baekhyun jambak saja dosen tua satu itu. Untung botak.

"Hey!"

"Aku hanya tidak bisa tidur, jadi aku mencari sedikit camilan malam!" Bakhyun kembali ke bumi setelah Chanyeol menyadarkannya.

"Sedikit camilan, huh?" Chanyeol tertawa kecil dengan apa yang dikatakan Baekhyun, tak sesuai dengan apa yang dilihatnya. Tangan Baekhyun penuh dengan berbagai jenis makanan. Hampir separuh isi kulkas Baekhyun bawa. "Pantas saja berat badanmu tidak pernah turun dan tambah naik, kalau malam kau menjelma menjadi babi rupanya?" Ejek Chanyeol setelahnya berhasil membuat Baekhyun menukikkan alisnya.

"Hei Paman, kau pernah lihat babi dengan tubuh seseksi ini?"

"Apa kau bilang? Seksi? Dengan pantat besar itu? Jangan bercanda!"

Dasar Chanyeol mulutnya munafik.

"Pantatku ini adalah pintu menuju surga!"

"Benarkah? Kalau begitu kemari! Coba aku masuki!"

Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar, terlalu malas untuk bertengkar di larut malam. "Sepertinya kau benar-benar haus belaian sehingga mau memasuki pantat babi ini?! Sudahlah Paman, aku malas berdebat denganmu! Kalau kau memang sedang horny, club malam masih buka jam segini!"

"Hei, kau pikir aku pria macam apa?!"

Baekhyun yang sudah muak terus berjalan melewati meja bar tanpa menghiraukan Chanyeol lagi.

"Hei, Baekhyun?!"

Tapi panggilan tiba-tiba dari Chanyeol entah kenapa membuat Baekhyun reflek menghentikan langkahnya.

"Apa?"

"Tiba-tiba aku kepikiran omonganmu sore tadi!"

"Omongan yang mana?"

"Yang kau masih perjaka ketika SMA."

Baekhyun menaikkan sebelah alisnya.

"Kalau bukan si Junki itu, lalu siapa yang mengambil keperjakaanmu?"

Baekhyun akhirnya membalikkan tubuhnya, lalu berjalan menuju Chanyeol dengan tatapan mata yang cukup serius. Tatapan mata yang baru pertama kali Chanyeol lihat dari sosok Baekhyun. Membuat Baekhyun terasa, berbeda(?).

"Kau tidak akan percaya…

Orang yang mengambil keperjakaanku –

Baekhyun menundukkan dirinya untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Chanyeol. Tatapan yang sedikit mengintimidasi membuat Chanyeol tanpa sadar bergidik lalu memundurkan wajahnya sendiri seiring wajah Baekhyun yang makin dekat.

–Aku,

Bahkan tidak kenal siapa pria itu!"

Kenapa terasa tidak asing?

TBC.

Tidak terasa sudah hampir setahun ff ini menganggur. Dari jaman aku USBN sampai sekarang adek kelas mau USBN :'v mau cerita sedikit, abis lulu SMA aku ada sedikit masalah dan sedikit goncangan batin /ceileeh/ tapi ngga papa, I feel better now ;) . Btw, sekarang aku kerja looh :3 tapi jadi super capek tiap hari jadi makin jarang update dah nih ff :v tapi gapapa, tetep ku lanjut karena aku sendiri juga penasaran gimana lanjutannya berhubung ideku datangnya selalu tiba-tiba ngga ada angin ngga adaa ujan :V terimakasih ya tapi buat yang masih tetep setia menunggu UNCLE buat kambek :D btw lagi sebenernya ini ff udah aku publish 30 menit sebelum yg baru ini aku publish ulang. Kenapa aku unpub? Soalnya disana aku mengungkapkan jati diri kakek park tapi karena rasanya kurang asoy kalo diungkap sekarang, jadi aku unpub :V adakah yang sudah membaca? Kalau sudah ya selamat jadi salah satu orang yang mengetahui identitas Kakek Park yang beristri muda ;D :V btw lagi, selamat menunaikan ibadah puasa yaaa pengen mudik, tapi karena adanya covid-19 jadi ngga bisa padahal mudik juga Cuma ke kota sebelah biasanya ngga lebaranpun kalo libur juga otw pulang kalian juga stay safe yaaaaa ikutin aja anjuran pemerintah biar ngga merugikan diri sendiri atau orang lain ;D

Btw lagi, adakah yang mau mampir kea kun wattpad ku? Username nya sama vivitobenmonggu sama vivitobenmonggu2 :3 iya, akunku ada dua kek sarimi :V