Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto
And High School DxD belongs to Ichiei Ishibumi
Story by shirayuki-su
Rate T (maybe)
Warning : Au, OOC, tipo dll
"My Limit"
Chapter 4
"Oh itu tadi memgasyikan, aku jadi bisa merengangkan tubuhku sejenak" Naruto duduk dikursi ruang Osis dengan seringai besar diwajah. Dihadapannya saat ini para peerage Sona yang masih dengan tubuh penuh luka, mereka bahkan belum bisa berdiri dan hanya bisa duduk dilantai. Kekuatan dari tekanan serangan Naruto masih berdampak pada tubuh bagian bawah mereka. Satu-satu nya laki-laki dalam peerage Sona masih belum sadarkan diri.
Saji mengeram sakit dan membuka matanya pelan, ia dengan otomatis melihat kesekeliling. Saat ia menyadari berada diruang Osis, Saji mencari anggota yang lain dan menemukan mereka dilantai. Pemuda itu memaksa dirinya untuk berdiri, tapi apa daya kedua kakinya melemah dan ia pun harus jatuh kelantai.
"Jika aku jadi kaluan aku tidak akan bergerak dulu" Naruto berkata. Saji dan para peerage Sona mengeram mendengar ucapan Naruto. mereka tanpa memperdulikan ucapan pemuda putih itu memaksa diri untuk bediri, tapi sayang mereka harus kembali jatuh "Kalian harusnya menunggu lebih lama lagi untuk bisa pulih, tubuh kalian akan terus menolak perintah otak. Dan rasa sakit yang akan kalian terima jika terus memaksakan diri"
Sona sebagai King memaksakan diri dan berdiri, ia mulai berjalan kearah kursi ketua Osis meskipun pergerakannya seperti anak rusa yang baru lahir. Sona mendesah pelan, saat ia mendudukan diri dikursi. Mata violetnya kembali berkeliling, ia sedikit terkejut mendapati kakak nya Serafall masih disini dan Sona juga dapat melihat Rias dan dua peeragenya berdiri tidak jauh dari mereka.
Mata Sona dapat melihat tatapan Rias yang terus mengarah pada Naruto, ia dapat menarik kesimpulan bahwa Rias juga terkejut dan ingin memiliki pemuda tersebut. Tetapi setelah melakukan pertarungan dengan Naruto dan mendengar apa yang selalu diucapkan pemuda itu, Sona jadi tidak yakin apakah Naruto mau untuk bergabung dengan peerage nya ataupun peerage Rias.
Evil pieces berkerja dengan memperbolehkan makhluk lain untuk berubah atau berenkarnasi menjadi iblis dan menjadikan mereka bagian dari peerage iblis yang merenkarnasikan. King dalam peerage memilki kewenangan untuk melakukan renkarnasi, tapi King tidak bisa merenkaransi God ataupun makhluk suci, dan makhluk yang lebih kuat dari King. Sona tahu kenapa Rias menginginkan Naruto kedalam peerage, ia tahu gadis itu sangat menentang keputusan yang diambil orang tua nya. Dan berpikir bahwa dengan mendapatkan Naruto, akan mempermudah kebebasan Rias. Tapi itu tidak mungkin hairess Gremory bisa mendapatkan Naruto, pemuda itu terlalu kuat. Meskipun Rias tahu akan hal tersebut, pasti ia tidak akan menyerah. Itulah pola pikir Rias dari dulu yang Sona tahu.
"Sepertinya aku yang kalah dalam taruhan kita" Sona berkata dengan Naruto yang mengagguk sembari seringainya melebar "Sesuai persetujuan kita berdua diawal, aku akan memberimu keinginan atau sebuah permintaan. Jadi apa yang kau inginkan Naruto?" Naruto mengelus dagu dan memasang wajah berpikir keras. Banyak sekali pilihan yang berlalu lalang diotak Naruto.
"Ok pertama. Bisa kau membuat biaya untuk sekolahku menjadi Gratis. Aku sudah bosan dipanggil keruang guru hanya untuk menjelaskan keuanganku. Mereka benar-benar tidak memberikan kemudahan bagi siswa yang hidup sendiri sepertiku. Guru-guru sialan" Sona mengangguk dan menulis diatas kertas permintaan Naruto. ia tidak ingin menanggapi ucapan terakhir pemuda tersebut. Sona sendiri tahu akan informasi mengenai Naruto yang hidup sendiri, dan harus membayar biaya sekolah dari kerja paruh waktu. Dengan Naruto bisa leluasa kesekolah Sona akan bisa lebih mudah mendapatkan infromasi mengenai dirinya, dan membuat Naruto berpihak kepadanya. Permintaan ini juga tidak terlalu sulit untuk dipenuhi.
"Itu tidak akan menjadi masalah Naruto. jadi hanya itu ya-"
"Maaf Sona-chan, tapi aku masih memiliki permintaan lain" Naruto berkata sambil menunjukan dua jarinya kearah Sona "Kalau boleh jujur aku memiliki dua permintaan lagi, dan aku jamin kedua permintaan ini tidak akan terlalu membuatmu kesulitan"
Sona hanya bisa mengangguk mendengar nya. Jika permintaan Naruto menyulitkan dirinya, ia akan menolaknya dengan tegas.
"Yang kedua, bisa tolong jangan mengikutiku lagi. aku tahu kalian memiliki rasa penasaran padaku, tapi apa kau akan merasa nyaman. Jika terus diikuti. Khususnya kau" Kata Naruto sembari menunjuk pada Rias yang menatapnya datar "Aku bisa tahu setelah melihat pertarunganku dengan Sona-chan, kau akan membuat salah satu dari peera-apalah itu untuk mengikutiku. Apa aku benar?"
"Aku bisa bicara dengan Rias untuk masalah itu Naruto, dan jangan khawatir peerage milikku tidak akan melakukannya. Tapi aku tidak bisa berjanji untuk yang diluar kemampuanku" Sona berkata, apa yang dikatakan Naruto memang sangat masuk akal. Dan mengetahui teman masa kecilnya tersebut, ia pasti akan melakukannya dengan menggunakan Akeno ataupun Kiba. "Jadi apa permintaan terakhirmu?"
"Permintaan terakhirku adalah" Naruto melihat kearah serafall dan tersenyum seringai "Aku ingin bisa memanggilmu dan menggunakan dimensi Rating Game yang kau sebutkan. Memiliki tempat untuk berlatih dan bertarung tanpa memikirkan sekitar, akan sangat menyenangkan"
Serafall mendelik melihat Naruto, ia bahkan tidak menyembunyikan raut wajah marahnya. Dia sudah siap menyerang pemuda itu, jika saja Sona tidak mengentikannya.
"Aku yakin dia tidak keberatan dengan permintaanmu, benarkan Nee-san?" Sona berkata dengan memberikan tatapan kearah kakak-nya. Serafall membuat wajah bingung dan berjalan mendekati Sona.
"Kenapa aku harus memberikan keinginan manusia aneh ini? Dia tidak hanya menyerang dan melukai Sona-chan, dia juga manusia yang tidak diketahui"
"Itu alasanya nee-san, untuk membuatnya dipihak kita. Dia sangat kuat dan tidak berpihak pada fraksi manapun. Dengan mendekatkan diri, kita bisa menarinya kepihak iblis" Sona berbisik ke kakak nya. Serafall berpikir sejenak dan mendengus, ia tahu apa yang dikatakan adik nya benar. Pemuda ini sangat kuat dan tidak diketahui. Jika bisa ditarik kepihak iblis akan sangat bagus, tapi jika tidak pihak iblis tidak akan menambah musuh.
Serafall berjalan kearah Naruto dan berdiri dihadapan pemuda tersebut. Ia menjulurkan lengan kanannya dan memberikan isyarat 'Berikan padaku'. Naruto hanya bisa melihat dengan bingung.
"Apa?"
"Berikan aku nomor ponselmu bodoh. Kau ingin bisa memanggilku kan, jadi berikan nomor ponselmu" Naruto mengangguk mengerti. Dan berpikir betapa benarnya ucapan gadis twintails tersebut, tapi ada satu masalah nya disini.
"Aku tidak memiliki ponsel" semua yang ada dirungan menatap Naruto dengan aneh, seakan melihat makhluk luar planet disana. Shinobi yang melihat raut wajah mereka menjadi bingung "Apa? Aku berpikir tidak ada gunannya memilki nya"
Naruto tidak memerlukan ponsel, dan meskipun ia punya. Siapa yang akan ia hubungi? Para bijuu lebih sering menggunakan Link. Dan didunia ini, Naruto tidak memiliki teman yang bisa diajak untuk bertukar nomer ponsel. Karena itu Naruto tidak memerlukan benda tersebut. Sampai hari ini Naruto akhirnya berubah pikiran dan menganggap benda itu berguna.
"Anggap ini dalam permintaan, aku akan membelikanmu ponsel Naruto" Sona berkata sambil mendesah lelah "Nee-sama dan aku akan menemani Naruto membeli ponsel, untuk kalian" Sona melihat para peerage-nya yang belum pulih dan berkata "Istirahat untuk hari ini dan besok, setelah itu kita melakukan seperti biasa"
"Ya Kaichou!" kata semua anggota Osis dengan serempak. Dengan itu Sona membawa dirinya kearah Pintu dan membukanya. Ia memberikan tatapan kepada Rias, dan gadis itu menyadari tatapan Sona. Sona hanya memberikan anggukan pelan dan membiarkan Rias dan peerage-nya keluar dari ruang Osis.
'Pikirkan baik-baik, apa yang akan kau lakukan Rias'
My Limit
Vali harus mengutuk kesialannya hari ini, ia tidak menyangka pertarungan dengan makhluk aneh berbentuk rakun tersebut membuatnya mendapatkan luka yang begitu parah.
Uhuk Uhuk
Rasa darah kembali Vali rasakan sembari mengeluarkan benda merah tersebut dari mulutnya. Wajah putih pemilik Divine Dividing telah lama menjadi pucat, karena darah yang terus berkurang. Vali masih menganggap dirinya beruntung menghindari serangan terakhir dari rakun tersebut, jika tidak ia yakin saat ini sudah terkubur hidup-hidup dalam pasir.
Vali mengela nafas lemah, dan melihat kondisinya lagi. hampir seluruh pakaian yang dikenakannya telah bercampur dengan darah. Lengan kirinya hancur sampai ketulang, Vali bahkan tidak tahu apa ia bisa mengerakan jari dari tangan tersebut. Kedua kakinya hampir mengalami hal yang sama, meskipun bagian kiri menyerupai lengan nya. Vali mengusah lagi darah yang mengalir dari mulut dengan tangan kanan. Sebuah senyum maniak bertarung tergambar jelas diwajah pemuda berambut silver itu.
"Aku tidak menyangka bertemu dengan makhluk yang begitu kuat ditempat seperti itu Uhuk" kata Vali sembari ia batuk darah "Uhuk Satu lagi makhluk yang ingin aku kalahkan masuk daftar"
[Kau gila Vali]
"Diam kau Albion"
[Dengan sifatmu seperti ini, aku pasti akan berganti pemilik sebentar lagi]
"Itu masih akan lama, aku masih memiliki banyak daftar makhluk yang ingin kukalahkan dan kekuatanmu sangat dibutuhkan Albion" Kata Vali sambil tersenyum memandang keatas
[Terserah kau saja, aku juga masih akan bersama denganmu sampai kau mati] kata Albion memutar mata [Tapi aku penasaran dengan makhluk tersebut, Dia kuat sangat kuat]
"Kau tanya aku, aku tanya siapa Albion. Ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan nya, rakun itu dengan mudahnya mengendalikan pasir. Jika aku tidak melarikan diri, aku sudah menjadi pasta daging sekarang"
[Kau benar Vali, kekuatannya hampir sama denganku] kata Albion [Tapi aku juga merasakan, kekuatan yang digunakan dalam pertarungan dengan Vali masih belum kekuatan penuhnya]
"Aku bahkan harus mengunakan Balance Breaker dan itupun hanya memberikanku kesempatan untuk mengenainya sekali. Kau dengar Albion, hanya sekali" Vali berkata dengan mengeratkan pukulannya dengan marah, ia saat ini benar-benar merasakan yang namanya kekalahan telak dan Vali tidak mau menerimannya "Saat pertemuan kita berikutnya aku pasti akan mengalahkan rakun tersebut"
[Terus saja kau bicara Vali, Luka yang kau terima saat ini begitu parah dan apa kau yakin bisa pulang ke Gregory dengan kondisi seperti ini]
"…"
[Sudah kuduga kau pasti tidak memikirkannya. Panggil saja Azazel dan dia pasti akan menjemputmu]
"Aku tidak mau berhutang dengan Azazel, melihat wajah menjengkelkannya saja sudah membuatku ingin muntah" Vali berkata sambil mengilangkan bayangan wajah Azazel yang mulai terbentuk diotaknya
[Aku hanya menyarankan saja, jika kau tidak mau mendengar ya sudah. Apalagi jika kau membiarkan luka-lukamu lebih lama lagi, aku yakin kau akan mati cepat atau lambat Vali]
"Cih"
Vali berpikir sejenak dan harus mengiyakan apa yang dikatakan Albion. Luka yang diterima nya saat ini tidak memungkinkan untuk dibuat bergerak. Dan makin lama Vali merasakan kesadarannya menghilang, akibat darah yang terus keluar. Ia dengan paksa memasukan tangannya kelengan baju dan beruntung ponsel miliknya masih bisa digunakan, meskipun retak dan bercampur pasir. Vali memanggil dan menunggu Azazel untuk menjawab panggilannya.
Pemilik salah satu dari Longinus kembali berusaha memutar kejadian yang baru saja ia alami. Ia sedikit melihat lengan dan kakinya, mendapati bahwa masih ada pasir yang tertinggal disana. Vali mendesah dan berpikir kembali saat itu.
"Hei kau bisa berhenti. Kau menganggu tidurku"
Vali mengentikan latihannya dan memandang pada makhluk kecil berbentuk rakun dipasir. Dia mendapati makhluk yang tidak lebih besar dari anjing itu bicara padanya. Mata Vali bertemu dengan mata berpola bintang Shukaku.
Pemuda berambut silver itu hanya menghiraukan rakun tersebut dan kembali membuat lingkaran sihir disekitarnya. Vali kembali menembakan sihir kearah laut, suara ledakan dan gelombang kembali mengema dipantai itu. Vali yang saat itu terbang mengunakan Sacred Gear Divine Dividing tidak menyadari bahwa gelombang air yang diakibatkannya mengantam makhluk kecil disana.
Shukaku yang tertelan gelombang air mengeram marah, ia sebenarnya tidak ingin bertarung tapi manusia dengan sayap aneh tersebut tidak mendengarkannya. Shukaku menepukkan kedua tangan dan dalam sekejab pasir disekitarnya bergerak dengan liar.
Vali yang tidak menyadari pergerakan pasir dibawahnya harus merasakan sebuah terjangan yang membuatnya merasakan sakit. Mata setengah iblis itu sekarang berfokus pada apa yang telah menyerangnya. Ia kembali dikejutkan dengan rangkaian pasir yang menyerangnya dari bawah, Vali dengan sigap menghindar.
"Bagaimana rasanya itu ha!" Shukaku berkata sambil mengerakan pasir disekitarnya.
Vali yang mendengarnya menfokusnya diri dan mendapati rakun yang tadi menyerangnya. Merasa ditantang Vali membuat lingkaran sihir dikedua tangan dan cepat menembakan sihir dari sana. Bola-bola sihir menerjang dengan cepat kerarah Shukaku.
Bijuu ekor satu itu memadang serangan yang datang dengan datar, tanpa mengerakan seujung jari pun pasir disekitar Shukaku bergerak dan melindunginya. Suara ledakan dan angin yang kencang menjadi saksi dari dampak serangan Vali.
"Hanya itu yang kau bisa"
Vali yang melihat serangannya gagal mengupat pelan "Apa-apaan pasir disekitarnya itu"
[Vali sepertinya makhluk itu dapat mengendalikan pasir disekitarnya]
"Kalau seperti itu kita lihat apa dia bisa bertahan dari serangan beruntun dari sihirku" kata Vali dengan senyuman yang mengembang, ia dengan cepat kembali membuat lingkaran sihir dan menembakan puluhan sihir yang mengarah pada Shukaku.
Ledakan demi ledakan terdengar mengema. asap hitam dan kawah dampak dari serangan Vali tercipta dengan cepat, senyuman dari pemuda itu tidak pernah lepas darinya saat menyaksikan serangan yang ia buat memporak-porandakan seisi pantai berpasir.
"Apa rakun itu sudah mati?" tanya Vali, ia menghentikan serangannya dan melihat kelawan bertarungnya "Tidak mungkin dia selamat dari serangan tersebut, Azazel saja kesulitan dan masih menerima dampak serangnku. Apalagi makhluk kecil aneh itu"
Apa yang dikatakan Vali ada benarnya jika serangannya sampai bisa membuat sang gubernur malaikat jatuh untuk menerima serangan, tapi pemuda itu tidak tahu bahwa lawan yang ia hadapi saat ini adalah bijuu berekor satu Shukaku yang terkenal akan pertahanannya. Apalagi dengan pasir disekitarnya, membuat Shukaku akan sangat mustahil untuk dikalahkan.
Saat Vali ingin meninggalkan pantai tersebut, ia harus dikejutkan dengan pasir yang menjalar dari tanah dan menyerangnya dengan cepat. Pasir-pasir yang seperti tentakel tersebut bergerak begitu cepat membuat pemuda yang tidak siap itu menerima dampak dari serangan.
Tubuh Vali terasa seperti karung yang terus dilempar kesana kemari oleh tentakel yang terbuat dari pasir. Saat Vali merasakan semuanya berhenti, ia menyadari bahwa pasir tersebut mengengam kaki kirinya dan mengagkatnya tinggi diudara. Punggung Vali terasa hancur saat ia dengan cepat dilempar dari titik tertinggi.
Insting bertarung Vali menjerit memperingatkan pemuda tersebut. Benar saja, sebuah terjangan lagi-lagi datang, Vali dengan kekuatan penuh membuka lebar Sacred gear milkiknya. Ia melesat keluar dari kawah dan kembali dipertemukan dengan tentakel-tentakel pasir. Vali dibuat harus menghidar dan terus menghindar dari serangan Shukaku.
Mata abu-abu Vali menajam mencari keberadaan dari Shukaku, saat ia melihat rakun itu berada dipasir dan memandangnya. Dia dengan cepat melebarkan Divine Dividing dan melesat cepat kearah makhluk tersebut. Pasir-pasir disekitar Vali, ia hindari dengan cepat. Makin dekat dengan lawan, pasir yang menghalagi Vali makin banyak. Pemuda itu dengan kecepatannya membuat rangkaian serangan sihir yang menghancurkan serangan pasir.
Senyuman dengan cepat tercipta saat Vali menyadari jarak antar keduanya telah cukup untuk Sacred Gear Divine Dividing untuk bekerja. Dengan perintah batin, Vali menyalurkan kekuatannya ke Sacred Gear dan memerintahkan untuk mengambil setengah kekuatan dari makhluk tersebut.
[Divide!]
Suara mekanik mengema, tapi tidak seperti apa yang diharapkan Vali. Kekuatan yang diambil yang harusnya ditambahkan padanya tidak tersampaikan. Raut wajah bingung dengan cepat tercipta diwajah Vali, saat ia ingin bertanya kepada Albion. Vali merasakan pasir yang mengejarnya bertambah dan memaksa dirinya untuk terbang melesat keatas.
Merasa bahwa ketinggiannya saat ini membuat lawan tidak bisa menyerang Vali berhenti. Ia dapat melihat bahwa pasir dibawahnya seakan siap untuk menerkam dan menghancurkan dirinya. Ini menjadi pertama kali bagi Vali untuk melihat seorang atau sesuatu dapat mengendalikan pasir sampai seperti ini. Semua pasir dipantai itu saat ini serasa hidup.
"Albion, kenapa Sacred Gear tidak berpengaruh padanya"
[Apa kau tidak merasakanya Vali, atau kau memang tidak mau merasakannya]
"Apa yang ka-" Vali terdiam saat menyadari apa yang dikatakan patnernya
[Benar dia lebih kuat darimu Vali, dan kau tahu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan Sacred Gear Divine Dividing]
"Aku tahu dan aku paham benar, Divine Dividing memang salah satu dari tiga belas Longinus. Tapi setiap Longinus memiliki syarat dan kelemahan dalam penggunaanya" kata Vali selagi berpikir akan hal tersebut
[Itu Benar, Longinus memang sangat kuat karena dapat mengalahkan God, tapi itupun juga bersaman dengan syarat yang ada]
Vali tahu tentang syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan Sacred Gear. Ia bahkan mendapatkan banyak informasi dari Azazel yang notabennya sangat menyukai Sacred Gear. Sebagai contoh yang Vali ingat adalah Sacred Gear Type Blacksmith yang dapat membuat senjata, kemampuan Sacred Gear tersebut sangat berguna dalam bertarung. Tapi yang menjadi syaratnya adalah imaginasi dan emosi berpengaruh terhadap kualitas senjata yang dibuat. Dan karena itu senjata yang dibuat sekejab dan dalam waktu yang cukup lama memiliki perbedaan yang jelas. Tentu hal lain juga berpengaruh, tapi kedua hal tersebut yang menjadi inti dari Sacred Gear type Blacksmith.
Dan baru-baru ini Vali juga mendapatkan informasi mengenai salah satu dari Longinus seperti miliknya yang bernama Boosted Gear. Sacred Gear yang menjadi lawan dari Sacred Gear miliknya Divine Dividing, yang juga memiliki persyaratan dan kelemahan didalamnya. Dimana Sacred Gear dengan jiwa salah satu Heavenly Dragons berada memiliki kemampuan dalam mengandakan kekuatan pemilik dalam waktu sepuluh detik dan itu dapat dipercepat dengan keinginan dari pemilik. Tapi disitulah letak kelemahan dari Sacred Gear tersebut, tidak ada musuh yang akan membiarkan lawannya dalam kondisi terbaik. Waktu sepuluh detik dalam pertarungan akan sangat menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Vali sendiri menyadari bahwa Sacred Gear miliknya memiliki hal yang sama. Dimana Sacred Gear Divine Dividing tidak bisa membagi kekuatan lawan jika lawan dua kali atau lebih kuat dari dirinya sendiri. Selain itu juga jarak dalam pengambilan atau pengaktifan Divine Dividing untuk saat ini Vali hanya sepuluh sampai lima belas meter. Kekuatan dari Divine Dividing juga dapat membagi kekuatan serangan entah itu sihir atau kekuatan yang lain, tapi ini hanya berlaku pada satu serangan tunggal. Vali sendiri telah mencoba membagi serangan pasir yang mengejarnya, tapi hasilnya nihil. Yang artinya serangan tersebut bukan serangan tunggal, tapi serangan yang dibanggun dari beberapa serangan. Tapi yang tidak diketahui pemuda tersebut adalah bahwa setiap butir pasir telah tercampur dengan chakra Shukaku.
"Kau hanya bisa melakukan ini"
Mata Vali memandang tajam kearah suara, ia dengan cepat mengeluarkan kekuatan iblisnya kearah maksimal. Suara Divine Dividing mengema dan mengeluarkan cahaya warna biru yang terang. Dan dalam sekejab mata melesat kearah Shukaku dengan kecepatan yang berbeda dari sebelumnya.
Shukaku yang melihat pemuda itu menerjang, mengerakan kedua tangan besarnya dan pasir disekitarnya mulai mengikuti.
Vali dengan kecepatan penuhnya terus menghidari serangan pasir disekitarnya dan mengeleminasi jarak kepada lawan. Ia juga kembali membuat serangan sihir kearah Shukaku, ledakan dan asap ia gunakan sebagai pengalih perhatian agar semakin dekat dengan lawan.
Sayang bagi Vali, bahwa Shukaku dapat melihat apa yang dilakukannnya. Bijuu ekor satu tersebut harus mengakui bahwa lawannya memiliki kecepatan yang sangat tinggi dan pasir yang ia kendalikan sulit dalam mengejarnya. Tapi ini bukan pertama kali Shukaku berurusan dengan lawan dengan kecepatan tinggi, saat ia berada didalam tubuh Garaa. Shukaku telah mengalami pertarungan dengan seorang shinobi dengan baju hijau ketat yang memiliki kecepatan luar biasa. Yang menurutnya lebih susah diprediksi dari pemuda bersayap dihadapannya.
Lengan kiri Vali, ia tarik kebelakang dan siap memukul dengan kekuatan penuh kearah lawan. Dirinya dan rakun tersebut saat ini hanya berjarak dua setengah meter, dan dengan kekuatan yang Vali tambahkan kedalam Divine Dividing membuatnya kembali melesat dengan kecepatan yang luar biasa.
Pukulan lengan kiri menghantam tepat kearah Shukaku. Dan perasaan benda padat terasa diujung pukulan Vali, membuat senyuman diwajah pemuda setengah iblis itu tercipta. Tapi saat Vali melihat kedepan, ia harus dikejutkan dengan lengannya masuk kedalam sebuah pasir.
"AaaaaaRRRrRGGGGGhHHHHHH!"
Teriakan Vali mengema saat merasakan lengan kirinya serasa diremas sampai hancur didalam pasir yang saat ini berbentuk bola melindungi penggunannya. Ia dengan paksa mencabut lengannya dengan keras, mata hazel Vali dibuat melebar saat menyadari lengannya dicengkram oleh lengan monster yang terbuat dari pasir. Sacred Gear Divine Dividing mengeluarkan cahaya biru dengan kuat, merespon keinginan dari Vali.
Dengan kesadaran yang ada Vali membuat bola sihir dilengan kanannya dan tanpa ragu menembakan kearah lengan yang masih mencengkram dirinya. Suara ledakan dan rasa sakit Vali hiraukan, ia dengan bantuan Sacred Gear melesat pergi dan menjauh dari lawan. Meski telah lepas, Vali tidak bisa mengendurkan instingnya karena setiap pasir disekitar Vali telah menjadi musuh.
Shukaku yang melihat dari mata ketiga tersenyum, pemuda ini cukup ceroboh menurutnya. Tidak mengerti lawan dan bertarung dari depan, tapi kekuatan yang dikeluarkan oleh nya baru pertama kali ia rasakan. Masih banyak hal yang ia dan saudara-saudara nya tidak diketahui dari dunia ini 'Hehehe ini menarik'
Vali yang kembali terbang diatas langit mengeram sakit, ia saat ini tidak bisa merasakan lengannya lagi. Vali bisa melihat bahwa darah dan pasir masih keluar dari lengan kiri tersebut.
[Kau ceroboh Vali, dan ini yang kau dapatkan]
"Diam kau Albion, bantu aku berpikir untuk mengalahkan rakun itu" kata Vali dengan mata yang masih bersinar dengan semangat bertarung
[Dia lebih kuat darimu Vali, kau harusnya sadar]
"Cih, aku tidak mau mengakui harus kalah dengan makhluk seperti itu" ia berusaha mengerakkan lengannya yang hancur, tapi rasa sakit yang ada.
[Terserah kau saja Vali, tapi jika kau terus diudara dia tidak bisa menyerang. Mungkin dia tidak bisa terbang]
Vali mengangguk mengiyakan naga tersebut. Ia juga menyadari bahwa lawan tidak bisa menyerang jika Vali tidak mendekat. Dan sampai saat ini, serangan yang diterima Vali berasal dari counter lawan. Dirinya bahkan belum bisa menyentuh rakun tersebut.
"Hahahahaha ini menyenangkan, ayo terus bertarung!"
Vali dikejutkan dengan suara yang berasal dari sampingnya, saat ia berpaling dan mendapati seekor rakun dengan senyum seringai berada disana melayang mengunakan pasir. Dalam sepersekian detik tubuh Vali tidak ingin bergerak karena terkejut, mendapati lawan dengan santainya telah berada dijarak sedekat ini dengannya. Dan menyadari bahwa rakun tersebut bisa terbang dengan bantuan pasir.
Insting Vali dengan cepat menendangnya keluar, ia menghempaskan tubuhnya kebelakang dan membawa lengan kanannya kearah Shukaku. Dan menembahkan puluhan sihir kearahnya.
Saat asap serangan berakhir Vali dibuat lagi melihat sebuah bola yang terbuat dari pasir disana. Serangan yang ia keluarkan seperti tidak berdampak apapun pada pertahanan rakun tersebut. Dirinya juga harus melesat menghindar saat dua lengan monster yang sama yang telah menghancurkan lengan kirinya bergerak liar kearah Vali.
Dengan luka dan energy sihir yang mulai terkuras, kecepatan Vali menurut. Ia menerima beberapa luka pukulan dan cakaran dari lengan pasir milik Shukaku. Darah yang bercampur pasir membalut tubuh pemuda setengah iblis itu.
"Aku tidak tahan, akan kugunakan Balance Breaker!"
[Terserah kau Vali, aku tidak akan melarang. Tapi kau tahu resikonya]
"Cih, aku tahu dan aku tidak peduli. Rakun ini tidak bisa dianggap enteng, dia memiliki pertahanan yang sangat kuat dan serangannya juga menakutkan. Jika saja aku bisa mengenainya, aku pasti sudah menang" Vali berkata dengan senyum lebar yang mengarah pada Shukaku.
Shukaku dapat merasakan energy dari pemuda didepannya meningkat dengan pesat. Dari mata ketiga miliknya ia dapat melihat bahwa tubuh pemuda tersebut saat ini terselimti oleh aura berwarna putih dengan campuran sedikit biru didalamnya. energy yang dikeluarkan makin lama makin meningkat, membuat bijuu berekor satu itu memberikan senyuman yang berbeda.
Cahaya mulai berkumpul ditempat Vali dan saat cahaya itu memudar, pemuda itu telah ditutupi oleh semacam baju armor berwarna putih dengan sayap biju dipunggungnya. Dapat juga terlihat Kristal dikedua lengannya.
Dengan kecepatan yang begitu cepat membuat tubuh Vali bagaikan cahaya melesat kearah Shukaku. Tidak bisa mengatisipasi kecepatan dari pemuda tersebut, Shukaku mengerakkan pasir disekitanya untuk menahan serangan dari Vali.
Pukulan dan tendangan, beserta pasir yang bertebarang menjadi satu dari pertarungan jarak dekat keduanya. Shukaku yang ditekan begitu kuat merasakan bahwa pasir yang bisa ia gunakan makin lama makin terbatas.
Tendangan kuat dari Vali berhasil menghancurkan bola pertahanan Shukaku, memaksa bijuu tersebut untuk menganti bentuk pertahanannya.
Vali yang melihat celah terus menerjang kedepan, ia membawa tendangan dan pukulan kuat. Dalam mode Balance Breaker, Vali sedikit kesulitan dalam mengaktifkan sihirnya karena itu dalam mode ini Vali lebih ke petarung jarak dekat.
Melihat pasir yang mengelilingi rakun itu berkurang Vali membawa dirinya dengan cepat dan menyerangnya dengan kombinasi pukulan dan tendangan. Ia terus mengulangi pukulan kuat dan tendangan keras, membuat rakun tersebut seperti samsak tinju baginya.
Beberapa detik berlalu dari serangan beruntun Vali, ia pun merasakan tubuhnya kehilangan tenaga. Dengan pukulan kerasnya, ia memukul tepat keperut rakun tersebut dan membawanya terbang cepat keatas. Tidak sampai disitu, Vali mengikuti dengan kecepatanya dan berada diatas rakun itu, membawa kakinya turun dan menghadiakan Shukaku tendangan keras kaki kanan.
Tubuh Shukaku melesat bagaikan peluru dan menhantam pasir dibawahnya dengan keras. Suara keras dan kawah terbentuh dari hantaman tubuh kecil Shukaku dengan daratan. Rakun itu tidak bergerak ditengah kawah pasir.
Vali dengan nafas yang berat membawa tubuhnya turun. Ia dengan senyuman lebar melihat lawan yang telah kalah. Seperti yang dipikirkan bahaw lawan hanya bisa bertahan dan jika menerima serangan kuat, pasti akan kalah.
"Aku menang Albion"
Crak crak Crak
Suara sesuatu pecah membawa Vali mejadi waspada. Mata hazel Vali dibuat melebar melihat rakun yang menjadi lawannya retak dan mulai pecah bagian perbagian. Tapi yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah bahwa dari pecahan tersebut pasir bergerak dan mulai membentuk rakun yang sama dengan senyuman menghadap kearah Vali. Insting Vali dengan cepat mengambil alih, ia dengan cepat membawa tubuhnya pergi. Tapi sayang ia terlambat.
"Gokusa Maiso"
Vali merasakan pijakannya mulai jatuh dan merasakan pasir dibawah dirinya terus menariknya turun, ia dengan sekuat tenaga bergerak tapi hasilnya benar-benar nihil. Vali tidak tahu bahwa Shukaku mengunakan kemampuannya mengendalikan pasir untuk memerangkapnya dalam pusaran pasir. Tidak ingin terkubur dalam pasir Vali mengunakan Divine Dividing dipunggunya membuat ia memiliki dorongan kuat untuk keluar dari pusaran pasir. Tapi ia tidak menyadari dua lengan pasir masih menyelimuti kedua kakinya dengan kuat.
"Sabaku Kyu"
Dengan perintah Shukaku, Pasir dikaki Vali meremukan dan menghancurkan kaki tersebut.
Vali dibuat mengetatkan gigi merasakan rasa sakit yang teramat dari kedua kakinya. Di dengan tenaga yang tersisa melesat keluar dari cengkaraman monster rakun tersebut. Tubuh Vali menantul beberapa kali dan harus berakhir ditumpukan pasir. Rasa sakit terus menjalar dari setiap tubuhnya saat ini. Meskipun ia berada dalam armor Balance Breaker, tapi serangan yang barusan tetap mengenainya.
"Ryusa Bakuryu"
Saat Vali melihat apa yang terjadi, ia harus mengakui bahwa dirinya saat ini melawan musuh yang benar-benar kuat dan jauh dari kemampuannya sekarang. Yang ada dihadapanya sekarang adalah gelombang demi gelombang pasir yang seperti lautan mengarah padanya.
[Vali gunakan semuanya dan pergi dari sini]
"Cih, tidak ada pilihan lain"
Dengan kekuatan yang tersisa dan bantuan dari Albion. Vali melebarkan sayap dipunggungnya dan melesat sekuat tenaga menghilang dari tempat tersebut sejauh-jauhnya. Ia saat ini tidak ingin bertemu dengan makhluk rakun itu untuk sementara waktu.
Selang beberapa gelombang pasir berlalu, Shukaku berdiri diatas pasir dan melihat hasil karyannya dengan senyuman lebar. Dia juga dapat merasakan bahwa pemuda tersebut telah menghilang dan kabur dari pertarungan. Dengan menguap keras, Shukaku membawa dirinya kembali kedalam pasir dan Tidur.
My Limit
Naruto bersenadung dengan senangnya, ia membuka dan mengerakkan menu dalam ponsel barunya. Ia sesekali mengosongkan benda tersebut kepipinya dengan sayang, tersenyum dan terkikih. Pandangan yang membuat orang disekitarnya memandang aneh dan jengkel.
Kalawarner memandang Naruto dengan jijik, dan berpikir bagaimana manusia aneh ini bisa begitu kuat. Disisi lain Mittelt bergerak dan berusaha merebut benda tersebut dari tangan Naruto. Yang dengan santai dihindari pemuda berambut putih tersebut dengan santai, Mittelt yang tidak ingin menyerah menyerang dengan kedua tangan. Gadis pirang itu juga sampai harus memeluk Naruto berusaha untuk menghentikan pergerakan pemuda tersebut. Tapi tangan Naruto dengan sigap menghindari tangan Mittelt yang berusaha merebut ponsel nya.
"Biarkan aku melihatnya" Mittelt meminta dengan tangan memohon
"Iya sabar, aku masih ingin memeriksanya lagi. kau tidak usah memaksa Mittelt" Naruto berkata sambil memberikan ponsel ditangganya "Jangan dirusak atau kau harus mengantinya"
"Ganti dengan uang siapa?"
"Kau akan mendapatkannya. Tidak peduli dari mana" Mittelt merasakan bulu kudunya berdiri mendengar nada serius dari Naruto.
"Hey bagaimana membukanya, layarnya mati ini" Mittelt berkata sambil menunjukan ke Naruto
"Kau tinggal menekan layar dua kali atau tombol diatasnya" Naruto berkata sambil mendesah pelan, ia tidak tahu bahwa malaikat jatuh tidak mengikuti teknologi. Kalau boleh jujur, ia sendiri menanyakan hal sama kepada Sona saat pertama kali melihat hal tersebut. Naruto merasakan malu meningat kejadian itu.
Mittelt yang mengikuti saran Naruto mulai memainkan benda berteknologi tinggi tersebut. Kalawarner yang disamping hanya memperhatikan, tapi jauh didalam ia sendiri ingin tahu. Mereka sebagai malaikat jatuh jarang untuk berurusan dengan manusia, jika tidak ada misi dari atas. Terakhir kali mereka melakukannya adalah satu tahun yang lalu, itu juga ditempat yang tidak memiliki terknologi yang tinggi.
Mata Mittelt melihat gambar aneh berbentuk bola dengan warna merah dan putih pada aplikasi game. Ia yang penasaran menayakan ke Naruto "Game apa ini?"
"Oh game itu cukup terkenal beberapa bulan yang lalu. Kau tinggal berjalan dan menangkap monster" Naruto berkata dengan mengambarkan jenis monster dengan tangannya "Game itu menarik. Kau berjalan dimanapun dan mengumpulkan item dari tempat tertentu, menggunakan item tersebut untuk menangkap monster dan kau akan naik level" Mittelt mendengarkan dengan semangat dan mulai mengklik icon game tersebut.
"Apa ini, tidak ada yang keluar" Naruto mengangkat bahu lemah mendengarnya
"Kau harus berjalan dan setelah itu aka nada tanda monster yang mendekat. Mungkin besok kita bisa keluar dan memainkan game itu bersama" kata Naruto dan berjalan kearah mesin cuci. Ia dengan pelan mengambil pakaian bersih dan memasukannya kedalam keranjang.
"Ini" Naruto melemparkan pakaian milik Mittelt dan Kalawarner keatas kasur, yang ditangkap oleh Kalawarner.
"Ah pakaian kami" Kata Kalawarner
"Sebelumnya pakaian kalian menganggu dan aku masukan saja kemesin cuci" kata Naruto santai dan mulai berjalan kearah dapur. ia sudah merasakan lapar sejak akhir pertarungan dengan Sona, tapi harus Naruto tahan karena sang Kaichou mengajaknya untuk membeli ponsel. Saat Naruto memasuki dapur, ia mendapati kurama yang sudah berada disana.
Bijuu berwujud rubah itu dengan pelan mengaduk kare dalam panci yang ukurannya hampir menyerupainya, sesekali kurama harus merasakan apakah masakannya sudah sesuai apa belum. Naruto dan dirinya telah lama membuat kesepatan dalam hal memasak dan hari ini adalah hari dimana ia bertugas dalam membuat makananan. Kurama mengecilkan api dengan ekornya dan mendengus puas. Ia dengan terampil mengeluarkan beberapa piring dari lemari dan menaruhnya.
"Hari ini makan apa?" Naruto bertanya dan mulai membantu patnernya tersebu
"Kau bisa lihat sendiri" kurama berkata sambil menaruh beberapa sendok dipiring
"OH Kare kah" kata Naruto dengan senyum mengembang. Kare sangat cocok untuk Naruto saat ini.
"Naruto" Naruto berbalik dan mendapati Kalawarner yang memanggilnya, ia dengan cepat memasang wajah bingung. Karena perempuan tersebut belum pernah memanggilnya dengan nama, biasanya ia hanya memanggil 'kau' 'hei' atau 'manusia' "Kenapa kau mengizinkan kami tetap berada disini? Aku pikir setelah kami berdua sembuh kau akan mengusir kami? Dan kenapa kau tidak menanyakan tentang fraksi malaikatj jatuh, bukannya kau butuh informasi juga? Jika tidak kenapa kau tidak langsung membunuh kami berdua yang tidak berguna bagimu?"
Naruto memandangnya sekilas dan kembali beralih pada kare dihadapanya, "Aku memang tidak ingin berurusan dengan perang yang melibatkan ras kalian. Tapi aku juga bukan orang yang tega meninggalkan mereka yang terluka. Dan saat itu aku melihat kalian terluka dan menolong, itu saja. Kurama ini masih kurang pedas" kata Naruto sambil mencicipi masakan patnernya, yang dihadiahi cakaran diwajah. Kalawarner hanya bisa melihat kedua tingkah makhluk dihadapanya dengan senyum kecil diwajah, ia tidak tahu tapi kata-kata dari pemuda berambut putih tersebut seakan menghilangkan keraguannya. "Kalian berdua mungkin tidak menyadari, tapi luka kalian masih belum sembuh benar"
"Itu salahmu"
"Kau yang menyerang duluan" Naruto berkata sambil mengambil lagi sesendok kare dan memakannya "Intinya, selama aku hidup sampai saat ini. Aku tumbuh dengan mendengar bahwa membunuh adalah sesuatu yang akan membawa pada hal yang buruk. Memang dulu aku naïf dan keras kepala, tapi aku tahu bahwa jika kau membunuh sesorang, akan ada yang membalas dendam. Dan dendam tersebut akan terus berputar membentuk lingkaran. Karena hal tersebut aku menghindari untuk membunuh" Naruto berdiri dan membawa dua piring nasi yang telah ditaburi dengan kare, ia dengan pelan meletakkannya diatas meja makan
"Aku juga tahu setiap cerita memiliki sisi yang berbeda, saat kau melihat dari sisi ini bahwa dia jahat. Tapi dari sisi lain kau tidak melihatnya. Karena pandangan tersebutlah yang membuat orang menilai, apakah kau bersalah atau tidak" Kata Naruto sambil duduk, ia pun mulai memakan karenya dengan damai "Apa yang kalian tunggu. Ayo makan, aku jamin masakan kurama tidak beracun"
"Masakanku enak bocah" kata Kurama sambil makan dengan lahap
"Tapi, kare ini kurang pedas. Kau tahu"
"Kalau kau ingin membandingan kare milikku dengan kare yang kau makan saat misi dengan si hijau itu. Aku angkat tangan"
"Kare pembangkit jiwa itu, wah aku jadi ingin merasakannya lagi" kata Naruto sambil membayangkan kare super duper pedas yang pernah ia rasakan tersebut
"Terserah kau saja Naruto"
Kalawarner hanya bisa mendengar pembicaran dari Naruto dan Kurama dalam diam. Ia melihat kearah kare dihadapanya dan mulai memakannya dengan was-was. Malaikat jatuh itu harus menilai ulang pandangannya pada rubah tersebut, karena kare yang ia makan saat ini sangat enak. Dari sudut mata nya Kalawarner dapat melihat Mittelt yang makan dengan senyum puas.
"Naruto, jika ada orang yang memang dari sisi manapun jahat dan harus dibunuh kau akan melakukan apa" Kalawarner bertanya dengan penasan, ia memperhatikan lebih pada pemuda tersebut.
Naruto mengangkat bahu dan tersenyum pada Kalawarner.
"Kutemui dia dan aku ajak bicara. Lihat apa yang terjadi nanti"
My Limit
Naruto berjalan santai dengan kurama yang mendengkur halus diatas kepalanya. Ia saat ini berada ditaman dengan Mittelt dan Kalawarner. Kalawarner yang berjalan dalam diam, dan Mittelt yang terus bermain dengan ponsel milik Naruto. mereka kemarin telah berjanji untuk keluar dan bermain diluar, dan hari ini adalah harinya.
Mata shapire Naruto dapat merasakan sedikit ketengangan dari wajah Kalawarner, ia tidak tahu apa yang dipikirkan gadis tersebut. Tapi Naruto tahu, ia sedang memikirkan banyak hal. Naruto tidak ingin menganggu gadis berambut biru tersebut, karena apapun keputusan yang akan dilakukan dan jalan yang dia ambil adalah pilihan gadis tersebut. Naruto hanya bisa memberi saran dan melihat dari samping.
Mungkin jika Naruto dimasa lalu, ia akan memaksa gadis itu menceritakan semuanya dan memberikan jalan terbaik. Tapi seiring waktu berlalu dan Naruto melihat banyak hal dihidup ini, ia menyadari bahwa keputusan yang diambil dari diri sendiri adalah sesuatu yang menjadi pilihan. Dan jalan hidup yang akan dilaluinya.
Kalawarner berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan setelah semua ini, ia melirik kesamping untuk melihat manusia yang telah mengalahkannya dan manusia yang juga merawat dirinya dan Mittelt. Hari ini adalah hari dimana ia mendapatkan misi, untuk membawa biarawati yang memiliki kekuatan Sacred Gear kemarkas mereka. Tapi sekarang dia bersama dengan pemuda bernama Naruto, dan melihat lebih bahwa pemuda tersebut bisa langsung menghentikannya dengan mudah.
Sejujurnya Kalawarner tidak tahu apa yang ada didirinya saat ini, ia bisa saja mengajak Mittelt dan berkata pada Naruto bahwa mereka akan pergi. Dan melihat sifat pemuda tersebut, Kalawarner yakin dia hanya tersenyum dan mengatakan 'terserah kalian' dan membiarkan kedua pergi. Tapi kebersamaan mereka berkata lain, entah kenapa kehampaan dalam diri Kalawarner terisi oleh kehadiran Naruto. bahkan rubah bernama Kurama yang sering menjahili nya dan Mittelt telah menjadi bagian dari hiudpnya saat ini.
Kalawarner menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan. Ia berusaha menghilangkan pikiran-pikiran tersebut dan berusaha menikmati hari bersama Naruto dan Mittelt. Kalawarner dapat melihat Mittelt yang tengah mengobrol dengan menggunakan ponsel Naruto, dan bermain game tentang menangkap monster yang kemarin Naruto katakana. Disisi lain Naruto yang menikmati angin segar dan Kurama yang terus tidur.
Hari berlalu begitu dan mereka saat ini tengah duduk santai ditaman. kalawarner harus menegangkan diri saat merasakan aura iblis yang mendekat. Naruto yang menyadari hal tersebut melihat kesekeliling dan mendapati Issei berada tidak jauh darinya.
"Oh Isse kah" Naruto berdiri dan akan berjalan kearah Issei, saat ia merasakan cengkaram dibahunya. Naruto berbalik dan melihat Kalawarner yang melakukannya.
"Ada apa?" Naruto bertanya
"Bocah itu iblis"
"Terus ada masalah" kata Naruto santai, yang membuat Kalawarner menahan marah kepada si kepala batu dihadapannya.
"Kau tahu kan bahwa iblis dan malaikat jatuh saling bermusuhan. Jika dia melihat kami berdua, dia mungkin akan menyerang. Dan aku juga tidak akan tinggal diam jika diserang" Naruto hanya memutar kepala nya tidak peduli dengan penjelasan Kalawarner.
"Tenang saja dan semuanya akan baik-baik saja" Kalawarner hanya bisa mengagguak mendengar kata Naruto.
"Oi! Issei!" Teriak Naruto keras, membuat pemuda disebarang sana menoleh dan tersenyum. Ia berjalan kearah Naruto dan harus terkejut saat Issei mendapati bahwa Naruto bersama dua perempuan cantik. Rasa iri dengan cepat memperngaruhi pemuda puber tersebut.
"Naruto-san. Bagimana kau bisa mendapatkan kedua wanita cantik ini, berita rahasiamu. Kumohon!" kata Issei yang dengan cepat melesat dan memohon pada Naruto. mata issei sesekali melihat kecantikan kedua wanita tersebut, dan tanpa sadar Issei tersenyum mesum.
"Mereka berdua temanku, kalawarner dan Mittelt. Dan pemuda ini Issei, teman sekelasku" kata Naruto yang dengan paksa menyingkirkan Issei dari dirinya.
Issei yang mendengar nama keduanya dengan cepat berubah dan menampilkan sisi kerennya berkata dengan nada yang dibuat-buat "Hallo Hyodou Issei, salam kenal"
Kalawarner dan Mittelt mengangguk pelan dan mengalihkan pandangannya dari Issei. Yang membuat kejatuhan mental dari pemuda pemilik Ddraig tersebut.
"Issei siapa gadis disampingmu" tanya Naruto, yang sedikit mengembalikan rasa percaya diri pemuda itu.
"Dia bernama Asia. Asia dia Naruto-san, dia orang baik dan juga sangat kuat"
'Kau tidak tahu sekuat apa dia' Pikir Kalawarner dan Mittelt bersamaan.
"Hai" sapa Naruto ramah, Naruto hanya bisa mengangkat alis bingung mendapati gadis tersebut berbicara dengan bahasa lain.
Naruto merasakan suasana yang tidak mengenakan antara kedua malaikat jatuh dan Issei, dengan cepat mengambil inisiatif untuk pergi. Ia memberikan salam dan mengucapkan sampai jumpa pada Issei dan Asia. Dan berjanji akan mengenakan Kalawarner dan Mittelt nanti.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu dan akan memberitahukan tentang kami pada iblis itu"
"Karena rahasia akan mendatangkan masalah, masalah akan mendatangkan kesalahpahaman, kesalahpahaman mengakibatkan perselisihan, perselisihan menjadikan pertarungan dan pertarungan mengakibatkan kematian yang kuras tidak perlu terjadi. Jadi itu alasannya aku akan memberi tahu Issei"
"Aku mengerti apa yang kau katakan Naruto, tapi apa kau bisa menghentikannya jika sudah dalam skala besar. Skala dimana sedikit saja kesalahan akan mengakibatkan perang dan apa kau sendiri bisa menghentikan perang?" Naruto tersenyum dan mulai tertawa
"Aku pernah mengentikan perang sekali, dan aku yakin bisa mengentikan lagi" kata Naruto sambil berjalan, ia mengambil ponsel ditangan Mittelt. Yang membuat gadis itu mengerutu kesal, ia dengan cepat berusah mengambil kembali benda tersebut. Kalawarner yang melihat hal tersebut hanya bisa tersenyum. Mungkin pemuda aneh ini bisa melakukan sesuatu dengan apa yang terjadi antara ketiga fraksi besar.
TBC
Nikmati saja cerita yang ada, entah itu baik atau buruk. Kalau mau komentar pada kolom review saja Ok.