MANAGER
Cast :
NCT Dream and NCT Member.
.
.
Sesampainya di Lokasi pemotretan Mark dan Jeno langsung ditarik untuk masuk ke ruang make up sementara Jaemin sebagai manager baru mereka hanya duduk disebuah kursi menunggu keduanya selesai di make up. Sesekali Jaemin akan memeriksa tabletnya untuk sekedar mengusir rasa bosan yang mulai menghampirinya.
PUK
Tiba-tiba saja Jaemin merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya. Jaemin mendongakkan kepalanya untuk melihat si pelaku. Sesaat Jaemin terkejut saat melihat betapa tampannya orang yang ada didepannya ini. Jaemin rasa orang yang menepuk bahunya ini adalah salah satu model disini. Jadi untuk bersikap sopan Jaemin tersenyum pada orang tersebut.
"Halo. Apa kau sendirian? Boleh aku duduk disampingmu?"Tanya orang itu pada Jaemin. Jaemin mengangguk dengan agak kaku. Sungguh ini sangat canggung baginya.
"Siapa namamu? Apa kau model juga? "Tanya orang itu.
"Aku Jaemin. Na Jaemin. Dan aku bukan model disini bagaimana dengan mu? "Ujar Jaemin ramah namun masih ada nada canggung saat ia ,ia tidak bisa langsung dekat dengan orang lain.
"Aku Dong Sicheng. Kau bisa panggil aku WinWin. Itu nama panggilanku. Dan aku model disini tapi sebenarnya aku adalah aktor, "Ujar WinWin. Ia tersenyum pada Jaemin. Mau tidak mau Jaemin balas tersenyum padanya. Menurut Jaemin, WinWin ini terlihat sangat polos dan sepertinya ia juga baru di Korea, bahasa Koreanya masih tidak terlalu bagus.
"Ah ya, sepertinya kau lebih muda dari ku jadi panggil saja aku gege atau Hyung. "Jaemin mengangguk. "Oh ya kau Bilang kau bukan model disini. Lalu apa yang kau lakukan? "Tanya WinWin ,ia menatap kearah Jaemin dengan antusias.
"Aku Manager artis. " Kali ini WinWin yang mengangguk. Setelah itu mereka terus bercakap-cakap dengan asyik .
.
.
Jeno mendengus kesal melihat pemandangan didepannya. Pemandangan managernya yang sedang asik mengobrol dengan seorang model yang merupakan rekan kerjanya.
"Cih. Apa kali ini dia menggoda seorang model ? Apa tidak cukup dia menggoda Mark Hyung."Jeno menggerutu dengan kesal. Alisnya bertautan. Membuat orang yang melewatinya agak takut.
"Siapa yang menggodaku? "Tiba-tiba sebuah suara membalas gerutuan Jeno yang tidak bisa dibilang kecil itu.
Jeno menengok kearah Mark yang sudah ada disampingnya. "Itu si Manager baru, "Ujar Jeno. Ia menatap kearah WinWin dan Jaemin dengan tatapan sadisnya.
Mark ikut mengalihkan pandangannya pada WinWin dan Jaemin yang terlihat akrab. Lalu ia tersenyum kecil. "Kau ini. Dia itu tidak pernah menggodaku tahu, "Ujar Mark. Jeno menatap Mark dengan tatapan tidak setujunya.
Lalu Mark melanjutkan ucapannya, "Lagipula apa kau tidak sadar jika Jaemin terlihat sangat manis? Apalagi saat ia tersenyum. Rasanya seperti ada magnet dalam dirinya saat ia tersenyum. Membuat semua orang ingin mendekatinya. "
Jeno menatap Mark dengan tatapan datar khas andalannya. "Manis apanya? Menurutku ia terlihat menyebalkan. Apalagi saat mengumbar senyumnya. "Setelah berkata seperti itu Jeno pergi meninggalkan Mark yang masih memandang Jaemin dari jauh.
.
.
"Terimakasih semua. Kalian sudah bekerja dengan baik!"Teriak seorang fotografer pada semua kru dan model. Tanda jika pemotretan sudah selesai.
Jaemin segera menghampiri Mark dan Jeno saat pemotretan selesai. Ia memberikan handuk pada keduanya lalu memberikan dua botol air putih pada mereka. Jaemin sedang menunggu keduanya selesai meminum air minum mereka saat seseorang menepuk pundaknya.
"Hai Jaem. Apa kau punya waktu kosong minggu ini? "Tanya WinWin. Orang yang menepuk pundak Jaemin.
"Entahlah ge, aku juga belum tahu. "Jaemin menjawab pertanyaan WinWin dengan nada sedih.
"Kalau begitu. Beritahu aku jika kau sudah mendapatkan waktu kosongmu minggu ini. Aku ingin jalan-jalan keliling Seoul dan aku ingin kau menemaniku. Jadi tolong ya."WinWin memohon pada Jaemin.
"Baiklah kalau begitu ge. Aku akan usahakan, "Ujar Jaemin. Ia tersenyum pada WinWin yang juga tersenyum padanya saat mendengar jawaban Jaemin.
Jeno mendengus melihat mereka berdua. Sedangkan Mark tengah menatap keduanya dengan penasaran sekaligus tidak suka.
"Okay. Kalau begitu aku pergi dulu ya Jaem. Bye. "WinWin melambaikan tangannya pada Jaemin. Jaemin membalas lambaian tangan WinWin sebelum seseorang tiba-tiba saja menarik tangannya.
Jaemin menatap orang yang menarik tangannya dengan tatapan tajam. "Kau ini apa-apaan sih Jen. "Jaemin mengomel kecil pada Jeno. Jeno yang kena omel hanya mengedikkan bahunya tanpa membalas Jaemin.
"Kau harus hati-hati Jaem. Jangan terlalu dekat dengan seorang artis, model atau apapun itu. "Kali ini Mark yang memberikan wejangan padanya.
"Iya. Iya, "Balas Jaemin sekenanya. Pasalnya ia masih kesal dengan kelakuan Jeno. "Kalian sudah selesaikan istirahatnya. Jadi ayo berangkat ke lokasi selanjutnya. Kalian punya jadwal lain. "Setelah mengatakan hal tersebut, Jaemin langsung pergi meninggalkan Lee bersaudara.
"Apa dia marah? "Tanya Mark . Jeno mengedikkan bahunya lalu mengikuti Jaemin yang sudah keluar dari lokasi pemotretan.
.
.
Jaemin merenggangkan tubuhnya disofa tanpa mempedulikan Mark dan Jeno yang menatapnya saat ia sudah sampai diapartemen Lee bersaudara yang sekarang juga menjadi tempat tinggalnya untuk sementara.
"Apa kau selelah itu Jaem? "Tanya Mark. Ia menyusul Jaemin dan duduk disebelahnya seraya memberikan satu kaleng minuman isotonik pada Jaemin. Sedangkan Jeno, entah ia berada dimana, Jaemin dan Mark juga tidak terlalu mempedulikannya.
Jaemin menerima minuman isotonik dari Mark lalu tanpa sadar menatap Mark dengan memelas. "Iya Hyung. Aku lelah sekali apalagi tadi Jeno banyak maunya. Tangan dan kaki ku jadi pegal semua gara-gara dia. "Jaemin tanpa sadar merengek pada Mark yang hanya tersenyum menanggapinya.
Jeno yang kebetulan lewat dan mendengar ucapan Jaemin menatap Jaemin sengit. "Hey! Itu pekerjaanmu jadi jangan mengeluh. Dasar,"Ujar Jeno.
Jaemin langsung membalikkan badannya kearah Jeno yang tadi berkata padanya. Ia langsung menatap tajam Jeno. Mendengus keras lalu pergi ke kamarnya.
Mark menghela nafas. Kesal saat Jaemin pergi ke kamarnya karena Jeno. Lalu Mark menatap Jeno yang masih menatap pintu kamar yang ditempati Jaemin dengan tatapan kesal.
"Jeno , jangan bersikap begitu pada Jaemin, "Nasihat Mark.
Mendengar Mark berbicara begitu Jeno jelas langsung melihat kearah Hyungnya dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Lagipula kenapa Hyungnya malah berkata begitu, Hyungnya juga terlihat sangat peduli dan perhatian pada Jaemin. Sejujurnya, itu semua membuat Jeno bingung dan kesal? Tapi kenapa Jeno kesal. Entahlah Jeno malas memikirkannya.
"Memangnya kenapa Hyung? Itukan memang pekerjaannya dan lagipula tak apa kan kalau aku sedikit mengerjainya? "Balas Jeno. Ia tersenyum kearah Mark yang menatapnya datar.
Jeno yang ditatap begitu datar oleh Mark jadi sedikit takut. Pasalnya Hyungnya ini jarang menatapnya dengan tatapan yang seperti itu kecuali jika ia benar-benar serius atau marah. Tapi kenapa Mark harus begitu pada Jeno hanya karena Jaemin.
"Yah. Hyung jangan tatap aku seperti itu. Kau menakutkan kalau kau mau tahu. "Jeno meringis kearah Mark saat berkata begitu. Walau jarak umur mereka tidak begitu jauh tapi, tetap saja Jeno takut pada Mark.
"Jangan menjahili Jaemin. Kasihan dia, "Ujar Mark setelah ia menghilangkan tatapan datarnya. Jeno mengangguk sambil berjalan kembali kekamarnya.
"Tapi aku tidak janji, "Lirih Jeno sambil membuka pintu kamarnya. Ia melirik sedikit kearah kamar Jaemin yang tepat berada disebelah kamarnya lalu menyerigai kearah pintu yang tertutup itu.
.
.
Jaemin asyik mengutak-atik tablet berisikan jadwal dari Mark dan Jeno. Matanya menelusuri jadwal merrka minggu ini. Berharap ada satu hari saja yang kosong.
"ADA. "
Jaemin segera menutup mulutnya saat menyadari jika ia barusan berteriak lumayan kencang. Gawat jika penghuni kamar sebelah yang kebetulan adalah Jeno bangun. Jaemin malas mendengar nada datar dan ketusnya saat berbicara.
"Ku harap si menyebalkan itu tidak bangun. "Jaemin bergumam pelan sambil meyakinkan dirinya bahwa Jeno maupun Mark tidak akan bangun karena teriakannya barusan.
Tok.. Tok.. Tok
Seseorang mengetuk pintu pelan. Membuat Jaemin menatap pintu dengan pandangan horror. Ini sudah tengah malam ngomong-ngomong dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya padahal Jaemin yakin tadi Mark dan Jeno sudah tidur saat Jaemin memeriksa mereka kekamar masing-masing.
"Jaem. Kau masih bangun? "Itu suara Mark. Suaranya terdengar seperti orang yang baru bangun. Duh, sepertinya Jaemin sudah membagunkan seseorang.
.
.
"Kenapa kau masih bangun jam segini? "Tanya Mark. Sekarang mereka sedang duduk diruang tengah dengan segelas coklat panas ditangan masing-masing.
"Eum... Aku hanya sedang memeriksa jadwal kalian, "Jawab Jaemin.
"Lalu kenapa tiba-tiba berteriak? "Tanya Mark lagi dengan nada penasaran.
"Oh itu. Aku hanya senang karena bisa menemukan jadwal kosong. "Jaemin menjawab sambil tersenyum senang. Membuat Mark menyeringitkan alisnya.
"Untuk apa kau mencari jadwal kosong? "
"Oh itu. Akukan sudah janji pada WinWin - ge untuk menemaninya keliling Seoul jadi aku harus mencari jadwal kosong. Lalu aku akan memberitahunya jika aku punya."Jaemin menjawab pertanyaan Mark. Tanpa menyadari tatapan Mark yang berubah.
"Bukannya sudah kubilang jangan terlalu dekat dengan aktor, idol atau apapun itu. Dan bagaimana caramu menghubunginya? Memang kau punya nomor teleponnya? "
Jaemin sedikit mundur saat Mark berbicara padanya. Mark seperti bukan Mark yang biasanya. Biasanya Mark akan berbicara dengan ramah pada Jaemin tapi tadi nada suara yang digunakan Mark bahkan lebih dingin dari pada nada suara yang biasanya Jeno gunakan.
"Eumm. Sebenarnya tadi WinWin-ge memberiku nomornya Hyung. Dan Hyung tenang saja aku akan tetap hati-hati kok, "Ujar Jaemin. Tatapannya pada Mark saat berbicara menyiratkan suatu tatapan ragu dan takut?
Mark yang melihat sedikit ketakutan dimata Jaemin jadi mulai menyesal karena mungkin tanpa sadar ia berbicara lumayan kasar pada Jaemin.
Mark menghela nafas, ia menundukkan kepalanya sebentar sebelum kembali menatap kearah Jaemin. "Maaf aku sepertinya sudah kelewatan. Harusnya aku tidak melarangmu bergaul. "
Jaemin buru-buru menggeleng saat melihat Mark yang menyesal karenanya. "Tidak Hyung. Kau tidak kelewatan kok. Kurasa Hyung memang benar. Akan sangat berbahaya jika aku dengan sembarangan berteman dengan para idol ataupun aktor. Aku juga tahu betapa kejamnya para saseng fans itu. Jadi tidak apa-apa. Lagipula harusnya aku yang berterimakasih pada Hyung karena Hyung berusaha melindungi ku dengan cara menasihatiku. Terimakasih ya Hyung. "Jaemin mengakhiri perkataannya dengan senyuman yang amat manis. Senyuman yang berbeda dengan senyuman yang Mark lihat pertama kali.
"Kalau begitu aku kembali ke kamar ya Hyung. "Jaemin berpamitan pada Mark sekaligus mengambil gelasnya dan gelas Mark yang sudah kosong untuk terlebih dahulu dicuci sebelum ia pergi kekamarnya.
Sementara itu, Mark masih diam mematung. Ia berpikir kenapa Jaemin bisa sepositif itu. Kenapa Jaemin malah berterimakasih padanya yang jelas-jelas terlihat sedang mengekangnya. Ah,entahlah Mark juga tidak tahu yang jelas tanpa Jaemin dan Mark sendiri sadari perasaan kagum itu sudah berkembang.
.
.
"Hallo WinWin-ge, aku mau memberitahu kalau aku punya jadwal kosong dihari Sabtu. Jadi, aku bisa menemanimu keliling Seoul."Jaemin terlihat berbicara dengan seseorang yang berada disebrang telepon sambil memasak makanan didapur.
Jeno yang kebetulan melewatinya menyerngitkan alisnya. 'Siapa yang menelponnya sepagi ini? 'Batin Jeno. Rasa penasaran pun muncul dan karena itu, ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi lalu mulai mengamati Jaemin yang bergerak kesana kemari sambil menelpon dengan menopang dagunya.
"Oke. Kalau begitu sampai jumpa hari Sabtu. Aku akan menunggumu di Sungai Han. Kita mulai perjalanan keliling Seoul dari sana. "
Jeno kembali menyerngitkan alisnya. 'keliling Seoul? 'Batin Jeno.
"Apa dia mau bertemu dengan si WinWin itu? "Gumam Jeno.
"HUAA. SEJAK KAPAN KAU DISITU! "Jaemin berteriak keras saat melihat Jeno sudah duduk dimeja makan.
Jeno menatap Jaemin datar karena reaksinya yang berlebihan. "Hey jangan lebay begitu. Dan aku sudah disini sejak kau bertelepon dengan seseorang, "Ujar Jeno sambil tersenyum. Membuat Jaemin agak takut dan aneh karena Senyum Jeno yang malah terlihat menyeramkan.
"Kau menguping pembicaraanku? "Tuding Jaemin. Ia menunjuk Jeno menggunakan sebuah pisau yang tadi ia gunakan untuk memotong daging ayam.
Jeno memundurkan sedikit wajahnya, walaupun Jaemin berada cukup jauh dengannya ada kemungkinan Jaemin. Bisa saja melemparkan pisau itu kearahnya bukan?
"Hmm. Ya aku dengar sedikit. Apa kau tadi bicara dengan WinWin? "Tanya Jeno lagi. Kali ini ia sudah tidak memundurkan wajahnya karena Jaemin sudah mulai menurunkan pisau yang ada digenggamannya.
"Memangnya dengan siapa aku menelpon itu urusanmu apa. Jangan ikut campur, "Ujar Jaemin sengit. Ia lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada masakannya.
Jeno mendengus kesal. Jaemin benar-benar membuatnya bingung karena sejauh ini Jaemin benar-benar terlihat memusuhinya. Bahkan untuk melihat padanya sepertinya Jaemin juga enggan. Yah, Jeno akui sikapnya pada Jaemin memang menyebalkan ,tapi itu salah Jaemin sendiri yang terlalu menggemaskan saat marah. Eh, Apa ? Jeno langsung memukul kepalanya dengan cukup keras saat ia tersadar dari pemikirannya.
Jaemin yang melihat Jeno memukul kepalanya dengan keras menatapnya dengan aneh. "Kau kenapa? "Tanya Jaemin polos.
Jeno langsung tersadar dan menatap kearah Jaemin. "Tidak ada. Sudahlah aku mau bangunkan Mark Hyung saja. Tumben dia belum bangun. " Jeno berdiri dari bangkunya dengan cepat lalu berbalik untuk pergi kekamar Mark dengan terburu-buru hingga kakinya terbentur.
"Akh... "Jeno meringis kecil.
"Yak! Hati-hati. Kau ini kenapa sih. "Omel Jaemin sambil ikutan meringis.
"Yak. Jangan mengomel. Urus saja masakanmu awas ya kalau aku dan Mark Hyung sudah kembali dan masakannya belum siap. Aku akan terus mengerjaimu. "
Jaemin kembali mendesis kesal karena ucapan Jeno."Ih... Aku perhatian padamu kau malah begitu. Yasudahlah urus dirimu sendiri saja sana. "Jaemin segera berbalik.
"Perhatian? "Lirih Jeno pelan. Beberapa saat kemudian tiba-tiba Jeno tersenyum sangat manis sambil menatap punggung Jaemin. Rasanya ada sesuatu yang tiba-tiba masuk kedalam dirinya dan membuatnya sangat senang saat mendengar Jaemin berkata begitu. Ah sudahlah, Jeno bisa tiba-tiba gila jika terus memikirkan perkataan Jaemin. Jadi ia segera pergi ke kamar Hyungnya dan meninggalkan Jaemin yang tengah menyiapkan sarapan mereka.
TBC
Akhirnya aku lanjut chap. 2
Makasih juga ya yang udah review ff - ku
.
.
