THE GATE OF DIMENSION (NARUTO X READER)

Author : honeyhamaadaa

BAHASA INDONESIA

Guide :

(Y/N) = Your Name

(L/N) = Last Name

(H/C) = Hair Color

(E/C) = Eye Color

(F/C) = Favorite Color

CHAPTER 5

INSIDEN BOGEM MENTAH

.

.

.

.

.

.

"Masuk.." ujar (Y/N).

Tak lama pintu kamar (Y/N) pun terbuka, terlihat sosok 4 orang gadis yakni Sakura, Ino, Tenten dan Hinata ada di balik pintu itu.

"Hai, (Y/N). Selamat sore" sapa Sakura.

"Oh, hai Sakura, selamat sore.. ajak teman-temanmu masuk dan duduklah" jawab (Y/N).

"Terima kasih" 4 gadis itu menjawab.

Tiba-tiba Tenten mengulurkan tangannya, "Namaku Tenten, kau pasti (Y/N), kan? Salam kenal" ucapnya sambil tersenyum.

"Salam kenal" jawab (Y/N) sambil tersenyum.

"Namaku Hinata, senang berkenalan denganmu" Hinata tersenyum.

(Y/N) tersenyum, "Aku juga senang berkenalan denganmu, kau cantik" puji (Y/N).

"Te-terima kasih" jawab Hinata.

"Oh ya, kau pasti sudah tahu gadis ini bukan?" Tanya Sakura sambil menunjuk Ino.

"Oh, kau gadis yang memanggil Sakura saat jalan-jalan tadi, bukan?" Jawab (Y/N).

"Ya, namaku Ino.. salam kenal!" Ucap Ino dengan gembira.

"Tidak hanya kepada laki-laki, ternyata Ino bisa genit kepada perempuan juga ya" celetuk Sai.

Sakura dan yang lainnya (kecuali Sai) seketika menutup mulut mereka untuk menahan tawa.

"Hey, jaga bicaramu ya pria pucat!" Ino terlihat begitu tersinggung dengan ucapan Sai.

Sementara Sai, ia memasang ekspresi datar seperti biasanya seakan-akan perkataan yang dikeluarkannya tadi tidak menanggung beban. "Aku hanya mengkritik, bukan menghinamu, nona cantik" lanjut Sai.

Tanpa bicara dan tertegun, pipi Ino memerah seperti tomat. Jantungnya seperti balapan dengan paru-paru di dalam dadanya.

(Y/N) menyeringai, "Kenapa kau tidak lamar saja dia, Sai?" Ledek (Y/N).

Sai tetap memasang ekspresi datarnya seakan menganggap perkataan (Y/N) bukanlah lelucon ataupun suruhan mutlak, "Menurut buku yang kubaca, menikah di usia terlalu muda itu tidak bagus, jadi untuk apa aku melamar wanita sekarang?" Jawabnya.

"Aku setuju dengannya" jawab Tenten.

"Ya ya.. baiklah.. jadi apa maksud dan tujuan kalian datang kemari?" Tanya (Y/N) kepada 4 gadis yang ada di hadapannya.

"Kami ingin memberikan sesuatu kepadamu" Sakura memberikan tas bingkisan yang ia bawa. "Ini, aku membawakan makanan untukmu" ucapnya.

"Wah kau baik sekali, terima kasih" dengan senang hati (Y/N) menerima itu dari Sakura.

"Aku juga sudah membelikan beberapa pasang pakaian untukmu. Terima ya" Ino juga memberikan bingkisan yang dibawanya.

"Ini.. bagus sekali.. Ino.. terima kasih. Kau tahu saja seleraku" jawab (Y/N).

"Sama-sama" Ino dan Sakura tersenyum.

"Um, (Y/N)" panggil Hinata.

"Ya?"

Hinata memberikan sebuah kotak obat-obatan herbal dari klan Hyuuga yang berukuran sedang, "A-aku hanya bisa memberikan ini kepadamu, mungkin kau akan menggunakannya nanti" ucapnya, "Ma-maaf aku tidak bisa memberi yang lebih" lanjutnya.

"Inipun sudah lebih dari cukup, Hinata" jawab (Y/N) lembut. "Terima kasih" lanjutnya.

"Sama-sama, (Y/N)" jawab Hinata.

"Baiklah, mungkin sesuatu yang akan kuberikan berbeda dari ketiga gadis ini" Tenten pun angkat bicara sambil mengeluarkan sebuah tas atau kantung pinggang lalu membuka kancing kantung itu, "Aku hanya bisa memberikan ini" ia memberikan kantung yang terbuka itu agar (Y/N) bisa melihat isinya.

"Kunai? Shuriken? Yang benar saja Tenten" protes Ino.

"Yah aku yakin pasti dia membutuhkannya jika ia seorang Shinobi" jawab Tenten.

(Y/N) tersenyum, "Ah! Terima kasih Tenten! Kau tahu apa yang kubutuhkan, jujur aku bosan di penginapan ini ada papan Dart- maksudku papan sasaran panah tapi tidak ada anak panahnya, aku suka bermain itu.." (Y/N) mengambil sebuah Kunai dari dalam kantung itu melemparkannya ke arah papan Dart itu. Sasarannya tepat di titik merah di tengah papan itu.

"Wow.." keempat gadis itu terperangah seketika.

"Kemampuan membidikmu bagus (Y/N).. sepertinya kau cocok menjadi seorang Shinobi" Sai angkat bicara.

"Terima kasih, Sai. Tapi aku bukan kalangan Shinobi seperti kalian, nona Tsunade bilang aliran chakraku berbeda dari kalian dan hanya berputar-putar di ketujuh titik tubuhku saja" jawab (Y/N).

"Itu artinya kau belum membuka aliran chakramu, (Y/N)" balas Sakura.

"Ya aku tahu itu, tapi aku tidak tahu caranya" jawab (Y/N).

"Kau tenang saja, mungkin tanpa Ninjutsu atau Genjutsu pun kau bisa menjadi Shinobi seperti Rock Lee dan Guru Guy, yang hanya mengandalkan Taijutsu saja" sambung Ino.

"Hmm.. Mungkin.. aku tidak yakin" jawab (Y/N) singkat.

"Kau hanya butuh motivasi dan dorongan dari dirimu sendiri, (Y/N). Jika kau memiliki tekad untuk menjadi seorang Shinobi, itu akan mempermudah terbukanya aliran Chakramu" Ujar Sakura.

(Y/N) masih terlihat bingung.

"Baiklah, bagaimana jika besok pagi kau datang ke lapangan di sisi utara Kantor Hokage. Kami akan mengundang teman-teman kami dan menunjukkan kemampuan kami, ya mungkin saja semangatmu bisa bangkit nantinya" ujar Ino.

"Tapi, Nona Tsunade bilang kalau besok pagi aku harus ke Kantor Hokage untuk meditasi pembukaan titik chakra" jawab (Y/N).

"Kau bisa meminta Sai untuk menyampaikan hal ini pada Nona Hokage, (Y/N)" ujar Tenten.

"Baiklah, aku akan datang" jawab (Y/N).

"Aku akan meminta Naruto untuk menjemputmu nanti" ucap Sakura.

Mendengar hal itu, Hinata menundukkan kepalanya. "Na-naruto ya" gumamnya sangat pelan.

"Sebaiknya jangan Naruto, biar aku saja yang menjemputnya besok. Sebaiknya kau suruh Naruto untuk memberitahukan hal ini kepada teman-teman lain lewat bunshinnya" usul Tenten.

"Ide bagus, Tenten. Jika Naruto yang menjemput (Y/N) nanti ada yang cemburu," Sakura melirik Hinata.

Mendengar kalimat Sakura, Hinata menunduk malu. "Ja-jangan bicara seperti itu, Sakura-san."

== Oo ==

"Sial! Kenapa kita harus gagal hari ini!" Yakumo terus menggerutu sambil terus menghentakkan kaki dan berjalan bolak-balik hingga suara benturan kaki itu menggema di dinding markas.

"Sudahlah, Yakumo. Kita bisa pikirkan cara lain," Kabuto mencoba menenangkan mood kekasihnya yang sedang drop.

"Sebaiknya kita cari informasi terlebih dahulu, tuan.." Zetsu putih tiba-tiba angkat bicara.

Sementara Tobi nampak berpikir dengan menumpukan dagunya pada kedua jari tangannya. Memikirkan cara untuk mendapat informasi tentang orang luar yang berhasil ia pancing masuk dari jurusnya itu. Walau ia jenius, namun ia terlihat kebingungan dalam mencari cara menemukannya mengingat orang itu bukanlah dari kalangan Shinobi. "Kita harus melakukan penyusupan ke Konoha," akhirnya ia pun angkat bicara.

"Pe-penyusupan?!" Yakumo reflek terkejut.

"Tobi benar, tidak ada cara lain selain itu, lagipula kita tidak mendeteksi atau mendapat petunjuk apapun tentang orang itu," sahut Kabuto.

"Tapi kan mereka sudah tahu bagaimana aliran chakra kita, terutama klan Hyuuga dan yang menguasai Senjutsu, kita pasti mudah diketahui oleh mereka dan tertangkap, apa kalian semua tidak berpikir sampai ke sana?" Protes Yakumo.

"Tenanglah Yakumo, Tuan Tobi pasti punya rencana, jangan berpikiran pendek seperti itu," sahut Zetsu hitam.

"Cukup. Jangan membuat telingaku pecah akibat bantahan kalian, ikuti saja rencanaku, aku sudah memikirkan hal ini matang-matang. Jika kalian membantah, aku tak segan-segan akan membunuh kalian. Tujuan kita harus tercapai apapun yang terjadi," ucap Tobi tajam membuat semuanya hening sekejap. "Ini tugasmu, Kabuto. Lakukan bersama Yakumo, ikut aku besok pagi untuk menemui seseorang," ujarnya.

"Baik," jawab Yakumo dan Kabuto serempak.

- Esok Pagi -

CRAKK.. CRAK.. CRAK..

3 Shuuriken baru saja mendarat di 3 papan Dart berbeda yang ada di lapangan kecil itu, tepat pada titik merah pula, bukan Shinobi Konoha yang melakukannya, namun (Y/N) lah pelakunya. Kemampuan membidiknya sangat bagus bak bakat ninja alami, ia hanya menganggap Shuuriken-shuriken itu sebagai jarum Dart yang biasa ia mainkan bersama Ben dan Gwen, bukan hal sulit walau Shuuriken itu memang terasa sedikit lebih berat dari jarum Dartnya.

Lee, Neji, Kiba dan Akamaru yang memperhatikan gerakan (Y/N) terlihat sedikit kagum.

"Bidikannya tepat, dia punya insting bidik yang sangat bagus. Tapi bukankah Naruto bilang kalau gadis itu bukan Shinobi?" Tanya Kiba entah pada siapa.

"Memang bukan, chakranya hanya berputar-putar dan berpusat di tujuh titik tubuhnya saja, tidak mengalir seperti kita tandanya ia belum membuka jalan untuk aliran chakranya," Neji yang sudah mengaktifkan Byakugannya angkat bicara.

"Hei (Y/N)!" Teriak Lee sambil melambaikan tangan ke arah (Y/N).

(Y/N) seketika mengurungkan niatnya untuk melempar Kunai yang baru diambilnya dari tas kantung pemberian Tenten. Alisnya terangkat sebelah? Siapa pria aneh berambut mirip batok kelapa itu? Darimana ia tahu namanya?

(Y/N) masih mematung memandang aneh 3 orang pria yang berjalan menghampirinya.

"Kau pasti (Y/N) kan? Kenalannya Naruto yang katanya datang dari jauh?" Tanya Lee.

"Oh jadi kalian temannya Naruto?" Tanya (Y/N) sambil menekuk sikunya dan menaruh telapak tangannya di pinggang.

"Ya itu benar," jawab Neji.

"Hmm.." (Y/N) memulai langkah mendekat memerhatikan mereka dari dekat, ia melihat mata Byakugan Neji dan memerhatikannya. "Kau saudaranya Hinata ya? Mata hantu itu terlihat sama seperti Hinata," ucapnya polos.

Kiba dan Akamaru yang mendengarnya seketika sweatdrop. Ternyata gadis ini memang kelewat polos dan tak tahu apa-apa soal ninja seperti yang dikatakan bunshin Naruto.

Sementara yang dikatai 'mata hantu' itu hanya memasang ekspresi datar seperti biasanya, "Ya, aku sepupunya, namaku Hyuuga Neji, aku dan Hinata berasal dari klan yang sama, mataku bukan mata hantu, nama mata ini adalah Byakugan, fungsinya untuk melihat aliran chakra, dan melacak musuh dari jarak radius sekitar 15 kilometer," jawab Neji serius.

"Matamu hebat ya, yang kudengar dari Sakura fungsi mata itu seperti sinar X, apa itu benar?" Tanya (Y/N).

"Ya itu benar," jawab Neji.

"Lalu kau rambut mangkuk, siapa namamu dan apa kemampuanmu?" Tanya (Y/N) sambil menunjuk Lee.

Kiba menggembungkan pipinya untuk menahan tawa, seketika perutnya terasa geli saat mendengar frasa 'rambut mangkuk', yah (Y/N) tidak salah karena itu memang ciri khas Lee. Namun sepertinya Lee sudah terlalu kebal menerima ejekan dari orang-orang, perkataan yang sangat menusuk hati dari salah satu pem-bully gurunya- Guy pun bahkan ia tidak meladeni dan tetap pada pendiriannya.

"Namaku Rock Lee, aku ahli Taijutsu," jawab Lee.

"Maksudmu, bela diri ala ninja?" Lagi-lagi (Y/N) menunjukkan kepolosannya akan dunia Shinobi.

"Ya,"

"Hanya Taijutsu yang kaukuasai?" Tanya (Y/N). "Kau tidak menguasai Ninjutsu ataupun Genjutsu?"

"Aku menguasai Ninjutsu, tapi hanya sebagian kecil," Jawab Lee sambil menggaruk-garuk kepala batoknya yang tidak gatal.

"Asah saja kemampuan Ninjutsumu, Lee-san," ujar (Y/N)

"Sepertinya percuma karena Kekkei Genkaiku tidak ada pada Ninjutsu," jawab Lee.

"Baiklah," jawab (Y/N). Ia pun menoleh pada Kiba, "Lalu kau? Namamu siapa? Apa itu anjingmu?" Tanyanya.

"Namaku Inuzuka Kiba, dan ini Akamaru, partner bertarungku sejak kecil," jawab Kiba sambil mengelus kepala peliharaannya.

"(Y/N), apa kau bisa Taijutsu?" Tanya Lee.

"Hmm, ya aku bisa bela diri namun di tempatku Taijutsu itu disebut Karate," jawab (Y/N).

"Karate?" Kali ini si jenius Hyuuga justru terlihat bingung.

"Ya begitulah aku bingung menjelaskannya."

"Maukah kau bertarung Karate itu denganku? Mungkin gerakannya tidak beda jauh," ajak Lee.

(Y/N) menyeringai, "Boleh," jawabnya.

"Tunggu.." cegah Neji tiba-tiba.

"Ada apa, Neji?" Tanya Kiba.

"Ada pengintai, kau tidak mencium baunya, Kiba?" Tanya Neji.

"Tidak," jawab Kiba.

"Byakugan!" Neji mengaktifkan Byakugannya hingga otot-otot matanya terlihat jelas, penglihatan bak sinar X itu melihat ke arah jam 2 dari tempatnya berdiri, ia melihat seseorang bersembunyi dari jarak beberapa puluh meter.

"Lee, arah jam 2.." Neji memberi kode.

Akamaru menggelengkan kepalanya, begitu pula dengan Kiba yang terlihat panik setelah mengetahui ini bau milik siapa. "Lee, jangan!" Teriaknya

"Baiklah pengintai, terimalah serangan semangat masa mudaku!" Dengan sangat cepat, Lee berlari lalu melompat setinggi-tingginya di atas semak itu, "Konohasen-" Lee terkejut ketika melihat siapa yang tengah mengintai. Karena sudah terlanjur memasang teknik itu di atas lompatannya, tak ada waktu bagi Lee untuk mengubah posisinya sekarang mengingat gravitasi bumi menariknya ke bawah dengan cepat.

"KYAAA!" Si pengintai justru berteriak dan langsung merangkak mundur sambil duduk.

"..pu," Lee melanjutkan ucapannya tadi dengan lemas.

KREKK.. KREKK..

Alhasil hanya retakan tanah yang sedikit merambat yang dihasilkan oleh tekanan kaki Lee. Beruntung tidak menimbulkan kerusakan fatal pada tanah.

Neji tersenyum tipis, niatnya untuk mengerjai si pengintai itu berhasil. Ternyata Neji cukup jahil dalam hal ini.

Sementara Kiba hanya facepalming, "Dijamin kau akan mendapat bogem mentah dari si cepol dua itu, Lee," gumamnya pelan.

Lee mematung menggetarkan giginya, retakan tanah itu nyaris mengenai kemaluan si gadis pengintai yang merangkak mundur ketakutan tadi. "LEE!" ia geram.

"Ma-maaf Tenten! Aku tidak tahu bahwa itu kau.. kukira kau musuh seperti yang dikatakan Neji! Ma-maaf!" Lee mencoba mengelak namun..

BUAGGH..

Satu bogem mentah mendarat di wajah Lee hingga Lee terpental beberapa meter.

"Pfft.. pfft.. hahahaha.." (Y/N) tertawa lepas, "Setahuku tadi Neji tidak mengatakan kalau itu musuh," jawab (Y/N).

Kini ekspresi K.O. Lee sungguh tidak bisa dijelaskan, ia terbaring K.O dengan tidak elitnya di tanah.

Kini Tenten berjalan ke arah Neji dan menghadapnya, "Kau mengerjaiku ya?!" Bentaknya.

"Kalau iya memang kenapa? Siapa suruh kau mengintip-ngintip seperti musuh?" Jawab Neji enteng.

BUAGGH..

Tanpa diprediksi oleh Neji, tinju Tenten kini mendarat di wajah Neji hingga Neji tersungkur ke tanah dengan tidak elitnya.

Kiba dan Akamaru sweatdrop melihatnya, 'Tenten kalau sedang marah tidak berbeda jauh dari Sakura ya, bahkan Neji pun dibogemnya,' pikir Kiba.

Sementara (Y/N) hanya tertawa melihat insiden bogem Tenten itu.

"Wah sudah kumpul ya? Ada apa ini? Kenapa Lee dan Neji K.O seperti itu?" Tiba-tiba seseorang yang sudah bertengger di pohon. Sontak semua orang yang ada di bawah pohon menoleh ke atas melihat orang itu.

Bersambung..

Insiden bogem Tenten.. hahahaha.. XD

UPDATE: JUMAT