Langit hitam kelam yang dipenuhi oleh debu kuning bersinar yang bertebaran, menemani langkah seorang pemuda dengan surai raven, matanya menatap sekitar dimana dirinya menemukan beberapa kejanggalan yang dapat dirasakan oleh dirinya.

"Keluarlah... aku tahu, kau berada dibalik bayangan gedung itu..." Nada yang terdengar dingin keluar dari bibir pemuda raven itu, menusuk.

"Seperti yang diharapkan dari Indra-sama yang hebat... Salah satu penoreh tinta takdir yang akan melukis masa depan..." Seorang pemuda yang memiliki warna rambut yang sama, keluar dari balik bayang-bayang sebuah gedung, pakaian sekolah yang dipadukan dengan bawahan khas celana perang cina zaman dulu, terpakai rapi menutupi setiap lekuk tubuh atletis pemuda itu.

"Katakanlah... Siapa kau? Dan apa maumu?" Tak bergeming, dengan segala bentuk pujian yang tak berguna—baginya—itu, dirinya masih menggunakan nada dingin untuk memangkas tiap-tiap kata tak perlu yang secara potensial akan terjadi.

"Ah... maafkan ketidak sopananku... Namaku adalah Cao Cao, ketua dari Fraksi Pahlawan... Kami ingin mengajakmu bergabung dengan kami... Fraksi pahlawan..." Sebuah uluran tangan diarahkan pada sang pemuda yang dipanggil dengan nama Indra, bersamaan dengan dua orang pemuda yang keluar dari balik bayangan.

"Apa untungnya bagiku? Dan untuk Kalian?" Tanya pemuda itu, mencoba untuk mengetest apa maksud dan tujuan mereka sebenarnya.

"Untuk anda, kami akan membantumu untuk memenangkan pertarungan takhta tersebut..." Balas pemuda bernama Cao Cao itu menggantung.

Pemuda yang dipanggil dengan nama Indra itu hanya diam, mengetahui bahwa apa yang diucapkan oleh sang lawan bicara belumlah selesai.

"Dan untungnya bagi kami adalah, kami dapat membuktikan bahwa Ras manusia adalah Ras yang paling superior... tentu, dengan kemenangan anda sebagai buktinya..." Sambung dari pemuda bernama Cao Cao.

"Dapat kuasumsikan bahwa kau tidak menyebutkan semuanya, sangat riskan untuk langsung menyetujui permintaanmu..." Suara dengan niat untuk mengorek semua informasi terdengar dengan jelas, keluar dari bibir Indra, mengintrogasi.

"Hm... sepertinya tak berguna untuk menyembunyikannya padamu... tapi, sepertinya kau sudah tahu, 'kan?" Kalimat Retoris terucap dari bibir Cao Cao, "Pencatat semua hal yang pernah, sedang, ataupun yang akan terjadi di dunia ini..."

"Akashic Records..."


One Who Shines On All

Desclaimer :

Bukan Punya Saya.

Summary :

(Ganti summary lagi! Memang mungkin gak nyambung diawal-awal cerita dengan Summary-nya, soalnya Arc ini masih yang ikut Cannon).

Mereka, adalah para karakter utama dari setiap Ras. Mereka, adalah para pewaris dari takhta, sebuah panggung yang hanya dapat dimiliki oleh mereka. Darah "Suci" yang mengalir dalam nadi mereka, adalah sebuah kutukan dan malapetaka.

Warning :

Segala kekurangan ada disini.

Tolong Bimbingannya, soalnya ini First FanFiction buatan saya \(^ ^'')

..

.

"Apakah kau tahu? Bahwa dunia yang kau ketahui selama ini, semuanya dipenuhi kebohongan"

"Semua yang kau tahu, hanyalah permukaan dari dunia yang sesungguhnya..."

.


Arc I : The Promise

Chapter 3 : New Life


Langit biru yang membentang luas, terbentang dari segala penjuru mata angin, dipenuhi oleh kapas-kapas putih yang berterbangan, yang dibelah oleh sinar hangat sang mentari dari ufuk timur. Semua itu adalah hal yang tertangkap oleh sebuah iris dengan warna coklat, iris mata itu menatap lurus kedepan, kosong. Jauh, mata itu menerawang kedepan, pikirannya berkeliaran bebas, membuatnya seakan-akan seperti sesosok zombie yang berjalan tanpa menyadari keadaan sekitar.

'Kira-kira Nii-san kemana ya... selama seminggu ini dia tidak masuk sekolah... tepat pada hari dimana aku tewas tertusuk oleh Yuuma...' Pikir pemuda itu dalam diam, hanyut tenggelam terbawa arus pikiran yang menariknya semakin dalam, 'Mungkinkah?... Nii-san juga dibunuh oleh Yuuma?' Mata Issei melebar, ketika dirinya membuat sebuah asumsi acaknya yang tiba-tiba terlintas dibenaknya.

Tapi, sayangnya... semua pikiran pemuda itu harus sirna, ketika sebuah kepala pirang melintas tepat dihadapannya, mata biru yang dimiliki oleh sang kepala pirang itu... Mata sapphire yang benar-benar dikenalnya. cukup aneh memang, bagaimana dirinya yang sedari tadi tak memperhatikan lingkungan, dapat dengan cepat menangkap sosok pirang yang sekilas muncul dihadapannya...

'Tak salah lagi! Itu pasti Nii-san!' Teriak Issei terkejut dalam batinnya. Segera, dirinya mengejar sosok yang dikenalinya sebagai kakaknya itu yang sudah pergi berlalu.

"Naruto-Nii-san!" Teriak Issei dengan mata yang membulat sempurna ketika matanya bertemu dengan wajah kakaknya, setitik perasaan senang perlahan meluap, bagaikan sebuah minuman bersoda yang dikocok sebelum dibuka.

"Eh!? Issei!? Oh... Issei, ada apa?" Balas pemuda pemilik iris sapphire dengan cepat. Jujur, pemuda itu sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, tapi mencoba untuk menenangkan dirinya, agar tak dicurigai ataupun dianggap aneh oleh adiknya, 'Issei masih hidup?... bukankah dia sudah mati?' Pikir pemuda itu terkejut dalam diam, tapi setitik perasaan senang terasa memenuhi hatinya.

"Ada apa? Ada apa kau bilang? Dasar sialan!" Teriak Issei, tak terima dengan respon yang diberikan oleh sang kakak.

"apa maksudmu?" Seakan tak bersalah, pemuda itu terus menggunakan nada monoton dalam menjawab semua pertanyaan adiknya.

"Kau sudah menghilang selama seminggu ini! Kemana saja kau?" Balas Issei dengan pertanyaan.

"Seminggu ini? Aku..." Jawab Naruto menggantung.

"..." Issei yang tahu bahwa perkataan dari Naruto belumlah selesai, memilih untuk tetap diam.

"Mati..." Sambung Naruto dengan penuh penekanan.

"HAH!? Kau sudah gila ya?"

.

One Who Shines On All

.

"Oi.. Oi Matsuda! Lihat itu..." Teriak salah seorang siswa bermata empat, pada seseorang yang dapat diasumsikan sebagai temannya, yang berada disebelahnya, sembari mengacungkan jari telunjuk pada arah seorang pemuda pirang.

"Apa?... Eh!? NARUTO?" Teriak dalam rangka terkejut, adalah hal yang menjadi reaksi awal dari pemuda berkepala dengan morfologi yang sama dengan telur, yang baru saja dipanggil oleh temannya tadi.

Dengan cepat kedua pemuda tersebut, segera berlari menuju pada sosok yang telah mereka bahas.

"Oi kemana saja kau seminggu ini Naruto?" Belum hilang rasa kecapaian otot yang terjadi akibat timbunan asam laktat yang berada diotot-ototnya, pemuda dengan mata empat segera memberikan pertanyaan, bahkan sebelum menyapa.

"Eh... hahahah, seminggu ini aku ada hal penting yang harus diurus, jadi yah..." Naruto yang terkejut dengan pertanyaan yang segera dilayangkan padanya, hanya dapat menjawab dengan mengarang ide yang selintas lewat dibenaknya.

"Begitukah? Sepenting itu hingga harus mengorbankan sekolah?..." Tatapan penuh selidik diberikan oleh pemuda berkepala pelontos dan mata empat, sangat dalam.

Deg.

Deg.

Deg.

Deru detakan jantung Naruto terus bertambah tiap detiknya, disertai dengan keringat dingin yang membasahi pelipis dari pemuda pirang dengan iris sapphire yang melebar itu. Dikarenakan dirinya tak tahu harus menjawab apa.

Tapi beberapa detik kemudian sebuah tawa lepas dari mereka berdua, "Hahahaha... santai saja! Tidak usah dianggap serius pertanyaan itu... kami hanya bercanda kok...".

"Ha, Hahaha... Haha" Tawa garing yang dipaksakan keluar dari bibir Naruto yang tak mengerti keadaan yang terjadi saat ini.

...

...

Sementara itu, ditempat lain...

...

..

Brak!

Sebuah pintu disebuah ruangan dengan desain gothic terbuka lebar dengan keras, mengejutkan sosok gadis bersurai crimson yang tengah duduk sembari menyeruput teh hangat ditangannya.

"Uhk..." Terdengar suara batuk yang terdengar dengan jelas dari bibir seorang gadis crimson, "Sona! Tak bisakah, kau tak bisakah kau sedikit pelan saat membuka pintu?...".

"Ara ara~ Rias, apa kau tersedak? Fufufufu~" Seorang gadis dengan surai dark blue tertawa dengan punggung tangan yang menutupi mulutnya. Tapi pertanyaan yang meluncur tersebut hanya dianggap angin lalu, diabaikan. Karena mereka memiiliki hal yamg lebih penting untuk dibahas.

"Rias, tidakkah kau merasakannya?... Kakak dari pion barumu!" Suara tegas dan serius dengan aura yang dingin keluar dari bibir gadis bermata empat.

"Ya, aura yang cukup aneh, 'kan?... Tapi anehnya, pada hari pertamanya sekolah, dia hanyalah manusia biasa..." Balas gadis yang dipanggil dengan nama rias itu, tak kalah serius, matanya menatap lurus kedepan, tepat dimata sang lawan bicara.

"Ini masalah yang cukup serius..." Nada penuh peringatan diberikan Sona pada Rias.

"Ya, tidak perlu kau beritahu, aku juga sudah mengerti situasinya..." Respon rias cepat.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sebagai penguasa Kuoh?" Jawab gadis bermata empat itu, sembari menaikan kacamata melorotnya disertai dengan menekan kata "Penguasa".

.

One Who Shines On All

.

"Hey... hey, kau tahu?" Bisik salah seorang siswa kepada temannya.

"Apa?" Jawab temannya.

"Si Naruto"

"Kakaknya Issei yang tidak masuk sekolah seminggu itu? Memangnya dia kenapa?"

"Dia masuk sekolah hari ini!"

"Oh, terus?..."

"Gak ada apa-apa cuma cerita kok..."

"Oh..."

"Lo itu kok nyebelin banget sih!"

...

Lupakan yang diatas dan yang dibawah... hanya filler semata, untuk menekankan konsep realitas dari interaksi sosial yang umumnya ada di masyarakat indonesia :v

...

Kriet...

Bunyi sebuah pintu yang terbuka...

"Ohayou..." Ucap Naruto yang membuka pintu kelasnya.

"Eh!? Naruto?" Teriak semua orang yang berada disana.

"Ya? Ada apa?" Balasnya.

"Kenapa kau tidak masuk seminggu ini?"

"Sakit..."

"Oh begitu ya..."

.

One Who Shines On All

.

Langit biru yang membentang, perlahan berubah dikala senja, tepat pada saat dimana bel yang menjadi penanda akhir dari suatu kegiatan yang dinamakan sekolah.

Mata biru menatap ke langit terus menerus, tak terhenti walau hanya sedetik, berpikir serta menerawang jauh sembari menatap lekat pada gumpalan-gumpalan putih yang menghiasnya.

'Apakah dunia yang kuketahui selama ini, hanyalah kebohongan semata?' Dirinya takut, takut bahwa ada kemungkinan jikalau orang yang disayanginya akan pergi, dikarenakan makhluk-makhluk akhirat yang bergentayangan memenuhi bumi.

Pertama Issei, yang bahkan dirinya tak tahu, kenapa adiknya itu masih bisa menapakan kakinya dibumi dengan kekuatannya sendiri...

Siapa lagi yang akan menyusulnya?...

Setitik kemarahan dan kebencian tersulut dalam hatinya, tak terima dengan setiap perlakuan yang dilakukan oleh makhluk akhirat pada manusia... karena, bisa saja diluar sana, ada seseorang yang mengalami nasib yang sama seperti... dirinya.

Ya, kematian...

Gejolak pemikiran-pemikiran terlintas dalam benaknya, membuatnya semakin terjerumus dalam pemikiran-pemikiran yang memiliki nilai-nilai negatif didalamnya...

"OI, NII-SAN! Kau tidak pulang?" Teriak Issei yang mengalihkan direksi pandangannya kearahnya.

"OI NARUTO!" Teriak dua orang lainnya, Matsuda dan Motohama, yang berdiri sekitar sejauh 20 meter dari posisi dimana Naruto berada.

"Ah, ya... maaf!" Sahut Naruto yang segera mengambil tasnya, lalu segera berlari kearah tiga orang yang sudah berada dihadapannya.

Tak perlu waktu lama, mereka berempat sudah hampir sampai pada gerbang sekolah yang terbuka dengan lebarnya. Tampak sepi, karena mereka sedikit lebih lama karena menunggu Naruto untuk sadar kembali dari lamunannya. Disana berdiri seorang gadis bermata empat dengan rambut hitam sebahu.

"Eh, Issei... kenapa Kaichou ada disana? Seingatku, hari ini kita tidak mengintip klub kendo... apa ada hal lain, yang diam-diam kau lakukan sendiri-sendiri?" Tanya salah seorang dari empat pelajar yang berjalan beriringan, yang satu-satunya disana yang tak memiliki rambut.

"Mana ku tahu!" Sahut Issei ketus, tak terima dengan tuduhan yang dilayangkan padanya, kemudian menatap kearah belakang, tepat dimana kakaknya berada, "Apa jangan-jangan ini tentang Nii-san yang tidak masuk seminggu itu?".

"Mungkin saja... kalau begitu, pulanglah duluan..." Balas Naruto singkat.

"Ah baiklah kalau begitu... tapi jangan lupa untuk kerumah ya, Nii-san! Ka-san dan Tou-san ingin menemuimu!"

Lalu mereka kembali meneruskan perjalanan. Dan sesampainya disana, mereka dihentikan oleh sang ketua OSIS di Akademi Kuoh.

Mata sang ketua OSIS, menatap kearah Naruto dengan Intens, dari atas dan bawah, serta kiri dan kanan. Mencoba mengorek informasi yang mungkin akan dapat ditemukannya. Mengabaikan tiga orang siswa lainnya yang berada didekatnya.

"Naruto-san, 'kan?" Ucap sang ketua OSIS, sembari membenarkan kacamata melorot miliknya yang sudah seperti trademark-nya.

"Ya, ada apa Kaichou-san?" Balas Naruto.

"Kalian bertiga boleh pulang" Ucap Sona pada tiga orang siswa—Issei, Matsuda dan Motohama—yang berdiri mematung dari awal pertemuan.

"Ah baiklah, kalau begitu... Kami pulang ya, Naruto" Respon Matsuda dan Motohama.

"Jangan Lupa ya, Nii-san!" Tambah Issei, yang menutup sementara percakapan.

Sementara ketiganya pulang, sang ketua Osis, Shouna Shitori, atau yang bernama asli Sona Sitri, segera memberi pertanyaan pada sang putra tertua dari keluarga Hyoudou.

"Bisa jelaskan kenapa kau tidak masuk sekolah selama seminggu ini?" Tanya Sona, mencoba untuk mengorek informasi yang mungkin bisa didapatkannya.

"Sakit... itu saja" Balas Naruto singkat.

"Apakah hal itu benar?"

"Ya..."

"..." Sona Terdiam, kehabisan kata-kata, dirinya tidak sebodoh Rias yang sering menanyakan hal-hal seperti yang ingin dimaksudkannya secara frontal, otaknya yang cerdas mencoba untuk berfikir, memutar otak untuk dapat mengorek informasi-informasi yang mungkin dapat berguna bagi dirinya.

"Kau mulai tidak masuk sekolah, tepat bersamaan dengan sehari setelah kencan pertama Issei, 'kan?" Tanya Sona sekali lagi, sembari membetulkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.

Naruto hanya diam dan mengangguk, mengetahui arah pembicaraan ini akan kemana, supranatural.

"Apakah dimalam itu kamu melihat gagak?" Sekilas terdengar seperti perkataan yang ambigu, namun Sona tahu, bahwa Naruto cukup pintar untuk mengetahui maksudnya.

"Mungkin..." Balas Naruto, sembari melangkahkan kakinya untuk segera pergi.

"Hey... kau mau kemana?" Tanya Sona yang menatap punggung pemuda itu yang mulai menjauh.

Naruto yang mendengar itu berhenti melangkahkan kakinya, menoleh kebelakang seraya berkata "Pulang".

"Ta-tapi, disini urusan kita belum selesai..." Balas Sona yang sedikit terkejut, namun ditutupinya dengan wajah datarnya.

"Bodo..." Balas Naruto.

.

One Who Shines On All

.

Merahnya langit, menandakan bahwa hari akan berganti dengan malam, saat-saat dikatakan bahwa diwaktu itulah para setan, iblis, dan semacamnya akan keluar. Namun tak menghentikan langkah dari seorang pemuda dengan surai pirang, langkah kakinya yang pelan membawa tubuhnya berjalan diarea pinggiran sungai.

Langkahnya terhenti sesaat, tatkala matanya menatap seorang pria paruh baya dengan surai dua warna—Kuning dan Hitam—, pria itu menatap matahari yang perlahan-lahan mulai tenggelam, di iringi dengan semakin gulitanya alam. Mata sapphirenya pun ikut menatap pada matahari, indah...

Ya, sebuah keindahan alam yang tersaji dihadapannya, benar-benar patut untuk dilihat...

Sebuah panorama alam yang tersaji, sebagai tontonan murah—Gratis—, dengan nilai estetis yang sangat tinggi...

Perlahan namun pasti, hingga akhirnya sang mentari benar-benar tenggelam, tergantikan oleh sang rembulan yang mulai memancarkan sinarnya...

Pria paruh baya yang sedari tadi diam menatap runtuhnya sang mentari dari singgasananya, akhirnya mulai memperhatikan pemuda yang berada sekitar lima atau tujuh meter darinya, "menarik". Itulah hal pertama yang dapat terpikir olehnya, walaupun matahari telah tenggelam, namun rasa hangatnya masih dapat dirasakannya dengan sangat jelas, karena sang surya tepat berada dihadapannya...

'Ashura, Maha Vairocana... sang matahari kedua...' Tatapannya masih lekat pada pemuda yang berdiri sembari menatapnya dengan pandangan aneh, namun diacuhkannya, 'Jadi... kehancuran dunia ini sudah menghitung waktu mundurnya ya?...'.

"A-ano, paman..." Ucap Naruto yang risih dengan pandangan pria paruh baya tersebut.

"Ya, ada apa?" Balas pria itu.

"Apakah paman itu seorang berkelainan Yaoi? Tatapan paman membuatku risih!" Tanya Naruto, yang menyatakan sesuatu yang tidak seharusnya ditanyakan secara frontal.

"UGH..." Pria itu merasa jantungnya bagaikan tertusuk oleh tombak Gae Bolg milik seorang pahlawan terkenal bernama Chu Chuulain, atau bahkan mungkin tombak True Longinus milik St. Longinus? Yang jelas, sangat sakit, SAKIT! dikatakan sebagai seorang yang memiliki kelainan psikologis semacam Yaoi? WHAT THE HELL? Dia Yaoi?

"Aku? Kau bilang aku YAOI? HAHAHAHA candaan macam apa itu, nak!" Balasnya setelah merasa sedikit tenang dari keterkejutannya.

"Ah... baiklah kalau begitu... ngomong-ngomong, namaku adalah Naruto Hyoudou... salam kenal"

"Azazel... namaku adalah Azazel" Balas pria paruh baya itu.

"Azazel? Eh!? Azazel?..." Balas Naruto terkejut.

'Hm!? Apakah dia sudah tahu identitasku?' Pikir Azazel sambil manggut-manggut, lalu kembali menatap pemuda yang berseberangan dengannya, "Ya? Ada apa dengan Namaku?".

"Bukankah itu nama malaikat yang mengajarkan sihir kepada manusia bersama dengan semhaza? Tapi ada juga yang mengatakan bahwa Azazel adalah seekor kambing penebus dosa, serta dicatatan lainnya dia disamakan dengan Lucifer..." Balas Naruto.

"..." Azazel tak tahu harus merespon apa, matanya hanya menatap pada pemuda itu dengan tatapan malas, 'Hah... apa yang tertulis dalam sejarah memang tak pernah sama dengan kenyataan' Pikir Azazel, bagaimana tidak? Coba lihat pada sejarah, tidak ada yang pernah menulis bahwa ia adalah seorang yang super mesum, ataupun dirinya yang jatuh karena mengintip Gabriel mandi... ah, sebaiknya kita lupakan.

"Eh? Kenapa kau menjadi terlihat tidak bersemangat begitu paman?" Tanya Naruto.

"Tidak... Tidak ada apa-apa..." Balas Azazel sembari mengobaskan tangan kanannya ke kanan dan juga ke kiri, "Eh... Ngomong-ngomong... Ini sudah malam lho~ tidak baik anak SMA keluyuran begini..." Kemudian kembali menatap sungai, saat mengatakan "Kau bisa saja bertemu dengan gagak ataupun kelelawar..."

"Ku kira, setidaknya aku masih bisa melawan..." Balas Naruto pelan, sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana.

"..." Azazel terdiam akan respon yang diberikan oleh pemuda pirang, terkejut. Lalu mengubahnya menjadi tawa, "HAHAHA... Menarik sekali, kau berani mengucapkannya di depan pemimpinnya...".

" ..." Diam, adalah satu-satunya respon balik yang diberi pemuda itu.

"Baiklah, kau adalah Asura, 'kan?" tanya Azazel memastikan.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku adalah Naruto? Setidaknya, sampai aku benar-benar mengingat semuanya..." Balas Naruto, sembari melepas sebuah desahan nafas pelan.

" Hoo... Jadi begitu-" Belum selesai menyelesaikan kalimat yang ingin diutarakan, sebuah lesatan cahaya yang memunculkan seorang pemuda bersurai perak, telah terlebih dahulu mengintervensi.

"Oi, Azazel... Ada urusan apa kau memanggilku kesini?' Tanya pemuda perak itu, sebuah sayap mekanik terbentang di punggungnya, membantunya mengudara.

" Aku yakin, bahwa kau sudah tahu, bukankah begitu? Vali..." Balas Azazel malas.

"Si Bintang itu, 'kah?" Tanya sang pemuda bernama Vali yang saat ini tengah mendaratkan kakinya, pada permukaan tanah.

"..." Azazel hanya diam, dan mengangguk mantap, sebagai bentuk penegasan bahwa apa yang dikatakan Vali adalah benar.

Naruto, hanya mampu terdiam, tak mengetahui apapun yang dibahas oleh dua orang yamg berada di hadapannya.

"Hm?... Siapa dia Azazel? Murid barumu?..." Ucap Vali yang akhirnya menangkap sosok berkepala pirang itu di mata.

"Mungkin saja untuk kedepannya... Tapi untuk saatini... Bukan" Balas Azazel santai, meskipun di dalam hatinya dia merasa was-was karena mungkin saja Vali akan mengajak Naruto bertarung.

'Dari auranya, benar-benar terasa sama dengan milik 'orang' itu... Apakah mereka memiliki sebuah hubungan tertentu? Tapi jika ku tanyakan, Azazel akan tahu kalau aku adalah anggota Khaos Brigade...' Pikir Vali yang menimbang-nimbang setiap kemungkinan yang mungkin akan terjadi.

"Perkenalkan, namaku Naruto, Naruto Hyoudou..." Ucap Naruto yang memperkenalkan dirinya pada Vali.

"Vali..." Respon Vali singkat, lalu kembali berfikir 'Kalau memang benar jika dia adalah salah satunya... Sudah pasti dia kuat!' Seringai maniak tercetak dengan jelas, ketika kata-kata "kuat" terlintas dalam otaknya.

"Vali... Jangan bilang kalau kau!" Ucap Azazel, yang mencoba untuk menghentikan niat pemuda perak itu, karena dirinya tahu, kalau pemuda pirang itu belum memiliki pengalaman bertarung, yang dapat dilihat dari sikap pemuda itu.

"Ya, kau tahu Azazel?.. Aku pernah melawan orang dengan aura yang serupa dengannya! Dan aku langsung kalah dalam hitungan detik! Jadi, sekali lagi... Aku ingin melawannya!" Seringai maniaknya melebar, membuatnya terlihat seperti seorang Psikopat, "Jadi.. Hey, kau pirang yang disana...".

" Aku?" tanya Naruto yang menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kau! Ayo kita bertarung!" Bersamaan dengan kata yang terlontar dari bibir pemuda bersurai perak itu, sebuah ledakan energi dengan intensitas besar meledak dari tubuhnya.

.

.

.

.

Ya, dan "T.B.C"

.

.

.

Hahaha, lama banget yah?...

Ane lagi fokus ke event halloween FGO, soalnya baru pindah ke server NA sekitaran 1 bulan, mau ngejer ketinggalan jauh yang ane lewatin.

Ceritanya nambah aneh? Iya, ane ngakuin kok..

Thanks, review, Fav and Foll sangat diharapkan...

Sekali lagi terima kasih!