Peringatan: Semua yang ada di dalam fanfic ini Hanyalah fiktif belaka.

Chapter satu

Dendam dan Teman

.

.
Hinata Hyuga sebuah karunia tuhan yang diberikan untuk keluarga besar Hyuga. Seorang anak perempuan manis dan cantik telah lahir di kediaman Hyuga yang beberapa tahun kebelakang selalu terasa dingin dan penuh keangkuhan. Hisashi sang kepala keluarga mengelus pucuk kepala anaknya yang masih berumur 2 minggu.

Sambil mengulas senyum bahagia wanita yang kini menyusui anaknya itu memandang sang suami dengan penuh perhatian. Sejak anak pertama mereka lahir suaminya jadi sering tersenyum sekarang. Rasannya campur aduk. Senang dan sedih dan tak melewatkan perasaan bersalah. Sekarang Kisune Hyuga tengah menggendong anaknya yang terlihat sangat menggemaskan. Namun di sisi lain ia juga merindukan sosok bayi lainya yang mungkin kini sudah mulai merangkak. Tak terasa setetes air mata mengalir pelan di pipinya.

"Kisune." Suara berat Hisashi membangunkan Kisune dari dilema hatinya. Diusapnya cepat basah di pipinya.

"Aku berjanji akan melindungimu dan Hinata. Aku akan membuatmu lebih yakin bahwa pilihanmu tidaklah salah." Hisashi tahu benar apa yang kini tengah di pikirkan oleh istrinya. Ia bantu sang istri mengusap air mata kesedihannya.

"Lihatlah anak kita Kitsune, dia begitu indah. Mengalir darah Hyuga didalam dirinya serta kasih sayang seorang ibu yang sangat tulus darimu. Dia akan menjadi anak yang kuat. Anak kita yang kuat." lanjut Hisashi di tanggapi dengan anggukan pelan dari sang istri. Kisune menahan air matanya sekuat mungkin. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa pilihannya benar. Bahwa ia bukanlah seorang wanita yang mengkhianati keluarganya.

.

.

16 tahun kemudian

"Selamat pagi Ayah." Sapa remaja perempuan yang kini berwajah kusut dengan rambut pirang panjang yang berantakan. Ia mengeser kursi di depannya sebelum menghempaskan bokongnya pada kursi kayu tersebut.

"Sayang... setidaknya cucilah mukamu dulu. Lalu mandi setelah itu baru sarapan." Sang Ayah yang juga memiliki visual yang tak jauh beda dengan anaknya datang dari dapur sambil membawa mangkok berisi sup miso ke meja makan. Celemek pink miliknya sangat kontras dengan tubuh kekarnya, belum lagi bekas luka di pelipis mata kitinya makin membuat penampilan sang Ayah menjadi makin menggelikan.

"Aku mandi setelah sarapan. Rasanya aku lapar sekali... aku pikir kemarin akan mati kelaparan." gerutu sang anak dengan wajah lesunya yang bertumpu pada meja makan. Tanganya menjulur hendak mengambil telur dadar yang ada di depannya namun sang ayah memukulnya dengan sumpit.

"Cuci tangan dulu Ino." Inoichi menegasi anaknya yang masih suka seenaknya sendiri meski sudah meginjak usia 17 tahun.

"Hari ini hari pertamamu masuk SMA Tidakah kau sedikit bersemangat?" Tanya lnoichi sambil memandang anak semata wayahnya yang kini mencuci tangannya di washtafel.

"Ayah ini bukab yang pertama dan kau tahu itu" Jawab sang Anak pelan. Terlihat sedikit raut sedih di wajah sang ayah.

"Maafkan ayah Ino. Karena pekerjaan Ayah-"

"Ayah sudahlah." potong Ino sambil mengmbil sumpit. Namun lagi lagi di tepis sang Ayah

"Berdoa dulu Ino-chan."

"Ya... ya... ya..." Ino mendengus kesal lagi. Namun tetap merapatkan kedua tanganya dan berdoa untuk makanan mereka.

"Selamat makan"

Kedua Yamanaka itu menyantab makanannya. Inoichi melihat putrinya yang tak seperti biasanya. Biasanya putrinya selalu ceria dan selalu mengumbar senyum. Suaranya keras dan lantang selalu mengomel dan selalu jahil.
Namun sekarang sangat berbeda seolah olah anaknya telah tertukar. Inoichipun tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya.

Mungkin karena kemarin.

Tokyo. Konon katanya ini adalah kota kelahirannya. Entahlah Ino bahkan tak bisa mengingat siapa yang melahirkannya. Bahkan fotopun tak ada. Yang iya tahu ia sudah tak beribu sejak kecil. Berulang kali Ino menanyakan ibunya pada sang ayah. Namun sang ayah selalu beralasan dan beralasan. Hingga pada akhirnya sang Ayah menceritakan semuanya semalam.
Rasanya ia benar-benar terguncang. Ya. Bagaimana tidak? Selama 17 tahun Ino begitu merindukan sosok Ibunya. Begitu menanti sosok Ibunya. Selalu menggambar Ibu khayalannya di setiap coretnya. Berangan tentang bagaimana paras Ibunya. bagaimana Ibunya saat tersenyum. Bagaimana warna mata ibunya apakah sama dengannya. Rasanya ingin tertawa saat mengetahui kenyataan bahwa Ibu yang selalu didambakanya tak lain hanya seorang perempuan jalang yang rela meninggalkan suami dan anaknya yang masih belum genap berusia satu bulan dan pergi dengan seorang pria kaya. Dan demi tuhan Yamanaka Ino bersumpah akan membuat hidup ibunya yang kini mungkin masih hidup dan bergelimang harta tidak akan pernah tenang.

"Kisune Hyuuga..." Desisnya. Bahkan menyebut nama Ibunya sendiri terasa nyir nyir dilidahnya.

.

Ino memasuki sekolah barunya, Konoha Gakuen. Sekolah menengah atas terfavorit di Tokyo. Sekolah dimana hanya ada anak anak orang kaya disana. Ino bahkan tak peduli dia mau sekolah dimana bahkan ia harus mengulang kelas dan menjadi murid baru lagi. Karena mutasi kerja sang ayah yang sangat mendadak dan jam Ino harus terminal selama 2 bulan dan akhirnya diutuskan untuk mengulang kelas oleh pihak sekolah.

Dan jangan tanya kenapa Ino bisa masuk kesekolah terfavorit di Tokyo ini. Terimakasih untuk atasan ayahnya yang telah membantu finansial mereka selama ini.

Banyak siswa lalu lalang. Ramai dan padat sekali. Beberapa senior sedang mempromosikan club mereka masing masing. Ino yang kini sudah berada di mading utama harus rela berdesakan untuk melihat namanya berada di kelas mana. Dan sekita matanya membulat hebat. Bukan. Dia tidak melihat namanya... melainkan nama siswa lain yang juga sekelas dengannya.

HIinata Hyuga

Seringai terbentuk di wajahnya. Mataya masih mebulat seakan tak percaya. Begitu cepat tuhan membuka jalannya. Ia tak menyangka bisa mengendus Ibunya sedekat ini. Lebih cepat lebih baik pikirnya. Darahnya terpompa deras kejantung membuat tekanannya naik hingga ke kepala. Rasanya sampai sesak untuk bernapas.

Perlahan Ino mundur dari gerombolan siswa dengan tangan meremas dadanya ia berharap tidak mati dulu di awal pertempurannya ini.

Duk!

Ino terhenti dari mode psikopatnya. Ia menoleh kebelakang karena ia merasa punggungnya menabrak seseorang. Manik Hitam dan biru terbentur. Seorang siswa laki laki dengan tampang angkuh serta kulit pucat memandanginya sinis.

"Menyingkirlah." Ucap siswa itu dingin.

Ino merasa geli. Dalam benaknya ia tertawa sinis. Bukan hal aneh jika banyak orang berkepribadian buruk di sekolah anak orang kaya ini. Nyatanya meski memiliki tittle sekolah terfavorit. Tetap saja isinya hanyak anak-anak orang kaya yang manja dan angkuh yang tidak bisa menghargai orang lain apalagi orang miski n. Lagipula ino juga bukan tipe orang yang suka di kasihani setidanya tempat ini memang cocok dengan dirinya yang dari awal memang suka semaunya sendiri. Lagipula apa yang di harapkan dari seorang anak yang dibesarkan hanya oleh seorang Ayah yang jarang pulang?.

Ino pun menyingkir tanpa mau memperpanjang masalah. Namun siapa sangka tingkah acuhnya itu malah mengundang masalah.

"Berhenti." Uchiha Sasuke memanggil Ino yang kini memunggunginya. Dia adalah seorang Uchiha Sasuke dan berani beraninya bocah kelas satu itu mengacuhkannya begitu saja. Sedangkan dirinya adalah Uchiha Sasuke yang tak satupun boleh mengacuhkannya.

"Ya?" Ino berbalik dan memandang siswa bernama Uchiha Sasuke tersebut yang ternyata adalah seniornya.

Sasuke memandang tubuh Ino dari atas kebawah lalu keatas lagi mengamati setiap inci tubuh indah yang kini berbalut seragam Konoha Gakuen tersebut.

"Sassskee! Kau ini kemana saja sih aku mencarimu dari tad- Wow wow wow ada apa dengan situasi tegang ini?" Belum sempat sasuke membuka mulut sudah datang teman gengnya Uzumaki Naruto yang berisik disusul 2 pemuda yang satu berambut merah serta pemuda dengan tatto segitiga kebawah di kedua pipinya.

Bisik-bisik pun mulai meriah di kalangan para murid. Ada yang memandang sinis. Ada yang memandang kagum ada yang memandang senang karena ada kekacauan.

"Ada apa Kau menyuruhku berhenti?" Ino bertanya lagi, matanya tajam, dan tanganya mulai berkacak pinggang.

Sasuke mendekati Ino dan meraih rahang Ino sebelum ditariknya keatas dan di dekatkan wajah Ino ke arah bibirnya.

"Nona kau punya nyali juga ternyata." Ino berusaha melepas cengkraman Sasuke di rahangnya namun tanganya segera di tahan oleh tangan Sasuke yang lain.

"Lepaskan brengsek." Desis Ino membuat Sasuke dan yang lainya terperangah. Ketika wanita lain akan menyembah sepatu Uchiha agar Uchiha mau menyentuhnya. Lain dengan Ino yang kini mengucapkab sumpah serapah pada Bungsu Uchiha tersebut.

"Hmm kau ini cantik tapi sayang mulutmu kotor sekali." Sasuke menyeringai sambil mengeratkan cengkramannya pada rahang Ino yang rasanya sudah retak.

"Kau lebih kotor dari kotoran babi karena berani menyerah wanita" ucap Ino susah payah. Lalu...

BHAK!

"ARGGG!" Sasuke berteriak histeris ketika merasa ngilu luar biasa dibagian terintim tubuhnya. Tangan yang semula di rahang Ino kini beralih ke selangkanganya. Matanya nyalak marah.

"JALANG! KUBUNUH KAU!" Teriak Sasuke penuh dendam. Naruto dan Gaara mencoba membantu Sasuke menegakan tubuhnya. Namun Sasuke menghempaskan tangan kedua sahabatnya. Dan hendak menyerang Ino namun Kiba menggentikanya dan menatap Sasuke khawatir.

"MINGGIR!" Sasuke seperti orang kesurupan. Namun ketiga temannya tetap berusaha menghentikan Sasuke.

"Tenanglah Sasuke. Kita akan membalas pelacur itu nanti oke? Aku melihat guru guy datang kemari. Kau tidak ingin di hukum Ayahmu lagi karena membuat masalah lagi bukan. Ayolahhh" bujuk Kiba dengan penuh penekanan.

"PERSETAN! BIARKAN AKU MEMBERI PELAJARAN WANITA GILA ITU!" sasuke tetap kesetanan hingga Naruto berteriak di telinganya.

"Jangan gila kau! Sekarang sudah tidak ada Bang Itachi yang sudi menolongmu." Seketika Sasuke mulai berpikir dan mrmpertimbangkan tingkahnya lagi. lalu akhirnya menuruti teman temannya. Namun matanya tak pernah lepas dari Ino yang kini tersenyum sinis padanya.

"Ada apa ini?! Kalian cepat kembali kekelas dan berkumpul di aula! Bel sudah berbunyi dari tadi! Yak ampun kalian ini mana semangat muda kalian. Cepat berkumpul di aula untuk upacara penerimaan sekarang!" Teriak seorang guru membubarkan gerombolan murid yang sempat bersitegang.

"Tepat waktu." ucap Gaara sambil menghela napas besar disusul kedua temannya yang juga ikut bersitegang memegangi sahabatnya yang masih disellimuti emosi.

Ino pun melenggang pergi meninggalkan Seniornya yang masih memandanginya penuh Amarah. Ia tak mau memikirkan itu sekarang. Hatinya sudah buta matanya hanya memandang satu tujuan.

Hyuuga.

.

.

Ino duduk di bangkunya. Ia duduk paling belakang tempat favoritnya. Ia belum berkenalan dengan teman sebangkunya dan dia juga tak ingin. Entah kenapa sejak ayahnya menceritakan kenyataan tentang ibunya rasanya sisi buruknya lebih menguasai hatinya. Ia jadi lebih acuh tak acuh dari sebelumnya seakan sudah tak ada kebenaran di dunia yang kejam ini. Dan tak ada orang baik didunia ini. Yang ada hanyalah kemunafikan.

"1st blood!" seorang memanggilanya dengan sebutan aneh. Ino menoleh keasamping bangkunya, dan disana ia melihat seorang gadis bercepol dua dengan mata tajam dan senyum yang lebar.

"Kau memanggilu?" Jawab Ino ringan sambil mengerutkan dahinya.

"Tentu saja siapa lagi! Tadi aksimu hebat sekali! hari pertama sudah mendapat perhatian Uchiha. Ya tuhan aku tak menjamin masa SMA mu bisa tenang dari sekarang." cerocos gadis cepol tersebut. Ino hanya terkekeh kecil mendengarnya. Gadis cepol itu hanya belum mengenal dirinya saja.

"Ada ada saja." gumamnya sambil tetap melihat layar HPnya diamana ia sedang mencari informasi tentang Hyuga dan tak satupun situs yang menampilkan foto Ibunya maupun anak anak dari Hyuga. Hanya wajah seorang Hyuga Hisashi yang angkuh yang terpampang dimana mana.

"Hei... ngomong ngomong namaku Tenten. Kau siapa?" Gadis cepol itu tidak menyerah, kini ia malah memperkenalkan dirinya.

"Yamanaka Ino. Kalau kau berharap berteman akrab denganku lupakan saja aku tidak butuh yang seperti itu." Jawab Ino tanpa melihat kearah tenten.

Tenten hanya mengedipkap matanya beberapa kali sebelum tawanya meledak memenuhi ruangan 1 - 1

"Ya tuhan pantas saja si Uchiha tertarik padamu. Kau ini akuh sekali ternyata. Dan Yamanaka? Aku tidak pernah dengar ada perusahaan semacam itu. Ahhh~ apa jangan jangan kau anak artis atau produser terkenal?" Tenten mulai menebak nebak latar bekalang Ino. Dan lagi lagi Ino tertawa.

"Sayang sekali semuanya salah,
Errm... siapa namamu tadi?"

"Tenten" jawab Tenten cepat.

"Lalu keluarga berasal dari mana? Sepertinya kau berdarah campuran. Ayahmu punya perusahaan di luar negri?" Usaha tenten tak berhenti disitu.

"Salah lagi te- ermm te- ermmm maaf aku lupa lagi namamu" Ucap Ino dengan wajah acuh.

"Oh ayolah meski tak mau beteman setidaknya kau harus mengingat namaku! Aku TENTEN ingat T-E-N-T-E-N! Apa itu segitu sulitnya untuk di ingat?" Mendengar jawaban Tenten Ino pun tertawa. Ia menemukan fakta bahwa tenten adalah spesies manusia yang unik.

"Baiklah baiklah terserah kau saja Tenten" Ino mengusap kepala Tenten. Pikirnya Tenten pasti setahun dibawahnya, mungkin Ino akan menganggabnya seperti adik. Namun tenten memegang tanganya dan terlihat marah.

"Hei heii Ino-chan apa yang kau lakukan? Tidak mau berteman kini kau berani tidak sopan padaku ehhh? Kalau aku tidak tinggal kelas aku ini kakak kelasmu dasar kurang ajar!"

"Argh!" Ino menjerit saat tanganya di plintir kebelakang oleh Tenten.

"Brengsek- arghh! apa yang kau lakukan! Hentikan bodoh!" Ino berteriak marah karena rasa sakit di tanganya. Ialu reflek menghantam kepala tenten denga HP metal miliknya setidaknya itu cukup untuk membuat tenten melepaskan cengkramanya.

"BEEHENTI KALIAN BERDUA!" Ino dan tentenpun terhenti setelah mendengar suara berat tersebut. Ia dan tenten tak menyangka jika kini mereka sudah menjadi pusat perhatian di kelas. Dan seorang guru tengah berdiri di depan pintu kelas dengan membawa map absesi di tanganya.

"Lagi lagi kau Shiranui. Tidakkah kau malu dengan statusmu sebagai murid yang tertinggal? Haruskah kau membuat keributan seperti ini agar kau di akui? Sekarang duduklah dan jangan ganggu siswa lain." Perintah guru Kurenai pada tenten.

Tenten telah di permalukan oleh gurunya sendiri namun sangat mengejutkan, bukannya merasa tertekan tenten malah menyeringai. Ino yang melihatnyapun di buat terheran. Dia benar benar berbeda. Atau bisa dibilang teman sebangkunya itu sedikit gila.

.

Guru sudah selesai mengabsen dan kelas sudah melakukan pengenalan serta memilih ketua kelas. Namun Ino tak mendengar ada nama Hinata Hyuga yang di sebutkan. Ino yakin bahwa ia tidak salah lihat saat tadi ia menemukan nama Hinata Hyuga di kelasnya.

"Sepertinya kau tidak tenang." lagi lagi Tenten. Tidakkah wanita ini lelah untuk selalu membuyarkan pikirannya. Namun Ino akhirnya terpikir untuk bertanya pada Tenten.

"Bukankah di kelas kita ada yang bernama Hinata Hyuuga?" Tanya Ino

"Hmm begitulah. Tapi sepertinya dia tidak masuk. dan ngomong ngomong kau boleh memanggilku onee-san maka aku akan memaafkanmu karena sudah berusaha meretakan kepalaku." wtf dengan wanita ini. Batin ino mengumpat. Ia pikir masalah mereka sudah selesai karena si cepol sudah mau mengajaknya bicara.

"Tenten berhentilah bersikap jalang. Aku sebenarnya murid pindahan. Namun Karena pelajaran di tempatku sedikit tertinggal aku harus tinggal kelas dan mengulang dari awal saat disini." Jelas Ino pada tenten yang di sambut dengan antusias.

"Benarkah?!" Tenten memegang tangan Ino dan menangkupnya jadi satu.

"Ya. Apa kau senang sekarang karena dikelas ini bukan hanya kau yang tinggal kelas heh? Menjengkelkan." Ino melepaskan tautan tanganya. Tapi malah di peluk oleh gadis Shiranui tersebut

"Hahahahah mulai sekarang kita harus berteman akrab!" Tenten memberi senyum 5 watt pada ino.

"Aku menolak. Bwekk~!" ino menjulurkan lidahnya dan mereka terkekeh bersama sampai akhirnya Guru kurenai harus mengeluarkan mereka dari kelas.

Sekarang memang bukan hari keberuntungannya.

.

.

"Ibu... terima kasih telah melahirkan aku dan adikku. Aku harap ibu bisa tenang disana. Jangan khawatirkan kami. Aku disini dengan ayah serta Hanabi baik baik saja. Kami akan selalu berdoa untuk ibu agar selalu berada disisinya." Hinata menepuk tanganya di ikuti oleh adik perempuannya dan juga Ayahnya. Makam itu terukir nama Kisune Hyuga dengan satu vigura sang ibu dan serangkai bunga tulip putih. 2 batang dupa mengelurkan asapnya bergoyang dengan angin musim semi.

Kisune... Terimakasih. Kau sudah berjuang selama ini. Maafkan aku jika aku tidak bisa membahagiakanmu sampai Akhir. Aku berjanji akan mencari Anakmu dan segera mengabulkan permintaan terakhirmu. Terimakasih sekali lagi telah memberiku 2 buah hati yang sangat berarti. Aku harap kau tenang di atas sana.

Doa Hisashi di depan makam istrinya.

Tbc

A/n

Ya saya kembali ke fandom ini. Jujur hati saya mulai tergerak membuat fanfic di fandom naruto di karenakan sennse saya pada pair stright mulai terbangun. Saya tidak tahu nanti di cerita saya yang kali ini akan berakhir dengan siapa dan siapa. Pada dasarnya romance bukanlah genre utamanya.

Terimakasih sudah membaca.

Elkyouya