Katekyo Hitman Reborn© Amano Akira
Semi AU. Canon divergense (?) maybe.
( ^O^ )1827 ( ^O^ )
Warn : ooc, typo(s)
I gain no proft.
Dont like dont read
Untuk beberapa alasan, pagi ini Tsuna bangun agak siang.
Semalam, ia sulit tidur, akhirnya ia ingin mencoba merebahkan diri di sofa. Tapi, ada Kyouya di sana, mendengkur halus dan anteng. Tidak peduli fakta bahwa masih ada ruangan yang bisa dipakai untuk kamarnya. Tidak mau kena tonfa, Tsuna akhirnya kembali ke kamarnya sendiri dan menghitung domba di dalam pikirannya. Bukannya ngantuk, ia malah makin susah memejamkan mata.
"Aku ini kenapa, sih?"
Atau mungkin aura karnivora Kyouya telah memutuskan urat ngantuknya?
Gak, gak mungkin ada yang begituan, batin Tsuna. Ia kebanyakan nonton film, sepertinya.
Tsuna kemudian beralih pada cincin vongola yang ia kenakan. Lama-lama memandanginya, membuatnya kantuk perlahan. Ia pun akhirnya tertidur tanpa sadar.
Tsuna bangun kesiangan, jadi tak sempat memasak. Meninggalkan pesan Kyouya bisa makan telur mentah saja di dalam kulkas. Prefek itu masih tidur nyenyak saat Tsunayoshi jumpalitan kesana kemari. Naasnya, saat Tsuna membuka pintu, Kyouya justru terbangun dan memanggil Tsuna dengan suara rendahnya.
"Herbivore, kamikorosu."
Eh, tapi Tsuna gak ngapa-ngapain, kan?!
Tsuna berlari secepat yang ia bisa sebelum diamuk. Melesat menuju lift dan keluar menuju kampus dengan tenang. Hari ini adalah ospek pertamanya, sebisa mungkin ia tidak ingin meninggalkan kesan dame dalam kenangannya untuk diingat kelak.
Di gerbang depan, banyak calon mahasiswa berdatangan dari berbagai arah. Tsunayoshi melihat kanan-kiri, teman-temannya tidak ada—mungkin datang dengan timing yang berbeda. Untuk sampai ke lapangan, ia harus memutar fakultas teknik, melewati kantin, dan voila!
Di lapangan sudah banyak yang berkumpul. Saling berbicara dengan teman baru. Tsuna tidak yakin apakah dirinya akan mudah akrab begitu. Namun, dicoba saja mungkin tidak masalah.
Sejauh ini, Tsuna tidak melihat Hayato, Ryohei, maupun Takeshi. Yang ditangkap matanya cuma arcobaleno sebagai instruktor, dan Sasagawa Kyoko di kelompok lain. Tsuna masuk ke sebuah kelompok di barisan tengah, kelompok nomor tujuh dari ujung kanan.
'Mungkin aku cuma tak melihat teman-teman.'
Di lain tempat.
"Oi, Yamamoto! Bagaimana keadaan di sana?!"
"Sebentar lagi, Gokudera! Apa kau bisa menghubungi Sasagawa?!"
Hayato membenahi posisi alat bantu komunikasi yang terpasang di telinganya sebelum menjawab Takeshi yang entah dimana.
"Tidak bisa. Kita harus selesaikan ini secepatnya!" Hayato menyerang orang-orang di depannya dengan brutal menggunakan dinamitnya. Sistema CAI tak banyak membantu di ruang sempit seperti saat ini. Beberapa dari mereka menembaki Hayato, namun Hayato lihai bersembunyi sebelum peluru mengenainya.
"Sialan," Hayato merutuk dirinya sendiri.
Berita yang mereka dapatkan pagi ini; sekelompok famiglia berusaha menyerang Tsunayoshi. Lal Mirch yang pertama mengonfirmasi, Reborn setuju saja menyembunyikan ini dari Tsuna mengingat kepribadian bocah itu yang gampang panik serta terlalu khawatir. Coret Hibari Kyouya karena ia hanya senang bertarung atas kemauannya; Lal Mirch mengatakan tidak membutuhkan orang yang sulit diajak bekerja sama seperti penjaga cincin awan Vongola generasi kesepuluh itu. Ahaha.
Atas ijin yang diberikan Reborn selaku pemimpin, maka mereka bertiga diperbolehkan absen dari kegiatan ospek. Ia tidak bisa ikut dengan alasan pekerjaannya adalah mengawasi Tsunayoshi. Reborn bahkan sempat berjanji akan langsung meluluskan mereka bila menyelesaikan misi ini dengan nada menyindir. Dan hal itu masih terngiang jelas di benak mereka.
"Kalau kalian gagal, akan ada peluru bersarang di kepala kalian." cklek.
( Itu sih bukan menyindir namanya.)
.
.
.
.
.
.
Kyouya risih.
Ia tidak tahu kenapa ia bisa bangun sesiang itu, tidak seperti biasanya. Mungkin karena ia terlalu lelah? Tapi, ia hanya melakukan rutinitasnya. Dan tidak bertarung dengan siapapun kemarin membuat moodnya buruk. Pagi ini ia harus ke tempat kerumunan herbivore itu lagi, dan ia lupa ingin meminjam ponsel Tsuna guna mengirim mail. Ketika bangun serta melihat Tsuna di ambang pintu, ia mendadak ingin bertarung. Semalam ia bermimpi berpetualang di hutan angker, menemui banyak musuh..
Ngomong-ngomong soal musuh, Kyouya menyadari ada yang ganjil. Jika tak salah mengingat, di sekitar Tsunayoshi selalu banyak orang yang akan berkelahi satu sama lain. Atmosfer tenang ini membuatnya berpikir, apakah karena mereka sedang tidak di Namimori? Atau karena bayi itu yang tidak ada di sini? Tapi, aneh jika terlalu tenang begini. Bayi itu memintanya untuk melindungi Tsunayoshi, dan apa yang ia dapat? Kyouya pikir ia akan dapat banyak mangsa.
Benar-benar membosankan.
Kyouya akan menggigit Tsunayoshi sampai mati kalau pulang nanti.
Setiba di tempat kerja, Kyouya kembali terusik dengan kerumunan herbivore. Dia mencoba menahan diri tidak mengkamikorosu mereka semua. Awas saja kalau Kyouya sudah hengkang dari sini dan—
"Hibari-san, ini pakaian kerjamu!" manajer datang dengan lari bahagia. Setelan merah hitam. Kausnya berwarna merah dengan garis hitam pada lengannya yang pendek. Celananya berwarna hitam dan panjangm sementara topi—ala petugas delivery pizza yang sering dilihat di iklan tv—nya berwarna merah.
Ugh.
Kyouya tidak percaya ia akan melakukan semua ini. Manajer memberinya pengarahan singkat dan Kyouya menangkapnya dengan baik. Sebagai seorang pemula di medan pertempuran kehidupan bernama restoran cepat saji, Kyouya tidak akan kalah. Walaupun ini menyebalkan, apapun yang ia lakukan harus menghasilkan sebuah kemenangan. Horas!
"Hibari-san, senyum dong."
Manajer menarik-narik pipi putih Kyouya. "Sayang lho wajah setampan itu terlihat murung."
Kyouya berdiam diri—sedang mencoba berdiam diri.
"Selamat bekerja ya, Hibari-san! Aku ada kunjungan ke cabang di kota sebelah." manajer lalu berpamitan.
Pelanggan pertama datang. Oh, buruk. Burukburukburuk. Karena mood Kyouya juga sedang tak bagus pagi ini.
"Tuan, saya ingin pesan—eh?"
Kyouya menatapnya sangar dari balik topinya. Senyumnya yang menyeramkan juga terlihat. Membuat pelanggan ketakutan.
"Cepat katakan, herbivore." Kyouya bersiap dengan alat tulisnya. Namun dia malah kabur. Kyouya bengong.
Apa yang salah? Dia kan cuma meminta pelanggan itu menyebutkan pesanannya. Kenapa lari?
Tiba-tiba kata manajer barusan terlintas di benaknya,
"Hibari-san, senyum dong."
Kyouya mengerutkan kening.
Ia tadi sudah senyum, 'kan?
.
.
.
.
.
"Selanjutnya, push up seratus kali!"
"APA?!"
Tsuna berhaha pelan mendengar seruan protes calon maba. Dimanapun dan kapanpun, Reborn pasti berusaha mencari anggota mafia yang baru dengan melihat dari fisiknya. Tsuna tahu ia juga tidak bisa membantah, tertatih-tatih Tsuna melakukan push-up. Walaupun sering dizolimi seperti ini, tetap saja Tsuna tidak terbiasa. Ia bukan atlet, tolong. Gelar bos di masa depan masih terlalu jauh baginya. Dan ia sendiri tidak berharap banyak—walau kadang ia memikirkannya diam-diam.
"Lari mengelilingi halaman dua puluh kali!"
Reborn edan, batin Tsuna. Ia sudah kecapekan, banyak keringat jatuh dari tubuhnya. Ia cuma mau hidup tenang, tapi kenapa Reborn selalu ada di tiap jengkal kehidupannya? Tsunayoshi tidak mengerti, tidak mau mengerti, dan tidak akan pernah mengerti.
"Sawada! Kau ketinggalan!" Reborn berbicara menggunakan megaphone yang ia bawa di tangannya.
"Ba-baik!"
Tsunayoshi merasakan kakinya semakin berat, tubuhnya semakin sulit diajak berkompromi. Ia melihat beberapa di depannya telah tumbang dan segera dibawa oleh petugas medis.
Pandangan Tsuna makin meremang, sebelum pandangannya berputar dan seketika menghilang.
.
.
.
.
Kyouya tidak bisa lebih kaget dari ini.
Ia melihat gerombolan bocah Kokuyo Land datang ke sini. Dibilang gerombolan pun, tapi mereka hanya ada dua orang.
Ia mengenali mereka. Ken dan Chikusa. Mau apa mereka kemari? Apa mereka juga bersama gadis itu atau Mukuro?
"Cowok ini!" Ken menunjuk tidak sopan kala hampir memesan "kau kan—penjaga awan Vongola."
Bukan, aku penjaga Namimori—koreksi Kyouya dalam hati.
"Sedang apa kau di sini, penjaga awan?" Chikusa bertanya.
"Hn."
Ken tidak menyetop pembicaraannya
"Apa maksud hn mu itu, mayat hidup?!"
Kyouya menahan diri agar tidak mengambil tonfa yang ia simpan di dekat kakinya. Ia harus bisa menahan diri.
"Mungkin Vongola sedang di sini. Ah, dua hamburger." Chikusa membenahi kacamatanya.
"Dua hamburger!" teriak Kyouya pada pegawai dapur yang malang melintang di belakangnya.
"Eh? Ngapain Vongola ke sini?" tanya Ken.
"Mana aku tahu. Tapi, melihat dia di sini, itu pasti benar. Ayo pilih meja, Ken."
"Tunggu, kalian." sela Kyouya.
Ken dan Chikusa terhenti. Mereka sedikit menoleh.
"Kalian juga...sedang apa?" Kyouya bertanya balik.
"Bukan urusanmu." Ken melet, lalu mereka berdua memilih meja mereka dan berbincang-bincang entah apa.
Kyouya pikir juga sama. Tidak mungkin anak-anak Kokuyo itu ada di sini tanpa ada sesuatu. Mungkin Chrome atau Mukuro yang menyuruh mereka kemari—tapi untuk apa?
Suara ledakan terdengar beberapa detik kemudian. Keadaan di luar mendadak kacau dilihat dari pembatas translusen. Ken dan Chikusa langsung berdiri, dan bersiap bertarung.
Kyouya sendiri sudah menyiapkan tonfa dan rollnya, bersiap jika ada kemungkinan terburuk. Ia dapat melihat sinar dari kejauhan, dan ia bergegas mendahului Ken dan Chikusa sebelum mereka sempat menyadari itu apa.
Kyouya menerobos orang-orang dan berlari keluar. Ia merasakan keberadaan api harapan yang amat kuat. Ia mengeluarkan rollnya dan membuatnya menjadi besar, menduplikatnya sebanyak mungkin di depan tubuhnya.
Orang-orang di jalan panik karena ledakan, lebih panik saat mengetahui roll yang sebesar itu. Ledakan nyaris sampai ke wajahnya dalam lima senti, Kyouya melompat dan roll terakhirnya hancur dalam sekejap.
"Penjaga awan Vongola memang hebat."
Kyouya mendarat pada sebuah atap toko, melihat seorang wanita berambut akua melayang di udara. Banyak gelembung air di sekitar tubuhnya.
"Kau..." Kyouya mengingatnya. Bagaimana bisa salah satu Rokuchouka yang harusnya muncul beberapa tahun lagi—dilihat dari peristiwa dulu— kini sedang ada di hadapannya dengan bentuk yang berbeda? Err, lebih dewasa?
"Oh, penjaga awan."
Bukankah dimensi mereka berbeda? Mustahil bila itu bukanlah Byakuran yang memang dapat berbagi informasi dari semua dirinya di dunia lain. Sekalipun itu Rokuchouka yang disebut amat kuat. Kyouya mengetahui semua penjelasan ini dari Kusakabe di masa depan.
"Apa tujuanmu?" tanya Kyouya.
"Hmm, kepala bosmu?" ia tertawa-tawa.
Kenapa ia bisa mengenal Tsunayoshi? Ini tidak masuk akal. Mereka baru saling bertemu satu sama lain saat pertandingan Choice. Artinya, waktu mereka muncul harusnya bukanlah sekarang.
"Oh, kau pasti lupa. Aku Bluebell, salam kenal lagi, pemuda awan." Bluebell kemudian mengarahkan gelembungnya untuk mengenai Kyouya, namun berhasil dihindari lelaki itu. Kyouya maju dengan menapak pada belasan duplikat roll, berupaya mendekatinya.
"Kami bukan Rokuchouka yang berhasil kalian musnahkan."
Kyouya merasakan sesuatu mengalir dari dalam tubuhnya saat ia berhasil mendekati Bluebell. Wajah mereka saling bertolak, namun tubuh bagian depan mereka nyaris menempel satu sama lain. Perutnya terasa menghangat, dan Kyouya kehilangan keseimbangan. Ia melepaskan diri dari senjata yang tiba-tiba menusuknya, dan menggunakan roll yang besar sebagai trampolin dadakan untuk landasan mendarat tubuhnya.
"Ukhhh..." cairan merah kental itu masih mengalir. Tak ada waktu untuk menghentikan pendarahan, karena Bluebell masih gencar melancarkan serangan. Dari atas, ia menggenggam dua pedang berbahan air yang diberi api harapan, sebelum melesat ke bawah untuk menusuk Kyouya.
"Selamat tinggal, penjaga awan Vongola!"
.
.
.
.
.
"Apa? Mereka hanya pancingan?! NPC?!" Hayato mendengar laporan dari alat komunikasi kecil yang dipasang di telinganya.
"Benar, saat ini Hibari Kyouya sedang terluka parah. Kami berhasil membawanya setelah mengelabui musuh dengan ilusi. Walau pun itu hanya beberapa detik."
"Terima kasih, Chikusa."
"Bukan masalah, Chrome yang meminta tolong pada kami untuk mengawasinya."
Hayato kemudian menyebarkan informasi kepada para penjaga lain. Mereka jelas sangat terkejut mengetahui pria sehebat Kyouya bisa terluka. Tentu bukan musuh sembarangan, kali ini mereka sangat kuat.
"Kita berkumpul di rumah sakit. Musnahkan sisanya! Jangan sampai Juudaime tahu!" Hayato melesat pergi setelah menyebar bom dan menghancurkan sisa musuh mereka—yang ternyata bukan manusia, namun replika yang berbahan dasar api harapan. Hayato berhasil mendapat sampel, dan akan diselidiki nanti.
.
.
.
.
.
.
Tsuna mengerjap, dan ia mendapati semuanya menjadi putih. Beberapa saat menunggu, barulah ia mulai terbiasa dengan keadaan sekitar.
"Sudah sadar, Tsuna?"
"Re-Reborn!" Tsuna jantungan di tempat. Ia amat terkejut mendengar suara Reborn.
"I-ini dimana?" tanya Tsuna, rasanya familier dengan ruangan ini.
"Rumah Sakit. Aku mengijinkanmu karena penyakit darah tinggi."
"Aku tidak kena darah tinggi!" seru Tsuna kesal. Namun, ia tampak memikirkan sesuatu. Tidak mungkin Reborn tak punya alasan untuk membawanya ke rumah sakit. Tsuna kira tadi ia hanya pingsan dan tentu masih bisa diurus di uks kampus—dan Reborn membawanya ke sini.
"Jadi...kenapa aku dibawa ke sini, Reborn?"
"Lihat sendiri. Keluarlah."
Tsuna menurut, karena nada bicara Reborn menjadi lebih serius daripada biasanya. Tsuna memberanikan diri turun dari ranjang yang saat ini ia duduki, sebelum melangkah turun dan menuju daun pintu. Tsuna menggeser pintunya perlahan, melihat lorong rumah sait yang tampak biasa saja.
"Kenapa sih, dia? Tidak ada apa-a—"
Sayup-sayup, Tsuna mendengar suara keras dari arah lain. Dari ujung lorong, tampaknya ada seorang pasien yang sedang dalam kondisi gawat, sehingga dokter dan suster terlihat panik seraya berlari mendorong ranjang beroda yang mereka bawa.
"Pasien ini membutuhkan darah!"
"Dorong lebih cepat!"
"Oksigennya beri lebih banyak! Dia kritis!"
Hati Tsuna mendadak takut mendengar konversasi dari kejauhan. Ia hanya menunggu cemas untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri siapa yang menjadi bahan pembicaraan para medis itu.
Dan ia terlihat makin takut kala mereka melintas di depannya—melihat siapa pasien yang mereka bawa. Walaupun hanya sekilas, dan bermandikan darah di sekujur tubuhnya. Imajinya langsung melekat di kepala Tsuna, membuatnya jatuh terduduk di ambang pintu.
"Hi-Hibari-san?"
.
.
Bersambung
A/N : halo gaes :
Akhirnya rokuchouka favoritku yg kumunculin duluan : aku suka lihat bluebell btw entah kenapa. Dan—aku bingung kasih nama jurusnya #yha. Tapi anggap saja mereka ini lebih kuat dari Vongola 10th gen untuk saat ini : lupa ditulis, ini adalah semacam campuran alternate (?) dimana Vongola belum sampai ke inheritate ceremony arc dan rainbow battle arc : anggap saja mereka berkembang pelan2 #yha. Jadi intinya mereka belum ketemu sama simon fams dan vindice fams #euy
Thanks for read
siluman panda
Balasan review
El Veva : iya masih bayi2 emang lucu2 kalo jdi bayi aja, ya wkwkwkwkw. Makasih udah baca, ya.
Cumi-chan1827 : tiap kali Kyouya sosialisasi, dia adalah malapetaka #DITONFA. Semoga suka chapter ini juga ya eheheh, trims udah baca mwah
Hanyo4 : hai yaz ini murni drama : #pret wkwkwkwk tenang saja aku juga demen R27 walopun ngewibunya 1827 #YHA. tunggu saja hints-hints laen eaq wkwkw makasih udah mampir yaz, nanti aku mampir juga ke ceritamu lupa ripiuw euy wkwkwk thanksss yaz
kyunauzunami : ok udah lanjut nih, makasih udah baca!
kiupi alfi : ooo sudah lanjut dong pastinya :") semoga masih berkenan ya eheheh makasihhh *love
Hikaru Rikou : semoga ini juga masih seru eapz wkwkwk makasih udah mampir~
Yumeirii : udah lanjuuuuuuutttt eheheh terima kasih atas jejaknya mwah /najis
.
.
Btewe maaf ya aku suka sksd sama orang2 mungkin ada dari kalian yg ga nyaman ku minta maaf /? Wkwkw. Sekali lagi makasih udah sempet mampir.