Disclaimer: Karakter adalah milik Masashi Kishimoto sensei. Dan buat ceritanya ini adalah hasil pemikiran Helen. Apabila ada kesamaan itu murni ketidaksengajaan.

Warning: kalimat tidak sesuai EYD, banyak typo, dll.

HAPPY READING

Weddenschap

Sasuke-kun aku mencintaimu

Kata itu terus berputar di kepalaku. Kalimat yang aku dengar dari sang gadis bersurai blonde. Hatiku hancur. Tapi yang tampak sekarang bukanlah air mata yang menggenang. Yang ada justru senyuman tulus.

Itu lebih baik

Hal itulah yang membuatku mampu tersenyum walau hati terasa hancur. Aku hanya seorang gadis lemah yang cengeng. Selalu tampil sederhana. Bukan seorang gadis yang memanjakan diri dalam kemewahan dan gemerlap dunia. Miskin. Mungkin itu kata yang ada dibenak banyak orang. Dalam kamus seorang Hyuuga 'miskin' bukanlah kata yang tepat.

Keluargaku kaya. Itu benar. Rumah megah. Sudah pasti. Mobil mewah. Itu bagai mainan bagi kami. Paras rupawan. Sudah menjadi bagian dari gen kami. Lalu apa yang sampai membuatku tampil begitu bersahaja. Itu karena aku Hyuuga Hinata. Yang tak suka jadi pusat perhatian. Yang begitu kikuk. Yang begitu lemah. Itulah aku.

Menyatakan cinta? Itu adalah hal yang sangat sulit buatku. "Hinata" suara itu adalah milik orang yang ku cintai dalam diam. "Sasuke-kun" aku menoleh padanya yang ada di belakangku. Berlari mengejarku lebih tepatnya. "Kenapa pergi? Aku kan sudah bilang untuk menunggu sebentar. Kenapa malah meninggalkanku" ia merajuk. Sasuke ku sedang merajuk.

"Aku tak enak dengan Yamanaka-san. Ia pasti akan malu bila aku ada di sana. Sasuke-kun kenapa tak bersama Yamanaka-san? Kau tak menolaknya kan?" aku bertanya dengan hati-hati. "Hn. Aku menolaknya." Ucap Sasuke enteng. "Kenapa?" tanyaku. "Karena aku tak suka dia. Sudahlah, ayo pulang. Aku tak mau kakakmu yang menyebalkan itu mengomel berjam-jam karena aku telat mengantarmu pulang" ia menarik tanganku. Menuju tempat dimana mobilnya menunggu.

.

.

.

"Terima kasih sudah mengantarku Sasuke-kun" pintu mobil ku buka. Sasuke hanya bergumam 'Hn'. Sasuke menolak Yamanaka Ino. Itulah yang aku tau. Sedikit rasa senang terselip dihatiku. Namun aku tau pasti Ino sangat sedih saat ini. Aku tau gadis cantik itu menyukai Sasuke sejak pertama masuk SMA. Dan aku tau betapa ia sangat menginginkan menjadi kekasih Sasuke.

Ku jejakkan kakiku ke mansion megah milik keluarga Hyuuga. Kakiku melangkah menuju kamarku di lantai 2. Para maid berjajar menyambutku, siap melayaniku. Tanpa sadar kini aku telah berdiri di depan pintu bercat putih.

Kamar bernuansa putih ini tampak begitu nyaman. Membuatku ingin segera mengganti pakaianku dan bersiap tidur. Dengan harapan esok aku akan memiliki hari yang lebih baik.

.

.

.

Hari Minggu

Hari yang sangat di sukai banyak orang. Hari dimana banyak orang pergi mengistirahatkan diri. Semua keluarga Hyuuga sibuk dengan urusannya masing-masing. Agendaku hari ini adalah membantu ibu Sasuke membuat kue dengan resep baru.

Kami akan membuat kue untuk acara makan yang akan diadakan nanti. Kata bibi Mikoto akan ada kolega bisnis Uchiha yang akan bertamu. Maka dari itu bibi Mikoto ingin membuat kue. Semua bahan sudah siap.

Acara membuat kue begitu menyenangkan dengan banyaknya cerita bibi Mikoto tentang Sasuke kecil. Mulai dari yang menangis ketika dijahili oleh kakaknya. Hingga Sasuke remaja yang sering kedatangan gadis-gadis penggemarnya.

Kami tertawa bersama. Kini kue yang kami buat sudah jadi. Bibi Mikoto memanggil Sasuke sebagai juri. "Sasuke bagaimana rasanya? Enak?" tanya bibi Mikoto antusias. Dapat kulihat Sasuke hanya memasang wajah datar. "Lumayan" satu kata yang akhirnya terucap. Tapi apa artinya? Lumayan enak? Atau lumayan tak enak? Jawaban ambigu batinku kesal.

Sasuke pergi menuju kamarnya. Sementara bibi Mikoto menaruh piring Sasuke ke wastafel. "tenang saja Hinata-chan. Buat Sasuke kata Lumayan artinya adalah Enak" terang bibi Mikoto sambil tertawa kecil. "Oh ya apa kalian akan pacaran?" tanya bibi Mikoto padaku yang hanya dapat merona.

Aku hanya terdiam. Sesaat sempat terfikir untuk meminta bantuan bibi Mikoto agar Sasuke bisa jadi kekasihku. Namun aku sadar. Aku hanyalah cahaya redup baginya. "Ah bibi. Itukan tak mungkin" kalimatku seakan pisau yang kutancapkan di hatiku sendiri.

"Jangan bilang begitu. Hinata-chan adalah anak yang sangat manis. Sasuke pasti suka pada Hinata-chan. Jadi tak perlu khawatir" bibi Mikoto tersenyum. Tak perlu khawatir bagiku terdengar seperti kau harus merasa khawatir. Dan aku hanya dapat tersenyum simpul. Berharap bahwa apa yang bibi Mikoto katakan benar adanya. Bahwa aku tak perlu merasa takut ataupun cemas.

.

.

.

Hari ini Konoha International High School kedatangan seorang murid baru. Gadis berparas manis seperti buah ceri. Gadis itu bernama Haruno Sakura. Sakura pindah dari desa hujan, Amegakure. Saat pertama kali ia masuk ke sekolah. Sudah banyak pemuda-pemuda yang mengagumi kecantikannya.

"Permisi, dimana saya dapat menemukan kantor kepala sekolah? " tanya Sakura pada Hinata yang saat itu kebetulan sedang mengambil beberapa buku dari perpustakaan. "Ah, mari saya antar. Anda pasti murid baru di sini" ucap Hinata sopan. "Iya, saya murid baru disini" jawab Sakura diiringi senyuman.

"Sudah sampai. Saya yakin kepala sekolah ada di dalam. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Hinata saat ia sudah mendekati pintu ruang kepala sekolah. " Arigato" balas Sakura.

.

.

.

"hei dengar gosip tentang anak baru yang bernama Sakura tidak?" tanya seorang gadis dengan rambut coklat pada temannya yang bercermin. "Sakura yang katanya cinta pertama Sasuke-kun?" tanya gadis yang sedang bercermin sambil membereskan barang-barangnya, "iya. Katanya ia kembali lagi dan akan mendekati Sasuke-kun. Kau tau para pemuda idiot itu begitu terpesona oleh kecantikannya."kata gadis dengan surai coklat

"apa dia secantik itu?" tanya temannya. "katanya ia sangat cantik sampai Sasuke-kun tak bisa melupakannya. Oh ya, bila Sasuke-kun pacaran dengannya. Bagaimana nasib si Hyuuga cupu?" tanya gadis dengan surai coklat itu.

Hinata hanya mampu menangis. Jadi Sakura yang bertemu dengannya pagi tadi adalah 'ceri' yang begitu disayangi Sasuke. Diingatnya obrolan yang dilakukannya dengan bibi Mikoto beberapa hari yang lalu.

Flashback

"Hinata-chan dulu Sasuke pernah menyukai seorang gadis. Dia selalu menyebutnya 'ceri' karena sangat menyukai gadis itu. Sasuke sempat menangis saat gadis itu pindah ke Ame" cerita bibi Mikoto.

"apakah sekarang Sasuke masih menyukai gadis itu?" tanya Hinata. Baginya mengetahui Sasuke menyukai gadis lain membuat hatinya ngilu. "Mungkin. Tapi bibi yakin Sasuke pasti lebih memilih Hinata-chan. Ia kan sudah lama tak melihat si 'ceri' paling ia sudah lupa. Jangan cemas. Bibi sangat mendukung kalian." Senyum kecil tergambar di wajah bibi Mikoto.

Flashback off

Hinata POV

Kini aku hanya mampu membekap mulutku. Jadi Sakura kembali untuk Sasuke. Kami-sama apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus bahagia karena Sasuke menemukan orang yang ia cari. Ataukah aku harus bersedih karena kehilangan Sasuke.

Kini aku keluar dari toilet setelah memastikan kedua gadis yang bergosip sudah pergi. Kulangkahkan kakiku menuju kelas bersiap untuk pelajaran berikutnya. Dalam hati aku hanya mampu berharap bahwa semua akan baik-baik saja.

"kau darimana saja?" tampak Sasuke sedang bersandar di dinding sambil bersedekap. Matanya tertutup rapat. Aku hanya mampu diam. Mulutku terkunci rapat. Rasa sedih menyeruak dari dalam hatiku. Akankah aku kehilangannya?

"aku dari toilet. Kenapa?" tanyaku. Aku tau suaraku bergetar karena menahan tangis. "hn. Ayo masuk." Sasuke mengandeng tanganku. Jantungku berdetak kencang. Namun aku tetap tau bahwa ia mungkin masih mencintai Sakura. Kakiku berhenti melangkah.

"Sasuke-kun." Ucapku menghentikan langkah Sasuke, "hn?" Sasuke menatapku. Manik onyx-nya menatap amethyst-ku . "A-aku ingin kau menjawab dengan jujur. Apakah kau masih mencintai gadis ceri mu?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Hinata, mengapa kau tau tentang gadis ceri ku?" kini tatapan Sasuke berubah menjadi begitu tajam. " Jawab aku Hyuuga Hinata!" kini Sasuke mulai menaikkan nada bicaranya. Hatiku mencelos, selama ini ia selalu menggunakan nada yang lembut kepadaku.

"dari ibumu." Jawabku jujur. Tanpa terasa air mataku mulai mengalir. Kutundukkan wajahku supaya Sasuke tak melihat wajahku yang berurai air mata. " aku tak tau Hinata. Mungkin aku masih mengharapkannya. Entahlah." Ucap Sasuke dengan wajah datar. Kuangkat wajahku menatap wajah Sasuke. Ia tampak terkejut saat melihat wajahku yang masih berurai air mata.

Kulepas genggaman Sasuke. Sasuke tampak terkejut, namun ia hanya diam. " Sasuke, Hinata mengapa kalian masih berada disini?" terdengar suara Kakashi-sensei. "kami baru akan masuk, Sensei" jawabku dengan suara yang kuyakin serak. "cepat masuk." Perintah Kakashi-sensei yang segera memasuki ruang kelas.

.

.

.

Bel pulang telah berbunyi. Ku kemasi barangku secepat yang ku bisa. Namun gerakanku terhenti saat Sasuke mengenggam tanganku. "Ada apa Sasuke-kun?" tanyaku pada Sasuke yang mematung. " aku akan mengantarmu pulang." Ucap Sasuke cepat.

"maaf Sasuke-kun. Aku akan pergi dengan Hanabi-chan hari ini. Ia akan datang kemari." Tolakku halus. Memang benar hari ini aku akan pergi. Tapi bukan dengan Hanabi melainkan sendiri.

"hn. Aku akan mengantar kalian." Putus Sasuke cepat membuatku bingung. " Maaf Sasuke-kun. Aku tak bisa. Hanabi-chan akan kesal bila kau ikut." Alasanku agar Sasuke tak jadi ikut.

"ada yang perlu kukatakan padamu Hinata." Ucap Sasuke yang semakin erat mengenggam tanganku. "kenapa tidak sekarang saja Sasuke-kun?" tanyaku bingung dengan sikap Sasuke. Aku yakin ini bukan suatu rahasia yang harus ditutupi.

"Baiklah kalau itu maumu." Jawab Sasuke. Kini Sasuke berlutut sembari mengenggam tanganku. "maukah kau menjadi kekasihku Hinata?" Tanya Sasuke padaku yang membisu. 'Ini pasti mimpi' teriakku dalam hati. Sesaat yang lalu Sasuke baru saja mengakui ia mencintai gadis cerinya. Bagaimana mungkin kini ia mengatakan ia mencintaiku?

"-nata"

"Hinata" panggil Sasuke padaku yang masih membisu. Mataku mengerjap bingung. " jadi bagaimana?" Tanya Sasuke dengan suara lembut. " aku tak bisa menjawabnya sekarang Sasuke-kun. Kumohon beri aku waktu" jawabku lembut. Ku raih tangannya hingga Sasuke berdiri dihadapanku. " ayo pulang. Tampaknya aku akan membatalkan janjiku dengan Hanabi-chan" ucapku dengan nada seriang yang kubisa.

"hn" jawab Sasuke dingin. Entah apa yang ada dipikiran Sasuke. Baru saja ia mengatakan ia ingin aku menjadi kekasihnya namun sekarang ia kembali bersikap dingin.

.

.

.

"hei Naruto." Panggil seorang pemuda bersurai merah pada pemuda blonde yang sibuk dengan ponsel pintarnya. "hm" gumam Naruto yang masih serius dengan ponsel pintarnya. "apa menurutmu Sasuke akan berhasil dengan Hinata?" Tanya pemuda bersurai merah yang bernama Akasuna Sasori.

"Entah, bukankah terkadang hal yang berharga baru dihargai saat sudah hilang? Kita lihat saja. Semoga Teme segera sadar dengan apa yang ia lakukan. Toh ini adalah taruhan yang pasti kita menangkan." Ucap Naruto dengan tetap terfokus pada ponsel pintarnya. "Aku harap Sasuke sadar maksud kita menyetujui taruhan ini." Lirih Sasori dengan pandangan menerawang.

"Sudah takdir Uchiha untuk mendadak bodoh kalau urusan cinta." Jelas Naruto sambil menghela nafas lelah, sedang Sasori hanya terkekeh. Dalam hati ia ingin sahabatnya mendapat gadis terbaik disisinya.

.

.

.

TBC

Author's Note:

Halo minna-san.

Ini Helen, terima kasih sudah membaca FF Sasuhina Helen yang terbaru.

Berhubung ini adalah FF pertama sejak Helen menghilang.

Helen harap FF ini tidak mengecewakan minna-san

Oh dan jangan lupa untuk RnR yaa.

BTW, Happy Eid Mubarok bagi yang merayakan

With love,

Helen