Chapter 11

Household

.

ChanBaek

.

Boy Love, Drama, Marriage Life, Little bit of Amateur Comedy, mpreg

.

Rating T

.

Happy Reading

.

.

"Ugh, perasaanku tidak enak." untuk kesekian kalinya Chanyeol menggosok hidungnya yang merah dan gatal.

"Dari tadi bersin terus. Kau sakit ya?" Baekhyun menempelkan tangannya dikening Chanyeol, raut anak itu berubah heran lantaran suhu badan sangat suami normal-normal saja. "Ada apa?"

"Tidak tahu." balas Chanyeol sama bingungnya.

Keduanya melanjutkan langkah mereka, yang lebih tinggi tampak membawa lebih dari sepuluh tas karton hasil belanja hari ini.

Memborong banyak sekali baju bayi yang konyolnya mampu membuat Chanyeol terheran-heran saat pertama kali memasuki toko perlengkapan ibu dan anak.

Semua yang terpajang disana berukuran super mungil yang mana membuatnya takjub sekaligus ngeri.

Chanyeol tidak yakin ia berani menggendong anak-anaknya ketika sudah lahir kelak. Ia takut mereka akan terluka bahkan ketika Chanyeol baru menyentuhnya.

"Aku kepikiran tempat tidur bayi yang tadi, Yeol." curhat Baekhyun, rautnya menunjukkan jika ia sangat ingin memilikinya.

"Eomma dan appa 'kan sudah janji akan memberi hadiah tempat tidur untuk si kembar." Chanyeol mengingatkan. Sayang sekali jika mereka harus buang-buang duit..

"Iya juga sih.."

Baekhyun tahu mertuanya itu pasti akan sedih jika hadiah dari mereka ditolak.

Sebenarnya tanpa membelipun perlengkapan si kembar pasti akan terpenuhi dari kakek neneknya, tapi lagi-lagi Chanyeol menolak dengan cara halus dan hanya menerima hadiah berupah ranjang bayi, sebuah lemari dan juga kereta dorong.

Sementara kebutuhan lainnya dia sendiri yang akan berusaha memenuhinya karena Chanyeol ingin mandiri.

Sementara ini Chanyeol memang belum memiliki pekerjaan yang bagus, pendidikannya juga belum selesai, tapi ia akan berusaha dan terus belajar agar nantinya layak menyandang status sebagai pengganti Siwon, sang ayah.

Ngomong-ngomong soal pekerjaan Chanyeol jadi teringat sesuatu..

Baekhyun berdiri tepat didepan pintu, bersiap membukanya dan saat itu juga bulu kuduk Chanyeol mendadak berdiri.

Aura mistis macam apa ini?

"Tidak masuk?.. Ayo!" ajak Baekhyun segera, menyadari Chanyeol yang tampak diam berpikir. "Aku sudah tidak sabar ingin membongkar semua belanjaan kita hari ini."

Baekhyun masuk duluan, Chanyeol menyusul dengan perasaan semakin tak nyaman.

Sempat mengernyit heran melihat Baekhyun yang mendadak heboh menghambur masuk ke ruang tamu dengan pekikan girang.

"Ayah, ibu, appa, dan eomma, kalian datang?" anak itu duduk menyusup di antara para ibu.

"Aigo~ menantu manisku sudah tiba rupanya." sambut Sooyoung.

"Ibu kangen sekali padamu, sayang." Haneul memberi pelukan hangat.

"Kalian sudah lama? Kenapa tidak menghubungi kami dulu?" tanyanya. "Tadi aku dan Chanyeol pergi membeli perlengkapan si kembar. Kami membeli banyak sekali pakaian yang lucu-lucu, kita bisa melihatnya bersama-sama, aku sudah tidak sabar ingin menunjukkan bla bla bla bla..." cerocos Baekhyun tanpa henti.

Sooyoung berusaha maklum meski sebenarnya ia masih saja terkejut dengan keahlian sang menantu yang bisa bicara tanpa jeda, sementara Haneul bersikap biasa saja, sudah tahu jika mengomel merupakan salah satu bakat alami sang anak.

"...sementara Chanyeol yang membawanya. Yeol, mana—" Baekhyun melongo setelah sadar dimana posisi suaminya berada, terhimpit di antara para ayah.

Meski tidak mengatakan apapun Baekhyun bisa tahu jika saat ini Chanyeol tengah meminta tolong padanya.

"YA! Apa yang ayah dan appa lakukan pada suamiku?" ia setengah berteriak tak terima.

"Sudahlah nak, ini urusan antara laki-laki. Kita sebaiknya tidak ikut campur." Sooyoung manahan Baekhyun yang hendak bangkit dari posisi duduknya.

"Aku juga laki-laki!" sembur Baekhyun.

Sooyoung salah bicara..

"Chanyeol perlu menjelaskan sesuatu pada para ayah. Ini masalah pekerjaan." jelas Haneul memberi pengertian.

"Ada masalah apa?" dahi Baekhyun mengernyit heran. "Ini hari pertama dia memasuki perusahaan, wajar bila dia berbuat salah, kenapa tidak ada yang bisa memakluminya?" protesnya tak mau kalah.

Memang.. Tapi seorang Park Chanyeol kelak akan menjadi pemimpin penerus, tidak seharusnya calon pemimpin bertindak seenak jidat.

Ini mengenai mental kepemimpinan yang harus tetap bersikap tenang dalam menghadapi segala keadaan, darurat sekalipun. Segalanya ada prosedur yang harus dilalui.

"Ini semua salahku. Hukum saja aku!" pinta Baekhyun hampir menangis. Percayalah, dia hanya berpura-pura..

"Apa yang kau katakan, sayang?" tanya Chanyeol tak rela. "Sudahlah, aku baik-baik saja. Pergilah ke kamar bersama eomma dan mama Byun. Ini akan segera berakhir."

"Aku tidak mau kehilanganmu, Yeol." anak itu bersikukuh.

Chanyeol mengernyit heran, memangnya siapa yang akan hilang?

'Oh tidak, dia drama lagi..' Sooyoung membatin, memijat pelipis kepalanya yang mendadak pening. Jika keadaan sudah seperti ini ia yakin sebentar lagi para ayah akan menyerah.

Sooyoung berdecak sebal, padahal sedari tadi ia sudah menunggu untuk menghukum Chanyeol, tangannya sudah gatal sekali ingin menjewer telinga lebar itu.

Meski Siwon sudah mengatakan jika itu bukan hukuman yang tepat tapi Sooyoung tidak peduli, ia hanya suka membuli sang anak. Ya, seperti ada kepuasan tersendiri..

"Jangan mengulangi perbuatan yang sama di lain waktu, meninggalkan perusahaan tanpa izin. Jika kau melanggar, kami tidak akan segan-segan mencoret namamu dari calon penerus perusahaan!"

Mulut Chanyeol menganga tak percaya mendengar ucapan kejam Sooyoung. Melihat wajah nelangsa itu cukup membuat benak Sooyoung terbahak. Ya, dia lumayan puas..

"Eomma!" protes Chanyeol sebal.

"Suamiku akan menjadi pimpinan perusahan Byun setelah ayah pensiun nanti." balas Baekhyun, mood kehamilannya tidak bisa dikalahkan.

Giliran Sooyoung yang menganga, merasa kalah secara telak.

"Astaga.." Siwon mengeluh pelan. Mengapa jadi begini?

"Perusahaan Park akan menyesal karena sudah membuangnya dengan sia-sia!"

Chanyeol menahan tawanya melihat bagaimana cara Baekhyun memenangkan perdebatan dengan para orang tua.

Siwon menghela nafas pelan, dia tidak mungkin melepaskan Chanyeol demi perusahaan Byun meskipun mereka berbesan.

Heechul sendiri sudah memikirkan nasib perusahaan Byun kedepannya, dia memiliki beberapa kandidat berpotensi untuk mengelola perusahaan sebelum pada akhirnya jatuh ke tangan cucu-cucunya kelak.

Karena bagaimanapun juga Baekhyun tampaknya tidak berbakat dalam dunia bisnis. Dia hanya akan menjadi seorang suami berbakti bagi Chanyeol. Itu saja sudah lebih dari cukup.

Berbeda dengan Siwon, ia mengandalkan Chanyeol sepenuhnya, pewaris satu-satunya. Jadilah ia memilih untuk mengalah saja, tidak tega juga melihat sang menantu yang tampak bersedih.

"Aku mau kau membuat permintaan maaf secara tertulis." putus Siwon kemudian.

Chanyeol yang masih belum berani menatap sang ayah karena merasa bersalah hanya mengangguk patuh sebagai jawaban. "Akan kuserahkan besok pagi di meja appa."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba pergi?" tanya Siwon ingin tahu.

"Baekhyun sakit."

Jawaban singkat Chanyeol sukses membuat seluruh perhatian para orang tua mengarah pada Baekhyun, menatapnya khawatir.

"Dokter Oh bilang aku mengalami kontraksi palsu." anak itu memberitahu.

Raut Sooyoung berubah panik setelah mendengar penjelasan sang menantu. "Kau baik-baik saja 'kan, nak?" serbunya kemudian.

"Eum.." Baekhyun mengangguk pelan. "Aku sangat bersyukur karena sebagai seorang suami Chanyeol begitu tanggap, dia langsung datang begitu aku menghubunginya."

Anak itu memberi jeda.

"Tidak kusangka niat baiknya malah disalah artikan oleh ayah, ibu, papa dan mama Park."

Baekhyun memeluk Haneul disana, menenggelamkan wajahnya dipundak sang ibu lengkap dengan suara tangisan teredam. Para orang tua jadi merasa tidak enak sendiri.

"Ini semua karenamu, yeobo-ya." tuduh Sooyoung.

Kenapa jadi Siwon?—ia bahkan memiliki hati paling murni diantara para orang tua lainnya. Dari awal Siwon tidak merencanakan hukuman sama sekali tapi Sooyoung berkata ia ingin sekali menjewer telinga lebar Chanyeol sampai puas.

Lalu Haneul dan Heechul menyumbang ide untuk sedikit mengerjai anak itu. Jadi bagian mana yang bisa disebut 'semua salah Siwon'?

Jika ada istilah fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan maka Sooyoung yang akan mendapatkan predikat itu, ratu dari segala kekejaman. Kejam diatas kejam..

"Ada berita menarik. Kami sudah mengetahui jenis kelamin Jackson dan Jesper." Chanyeol mencoba mengalihkan suasana agar tak lagi suram.

"Benar, benar!" Baekhyun mendadak antusias, bertepuk tangan heboh sembari tersenyum lebar dari telinga ke telinga. Tangisnya tadi mendadak menghilang secara ajaib.

"Laki-laki? Dua-duanya?" tebak Siwon.

Chanyeol mengernyit heran. "Bagaimana appa bisa tahu?" tanyanya penasaran, yang lainnya ikut memasang raut yang sama.

"Kau tadi menyebut Jackson dan Jesper." jawab Siwon tanpa ekspresi, Chanyeol segera merutuki kebodohannya.

"Wah, kau sangat teliti." puji Heechul.

Bibir Baekhyun mengerucut sebal, hilang sudah acara tebak-tebakan jenis kelamin karena kecerobohan Chanyeol.

"Aigo~ cucu kita dua jagoan." seru Haneul girang.

"Aku tidak sabar menunggu waktu berjalan lima bulan kedepan untuk segera bertemu dengan mereka." Sooyoung dan Haneul berpelukan setelahnya, sama-sama merasa terharu.

"Tapi, bu.. mama Park.." Baekhyun menggigit bibir atasnya gelisah, teringat akan sesuatu. "Melahirkan itu rasanya seperti apa?"

Para ibu bungkam, termasuk Chanyeol.

"Bersiaplah kau Park Chanyeol!" Siwon menunjuk sang anak dengan wajah serius.

"Ku do'akan kau selamat begitu saatnya tiba." dan Siwon tersenyum misterius diakhir kalimat.

"Memangnya apa yang akan terjadi?" tanya Chanyeol.

Heechul tersenyum geli melihat wajah bingung sang menantu. "Kau mungkin akan mendapatkan luka cakaran dan beberapa rambut tercabut paksa dari akarnya." persis seperti yang kerap Siwon gambarkan..

"Ah~ aku pernah melihatnya disalah satu adegan drama." seru Baekhyun heboh.

Sooyoung dan Haneul hanya bisa menggeleng tak paham. Drama dan kenyataan jelas jauh berbeda.

Sebenarnya sejak awal mengetahui Baekhyun positif hamil Chanyeol selalu mendapat teror pesan singkat dari Siwon, tidak menyangka jika si pemilik hati murni itu yang melakukannya.

'Rambutmu akan rontok sebagian bahkan bisa saja semuanya karena jambakan Baekhyun ketika melahirkan nanti.'

'Tanganmu akan menjadi sasaran gigitan dan cakaran Baekhyun. Kau tahu bagaimana rasanya digigit? Jelas itu sakit!'

'Aku pernah mengalaminya sendiri. Itu hanya satu bayi, kalau dua? bersiaplah menghadapi kesakitan dua kali lipat! Hahahaa..'

'Nak, appa bukannya menakut-nakutimu. Hanya mempersiapkan mentalmu.'

Pesan semacam itu yang rutin Chanyeol terima dari Siwon. Sepertinya dia memang harus mempersiapkan mental dari sekarang.

Haneul tersenyum ringan, mengusap lembut tangan sang anak untuk menarik perhatiannya, sementara Chanyeol menatap Baekhyun dengan perasaan campur aduk.

"Kenapa sudah memikirkannya? Usia kandunganmu 'kan masih empat bulan." hibur Haneul.

Sooyoung meringis pelan, teringat ketika ia melahirkan Chanyeol dulu. Tenggorokan dan urat lehernya terasa hampir putus untuk mengeluarkan bayi berbobot hampir empat kilogram, tidak heran ketika dewasa postur tubuh Chanyeol mirip raksasa.

Jika ditanya rasanya melahirkan, jawabannya campur aduk.. Yang pasti Sooyoung kapok untuk hamil lagi, meski Siwon sudah membujuk dengan berbagai cara tapi tetap saja seorang Sooyoung tidak mau ya tidak mau. Titik. Tanpa koma.

"Ingin tahu saja, bu." jawab Baekhyun. "Kalau mama Park bagaimana?"

Sooyoung gugup. Bingung harus bicara jujur atau berbohong. Pada akhirnya wanita itu hanya menunjukkan dua jempol lengkap dengan senyum manis. Apa artinya itu?

"Pasti sakit ya?" Baekhyun terus berusaha mencari tahu.

"Sedikit." jawab Sooyoung. "..hanya seperti digigit semut." tapi semutnya sebesar gajah.. lanjut Sooyoung dalam hati.

"Jangan terlalu dipikirkan, sayang. Sekarang ini banyak sekali metode melahirkan. Kau dan Chanyeol bisa berkonsultasi pada dokter Oh atau kau mau operasi saja?—dulu ibu melahirkanmu juga melalui proses operasi caesar."

Haneul sudah mencoba melewati proses melahirkan normal sebenarnya, merasakan sakitnya kontraksi dua hari tiga malam sebelum akhirnya dokter memutuskan untuk operasi karena keadaan yang tidak memungkinkan.

"Operasi memang membutuhkan waktu penyembuhan agak lama tapi kau tidak akan merasa sakit ketika bayimu keluar." beritahu Haneul.

Memotong bagian saat pengaruh biusnya habis setelah pindah kekamar rawat, Haneul tidak akan menceritakan ini, takutnya nanti Baekhyun kepikiran.

"Tapi aku maunya melahirkan normal." curhatnya. "Iya 'kan, Yeol? Kau mau Jackson dan Jesper lahir normal 'kan?"

"Mau normal, operasi atau bahkan bertelur sekalipun aku tetap mencintaimu, Baekhyunie.."

Baekhyun manyun. "Memangnya aku ayam bisa bertelur!"

"Kita akan berkonsultasi mengenai ini bersama dokter Oh bulan depan. Secara jelas dan tuntas." putus Chanyeol final dengan semangat mengebu-gebu.

~o0o~

Para orang tua sudah pulang sejak satu jam yang lalu setelah bereaksi heboh melihat banyaknya pakaian-pakaian lucu Jackson dan Jasper.

Tapi tentu saja Baekhyun menjadi satu-satunya orang yang paling heboh diantara Sooyoung dan Haneul.

Ia bercerita penuh semangat hingga Chanyeol merasa ngeri melihat urat lehernya yang keluar kemana-mana, mengingatkan Baekhyun untuk bersikap lebih kalem yang mana tentu saja itu tak akan digubris sedikitpun.

Chanyeol sedikit terkejut ketika memasuki kamar yang keadaannya gelap gulita namun ia masih bisa menemukan Baekhyun tiduran diatas ranjang.

"Kemarilah.." undang anak itu, memanggil Chanyeol dengan gerakan jari nakal.

'Dia minta jatah atau apa?' batin Chanyeol heran.

Lemparan bantal dari Baekhyun yang mengenai kepala Chanyeol membuatnya menyadari jika sedari tadi ia bahkan belum beranjak dari tempatnya berdiri yang mana hal itu membuat Baekhyun merasa kesal.

Chanyeol bukannya berniat mengabaikan Baekhyun hanya saja ia terlalu fokus berpikir bagaimana caranya menolak ajakan Baekhyun tanpa melukai perasaan suami mungilnya itu.

"Tadi kau dengar sendiri dokter Oh meminta kita menunda melakukan kegiatan 'itu' sementara waktu. Iya 'kan, sayang?" jelas Chanyeol hati-hati.

Baekhyun segera mengerti arah bicara Chanyeol. "Aku tidak minta 'itu' kok."

"Aku hanya ingin mengajakmu nonton video." anak itu mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.

Oh, Chanyeol kira apa..

"Kalau begitu kenapa lampunya pakai dimatikan segala?" yang lebih tinggi menekan saklar lampu di dinding, seketika ruangan kamar menjadi terang benderang.

Agak kecewa juga sebenarnya, karena Chanyeol pikir ia mendapat undangan eksklusif. "Kita tidak sedang nonton bioskop."

Baekhyun mencibir main-main. "Aku ingin nonton ini bersamamu."

Chanyeol mendekat ikut bergabung, membiarkan Baekhyun bergerak tidur di dada bidangnya. "Nonton apa?"

"Video melahirkan."

Raut Chanyeol berubah takjub seketika. Penasaran tentu saja..

"Dia seorang pasien istimewa sepertiku."

"Dapat darimana?" tanya Chanyeol.

"Minseok hyung mengirimkan ini padaku setelah aku curhat pada Jongdae."

Tidak heran, Minseok penjual obat online itu memang persis seperti toko serba ada.

"Aku deg-degan.." Baekhyun menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya pelan sebelum menekan 'play'.

Video awal menunjukkan pasien istimewa itu mengerang kesakitan diatas ranjang bersalin dengan posisi siap melahirkan, para medis berdiri disekitarnya, menjalankan tugas masing-masing.

Chanyeol menahan nafas tanpa sadar sementara mata kecil Baekhyun melebar sempurna, antara takjub dan tegang.

"I-itu—a-akan k-keluar d-dari sa-sana?" Chanyeol tidak tahu mengapa lidahnya menjadi keluh, bahkan telunjuk tangannya bergetar ketika menunjuk kearah layar.

Baekhyun mengangguk cepat dengan mulut menganga, terlalu fokus menyaksikan pasien istimewa itu melakukan usaha pertamanya lengkap dengan teriakan yang membuat siapapun yang mendengarnya merasa merinding.

"Bagaimana bisa?!"

Baekhyun berdecak pelan karena Chanyeol terus saja mengganggu fokusnya. "Apanya?!" tanya Baekhyun sedikit berteriak.

"Keluarnya!" Chanyeol membalas dengan suara tak kalah besar. "..sempit begitu." cicitnya kemudian.

"Lalu kau pikir bayinya akan keluar darimana?! Lubang hidung?!—bayinya akan keluar dimana pertama kali kau memasukinya saat membuatnya!" ia berteriak dengan nada naik dua oktaf hingga Chanyeol buru-buru menutup kuping lebarnya.

"YA! YA! YA! Lihat, lihat! Apa itu kepala bayinya? Bagaimana bisa dia melakukannya?!—Baekhyun aku tidak bohong itu mengerikan! YAAA! BAEKHYUUUNNN!"

"BERISIIIIKKK!"

Adegan selanjutnya memperlihatkan salah satu dokter yang menangani mengambil sebuah gunting medis, tanpa ragu-ragu lagi menggunting jalur keluar sang jabang bayi.

Luka bekas guntingan itu melebar seiring tekanan kepala si bayi yang semakin mendesak keluar dan sang pasien semakin menjerit-jerit kesakitan, menyisakan bagian menganga dengan darah segar mengucur deras.

Chanyeol pasi seketika, tubuh besarnya lemas tanpa sebab juga perutnya seperti diaduk-aduk dari dalam. "Ughh.. aku mual." gumamnya sebelum berlari sempoyongan menuju kamar mandi.

Baekhyun bisa mendengar suaminya itu muntah-muntah disana. Anak itu membatin betapa payahnya Chanyeol sebagai seorang calon ayah.

Ketika Chanyeol kembali adegan sudah sampai pada kepala bayi telah keluar sepenuhnya, dokter memegang dan menariknya secara lembut namun cukup kuat, beberapa detik kemudian seluruh tubuh bayi berjenis kelamin perempuan itu telah terlahir sempurna.

Tangis pertamanya begitu nyaring dengan tubuh telanjang yang bergerak-gerak kecil. Baekhyun jadi ikut merasa terharu, apalagi ketika sang bayi diletakan didada sang ibu, pasien istimewa itu menangis terharu meski tampak seperti hampir sekarat.

Tangis keduanya beradu, dan sang ayah yang menemani prosesnya sejak awal tampak melihat keluarga kecilnya itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ini indah sekali.." komentar Baekhyun sembari menyeka sudut matanya yang berair setelah video itu berakhir.

Baekhyun membayangkan momen ketika nanti bayinya terlahir dan mendengar tangisnya pertama kali, entah itu Jackson atau Jesper duluan, tangis mereka pasti akan beradu sama kerasnya, lalu Chanyeol—

Anak itu melirik Chanyeol yang hanya berdiri disudut kepala ranjang, sedari tadi diam-diam ikut memperhatikan kelanjutan videonya.

Baekhyun tidak yakin mengenai Chanyeol nantinya, si raksasa itu tampak sangat meragukan.

"Kau yakin tidak akan pingsan saat menemaniku melahirkan nanti?" sindir Baekhyun telak.

Chanyeol tidak bisa memastikannya, melihat yang tadi saja sudah bikin ngeri, ia tidak bisa membayangkan bagaimana cara Baekhyun melewatinya nanti bersama dirinya.

Dia tidak tega membayangkan Baekhyun pada kondisi seperti itu dan berdarah-darah. Oh, Chanyeol ingin mati saja!

"Apa tidak ada cara lain untuk mengeluarkan bayinya? Aku tidak mau melihatmu kesakitan."

"Sakit itu wajar, tapi lihat setelah bayinya lahir! Ah, itu momen yang sangat luar biasa indahnya.." Baekhyun mencoba menikmatinya sembari memejamkan mata dan tersenyum. "Benar sekali jika orang dewasa menyebut itu seperti pertaruhan nyawa."

Chanyeol merinding mendengarnya langsung dari mulut Baekhyun. Dipikir nyawa ada tokonya yang bisa dibeli dengan mudah apa?

Tanpa Baekhyun, Chanyeol tidak tahu bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya.

Dia serius! Tolong jangan anggap ia hanya menggombal belaka..

Chanyeol merasa seperti sudah membawa Baekhyun ketepi jurang kematian ketika usia kandungannya semakin bertambah dan waktu melahirkan semakin dekat.

Ia jadi menyesal sudah menghamili Baekhyun, seharusnya ia bisa sabar menunggu sampai Baekhyun mencapai usia dewasa lalu baru memikirkan memiliki anak.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Baekhyun heran melihat Chanyeol terdiam.

"Wahh, jangan-jangan kau menyesal karena aku mengandung Jackson dan Jasper ya?" tepat sasaran.. tapi bagian mengandung dan melahirkannya, bukan Jackson dan Jasper-nya. Ingat! Jackson dan Jasper adalah kado terindah yang Tuhan berikan pada keluarga kecil mereka.

'Dia seperti seorang dukun..' batin Chanyeol menanggapi tepatnya Baekhyun dalam hal menebak.

"Tidak kok." jawab Chanyeol memeluk Baekhyun dari belakang, menumpukan dagunya dipundak yang lebih mungil sementara tangan besarnya mengusap lembut perut buncit Baekhyun dibalik pakaian tidur yang ia kenakan.

"Aku menyayangimu juga menyayangi mereka lebih besar dari pada aku menyayangi diriku sendiri." gumamnya sembari mengecupi pundak Baekhyun disana.

"Aku pasti akan menemanimu saat melahirkan nanti, selalu disampingmu sampai keduanya berhasil terlahir." jelas Chanyeol tulus dari hati. "Tidak peduli meskipun aku pingsan, aku akan bangun lagi meski berkali-kali." Baekhyun menahan tawanya dibagian ini.

Oh, jadi ini yang sering Kasper dan Jongdae katakan? Baekhyun baru mempercayainya sekarang, ternyata seorang Park Chanyeol benar-benar bucin.

~o0o~

Hai hai~~

Comeback setelah sekian lama~ (✿❛◡❛)

Kenapa lama sekali update chapter baru? semua gegara lupa password, sempat hopeless tp untungnya bisa inget lagi. (゚▽^*)

Wattpad bakal update lebih dulu, mampir yukk~ : Dh19522 ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ