Clank!

"Dia sudah bilang tidak mau bukan, jadi lepaskan dia," ucap Naruto sambil menarik rantai yang telah dia ikat di tangan Raiser yang menahan tangan Rias hingga ia melepaskannya.

Semua yang melihat itu tentu terkejut dengan keberanian Naruto, Raiser yang di ganggu kembali menatap tajam Naruto begitu juga sebaliknya.

"Lepaskan tanganku junior sialan."

"Tidak akan... Jika kau melakukan apa pun yang kau mau, maka aku juga bisa," jawab Naruto santai sambil terus menahan tangan kiri Raiser yang dia ikat dengan rantainya. "Rias-chan, kau tidak apa?" tanya perempuan berambut hitam pony tail sambil mendekati Rias.

"Um, aku baik-baik saja, Junior itu menyelamatkanku," jawab Rias sambil melihat Naruto yang menahan tangan Raiser.

Raiser yang mendengar itu membalikkan badannya dan menatap tajam Naruto yang bersikap santai dengan tangan kanan menarik rantai yang mengikat tangannya.

"Sepertinya kau mencari mati ya, hah?" ucap Riser sambil mengepalkan tangannya dan setelah itu kobaran api membungkus tangannya. "Itu pun kalau kau bisa," balas Naruto menantang Raiser.

Mendengar itu Raiser langsung saja melesat ke arah Naruto secepat mungkin, Rias yang melihat itu terkejut karena Raiser berniat menyerang Naruto, begitu juga Gabriel, Inori, Michella dan beberapa murid yang ada di sana.

"Oi! Raiser!"

"Awas! Naruto-kun!"

"Naruto-san."

"Nii-chan!"

karena rantainya melonggar Naruto yang melihat itu mengalungkan jarinya dengan rantai lalu mengepalkan tangannya

Wush! Blam!

Riser yang sudah di dekat Naruto melayangkan tinjunya, namun tinjunya langsung di balas oleh Naruto hingga membuat hempasan angin yang cukup kuat, Riser yang melihat Naruto berhasil menahan tinjunya tanpa mundur sedikit pun terkejut padahal dia hanya menggunakan rantai yang di kalungkan di kepalannya saja untuk membalas tinjunya.

"Di-Dia bisa menahan tinju Raiser-san?!"

"Di-Dia itu Kelas 1 bukan?!"

"Ta-Tadi ada yang memanggilnya Naruto."

"Naruto... Uzumaki Naruto?! Maksudmu murid kelas satu tanpa [Mana] yang bisa menekan kekuatan [Sacred Beast : Kyuubi]?!"

Rias dan perempuan berambut hitam yang mendengar itu menoleh ke arah Naruto dengan tatapan terkejut. Raiser yang mendengar perbincangan di sekitarnya tersentak dan menatap Naruto tak percaya, dia juga mendengar rumor itu, dan ia tak percaya bahwa orang tersebut ada di hadapannya sekarang.

"Kau... ternyata kau orang yang di rumorkan itu," gumam Raiser lalu menyeringai "Kebetulan sekali... Aku sangat tidak percaya dengan hal itu jadi untuk membuktikan apa yang di rumorkan itu benar atau tidak aku akan mengalahkanmu."

Naruto yang mendengar itu hanya diam dengan wajah datarnya. "Kau mungkin bisa menahan tinjuku," ujar Raiser, "tapi itu masih belum cukup!" lanjut Raiser mengepalkan tangan kirinya hingga terlapis api dan berniat memukul Naruto kembali.

"Nii-chan! Awas!"

"Menghindar Naruto-kun!"

Naruto langsung menghindar dengan memundurkan badannya lalu menendang Raiser hingga terdorong ke belakang hingga rantai yang mengikat tangannya kembali mengencang.

Setelah itu Naruto melanjutkan serangannya dengan mengayunkan tangannya ke atas membuat Raiser terangkat ke udara, tentu saja semua yang melihat itu terkejut karena Naruto bisa mengangkat Raiser dengan mudah.

"Di-Dia mengangkat Raiser-sama dengan mudah?!"

"Di-Dia bisa mengangkatku?!" batin Raiser menatap Naruto yang ada di bawahnya dengan tatapan terkejut.

"Kuat sekali!" gumam Rias ketika melihat kekuatan dari orang yang di rumorkan ternyata bukanlah kebohongan.

Clink!

Naruto pun mengayunkan tangannya ke bawah dengan kuat membuat Raiser terayun ke bawah dengan cepat, Raiser yang melihat itu memunculkan sayap api dari punggungnya untuk menyelamatkan tubuhnya agar tidak membentur tanah, namun ternyata Naruto menarik rantainya ke arahnya membuat Raiser yang akan membentur tanah ternyata berubah arah ke arah Naruto.

Tentu itu membuatnya terkejut dan ia harus semakin terkejut dan merasakan sakit di pipi kirinya karena Naruto melayangkan sebuah tendangan dengan kaki kanannya, tak sampai sana Naruto memutar tubuhnya sesaat sambil mengepalkan tangan kanannya kembali lalu meninju wajah Raiser dengan kuat hingga membuatnya terpental ke belakang dan rantai yang terikat di tangan kirinya juga terlepas.

"Apa sudah selesai menyombongkan dirinya?" tanya Naruto menatap datar Raiser sambil melemaskan jari-jari tangan kanannya. Raiser yang terbaring di tanah menggeram pelan lalu mengubah posisinya menjadi terduduk sambil mengelus sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, "Kau...," geram Raiser.

"Kyaaa! Naruto-kun! Keren sekali!"

"Berhati-hatilah Naruto-kun!"

"Ara ara, kuat sekali," gumam perempuan berambut hitam ketika melihat kekuatan fisik Naruto yang bisa membuat anak kelas dua seperti Raiser Phenex terbaring di tanah.

Naruto yang fokus pada Raiser teralih ke dua sisinya di mana terdapat dua orang yang tak dia kenal menatap tajam dirinya, "Kau... Kau harus membayar perbuatanmu karena melukai Raiser-sama! Anak kelas 1!" ujar pemuda di kanan Naruto sambil menyiapkan senjata berbentuk tombak.

"Cepat minta maaf sebelum kau menyesal!" ujar Pemuda di kanan sisi kanan Naruto. Naruto yang mendengar itu menghembuskan nafasnya, "Bisa aku asumsikan kalian adalah teman se-teamnya," gumam Naruto lalu ia menjatuhkan rantai yang ada di tangan kirinya.

"Baiklah, kebetulan sekali aku ingin meregangkan badanku, mungkin dengan kalian aku bisa menghilangkan rasa pegal di tubuhku," lanjut Naruto membuat kedua orang itu menggeram, "kalian pasti sudah mendengar rumor tentangku kan? Jadi aku harap kalian siap-siap saja."

"Hentikan!" Semua yang mendengar sebuah suara menginterupsi mereka menoleh, dan beberapa kerumunan orang langsung menjauh dan memperlihatkan seorang perempuan rambut hitam sebahu dengan perempuan rambut hitam panjang di sampingnya berjalan mendekati mereka.

"I-Itu Kaichou!"

"Kaichou," gumam Naruto sambil mengalungkan kedua rantainya di masing-masing lengannya.

"Apa yang terjadi di sini? Kami mendengar terjadi keributan di sini hingga membuat keramaian jadi kami datang kemari, tapi saat kami datang kami sudah melihat sebuah pertarungan, apa kalian lupa aturan di mana tidak boleh ada perkelahian di sini," ujar Kaichou yang tak lain adalah Sona, ia menatap tajam Naruto, Rias dan Raiser bergantian.

"Apa kalian bisa menjelaskan kenapa kalian membuat keributan dan berkelahi di sini?" tanya Sona sambil menyipitkan matanya. "Yang membuat keributan pertama adalah dia, Kaichou," jawab Naruto cepat sambil menunjuk Raiser.

"Dia membuat keributan dengan Senpai itu di mana dia menyatakan perasaannya tapi di tolak olehnya, tetapi dia tetap memaksanya hingga akhirnya terjadi keributan di antara mereka dan memancing kerumunan ini, lalu aku datang mencoba menyelesaikan masalah ini tapi dia tidak mau dan tetap memaksanya, karena dia keras kepala aku menahannya tetapi dia justru menyerangku, karena tidak mau mati konyol sebaiknya aku melawannya," lanjut Naruto sambil menunjuk Rias yang merupakan titik utama terjadi keributan lalu menjelaskan lebih detail mengenai apa yang terjadi.

"Jika Kaichou tidak mempercayaiku kalau begitu tanyakan saja kepada Senpai itu, dia juga saksi di sini, sekaligus faktor utama keributan ini... tidak... Kaichou juga bahkan bisa meminta jawaban di mereka semua, mereka adalah saksi di sini," ucap Naruto sambil menunjuk Rias, lalu menunjuk semua orang yang berkerumun di sekitarnya.

"Itu benar Kaichou! Naruto-kun tidak bersalah!" ujar Gabriel mendukung Naruto. "Benar! Nii-chan hanya ingin menyelamatkannya, tapi Senpai itu malah menyerang Nii-chan!" timpal Michella.

"Itu benar Kaichou!"

"Naruto-kun tidak bersalah!"

Raiser yang mendengar banyak yang membela Naruto menggeram, sementara Naruto hanya menatap datar Raiser. Sona yang mendengar itu terdiam sambil menatap mata biru Naruto, dia bisa melihat bahwa mata itu bersungguh-sungguh dan mengatakan yang sebenarnya, mata violetnya pun bergulir ke arah Rias yang bersama perempuan berambut hitam di sampingnya, "Apakah apa yang di katakan Uzumaki-kun benar, Rias?"

Rias pun mengangguk sebagai jawaban lalu menatap tajam Raiser, "Um itu benar Sona-chan, Raiser lagi-lagi memaksaku menjadi pacarnya, tapi dia datang menolongku dan akhirnya terjadi pertarungan di antaranya dan Uzumaki-kun, yang memulai pertarungan adalah Raiser, jadi itu bukan salahnya," jawab Rias, lalu pandangannya bergulir ke arah Naruto yang berdiri santai dengan wajah datarnya, dia tidak bersalah karena berusaha menyelamatkannya dari Raiser bahkan sampai harus bertarung dengannya, dia berterima kasih kalau bukan karenanya Raiser pasti sudah melakukan sesuatu yang berlebihan kepadanya.

"Itu benar, Sona-san. Uzumaki-kun hanya ingin menghentikan perbuatan memaksa Raiser, tapi dia tidak terima dan menyerang Naruto-kun lebih dahulu," timpal perempuan di samping Rias, Naruto yang mendengar itu menyipitkan matanya.

"Lagi? Itu artinya dia sudah sering memaksanya?" batin Naruto sambil melirik ke arah Raiser.

"Begitu," gumam Sona lalu menatap tajam Raiser, "Raiser Phenex, karena kau membuat keributan dan melakukan penyerangan, apa lagi terhadap seorang Junior maka pointmu yang telah kau kumpulkan akan di kurangi 1000 point." Raiser yang mendengar itu tentu terkejut karena Pointnya yang sudah payah dia kumpulkan di kurangi.

"Dan untuk Uzumaki Naruto... Kau mendapatkan 1000 point dari pengurangan point Raiser Phenex sebagai bayaran atas kesalahannya," lanjut Sona mengalihkan pandangannya ke arah Naruto.

Naruto yang mendengar itu hanya diam, Gabriel, Inori dan Michella yang melihat Naruto tidak di hukum bernafas lega, beberapa orang yang mendukung Naruto juga senang karena dia tidak di hukum serta bersorak karena Naruto mendapatkan 1000 point dari Raiser.

"Tunggu Kaichou! Kau pasti bercanda! Mengurangi 1000 point itu bukankah berlebihan?!" protes Raiser. "Tutup mulutmu, Raiser Phenex, aku punya wewenang menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah di sini, dan keputusanku sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat, hukuman ini sudah pantas dari pada kau tidak bisa mengambil misi selama 1 Bulan, kau juga sudah menyerang seorang Junior, kelas di bawahmu. Apa lagi dia tidak memiliki kekuatan, jika dia mati apa kau bisa mengembalikan nyawanya? jika kau merasa tidak terima mari kita selesaikan ini dengan Kocho-sama tentunya," ujar Sona menatap tajam Raiser.

Raiser yang mendengar itu tersentak, ia tidak mau hal ini berlanjut dengan Kocho yang tak lain adalah Tsunade. Menggeram pelan, matanya bergulir ke arah Naruto yang diam dengan posisi santai.

"Sekarang kalian semua bubar! Masalah ini sudah selesai! Bagi kalian yang belum mengambil misi silahkan pergi ke ruang Kocho untuk mengambil misi kalian! Dan bagi yang sudah pergi jalankan misi kalian!" ujar Sona.

Orang-orang yang berkumpul di sana pun membubarkan diri sesuai perintah Sona, semua keluar dari sekolah karena sudah mengambil misi, beberapa perempuan yang di sana melambaikan tangan kepada Naruto sebelum pergi.

"Kami pergi dulu ya, Naruto-kun!"

"Jaga dirimu baik-baik Naruto-kun saat menjalankan misi!"

"Sampai jumpa, Naruto-kun!"

"E-Eh, Ah... Um, kalian semua terima kasih untuk yang tadi," ucap Naruto sambil tersenyum. Para perempuan yang melihat senyuman Naruto memerah wajahnya, mereka pun mengangguk malu-malu lalu pergi secepat mungkin.

Gabriel yang melihat itu menyipitkan matanya, dia bisa melihat kalau perempuan-perempuan itu menaruh hati kepada Naruto. Mendesis pelan, dia juga memiliki perasaan terhadap Naruto, dan dia tidak akan membiarkan perempuan seperti mereka mendapatkan Naruto lebih dahulu.

"Kau... Suatu saat akan aku buat kau membayarnya," geram Raiser sambil menunjuk Naruto, sementara Naruto hanya diam dengan tatapan datarnya, setelah itu dia pun pergi keluar dari sekolah bersama teamnya.

Gabriel, Inori dan Michella pun mendekati Naruto, Michella yang khawatir dengan kakaknya langsung mengecek tangan kanan kakaknya yang sempat beradu tinju dengan Raiser, "Nii-chan, tanganmu baik-baik saja? tanganmu tidak terluka kan?" tanya Michella sambil memeriksa tangan Naruto.

Naruto yang melihat kekhawatiran Michella tersenyum lalu mengelus rambut Michella dengan lembut, "Tenang saja, Nii-chan sudah melapisi tangan Nii-chan dengan rantai tadi jadi jangan khawatir," ucap Naruto membuat Michella tenang dan bernafas lega.

"Syukurlah kau baik-baik saja, Naruto-kun, kau membuat kami khawatir," ucap Gabriel membuat Naruto tertawa pelan dan canggung. "Maaf, Gabriel-san, membuatmu khawatir," ucap Naruto meminta maaf, Gabriel yang mendengar itu tersenyum tipis dengan rona merah di pipinya.

"Uzumaki-kun, Arigato karena telah menyelamatkanku tadi, dan maaf karenaku kau harus berurusan dengannya," ucap Rias berterima kasih terhadap Naruto dan meminta maaf karena membuat Naruto berurusan dengan Raiser.

"Ah, tidak masalah, Senpai. Aku hanya tidak tahan dan tidak suka melihat seorang perempuan yang di paksa seperti tadi, maka dari itu aku datang untuk menghentikan perbuatannya," jawab Naruto sambil tersenyum. Pipi Rias seketika memanas dan merona ketika melihat senyuman Naruto, dan entah kenapa saat melihat senyuman itu, membuat jantungnya berdetak dengan kencang.

"Ara ara, benar-benar laki-laki yang sangat baik sekali," gumam perempuan berambut hitam di ikat pony tail lalu tertawa halus. "Kau sepertinya suka sekali membuat masalah ya, Uzumaki-san... sama seperti yang terjadi di kantin waktu itu," ucap Sona membuat Naruto melihat ke arahnya.

"Aku tidak pernah membuat masalah sedikit pun, masalah ini juga bukan aku yang buat begitu juga dengan kejadian di kantin waktu itu. Kaichou sendiri waktu itu sudah dengar bukan, kalau itu bukanlah salahku," balas Naruto, Sona yang mendengar itu tersenyum tipis. "Ya, Aku tahu... Aku cuma bercanda, dari melihat matamu, aku sudah tahu kau adalah orang yang baik jadi aku percaya bahwa kau tidaklah seperti itu," ucap Sona membuat pipi Naruto merona tipis.

"O-Oh, e-ehem," gumam Naruto lalu berdehem sesaat, "etto... nama Senpai kalau tidak salah... Rias kan?" tanya Naruto sambil menatap lekat Rias.

"A-Ah, benar..., Maafkan aku Uzumaki-kun karena lupa memperkenalkan diri," ucap Rias tersentak lalu menyentuh dadanya sambil tersenyum, "namaku, Rias Gremory, dari kelas 2-A, salam kenal Uzumaki-kun," lanjut Rias memperkenalkan dirinya.

"Gremory? Nama keluarganya sangat mirip dengan orang yang berjulukan [The Red Thunder Massive], apa mereka memiliki hubungan?" batin Naruto, "etto... maaf sebelumnya Gremory-senpai... Jika aku boleh tahu, apa hubunganmu dengan Zeoticus Gremory?"

"Ah, dia itu ayahku, memangnya ada apa Uzumaki-kun?" jawab Rias lalu bertanya kembali dengan Naruto. Sementara Naruto dia terkejut mendengar hal itu karena senior di depannya ini adalah anak dari orang yang di kenal dengan julukan [The Red Thunder Massive] karena dia memiliki kekuatan [Red Lightning Magic] yang di kenal memiliki kekuatan penghancur yang tinggi.

"Ah, tidak... Bukan apa-apa, Gremory-senpai," balas Naruto lalu berdehem pelan, "Senpai, bolehkah aku bertanya? Saat Senpai mengatakan 'Raiser lagi-lagi memaksaku untuk menjadi pacarnya'... itu artinya ini bukan yang pertama kalinya dia memaksa Senpai, apakah benar?"

"Itu benar sekali, Uzumaki-kun, semenjak tahun lalu dia selalu saja memaksa Rias-chan untuk menjadi kekasihnya, padahal Rias-chan sudah menolaknya tetapi dia tetap saja memaksa." Mata biru Naruto bergulir ke arah perempuan berambut hitam di ikat pony tails di samping Rias yang menjawab pertanyaannya.

"Kami cukup kewalahan mengatasi perbuatannya itu, kami juga tidak bisa memberinya hukuman tanpa alasan, jadi kami hanya bisa bersabar menghadapi tingkahnya itu," timpal perempuan di samping Sona.

"Etto... Kalian..."

"Fufufu, perkenalkan namaku Himejima Akeno, dari kelas 2-A, aku teman Rias-chan dari kecil, salam kenal Uzumaki-kun," ucap perempuan berambut hitam di ikat pony tails bernama Akeno memperkenalkan dirinya. "Namaku Tsubaki Shinra, dari kelas 2-A, sebagai Fuku-Kaichou sekaligus teman masa kecil Rias-chan, Akeno-chan, dan Sona-chan," timpal Tsubaki memperkenalkan dirinya.

"Jika kau belum mengetahui namaku, namaku Sona Sitri, dari kelas 2-A, sebagai Kaichou, salam kenal Uzumaki-san," ucap Sona sambil tersenyum tipis memperkenalkan dirinya. "Ah pantas saja kalian tampak akrab, jadi kalian teman masa kecil," ucap Gabriel menatap mereka bergantian.

"Souka... jadi benar," gumam Naruto lalu menghembuskan nafasnya, "lalu apa alasannya dia selalu memaksa Gremory-senpai menjadi kekasihnya? Padahal banyak sekali perempuan lain di luar sana?" tanya Naruto kembali.

"Dia itu playboy... dia mengincarku cuma karena tubuhku...," jawab Rias sambil memeluk tubuhnya sendiri, "dia itu tidak memiliki perasaan terhadapku, bahkan dia tidak mencintaiku sama sekali... Aku bisa melihat dari matanya... yang ada hanyalah nafsu belaka."

Semua yang mendengar itu terdiam, Naruto mengepalkan tangannya dengan kuat lalu menghembuskan nafasnya dengan berat, "Souka...," gumam Naruto lalu menatap Rias dengan serius, "dia sangat keras kepala, jadi ada kemungkinan dia akan kembali lagi dan memaksa Senpai kembali."

"Itu sudah pasti, dia sangat terobsesi dengan Rias-chan untuk menjadi kekasihnya, dia tidak akan berhenti sampai mendapatkannya," timpal Akeno membuat Naruto menatap simpati Rias. "Aku sangat yakin dia akan melakukan cara licik atau apa pun untuk mendapatkan Gremory-senpai, jadi untuk sekarang berhati-hatilah dengannya Senpai," ucap Naruto memperingati serta menasihati Rias.

"Um, aku akan berhati-hati," balas Rias, Naruto yang mendengar itu pun menghembuskan nafasnya pelan kembali. "Kalau begitu, kami permisi dulu Gremory-senpai, Himejima-senpai, Kaichou dan Fuku-Kaichou, kami harus mengambil kertas misi kami sekarang," ucap Naruto dan di balas anggukkan oleh mereka.

"Um."

"Selamat menjalankan misi, Uzumaki-kun."

Naruto dan teamnya pun berjalan ke dalam sekolah meninggalkan Rias, Akeno, Sona dan Tsubaki yang ada di halaman depan sekolah. Mata Rias terpaku dengan punggung Naruto yang mulai menjauh, dari sekolah menengah banyak laki-laki yang menyatakan cinta padanya namun dia sama sekali tidak pernah tertarik dengan mereka, namun kali ini pemuda bernama Uzumaki Naruto berhasil menarik perhatiannya, dan senyumannya berhasil membuat jantungnya berdetak kencang.

"Uzumaki... Naruto."

.

.

Disclaimer

Naruto Masashi Kisimoto

High School DxD Ichiei Ishibumi

Summary : Uzumaki Naruto, Sosok pemuda yang tidak harus kehilangan ingatannya akibat benturan keras dari keluarga yang ingin membunuhnya, tetapi dia di selamatkan oleh sebuah keluarga dan membawanya ke kehidupan yang baru, walau awalnya terasa pahit namun seiring berjalannya waktu, rasa pahitnya berubah menjadi manis.

Naruto : The Magical Battle

Pair :

Naruto x ...

Genre : Alternative Universe, Adventure, Fantasy, Romance, Humor, Sci-Fi, Echhi, Incest, Harem, Future!Sett.

Rate : M

Warning : Typo, OC, OOC, AU, Multichap, Jutsu/Magic Buatan sendiri, Alur berantakan dan Lain-lain, Smart!Naru, Friendship!Vali.

" Naruto " berbicara

" Naruto " batin

[" Naruto "] Beast/Sacred Beast berbicara

[" Naruto "] Batin Beast/Sacred Beast.

.

AliA - Impluse

.

Chapter 14 : Secret Plan

.

Di depan ruang Kepala Akademi

09.40 AM

.

Beralih di depan ruang kepala sekolah, saat ini Azazel tengah berdiri tenang menunggu murid-murid didiknya sambil sesekali melihat keluar dan sekitarnya, sudah cukup lama dia menunggu Naruto, Michella, Inori dan Gabriel, tapi tidak ada tanda dari mereka, "Hmmm, di mana mereka... kenapa mereka belum datang juga," gumam Azazel sambil mengentak-entak pelan sepatunya

"Oho, Azazel kah?" Azazel yang mendengar suara menoleh dan ia melihat seorang pria berjanggut dengan murid-murid didiknya mengikuti di belakangnya, "sudah lama sekali tidak bertemu Azazel," ucap pria tersebut.

"Asuma ya?" gumam Azazel, "Ya sudah lama sekali tidak bertemu, sekitar 2 bulan... kalau tidak salah," lanjut Azazel lalu matanya bergulir ke arah murid-murid di sisinya.

"Datang mengambil misi?"

"Ya, aku dengar kau mendapat tugas membimbing sebuah team, lalu di mana murid-muridmu?" tanya Asuma dan di balas helaan nafas oleh Azazel. "Mereka belum datang, entah di mana mereka sekarang," jawab Azazel.

"Anda, pembimbing Team Naruto?" tanya pemuda berkuncir di sisi Asuma. "Ya, begitulah... Kau kenal dengannya?" jawab Azazel lalu bertanya balik.

"Ya, kami temannya dan kami sekelas dengannya," jawab pemuda tersebut. "Naruto? Ah... Anak yang di rumorkan itu ya," gumam Asuma lalu memandang tertarik Azazel.

"Hoho, kau beruntung sekali ya, Azazel. Kau mendapatkan murid yang sangat kuat di teammu," lanjut Asuma, "jadi bagaimana rasanya membimbing murid kuat sepertinya?"

Azazel yang mendengar itu terdiam sesaat lalu menghela nafas berat, "Jika kau mau, bagaimana jika kita bertukar, Asuma?" tanya Azazel dengan wajah suram. "Eh? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Asuma dengan sweatdrop di kepalanya ketika melihat perubahan Azazel.

"Hah... Dia itu memang kuat, dia bahkan bisa menghancurkan mode [Beast Breaker] seorang diri dengan serangan tangan kosong," ucap Azazel membuat Asuma terkejut, ia tahu bahwa Azazel menciptakan alat yang berisi kekuatan [Beast] dan ia juga bisa memasuki mode [Beast Breaker].

Ia tentu terkejut karena seseorang tanpa [Mana] bisa menghancurkan mode [Beast Breaker] yang hanya bisa di hancurkan oleh orang yang juga dalam mode [Beast Breaker], "Ka-Kau tidak bercanda kan, Azazel?" tanya Asuma.

"Tentu saja aku tidak bercanda, itu memang benar," balas Azazel, "selain itu..."

"Selain itu?"

"Karena dia! Aku jadi tidak bisa membaca Doujinshi-Doujinshiku!" teriak Azazel sambil memegang kepalanya dengan ke dua tangannya, "setiap aku asyik-asyik membaca buku Doujinshiku, dia selalu saja mengganggu! Bahkan hampir membakarnya, melemparnya ke lumpur dan ke sungai! Aku tidak punya waktu tenang untuk membaca! Padahal aku sudah susah payah untuk mendapatkannya dan ingin membacanya tetapi selalu saja tidak bisa karena dia!" lanjut Azazel berteriak kesal lalu menangis alay sambil memukul-mukul lantai di bawahnya.

Asuma beserta murid-murid didiknya sweatdrop melihat dan mendengar itu, ternyata ekspresi suramnya itu karena itu, "Ja-Jadi itu yang membuatmu tampak suram?" tanya Asuma canggung. "Tentu saja! Karena aku tidak memiliki kekasih aku membeli buku-buku seperti itu untuk menjadi referensi saat aku memiliki kekasih nanti! Aku juga melepas kegilaanku karena selalu sendirian dengan buku-buku itu! Selain itu bukan lelaki namanya jika tidak membaca begitu bukan?!" balas Azazel dengan mata berapi.

"Asuma! Kau pasti mengerti maksudku bukan?! Kau pasti mengerti perasaanku bukan?!" tanya Azazel sambil mengguncang tubuh Asuma. "A-Aku tidak ingin ikut campur! T-Tapi untuk yang terakhir aku harus akui itu memang benar...," balas Asuma canggung dengan rona di pipinya.

"Mesum... A-Apa kalian juga seperti itu?" desis Perempuan berambut kuning sambil menatap dua teman lelakinya. "T-Tentu saja tidak baka! Jika kami menyimpan begituan kami bisa di bunuh!" balas pemuda rambut hitam di kuncir.

"Ghh... Padahal aku ingin sekali membacanya... Ingin sekali, tapi dia..."

"Dia Siapa?" Azazel seketika merinding disko ketika orang yang di bicarakan sudah di belakangnya, dengan cepat Azazel membalikkan badannya dan menatap dengan senyum canggung.

"A-Ah, Naruto, Gabriel-san, Michella-san dan Inori-san, kalian dari mana saja? Aku sudah lama menunggu kalian," tanya Azazel dengan senyum canggungnya. "Oh, kami hanya ada sedikit masalah tadi di luar," jawab Naruto lalu pandangannya tak sengaja melihat teman sekelasnya di depannya.

"Hm, Shikamaru, Chouji dan Ino-san?"

"Yo, Naruto," balas sapa pemuda rambut hitam kuncir yang tak lain adalah Shikamaru sambil tersenyum tipis. "Ohayo, Naruto, Michella-san, Gabriel-san, Inori-san," sapa pemuda gemuk yang tak lain adalah Chouji sambil ikut tersenyum.

"Ohayo, Naruto-kun!" sapa perempuan rambut kuning yang tak lain adalah Ino sambil tersenyum. "Hm, Ohayo," balas mereka bersama.

"Apa yang kalian juga mengambil misi?" tanya Michella to the point. "Ya begitulah, tapi sepertinya masih ada team lain di dalam," jawab Shikamaru lalu menguap cukup lebar. "Seperti biasa kau selalu mengantuk ya, Shikamaru," gumam Naruto sambil tersenyum tipis.

Mata Sapphire Naruto bergulir ke seorang pria yang ada di dekat mereka, jika dia ingat waktu itu Kakashi menyebutkan namanya, "Anda... Asuma-sensei, pembimbing Team 10, ya?" tanya Naruto dan di balas anggukkan oleh Asuma.

"Itu benar, Asuma Saratobi, salam kenal Uzumaki Naruto, aku sudah dengar-dengar rumor tentangmu," jawab Asuma memperkenalkan dirinya sambil tersenyum. "Sarutobi? Nama keluarga Sensei mirip dengan Hokage, Hiruzen Sarutobi... Apa hubungan Sensei dengannya?" tanya Naruto kembali.

"Dia ayahku."

"Eh?! Ayah?!" kejut Naruto, Michella, dan Gabriel. Shikamaru, Ino dan Chouji tampak tenang sementara Inori hanya diam karena dia tidak tahu siapa yang di bicarakan, "Aku sungguh tidak percaya kalau anak Hokage menjadi guru di sekolah ini," lanjut Naruto lalu matanya beralih ke arah Shikamaru yang tampak santai saja.

"Apa kau sudah mengetahui hal ini Shikamaru?"

"Ya, aku sudah kenal Asuma-sensei dari sekolah dasar karena dia teman ayahku, kami juga sering bermain Shogi dulu jika ada waktu luang," jawab Shikamaru. "Dan aku selalu kalah darinya, dia hanya membaca buku panduannya sesaat tetapi bisa mengalahkanku, itu pun saat dia di sekolah dasar," ucap Asuma dengan aura suram di atasnya.

"S-Souka...," gumam Naruto dengan sweatdrop di kepalanya, "Ah benar juga, tadi kalian itu membicarakan apa? Dia siapa yang di bicarakan Azazel-sensei ini?" tanya Naruto sambil melihat mereka satu persatu. Azazel yang mendengar itu tersentak, keningnya seketika mengeluarkan keringat dingin.

"Ah, kami tadi membicarakan..." perkataan Ino seketika terhenti karena Asuma menutup mulutnya. "Ah, kami hanya membahas tentang teman kami saja kok, Naruto," jawab Asuma sambil tersenyum canggung.

"I-Itu benar, ka-kami hanya membicarakan teman kami saja," jawab Azazel tergagap membuat Naruto menyipitkan matanya. "Hm... Mencurigakan," gumam Naruto membuat keringat dingin Azazel semakin banyak.

"Maa sudahlah, selain itu apa masih ada orang di dalam?" lanjut Naruto lalu bertanya kembali membuat Azazel menghembuskan nafas lega.

"Ya... Masih ada..."

Kreet!

Pintu ruang kepala Akademi pun terbuka dan keluarlah dua murid laki-laki dan satu murid perempuan, salah satu murid laki-laki yang baru keluar berpapasan dengan Naruto langsung tersenyum begitu juga sebaliknya.

"Ohayo, Naruto."

"Ohayo gonzaimasu, Shisui-senpai," balas Naruto,

"Oh, Shisui, Itachi, dan Naori ya," ucap Azazel ketika melihat tiga murid yang baru keluar dari ruang kepala Akademi. "Ohayo gonzaimasu, Azazel-sensei, Asuma-sensei," sapa Shisui, lelaki rambut raven bernama Itachi dan perempuan rambut hitam bernama Naori.

"Senpai akan menjalankan misi?"

"Ya begitulah, misi sekitar 2 Hari," jawab Shisui, Naruto yang mendengar itu tersentak, jika begitu artinya dia tidak bisa berlatih dengan Shisui hari ini. Dia sudah tahu di mana lokasi tempat latihan rahasia Shisui berada karena dia telah memberitahunya, jika dia terlambat atau tidak bisa melatihnya karena menjalankan misi, dia memintanya untuk datang sendiri ke tempat tersebut untuk berlatih seorang diri sampai dirinya datang jika misinya telah selesai.

"Ah Souka," gumam Naruto. "Maaf Naruto, sepertinya hari ini kita tidak bisa sparing lagi," ucap Shisui meminta maaf sambil tersenyum.

"Ah, tidak masalah Senpai," ucap Naruto membalas senyum Shisui, "aku akan berlatih sendiri nanti."

"Baiklah, kalau begitu kami berangkat dulu," ucap Shisui lalu melakukan adu tos dengan Naruto, "kami berangkat dulu, Azazel-sensei, Asuma-sensei, Minna-san," lanjut Shisui sambil melihat Azazel, Asuma dan yang lainnya secara bergantian lalu pergi meninggalkan mereka untuk menjalankan misi.

"Baiklah, kalau begitu kami akan masuk dulu Shikamaru, Chouji, Ino-san, Asuma-sensei," ucap Naruto menatap Shikamaru, Chouji, Ino dan Asuma berganti sambil membenarkan tali tasnya lalu mengetuk pintu ruang kepala akademi.

"Silah kan masuk."

"Ayo Azazel-sensei, kita harus mengambil misi kita," lanjut Naruto melihat ke arah Azazel lalu membuka pintu ruang kepala akademi dan masuk ke dalam bersama Michella, Inori dan Gabriel. "Ah, ya kau benar," ucap Azazel lalu mengalihkan pandangannya ke arah Asuma.

"Terima kasih untuk yang tadi Asuma, aku berhutang padamu," ucap Azazel sambil merangkul Asuma. "Ahaha, sama-sama Azazel, tapi sebagai bayarannya...," gantung Asuma.

"Bolehkah aku pinjam salah satu Doujinshimu yang limited edisionmu nanti?" tanya Asuma sambil berbisik. "Oh tentu saja, datanglah nanti ke rumahku, aku akan meminjamkannya untukmu," balas Azazel sambil berbisik, lalu sama-sama tersenyum.

"Jaa, kalau begitu aku masuk dulu, sampai bertemu lagi," ucap Azazel lalu menyusul Naruto, Michella, Inori dan Gabriel yang sudah menunggu di dalam. "Jadi... Apa yang kalian bisik-bisikkan tadi?" tanya Shikamaru membuat pipi Asuma merona.

"A-Ah, bukan apa-apa... Hahaha," balas Asuma sambil tertawa canggung.

.

Tenka, Arthuria and Kyouka side

.

Beralih ke sisi lain, di sebuah hutan lebat di luar kota Konoha terdapat sebuah markas kecil dengan berbagai penjahat tengah bekerja membendung sebuah aliran sungai untuk membuat pabrik, dan tak jauh dari sana terdapat Kyouka, Tenka dan Arthuria yang mengawasi mereka sambil bersiap untuk melumpuhkan mereka semua dan membuka aliran sungai kembali.

Arthuria menatap sekitarnya dengan tajam, ia mengecek setiap sudut di mana posisi para penjahat dan akan memberitahukannya kepada Tenka dan dengan begitu ia dan Kyouka akan di teleportasi oleh Tenka dan menghabisi mereka dengan cepat.

Sementara Tenka ia yang teringat bahwa kemarin Kyouka berkencan dengan Naruto pun melihat ke arah Kyouka yang menyiapkan pedangnya dengan senyum jahil

"Jadi, Kyouka-chan... Bagaimana jalan-jalan kemarin? Apakah terjadi sesuatu di antara kalian?" tanya Tenka dengan nada menggoda, Kyouka yang mendengar itu memerah wajahnya, kejadian kemarin kembali terlintas di kepalanya.

"Y-Ya... Banyak hal yang terjadi," jawab Kyouka tergagap, Tenka yang mendengar itu tersenyum jahil, dia pun semakin mendekati temannya itu dan bertanya kembali. "Heh... Benarkah? Apa saja yang terjadi? Apa kau sudah menyadari perasaanmu? Apa kau langsung menyatakan perasaanmu padanya? Apa kau menciumnya?" tanya Tenka secara beruntun.

Kyouka yang mendengar itu menyentuh bibirnya, kejadian kemarin di mana ia berciuman dengan Naruto terlintas kembali, "Um, aku menyadari perasaanku... Aku juga sudah menyatakan perasaanku, tetapi dia membutuhkan waktu... da-dan, ya... A-Aku sudah menciumnya," jawab Kyouka, Tenka yang mendengar itu semakin tersenyum.

"Benarkah? Aku juga sudah menyatakan cintaku padanya, dia juga mengatakan padaku membutuhkan waktu, dan aku juga sudah menciumnya lebih dahulu, dua kali lagi," ucap Tenka sambil tersenyum senang. Kyouka yang mendengar itu terdiam sesaat lalu membalas senyuman Tenka, "Aku justru empat kali," balas Kyouka membuat Tenka tersentak karena tidak menyangka Kyouka akan agresif hingga mencium Naruto sebanyak empat kali.

"Ah! Curang! Aku hanya menciumnya sebanyak dua kali tapi kau sudah empat kali!"

"Habisnya, bibirnya manis sekali... Kemarin saat dia mengantarku pulang aku tidak tahan, jadinya aku ingin merasakannya kembali."

"Kau benar, bibirnya memang manis sekali," timpal Tenka sambil menyentuh bibirnya, "dengan begini rencana Harem kita untuk Naruto-kun sudah berjalan, kita tinggal menyukseskannya saja sekarang agar Naruto-kun membuat Harem."

"Kalian berdua, apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Arthuria kepada dua temannya yang tampak asyik mengobrol. "Ah, kami hanya membahas tentang rencana Harem kami, Arthuria-chan," jawab Tenka membuat Arthuria menatap mereka tertarik.

"Harem bersama Naruto-kun?" tanya Arthuria dan di jawab anggukkan oleh Kyouka. "Benar sekali," jawab Tenka lalu tersenyum misterius.

"Apa kau ingin bergabung?" Kyouka yang mendengar itu tersentak karena ucapan Tenka, sementara Arthuria tampak terdiam ketika mendengar itu. "T-Tenka-chan, apa yang kau katakan?" tanya Kyouka.

"Sebenarnya kau juga menyukai Naruto-kun bukan, Arthuria-chan?" tanya Tenka membuat Kyouka tersentak. "E-Eh? Apa yang kau katakan?" tanya Kyouka kebingungan.

"Kau tidak sadar? Saat dia bertemu dengan Naru-kun, dari ekspresinya aku menyadari bahwa dia menyukai Naru-kun, bahkan waktu itu dia sampai ketagihan menyentuh tubuh Naru-kun," jawab Tenka sambil tersenyum mengingat kejadian saat Arthuria pertama kali bertemu dengan Naruto. Dia bisa melihat jelas waktu itu Arthuria benar-benar menyukai Naruto dari pandangan pertama, bahkan dia sampai menyentuh tubuh Naruto seolah berniat menerkamnya.

Kyouka yang mendengar itu juga jadi teringat dengan kejadian tersebut, dia pun melihat ke arah Arthuria yang berdiri diam, "Apakah benar kau menyukai Naruto-kun, Arthuria-chan?"

"Um... saat pertama kali bertemu dengannya... Aku sangat tertarik sekali dengannya... Mata birunya, tatapannya itu, tubuhnya, serta senyumannya itu, benar-benar membuat jantungku berdebar kencang, dan aku menyadari bahwa aku menyukai Naruto-kun," jawab Arthuria dengan jujur, Tenka yang mendengar itu semakin tersenyum, Kyouka yang mendengar itu tidak menyangka bahwa Arthuria juga memiliki perasaan terhadap Naruto.

Padahal dia tahu Arthuria bukanlah orang yang mudah tertarik dengan seorang lelaki dengan mudahnya, tetapi Naruto berhasil membuat Arthuria langsung tertarik dan jatuh cinta dengannya hanya melalui senyuman.

"Tapi... Apakah tidak masalah jika aku bergabung dengan kalian?" lanjut Arthuria bertanya.

"Hm? Tentu saja tidak masalah Arthuria-chan, lagi pula kita mencintai orang yang sama," jawab Tenka sambil tersenyum. Arthuria yang mendengar itu tersenyum senang, "Benarkah?" tanya Arthuria dan di jawab anggukkan oleh Tenka.

"Um, selain itu aku memang berencana membuat Naru-kun memiliki banyak Harem," jawab Tenka, "populasi Uzumaki akan punah dan Uzumaki Naruto dibebaskan untuk memiliki banyak istri untuk menambah populasinya, maka dari itu kita akan membantu Naru-kun menambah populasi Uzumaki kembali."

"Kau tidak masalah kan, Kyouka-chan? Jika Arthuria-chan ikut rencana kita?" tanya Tenka, Kyouka yang endengar itu terdiam sesaat lalu menghembuskan nafasnya pelan sambil tersenyum kecil. "Um, aku tidak masalah," jawab Kyouka.

"Lagi pula kita sama-sama mencintai orang yang sama, dari pada kita saling memperebutkan orang yang sama-sama kita cintai hingga membuat salah satu dari kita tersakiti, akan lebih baik kita saling berbagi mencintai orang yang sama-sama kita cintai," lanjut Kyouka, "dan kita akan sama-sama membuat keluarga yang besar, hidup bahagia dengan Naruto-kun, dan kita akan membantunya untuk menambah populasi Uzumaki."

Tenka yang mendengar itu semakin tersenyum, "Yosh, dengan begini kita akan membuat rencana selanjutnya untuk Arthuria-chan, tapi kita harus menyelesaikan misi kita terlebih dahulu," ucap Tenka lalu bergerak ke belakang Arthuria dan Kyouka lalu menyentuh pundak mereka berdua.

"Um, baiklah," jawab Arthuria sambil menyiapkan pedangnya, begitu juga dengan Kyouka. "Jadi kau sudah mengetahui semua lokasinya, Arthuria-chan?" tanya Tenka dan di balas anggukkan oleh Arthuria.

"Di bagian kanan bendungan terdapat 7 orang, di bagian kiri terdapat 6 orang, sementara di bagian kayu-kayu itu terdapat 8 orang, dan di alat-alat berat yang di gunakan untuk membangun pabrik terdapat 7 orang," jawab Arthuria, Tenka yang mendengar itu pun mengangguk lalu memejamkan matanya.

"Yosh, kalau begitu kita mulai," ucap Tenka lalu menghilang bersama Kyouka dan Arthuria dari tempatnya.

Blaaar!

.

Team 6 Side

10.30 AM

.

Beralih ke sisi lain di sebuah perkebunan, terlihat saat ini Naruto, Michella, Inori dan Gabriel tengah memetik buah-buah yang ada di perkebunan tersebut bersama beberapa orang tua yang juga ada di sana. Tugas mereka kali ini adalah membantu sebuah perkebunan memetik buah-buahan dan sayuran yang sudah matang hingga siang hari sebelum di kirim ke pasar dan supermarket yang sudah memesan di perkebunan tersebut.

Sebelum bertugas sang pemilik kebun mengajarkan cara mengetahui mana buah yang matang dan yang belum serta mengajarkan mereka cara memetik buah yang benar agar tidak merusak kualitas buahnya. Setelah selesai, mereka pun langsung menjalankan tugas mereka, Naruto memetik buah apel bersama Inori sementara Gabriel dan Michella memetik buah jeruk.

Untuk Azazel dia tengah duduk di sebuah tempat istirahat kecil sambil menunggu mereka dan sesekali berbincang dengan pemilik kebun. Inori yang pertama kali melakukan kegiatan itu tampak biasa saja dan memetik buah-buah yang matang dengan kemampuan darahnya yang membentuk beberapa tentakel.

Sementara Gabriel dia memetik buah-buah jeruk sambil terbang dengan sayap cahayanya, begitu juga dengan Michella yang menggunakan sayap apinya namun dia mengecilkan kekuatan apinya agar tidak membuat pohon terbakar.

Alasan kenapa mereka memetik buah tanpa menggunakan alat masa depan tentu saja, jika mereka memetik langsung mereka bisa memastikan buah-buah baik-baik saja atau tidak karena jika menggunakan mesin, terkadang pasti ada saja buah yang rusak ikut tercampur.

Setelah keranjang penuh mereka pun menggiringnya ke dalam rumah kayu besar yang terdapat mesin besar untuk mencuci semua buah hingga bersih lalu memasukkannya ke keranjang lain. Setelah keranjang mereka kosong, mereka pun kembali memetik buah-buahan yang matang hingga pemilik kebun menyuruh mereka untuk berhenti karena mereka akan melanjutkan untuk besok, dengan kata lain tidak semua yang matang di petik dan akan di petik lagi besok dan seterusnya.

Setelah seluruh buah mulai dari Apel, jeruk, anggur, jambu, mangga dan lain-lainnya sudah di petik, kali ini mereka beralih ke sebuah perkebunan lain yang terdapat banyak sayur-sayur. Naruto, Michella, Gabriel dan Inori kembali di ajarkan cara memetik sayuran yang ada di sana dengan benar, serta memilah sayuran yang mereka petik di mana yang bagus akan di ambil sementara yang rusak di buang.

Naruto yang cukup dekat dengan Azazel yang duduk di tempat teduh dekat kebun tersebut sambil mengawasi mereka teringat dengan pemuda yang tadi pagi memaksa Rias Gremory. Karena penasaran dia pun melihat ke arah Azazel dengan serius, "Ne, Azazel-sensei, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Naruto membuat Azazel menaikkan sebelah alisnya.

"Menanyakan apa?"

"Apa kau tahu tentang Raiser Phenex?" tanya Naruto dengan ekspresi serius. Azazel yang mendengar itu menyipitkan matanya, "Kenapa kau menanyakannya?" tanya Azazel penasaran.

"Ya... Tadi pagi aku sempat bertarung dengannya karena dia memaksa Gremory-senpai untuk menjadi kekasihnya, aku tidak begitu mengenalnya... tapi dari nama keluarga Phenexnya aku teringat dengan orang yang memiliki julukan [The Bird of Fire] dan dia juga memiliki nama keluarga Phenex, jadi aku ingin tahu apakah Raiser Phenex ini memiliki hubungan dengan orang itu? Serta aku ingin tahu seperti apa kekuatannya?" tanya Naruto sambil melanjutkan tugasnya memetik kentang.

Azazel yang mendengar itu tersentak, dia cukup terkejut karena Naruto sempat bertarung dengan Raiser, tapi rasa terkejutnya hanya sesaat karena dia yakin Naruto pasti baik-baik saja mengingat cara bertarungnya dan kekuatannya yang kuat untuk seseorang tanpa [Mana], jika dia bisa menekan kekuatan [Sacred Beast] tidak mungkin Naruto tidak bisa mengatasi Raiser.

"Souka... Jadi itu yang membuat kalian terlambat," gumam Azazel sambil melipat tangannya di dada, "Hmm... mungkin kau akan terkejut mendengarnya, tapi Raiser Phenex adalah anak dari orang yang berjulukan [Th Bird of Fire] itu sendiri," lanjut Azazel dan benar saja dia mendapat reaksi terkejut dari Naruto.

"Hah? Dia? Anak dari [The Bird of Fire]?! Yang benar saja, dia itu di kenal dengan sifatnya yang bijak, sopan dan tegas! Tapi anaknya? Berbanding terbalik dengan ayahnya! Anaknya keras kepala, pemarah, pemaksa, dan Playboy!"

"Tapi itulah kenyataannya," ucap Azazel, "Raiser Phenex adalah anak ke dua dari [The Bird of Fire], anak pertama bernama Ruval Phenex, dan Raiser Phenex memiliki adik bernama Ravel Phenex, Raiser memiliki kekuatan [Fire Magic Level 4] yang membuatnya bisa beregenerasi, membuat api sesuka hatinya, memanaskan api hingga ke titik tertinggi yang bisa melelehkan metal, serta membuat dirinya menjadi api itu sendiri."

"Tapi walaupun begitu regenerasinya memiliki batas, dia tidak bisa selalu regenerasi luka-luka yang dia terima, jika dia menerima luka parah mereka memiliki satu buah obat yang dapat menyembuhkan seluruh luka mereka bahkan mengembalikan kekuatan mereka menjadi dua kali lipat," lanjut Azazel membuat Naruto meliriknya

"Sebuah obat dalam bentuk botol kecil yang terbuat dari air mata [Beast Phenex], apa aku benar?" tebak Naruto dan di jawab anggukkan oleh Azazel. "Benar, obat yang hanya di miliki keluarga Phenex, obat tersebut tidak di jual secara publik karena kekuatannya yang berbahaya, maka dari itu banyak orang-orang yang berusaha mendapatkan obat tersebut karena dengan itu mereka akan menjadi kuat," jelas Azazel membuat Naruto menggumam.

"ya... Aku sudah tahu mengenai obat itu, aku sempat membacanya di buku... Jadi Raiser itu memiliki [Fire Magic Level 4] ya... Itu masih belum seberapa dengan milik Michella-chan, dan ayahnya yang memiliki [Fire Magic Level 6]," gumam Naruto sambil melirik ke arah Michella yang memetik sawi bersama Gabriel, "arigato atas informasinya, Azazel-sensei... Kalau begitu aku akan melanjutkan pekerjaanku dulu," ucap Naruto sambil mengambil kentang-kentang yang sudah dia panen lalu membawanya ke tempat pengumpulan hasil-hasil panen mereka.

"Um, sama-sama."

Waktu terus berjalan hingga akhirnya pekerjaan mereka selesai lebih cepat sebelum buah-buahan dan sayuran di kirim ke tempat-tempat yang sudah memesan kepada mereka. Setelah pekerjaan mereka selesai, Naruto, Michella, Inori dan Gabriel pun pergi mengganti baju mereka dengan pakaian akademi mereka, karena sebelum bekerja mereka sudah di siapkan baju untuk berkebun.

Selesai berganti pakaian, mereka pun mendekati Azazel yang tengah berbicara serta meminta tanda tangan bahwa mereka sudah menyelesaikan misi mereka kepada orang yang meminta bantuan mereka, "Ah, kalian... Arigato sudah menerima permintaan kami dan datang kemari, kami sangat terbantu," ucap wanita rambut biru yang merupakan pemilik perkebunan membungkukkan badannya kepada mereka sesaat.

"Sama-sama, Tokino-san. kami senang bisa membantu," ucap Naruto sambil tersenyum begitu juga dengan Michella, dan Gabriel, sementara Inori hanya memasang wajah polosnya. "Sebagai hadiah, ini... terimalah buah-buahan dan sayur-sayuran dari perkebunan ini," ucap Tokino sambil memberikan sebuah tas besar berisi berbagai buah serta sayuran.

"Eh? Ini kan...," gumam Naruto ketika melihat tas yang mau di berikan Tokino terdapat banyak buah-buah dan sayuran. "Ya, itu adalah buah-buahan dan sayuran dari perkebunan ini," jawab Tokino, Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak, Tokino-san. Kami tidak bisa menerimanya," ucap Naruto merasa tidak enak menerima pemberian Tokino. Namun Tokino mengatupkan kedua tangan Naruto tanda dia ingin menerimanya tanpa ada penolakan, "Tidak masalah, lagi pula hasil panen kami kali ini lebih dari perkiraan, kalian juga sudah bekerja keras membantu kami, jadi sebagai rasa terima kasih, terimalah," ucap Tokino sambil tersenyum tulus memberikan hasil panennya kepada Naruto dan yang lain.

Naruto yang mendengar itu kembali melihat tas berisi buah-buahan dan sayuran di tangannya yang di berikan oleh Tokino, jika dia tolak lagi kemungkinan Tokino akan sedih padahal dia sudah memberikan semua ini dengan tulus, Naruto pun mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Baiklah... Kami akan menerimanya... Arigato, Tokino-san." Tokino yang mendengar itu tersenyum senang. "Kalau begitu, kami akan pamit, Tokino-san, kami harus memberikan ini kepada atasan kami," ucap Azazel mewakili dan di balas anggukkan oleh Tokino.

"Aku mengerti, kalau begitu hati-hati di jalan," ucap Tokino sambil membungkukkan badannya kembali sesaat. "Ha'i!" ucap Naruto, Michella, Gabriel dan Inori bersama.

Setelah itu mereka pun berpamitan dan kembali menuju Akademi untuk memberikan hasil laporan misi mereka dengan cara terbang tentunya Naruto di tumpangi dengan sebuah pijakan cahaya di bawahnya, setelah beberapa menit perjalanan mereka pun sampai di Akademi dan langsung menuju ke ruang kepala Akademi berada untuk melapor.

Naruto merasakan ponselnya bergetar dan ia pun mengambil ponselnya, dia melihat di layar ponselnya tertera nama Fugaku yang tengah menghubunginya. Ia pun menghentikan langkahnya membuat yang lainnya ikut berhenti, "Ada apa, Naruto?" tanya Azazel, Naruto yang mendengar itu menunjukkan ponselnya.

"Aku mendapatkan panggilan dari temanku, kalian duluan saja, aku akan menyusul nanti," ucap Naruto sambil tersenyum, Azazel yang mendengar itu pun mengangguk pelan. "Baiklah, kami duluan Naruto," ucap Azazel lalu melangkahkan kakinya kembali bersama Gabriel, Michella dan Inori.

Setelah mereka menjauh, ia melihat sekitarnya untuk memastikan keadaan, dan setelah memastikan keadaan sepi, Naruto pun mengangkat ponselnya tersebut lalu menempelkannya ke telinga, "Konichiwa, Naruto," sapa Fugaku di seberang sana. "Konichiwa, Fugaku-san... Ada apa? Apakah ini mengenai kejadian kemarin?" tanya Naruto dengan suara yang di kecilkan.

"Ya... Bisakah kau datang kemari?" Naruto yang mendengar itu melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.15 PM. "Um, tentu... Tapi saat ini aku harus melaporkan misiku terlebih dahulu lalu pulang mengantar adikku sampai di rumah, setelah itu aku akan ke sana, tidak masalah kan?" jawab Naruto lalu bertanya kembali.

"Ya, tentu, maaf jika aku mengganggumu."

"Tidak... Tidak masalah," balas Naruto, "kalau begitu sampai bertemu di sana." Setelah mengatakan itu, Naruto pun menutup panggilannya dengan Fugaku lalu menyusul Azazel, Michella, Gabriel dan Inori yang sudah lebih dahulu ke ruang kepala akademi.

Setelah sampai, Naruto tidak melihat Azazel, Michella, Gabriel serta Inori, dan ia bisa asumsikan mereka sudah di dalam, Naruto pun mengetuk pintu ruang akademi hingga ia mendengar suara ibunya memberi izin untuk masuk.

"Masuk!"

Naruto pun membuka pintu ruangan tersebut dan ia bisa melihat Azazel dan yang lain tengah menunggunya, setelah masuk Naruto menutup pintu ruangan itu kembali lalu berdiri sejajar dengan Michella, Gabriel dan Inori.

"Maaf, aku mendapat panggilan dari temanku tadi, Tsunade-sama," ucap Naruto meminta maaf sambil menunjukkan ponselnya lalu memasukkan kembali ke sakunya. "Ya, tidak masalah, lagi pula misi kalian sudah selesai," ucap Tsunade tidak mempermasalahkannya.

"Dan Naruto, apa yang kau bawa itu?" tanya Tsunade ketika melihat tangan Naruto lagi satu membawa tas yang terdapat banyak buah-buahan dan sayuran. "Hm? Oh ini? Ini hadiah dari tempat kami menjalankan misi," ucap Naruto lalu mengambil satu buah jeruk dari tas tersebut.

"Ha'i, silahkan di terima Tsunade-sama, kau boleh mencobanya," ucap Naruto lalu melempar jeruk tersebut ke arahnya, Tsunade yang melihat itu menerima jeruk Naruto sambil tersenyum tipis. "Arigato, Naruto-kun," ucap Tsunade lalu meletakkan jeruk tersebut di mejanya.

"Untuk Team 6, kerja bagus... Point dari misi ini adalah 100 jadi masing-masing dari kalian akan mendapatkan 25 point, aku akan memberikan hasil misi kalian ke anggota OSIS agar bisa mentransfer point kalian," ucap Tsunade sambil memberi cap pada kertas misi Team 6, "sekarang kalian sudah bisa bubar dan beristirahat, lalu kembalilah besok untuk mengambil misi baru."

"Ha'i!" jawab mereka kompak, dan bersiap untuk keluar dari ruangan tersebut. "Ah, Tsunade-sama, kau tidak keberatan jika kita berbicara berdua? Ada yang ingin aku tanyakan," tanya Naruto membuat Tsunade menatap penasaran dirinya.

"Tentu saja."

"Ah, Michella-chan kau bawalah ini, dan bagi hasilnya kepada Azazel-sensei dan Gabriel-san," ucap Naruto memberikan tas berisi buah-buahan dan Sayuran di tangannya kepada Michella. "Um, baiklah, Nii-chan," jawab Michella menganggukkan kepalanya.

Setelah itu Michella, dan yang lain pun meninggalkan ruangan tersebut menyisakan Naruto dan Tsunade saja di ruangan itu, "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Tsunade sambil menopang dagunya. "Kaa-chan... Apa kau tidak punya Wakil atau Sekretaris?" tanya Naruto.

"Tentu saja aku punya," jawab Tsunade. "Jika begitu di mana mereka sekarang? Aku bahkan tidak pernah melihatnya sama sekali, selain itu tugas mereka apa? Apa mereka tidak bisa menggantikan Kaa-chan?" tanya Naruto beruntun.

"Kaa-chan harus bangun pagi dan datang kemari untuk membagikan misi, lalu tugas mereka apa? Kenapa mereka tidak mau menggantikan Kaa-chan beberapa hari saja, aku tahu Kaa-chan adalah kepala Akademi... Tapi... Kenapa hanya Kaa-chan yang bekerja keras? Sementara mereka tidak... itu sungguh tidak adil," tanya Naruto kembali sambil mengepalkan tangannya. Tsunade yang mendengar itu terdiam sesaat sebelum akhirnya tersenyum, Naruto mengkhawatirkan dirinya, dan itu membuatnya senang, ia pun berdiri dari kursi kebesarannya lalu mendekati Naruto.

Setelah dekat, ia menyentuh ke dua pipi Naruto lalu mengarahkan wajahnya yang menunduk hingga akhirnya tatapan mereka bertemu, "Arigato sudah mengkhawatirkan Kaa-san, Naruto-kun. Alasan kenapa Wakilku dan Sekretarisku tidak bisa menggantikanku karena sebenarnya mereka juga datang pagi seperti Kaa-san dan membagikan kertas misi, kertas misi tersebut untuk kelas 3, maka dari itu mereka tidak bisa menggantikan Kaa-san," ucap Tsunade menjelaskan kenapa Wakil dan Sekretarisnya tidak bisa menggantikannya.

Naruto yang mendengar itu terdiam, ternyata itu alasan kenapa Wakilnya dan Sekretarisnya tidak bisa menggantikan Tsunade. "Souka...," gumam Naruto, "jika begitu, tolong jangan paksakan dirimu, Kaa-chan... tetap jaga kesehatanmu."

Tsunade yang mendengar itu tersenyum, "Baiklah," jawab Tsunade sambil melepaskan tangannya dari ke dua pipi Naruto. "Kalau begitu aku pergi dulu Kaa-chan, aku akan pulang mengantar Michella-chan dulu lalu pergi latihan," ucap Naruto berpamitan dengan Tsunade.

"Hm, jangan pulang sampai larut, Naruto-kun." Naruto yang mendengar itu menganggukkan kepalanya lalu membalikkan badannya berniat meninggalkan ruangan tersebut, "ah benar juga Naruto-kun... Bolehkah aku bertanya padamu?" tanya Tsunade membuat langkah Naruto terhenti.

"Menanyakan apa?"

"Hm, Kaa-san ingin tahu, di antara Kyouka dan Tenka, siapa yang kau sukai, Naruto-kun?" tanya Tsunade tersenyum jahil, Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat mencerna maksud Tsunade dan seketika wajahnya memerah sempurna.

"A-Apa yang kau tanyakan Kaa-chan?!"

"Hm, saat makan malam, kau melamun memikirkan sesuatu, dan saat aku bertanya kau berkata tidak ada apa-apa, tapi dari ekspresimu waktu itu aku tahu kau sedang dalam masalah cinta, aku bertanya pada Michella apa yang membuatmu melamun, dan dia bilang kau melamun semenjak bertemu Tenka saat pulang secara privasi itu membuat dugaanku semakin kuat bahwa Tenka memiliki perasaan terhadapmu, begitu juga kemarin, Kyouka mengajakmu jalan-jalan bukan? Itu terdengar seperti dia mengajakmu kencan yang artinya dia juga memiliki perasaan terhadapmu, jadi aku pun bertanya di antara mereka berdua, siapa yang kau sukai?"

Naruto yang mendengar itu tersentak ia tidak menyangka ibunya akan berpikiran sampai ke sana, "K-Kenapa Kaa-chan menanyakan ini?" tanya Naruto tergagap.

"Sudah, Jawab saja." Naruto yang mendengar itu menundukkan kepalanya. "Aku... Tidak tahu Kaa-chan... Aku belum memiliki perasaan terhadap mereka berdua... karena aku menganggap mereka sebagai Senior sekaligus guruku, jadi... Aku tidak menyangka bahwa mereka memiliki perasaan terhadapku," jawab Naruto.

"Aku belum bisa menjawab perasaan mereka karena aku belum menyadari perasaanku, apakah aku mencintai Tenka-senpai, atau Kyouka-senpai atau keduanya," jawab Naruto sambil menyentuh dada kirinya, "selain itu... Jika suatu saat aku memilih salah satu dari mereka, aku takut membuat hubungan mereka hancur, dan saling bermusuhan, jadi aku bingung... Aku harus bagaimana."

Tsunade yang mendengar itu justru tersenyum, ia melipat tangannya di bawah ke dua dadanya, "Ne, Naruto-kun... Aku memiliki saran untukmu," ucap Tsunade membuat Naruto melihat ke arahnya. "Be-Benarkah Kaa-chan?" tanya Naruto dan di balas anggukan olehnya,

"A-Apa yang harus aku lakukan?"

"Kenapa kau tidak membuat Harem saja?"

Naruto yang mendengar itu terdiam kembali dan seketika ekspresi Naruto berubah menjadi terkejut. "H-Hah?!" kejut Naruto, "a-apa yang kau katakan Kaa-chan?" tanya Naruto terbata-bata karena mendengar saran dari Tsunade.

"Apa kau pernah mendengar atau membaca tentang Clan Restoration Act?" tanya Tsunade, Naruto yang mendengar itu tersentak, tentu saja dia pernah membaca hal itu, sebuah keluarga yang terancam punah di bebaskan untuk memiliki istri lebih dari satu untuk menambah populasinya, "CRA di berikan kepada beberapa keluarga, seperti keluargaku yaitu Senju karena hanya aku yang tersisa, keluarga Namikaze yang awalnya tersisa satu orang sekarang sudah bertambah dua orang menjadi tiga orang, dan keluarga Uzumaki... Yang saat ini hanya terdapat empat orang, mantan ibumu... Kau dan dua tetua Uzumaki yang sudah tua," lanjut Tsunade.

"Mantan ibumu sudah menjadi Namikaze, dan dua tetua Uzumaki, umur mereka tidak panjang lagi walau Uzumaki di kenal memiliki umur panjang di banding yang lain, tapi kematian pasti akan menjemput mereka, dan setelah mereka meninggal Keluarga Uzumaki hanya tersisa kau, Naruto-kun... dan kau di bebaskan memiliki banyak istri untuk menambah populasi Uzumaki."

"Tu-Tunggu! Ke-Kenapa hanya tiga keluarga itu saja yang mendapatkan hak CRA ini?" tanya Naruto dengan nada tergagap. "Tentu saja karena ketiga keluarga ini merupakan keluarga penting di Konoha ini," ucap Tsunade.

"Keluarga yang sangat penting di Konoha ini adalah Senju, Uzumaki, Namikaze, Uchiha, Nara, Akimichi, Yamanaka, Hyuuga, Aburame, Inuzuka, Gremory, Sitri, Himejima, dan Sarutobi, itu adalah daftar nama-nama keluarga penting di Konoha ini, dari nama-nama tersebut hanya tiga keluarga yang populasinya sangat sedikit," ucap Tsunade.

"Karena populasinya sangat sedikit, CRA pun di berikan kepada tiga keluarga ini, Kau pasti tahu kekuatan dari Keluarga Senju bukan? Keluarga Senju memiliki limpahan [Mana] yang sangat banyak, keluargaku juga merupakan pencipta beberapa [Magic] yangsaat ini dingunakan oleh beberapa orang serta keluargaku sudah ada sejak dulu, dan sekarang hanya tersisa aku seorang, wajar jika saja aku di haruskan untuk CRA. Jika aku mati maka pohon keluarga Senju akan hilang sepenuhnya, maka dari itu aku di haruskan melahirkan seorang anak untuk tetap menghidupkan pohon keluarga Senju. Tapi untuk saat ini aku menolak karena belum ada yang bisa menarik perhatianku."

"Lalu keluarga Namikaze mereka juga termasuk langka, mereka di kenal keluarga yang memiliki kepintaran yang setara dengan keluarga Nara, dan mereka juga memiliki kumpulan [Magic] yang hebat, dan sekarang jumlah keluarga Namikaze sudah bertambah dan anaknya itu di berikan hak untuk melakukan CRA, untuk tetap menghidupkan pohon keluarga Namikaze."

"Begitu juga keluarga Uzumaki, keluarga Uzumaki di kenal sebagai keluarga yang menciptakan [Magic Fuinjutsu] yang hebat, Uzumaki jugalah yang mengajarkan [Magic Fuinjutsu] kepada kakekku itulah mengapa saat pertarungannya dengan Madara dia bisa menghentikan [Kyuubi], setelah itu Uzumaki juga mengajarkan [Magic Fuinjutsu] kepada Namikaze, karena itulah Keluarga Senju dan Namikaze semakin kuat," lanjut Tsunade panjang lebar, "Uzumaki juga di kenal sebagai keluarga yang memiliki [Mana] yang lebih berlimpah dari pada Senju, mereka juga bisa mentransfer [Mana] mereka kepada orang-orang yang sudah kekurangan [Mana] dengan menggigit tubuh mereka, Uzumaki juga di kenal memiliki umur yang panjang, tapi sangat di sayangkan Pohon Uzumaki terancam punah, tapi pohon keluarga Uzumaki masih memiliki satu orang untuk membuatnya hidup dan itu kau Naruto-kun."

"Jika kau tidak di jadikan Uzumaki oleh tetua, pohon Uzumaki sudah punah saat ini," ucap Tsunade sambil tersenyum, "kau ingat, aku pernah bilang bahwa tetua Uzumaki memberimu nama keluarga Uzumaki karena keluargamu tidak menganggapmu anak mereka bukan? Itu adalah sebuah pertanda bahwa, tetua Uzumaki mempercayakan dirimu untuk meneruskan keluarga Uzumaki yang akan punah, walau kau tidak memiliki [Mana] dan kemampuan seperti Uzumaki yang lainnya, mereka tetap mengangkatmu sebagai keluarga Uzumaki dan mempercayakan pohon Uzumaki yang kering untuk tumbuh kembali."

Naruto yang mendengar penjelasan panjang lebar tentang alasan dan mengapa dirinya harus melakukan CRA pun terdiam, ia memang pernah mendengar Tsunade bercerita bahwa Tetua Uzumaki memberikan nama keluarga Uzumaki kepadanya, karena keluarganya tidak mau memberikan nama keluarganya padanya. Ia tidak menyangka bahwa Tetua Uzumaki mempercayakan pohon keluarga Uzumaki kepadanya, jika ia menolak melakukan CRA, sama saja ia juga menghancurkan kepercayaan mereka, dan membuat mereka kecewa karena sudah memberikan nama keluarga Uzumaki padanya.

Mengepalkan tangannya pelan sambil memejamkan matanya, ia mencoba memikirkan resiko jika dia melakukan CRA ini, dan yang terpikirkan olehnya, Tenka dan Kyouka yang menyukainya, apakah mereka mau saling membagi cinta mereka terhadap dirinya? Bagaimana jika mereka tidak mau? Bagaimana jika mereka hanya ingin memilikinya untuk seorang diri?

"Ada apa Naruto-kun?"

"Aku hanya berpikir... Bagaimana... Jika mereka tidak mau membagi cinta mereka? Bagaimana jika mereka tidak mau aku melakukan CRA ini?" jawab Naruto menyampaikan apa yang dia pikirkan, Tsunade yang mendengar itu terdiam sesaat lalu tersenyum.

"Mereka pasti mau, lagi pula kau ini tampan, baik hati, sikapmu yang sangat dewasa, kau juga pintar, dan kuat. Aku juga yakin mereka pasti berpikir dari pada ada yang tersakiti. Mereka lebih baik saling berbagi untuk berbagi bersama, tetapi kau juga harus adil terhadap mereka agar hati mereka tidak tersakiti," ucap Tsunade sambil tersenyum.

Naruto yang mendengar itu terdiam, ibunya sudah memberinya saran untuk masalahnya dan memberinya semangat. Tenka, Kyouka dan Jeanne, mereka bertiga mencintainya dengan tulus bahkan mereka sampai berani menciumnya, itu membuktikan mereka benar-benar sangat mencintainya.

Saat mendengar mereka memiliki perasaan terhadapnya, dirinya bimbang harus bagaimana menjawab perasaan mereka, karena jika dia menerima salah satu dari pernyataan mereka dan menolak sisanya itu akan menyakiti perasaan mereka yang ia tolak, dan itu membuatnya tenang, apa lagi saat mereka ternyata adalah sahabat dan menyukai orang yang sama, jika salah satu terpilih bisa saja salah satu membenci temannya dan juga orang yang dia cintai.

Hal itu pasti sering terjadi, dan ia tidak ingin itu.

Namun setelah mendengar saran dari ibunya, rasa bimbangnya sedikit menghilang, saran untuk membuat Harem. Dengan begitu ia bisa menerima perasaan mereka yang mencintainya tanpa menyakiti siapa pun, tapi jika mereka tidak mau, dia harus membujuk mereka.

["Aku tidak masalah, Master."]

"Jeanne?"

["Aku tidak masalah berbagi kepada mereka yang juga mencintai Master, aku sudah bilang bukan? Asal aku selalu bersama Master, itu sudah cukup."] Naruto yang mendengar itu merona, Jeanne sudah menyetujui jika ia membuat Harem, dan yang tersisa adalah Tenka dan Kyouka saja apakah mereka mau dia membuat Harem atau tidak.

"Arigato, untuk sarannya Kaa-chan," ucap Naruto berterima kasih kepada Tsunade. "Sama-sama, Gomen aku menyita waktumu lebih dari dugaanku," balas Tsunade meminta maaf.

"Tidak... Aku memang membutuhkan saran, dengan begini aku bisa membalas pernyataan mereka tanpa menyakiti salah satu dari mereka," ucap Naruto sambil tersenyum, "arigato, Kaa-chan." Tsunade yang mendengar itu mengangguk pelan.

"Um, sama-sama, kau sudah boleh pulang, itu saja yang ingin aku tanyakan," ucap Tsunade memperbolehkan Naruto pulang. Naruto pun mengangguk lalu berpamitan dengan Tsunade dan keluar dari ruangan tersebut.

Setelah keluar dia melihat Michella yang mengembungkan pipi mereka sementara Inori hanya diam dengan wajah polosnya, "Kau lama sekali, Nii-chan," ucap Michella membuat Naruto tertawa canggung.

"Ahahaha, Gomen, Michella-chan, ternyata kami mengobrol lebih lama dari dugaan kami," ucap Naruto meminta maaf. "Hmm, jadi begitu, baiklah Nii-chan aku maafkan," ucap Michella memaafkan Naruto karena membuatnya menunggu lama.

"Gabriel-san dan Azazel-sensei sudah pulang duluan ya?" tanya Naruto karena tidak melihat Gabriel dan Azazel. "Um, mereka sudah pulang lebih duluan," jawab Inori sambil menganggukkan kepalanya.

"Apa kalian sudah membagi buah-buah dan sayur yang kita dapat?" tanya Naruto kembali. "Um, mereka sudah membawa bagian mereka," jawab Michella menganggukkan kepalanya.

"Souka... Kalau begitu kita juga pulang sekarang, aku juga harus pergi latihan nanti," ajak Naruto, Michella yang mendengar itu mengangguk pelan, sementara Inori yang mendengar itu terdiam. Dia memang sudah dengar dari Jeanne bahwa Tuannya menyembunyikan [Mana] nya serta memintanya menekan kekuatannya agar tidak di sadari bahwa ia telah memiliki [Mana] dan juga [Sacred Beast], dia sedikit bingung kenapa tuannya Jeanne melakukan itu padahal jika dia menunjukkan kekuatannya dia tidak akan di anggap sebagai orang tanpa [Mana] lagi dan pandangan orang terhadapnya akan berubah.

Tetapi setelah mendengar penjelasan dari Jeanne, dia akhirnya paham, Tuan Jeanne ingin memberikan kejutan pada semua orang di mana ketika orang yang tidak memiliki [Mana] dan [Sacred Beast] akhirnya memiliki ke dua hal itu, serta tuan Jeanne ingin membuat mantan keluarganya menyesal membuangnya serta berniat membunuhnya karena tidak memiliki kekuatan.

Ia yang mengingat mantan keluarga Naruto berniat membunuhnya mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia tidak menyangka mantan keluarga Tuannya Jeanne sampai seperti itu hanya karena hal sepele, ia benar-benar kesal. Jika saja dia mati waktu itu, dia pasti akan selamanya dalam kegelapan dan dia tidak akan mendapatkan sebuah cahaya kehidupan yang dia inginkan, namun beruntungnya dia selamat dari perbuatan mereka dan ia sangat bersyukur karena hal itu.

Ia menatap punggung Naruto yang berjalan di depannya, dia bilang akan berlatih bersama yang artinya dia akan berlatih dengan Jeanne, ia ingin membalas kebaikan Naruto yang telah memberinya cahaya, menyelamatkannya dari jurang kegelapan, dan memberinya kesempatan untuk memiliki seorang teman, serta ia ingin membantu Naruto membalas perbuatan mantan keluarganya, dan untuk membantunya dia akan membantunya berlatih dan mengajarkannya beberapa [Magic].

Setelah beberapa menit perjalanan dari Akademi, Naruto, Michella serta Inori akhirnya sampai di rumah, dan mereka di sambut oleh Grayfia dan Nei yang sudah di jemput oleh Grayfia sesuai janji.

"Nii-chan, Nee-chan, Okaeri!" seru Nei sambil tersenyum. "Okaeri, Naruto-sama, Michella-sama, Inori-sama," ucap Grayfia sambil tersenyum dan membungkuk ala maid.

"Tadaima, Nei-chan, Grayfia-san," jawab Naruto sambil tersenyum dan mewakili Michella dan Inori. "Bagaimana dengan misi kalian, Nii-chan?" tanya Nei dengan wajah penasaran.

"Ya, berjalan lancar, kami mendapat misi memetik buah-buahan dan sayuran tadi," jawab Naruto sambil menjaga senyumnya. "Dan ini hadiah dari tempat kami menjalankan misi, mereka memberikan ini untuk kita," ucap Michella sambil memberikan tas berisi buah-buahan dan sayuran yang di berikan kepada mereka.

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Naruto-sama, Michella-sama, Inori-sama," ucap Grayfia menerima tas tersebut lalu membawanya ke dapur untuk meletakkannya di dalam kulkas. "Lalu, bagaimana denganmu, Nei-chan? Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Naruto.

"Pelajaran tadi berjalan seperti biasa... tapi saat masuk tadi, aku menjadi bahan topik karena kematian keluargaku, ada yang simpati kepadaku... dan aku juga sempat di ejek beberapa temanku... ," jeda Nei, "memang terasa menyakitkan... tapi aku sadar saat ini aku bersama keluarga baruku... jadi aku menganggap ejekan mereka hanya angin lalu," ucap Nei dengan wajah murung di awal lalu berubah menjadi tersenyum.

Naruto yang mendengar itu awalnya khawatir, namun rasa khawatirnya sirna ketika melihat Nei mulai bersikap dewasa, ia pun menepuk kepala Nei sambil tersenyum, "Kerja bagus, Nei-chan," ucap Naruto membuat Nei semakin tersenyum.

"Jaa, aku akan ke kamarku, aku harus bersiap-siap pergi latihan," ucap Naruto melangkahkan kakinya ke kamarnya, setelah sampai di kamar Naruto langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasanya dia gunakan untuk latihan, setelah selesai bersiap Naruto pun keluar dari kamarnya dan ia terkejut melihat Inori berdiri di depan kamarnya.

"Oh, Inori-san... Aku pikir siapa, ada apa?" tanya Naruto sambil menutup pintu kamarnya. "Naruto-san... aku ingin ikut denganmu dan membantu menjadi kuat," ucap Inori membuat Naruto tersentak.

"Aku juga memiliki [Magic Element] seperti Jeanne yaitu [Fire Magic], dan [Lightning Magic], jadi aku juga akan mengajarkan [Magic Element] ku kepadamu." Naruto yang mendengar itu terkejut, Inori mau membantunya menjadi kuat dengan mengajarkan [Magic Element]. Ia tidak menyangka bahwa Inori yang merupakan [Sacred Beast] lain yang bukan miliknya mau membantunya menjadi kuat.

Ia menatap lekat mata Inori yang menunjukkan bahwa ia serius ingin membantunya, menghembuskan nafas pelan ia pun bertanya, "Kenapa kau ingin membantuku?" tanya Naruto penasaran. "Karena Naruto-san adalah cahaya hidupku... Berkat Naruto-san, aku tidak sendirian lagi... Aku sekarang memiliki seorang teman... berkat Naruto-san aku tidak berada di jurang kegelapan lagi... saat mendengar Naruto-san berniat di bunuh saat kecil... Aku benar-benar kesal... Jika saja Naruto-san mati waktu itu... Aku pasti tidak akan seperti sekarang, tapi syukurlah Naruto-san baik-baik saja... Maka dari itu aku ingin membantu Naruto-san menjadi kuat dan membalas perbuatan mereka serta membuat mereka menyesal," jawab Inori.

Naruto yang mendengar itu tersentak, Inori ternyata peduli dengannya dan ingin membantunya membalas perbuatan mantan keluarganya. Ia pun termenung apakah dia harus menerima bantuan Inori atau tidak, karena bingung ia pun memutuskan bertanya kepada Jeanne.

"Bagaimana, Jeanne-chan? Apakah tidak masalah jika dia membantu latihan kita?" tanya Naruto.

Sementara Jeanne yang berada di alam bawah sadar, mendengar Inori yang ingin membantu tuannya pun terdiam, dia juga bisa melihat bahwa Inori benar-benar serius ingin membantu tuannya menjadi kuat serta membalas perbuatan mantan keluarganya yang membuang, dan berniat membunuhnya.

Ia yang mengingat itu juga kesal dengan perlakuan mantan keluarga tuannya. Maka dari itu, dia akan membantu tuannya menjadi kuat serta membuat mereka menyesal, dan Inori memiliki tujuan yang sama dengannya serta tuannya, jadi tidak ada salahnya menerima bantuan Inori.

["Tidak masalah Master, lagi pula dia ingin membantu Master menjadi kuat untuk membalas perbuatan mereka serta membuat mereka menyesal, jadi tidak masalah dia membantu kita,"] jawab Jeanne sambil tersenyum.

Naruto yang mendengar itu pun menghembuskan nafasnya dengan pelan lalu menatap serius Inori, "Baiklah... mohon bantuannya, Inori-san," jawab Naruto membuat Inori tersenyum tipis.

Mereka pun turun dari lantai dua dan di ruang tamu terdapat Nei yang tengah belajar dengan Grayfia serta Michella mengajari Nei, "Michella-chan, Nei-chan, Grayfia-san, aku dan Inori-san akan berangkat latihan sekarang," ucap Naruto membuat Michella tersentak.

"Eh... Inori-san ikut latihan dengan Nii-chan?" tanya Michella dan di jawab anggukkan olehnya, Michella yang melihat itu mengembungkan pipinya, "Hmmn... padahal aku juga ingin ikut latihan dengan Nii-chan," lanjut Michella dengan ekspresi cemberut.

Naruto yang mendengar itu tersenyum lalu berlutut di depan Michella sambil menarik pelan pipi Michella hingga membuatnya mengaduh kesakitan, "Jangan cemberut begitu, Nii-chan janji besok kau boleh ikut latihan dengan Nii-chan," ucap Naruto lalu melepaskan tarikannya pada pipi Michella

"Janji?" Naruto yang mendengar itu mengangguk, Michella yang melihat itu pun tersenyum karena Naruto akan mengajaknya latihan besok. Baginya itu tidak lah masalah, lagi pula ia harus mengajarkan Nei sekarang.

"Baiklah, berhati-hatilah, Nii-chan," ucap Michella dan di balas anggukkan kembali oleh Naruto. "Nei-chan, Grayfia-san, kami berangkat dulu," ucap Naruto sambil berdiri dari berlututnya.

"Ha'i! Hati-hati Nii-chan, Nee-chan!"

"Berhati-hatilah, Naruto-sama, Inori-sama."

"Um, Ittekimasu!" ucap Naruto sambil melambaikan tangannya dan di balas oleh mereka.

"Itterashhai!"

Setelah berpamitan dan keluar dari kediaman Watch, Naruto dan Inori pun pergi ke kantor kepolisian untuk bertemu Fugaku, Inori yang tidak tahu di mana mereka akan berlatih pun bertanya kepada Naruto.

"Di mana kita akan latihan, Naruto-san?" tanya Inori sambil melihat Naruto yang ada di sampingnya. "Untuk saat ini kita akan pergi ke kantor kepolisian terlebih dahulu, aku harus bertemu seseorang terlebih dahulu," jawab Naruto sambil melihat Inori sesaat lalu kembali fokus ke arah jalan.

Setelah beberapa menit perjalanan dengan menggunakan Kereta, Naruto dan Inori pun sampai di kantor kepolisian Konoha. Kantor Kepolisian Konoha di buat oleh Keluarga Uchiha sejak dulu, mereka di percayakan untuk menjaga keamanan kota Konoha, karena Kantor Kepolisian buat oleh keluarga Uchiha, banyak orang-orang dari Uchiha yang bekerja di kantor ini.

Setelah sampai, Naruto pun bertanya ke salah satu polisi di mana ia bisa bertemu Fugaku karena memiliki janji untuk bertemu, polisi itu pun menuntun Naruto ke kantor Fugaku berada.

Setelah sampai di kantor Fugaku, polisi itu pun meninggalkan Naruto dan Inori untuk melanjutkan pekerjaannya, Naruto pun mengetuk pintu ruangan Fugaku untuk meminta izin masuk, "Permisi, Fugaku-san... Ini aku," ucap Naruto.

"Masuk!" Naruto yang mendengar itu pun memasuki ruangan tersebut bersama Inori dan mereka bisa melihat Fugaku duduk di kursinya, "Kau sudah datang, Naruto."

"Yah, maaf membuatmu menunggu lama, aku ada beberapa urusan tadi." Fugaku yang mendengar itu pun mengangguk pelan lalu menyuruh mereka untuk duduk, "Tidak masalah, kalian berdua duduk lah." Naruto dan Inori yang mendengar itu pun menduduki kursi yang ada di depan Fugaku.

"Jadi... Apa kau sudah menemukan siapa yang mengirimnya untuk membunuhku?" tanya Naruto to the point. Fugaku yang mendengar itu mengangguk pelan, "Ya... Kami menemukannya..."

"Namikaze Minato... Apa aku salah?" tanya Naruto membuat Fugaku terkejut karena dia sudah mengetahui siapa yang mengirim Muscular untuk membunuhnya. Ia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, "Ya... Itu benar," jawab Fugaku lalu memberikan ponsel Muscular kepada Naruto.

"Di ponsel itu terdapat nomor panggilan akhir yang di yakini sebagai orang yang mengirim Muscular untuk membunuhmu, dan setelah di lacak orang yang menyuruhnya adalah Namikaze Minato," jawab Fugaku, Naruto yang mendengar itu terdiam sambil menerima ponsel Muscular dan melihat nomor terakhir milik Minato yang mengirim Muscular untuk membunuhnya.

"Bisakah aku bertemu dengan Muscular?"

.

Fugaku pun mengajak Naruto dan Inori untuk bertemu dengan Muscular yang ada di selnya, dan sesampainya di sel Muscular, mereka bisa melihat Muscular tengah duduk di dalam Sel dengan kedua tangan di gips karena telah di patahkan oleh Naruto saat bertarung.

Mereka yang di penjarakan tidak bisa melakukan apa pun atau pun menggunakan [Magic] mereka karena di dalam penjara tersebut terdapat sebuah [Kekkai] dan [Magic Blockade] yang berfungsi menghilangkan [Magic] apa pun, aliran [Mana] mereka tetap ada dan berjalan mengalir ke seluruh tubuh, tetapi untuk menggunakan [Magic] mereka tidak bisa.

"Muscular! Kau kedatangan tamu!" ucap Fugaku, lalu bersandar pada dinding di belakangnya, Muscular yang mendengar itu mengangkat kepalanya dan ia melihat Naruto yang berdiri di depannya dengan wajah datarnya bersama seorang gadis di sampingnya.

"K-Kau...," gumam Muscular menyipitkan matanya. "Yo, kita bertemu lagi," ucap Naruto sambil mendekati sel Muscular dan mengeluarkan rantai dari tasnya.

"Mau apa kau kemari?" tanya Muscular, Naruto tidak menjawab pertanyaan Muscular melainkan ia memasukkan tangannya ke celah sel lalu memutar-mutar ujung rantainya dan melemparnya ke arah Muscular hingga terlilit di lehernya.

Muscular tidak bisa menghindar karena saat bergerak sedikit saja, dia bisa merasakan sakit yang luar biasa di dada dan tangannya secara bersamaan, Naruto tanpa segan menarik rantainya yang melilit di leher Muscular hingga membuatnya terseret ke depan hingga saat mencapai ujung sel, Naruto memberikan tenaga lebih pada tarikannya membuat kepala Muscular membentur jeruji sel.

"Aku ingin bertanya padamu, apakah benar Namikaze Minato yang menyuruhmu untuk membunuhku?" tanya Naruto sambil terus menarik rantainya membuat Muscular kesusahan untuk bernafas, "apa yang dia katakan padamu?"

"D-Dia... Membayarku d-dan memintaku u-untuk me-membunuhmu... ba-baginya kau a-adalah pengganggu y-yang akan merusak nama keluarganya," jawab Muscular terbata-bata karena ia kesusahan bernafas. "Souka...," gumam Naruto lalu mengeluarkan ponsel Muscular yang ia bawa.

"Ne, aku punya perintah untukmu."

.

Kediaman Namikaze

.

Sementara itu di kediaman Namikaze, Minato yang duduk di ruangannya mendengar suara panggilan mengambil ponselnya dan ia melihat nomor ponsel Muscular menghubunginya, ia pun langsung mengangkat panggilan Muscular.

"Hei! Bagaimana? Apa kau sudah membunuhnya?"

"Gomen, Namikaze-san... Aku tidak bisa membunuhnya... Dia berhasil mematahkan tanganku dan tulang rusukku... Dia lebih kuat dari perkiraanku... Aku tidak bisa menyelesaikan tugasmu...," ucap Muscular. Minato yang mendengar itu menggeram, bahkan Muscular yang merupakan penjahat kelas A tidak bisa membunuh Naruto, kekuatannya berarti benar-benar kuat.

"Di mana kau sekarang? Apa kau di tangkap? Apa kau memberitahu mereka bahwa aku yang melakukannya?"

"Aku tidak memberitahu siapa pun... Saat ini aku sedang bersembunyi karena para polisi masih mengejarku...," jawab Muscular, "Aku harus pergi, mereka datang."

Muscular langsung memutuskan panggilannya, sementara Minato ia meninju mejanya dengan keras hingga retak, rencananya membunuh Naruto gagal, Anak yang dia anggap tidak berguna dan lemah saat ini menjadi kuat walau pun tanpa memiliki [Mana], bahkan ia bisa mengalahkan putranya yang menggunakan [Sacred Beast : Kyuubi] dan membuatnya babak belur.

Selain itu dia juga telah menyebarkan aibnya yang berniat membunuhnya ke semua orang. Dia yang mengingat itu menggeram pelan, anak itu adalah petaka untuknya yang akan merusak nama baiknya, jika saja dia tidak gagal membunuhnya waktu itu hal ini tidak akan terjadi.

"Sialan...," umpat Minato.

Ia mengatur pernafasannya sesaat lalu memukul map di sampingnya dengan pandangan menajam, "Baiklah... Masih banyak orang yang bisa aku suruh untuk membunuhmu... Bersiap-siaplah untuk mati, bocah biadab."

.

Kantor kepolisian

.

Kembali ke kantor kepolisian, Muscular jatuh terduduk sambil mengatur nafasnya karena Naruto telah melepaskan rantainya, sementara Naruto ia memandang ponselnya yang terdapat sebuah rekaman suara panggilan Minato tadi.

Benar sekali.

Naruto memaksa Muscular untuk berbicara dengan Minato bahwa dia gagal dalam menjalankan tugasnya, serta mengatakan bahwa ia tidak di tangkap, jadi identitasnya sebagai pelaku tidak di ketahui, padahal identitasnya sudah di ketahui.

"Apa yang kau rencanakan, Naruto?" tanya Fugaku penasaran dengan rencana Naruto. "Jika dia tahu bahwa Muscular tertangkap, dia pasti akan panik dan menghapus jejaknya... jadi agar itu terjadi aku memaksanya membuat laporan palsu agar dia tidak menghapus jejaknya...," jawab Naruto lalu menjatuhkan ponsel Muscular dan menghancurkannya dengan sekali injak.

"Fugaku-san... Apakah kau akan memberitahunya mengenai ini?" tanya Naruto sambil melirik tajam Fugaku, sementara Fugaku yang mendengar itu terdiam. Walau ia dan Minato telah berteman, dia tidak bisa membela Minato ketika melihat perbuatannya yang mengacaukan sebuah restaurant serta membuat korban jiwa.

Minato juga melanggar banyak hukum, jika dia membelanya sama saja dia merusak nama keluarganya karena membela penjahat.

"Tidak... Aku tidak akan memberitahunya... Dia sudah melanggar banyak hukum... Jika aku membelanya... Nama keluarga Uchiha akan di pandang jelek juga." Naruto yang mendengar itu mengangguk pelan. "Pilihan yang bagus," ucap Naruto.

"Jadi... Apakah kau ingin aku menangkapnya?"

"Tidak... Tidak perlu... Dari pada menangkapnya aku ingin membuat mereka tersiksa," jawab Naruto, "Dia pasti akan mengirim penjahat lain untuk membunuhku... Jika aku berhasil mengalahkan semua orang yang dia kirim, aku ingin mereka di masukkan dalam satu sel ini dan setelah itu aku akan merekam mereka sebagai tanda bukti bahwa aku sudah mengalahkan seluruh suruhannya serta aku akan merekam setiap panggilannya untuk menjadi bukti bahwa memang dialah yang menyuruh para penjahat itu untuk membunuhku."

"Dan saat Ujian kenaikan kelas berlangsung di mana lima kota besar akan berkumpul, akan aku sebarkan semua kejahatannya di depan banyak orang dan membuat keluarga Namikaze malu seumur hidup," lanjut Naruto sambil menghadap ke arah Fugaku.

Fugaku yang mendengar itu tersentak, Ia tidak menyangka Naruto akan melakukannya sampai seperti itu. Saat tes di sekolah, nama Namikaze sudah di anggap buruk karena aib mereka terbongkar dengan bukti yang kuat, di mana mereka berniat membunuh anak kecil yang merupakan anak mereka sendiri hanya karena tidak memiliki [Mana].

Di ujian kenaikan kelas nanti akan terdapat banyak penonton yang menyaksikan ujian mereka termasuk lima pemimpin kota besar, dan jika aib mereka terbongkar di ujian itu, bisa di pastikan nama keluarga Namikaze benar-benar hancur.

Dan itu akan membuat keluarga Namikaze tersiksa.

"Sejak kecil aku sudah di siksa... Tidak di anggap keluarga... Mereka tidak memberiku nama keluarga mereka... Bahkan mereka berniat membunuhku saat aku kecil... dan sekarang mereka tidak pernah berubah..

mereka bahkan mengirim penjahat untuk membunuhku hingga menyebabkan korban jiwa... Karena itu... Aku akan membuat mereka menyesal serta membalas perbuatan mereka."

.

.

Setelah urusan di kantor polisi selesai, Naruto dan Inori pun pergi ke tempat rahasia di mana Shisui dan Naruto berlatih. Setelah satu jam perjalanan dengan melewati banyak pohon dengan sebuah tanda, mereka akhirnya sampai di tempat latihan Naruto dan Shisui berlatih.

Inori yang pertama kali melihat pemandangan indah seperti saat ini terkagum-kagum, dia tidak menyangka bahwa tempat mereka akan latihan sangat indah sekali. Naruto yang melihat Inori tampak terkagum-kagum tersenyum tipis karena wajar saja Inori baru pertama kali melihat pemandangan indah seperti ini.

Naruto pun melangkahkan kakinya ke barang-barang latihan Shisui dan ia melihat catatan dari Shisui yang menyuruhnya untuk berlatih dengan pemberat 60 Kg, Naruto yang membaca itu tersenyum tipis, "Aku akan melakukannya nanti, untuk sekarang ada yang ingin aku latih," ucap Naruto sambil meletakkan catatan itu kembali lalu menoleh Inori yang masih terkagum-kagum.

"Inori-san! Kau ingin mengajariku [Magic Element] bukan? Ayo kita mulai." Inori yang mendengar itu menoleh lalu menganggukkan kepalanya. "Um, baiklah," jawab Inori sambil mendekat ke arah Naruto. Jeanne pun mengubah dirinya ke wujud manusianya karena dia juga akan membantu Inori mengajarkan [Magic Element] kepada tuannya.

"Jeanne-chan? Kenapa kau mengubah wujudmu?" tanya Naruto ketika melihat Jeanne mengubah wujudnya ke wujud manusia. "Aku juga akan mengajarkan Master beberapa [Magic Element] ku, sebagai [Sacred Beast] mu yang asli aku tentu tidak boleh diam saja," jawab Jeanne sambil tersenyum.

Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat lalu tersenyum tipis karena Jeanne juga mau mengajarinya, "Jadi... Kita mulai dari mana?"

"Saat pertarungan pertama kita, kau sudah bisa menggunakan [Mana] mu dengan baik untuk menciptakan [Magic Element] untuk menyerang, serta mengalirkan [Mana] mu ke bagian tubuh tertentu untuk menambah kecepatanmu, padahal kau baru saja mendapatkan kekuatan dari Jeanne, bagi orang yang tidak memiliki [Mana] hingga akhirnya memiliki [Mana] pasti membutuhkan waktu lama untuk menguasainya, tetapi kau sangat cepat menguasainya," ucap Inori membuat Naruto tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Ya... Aku menggunakan apa yang dulu di ajarkan dari sekolah. Walaupun aku tidak memiliki [Mana], dulu aku mencatat bagaimana cara menggunakan [Mana] dengan baik, dan mencatat bagaimana menggunakan [Mana] untuk membentuk [Magic], jadi tidak terlalu sulit bagiku untuk menguasainya," jawab Naruto membuat Inori terdiam lalu tersenyum tipis.

"Kau benar-benar hebat, Naruto-san," ucap Inori, "kau sungguh beruntung mendapatkan Master yang sangat hebat, Jeanne," lanjut Inori, sementara Jeanne yang mendengar itu tersenyum lalu menepuk pundak Inori dengan pelan.

"Kau pasti juga akan mendapatkan Master yang sangat hebat, jadi bersabarlah." Inori yang mendengar itu terdiam sesaat lalu mengangguk pelan, dia juga sangat berharap itu, "karena kau sudah menguasainya, kami akan melatihmu mengembangkan setiap [Magic Element] mu agar menjadi kuat, apa kau siap?"

"Tentu saja!" jawab Naruto penuh semangat.

"Kalau begitu, mari kita mulai."

"Osh!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

Note : Hey! Hey! I am Back!

Bagaimana menurut kalian? Aku harap kalian puas ya. Well maaf jika saya lama Updatenya, karena Chapter ini saya mengalami kesulitan, tapi beruntunglah berhasil di selesaikan. Otak Dangkal? Bodo amat yang penting bisa selesai, [IRI BILANG BOS].

OK, waktu itu ada yang bertanya kenapa Naruto sama sekali tidak melatih [Magic] nya adalah karena dia memiliki waktu yang tepat untuk melatih [Magic] nya karena dia merahasiakan kekuatannya.

Dan sekarang Naruto tidak memiliki janji berlatih dengan siapa pun, jadi Naruto akhirnya bisa berlatih [Magic] tanpa takut ketahuan, alasan kenapa Naruto bisa menguasai [Mana] di tubuhnya serta sudah berhasil menciptakan [Magic] dengan cepat di karena kan dia memiliki catatan dari sekolah dasar yang berisi pelajaran bagaimana cara menguasai [Mana] yang baik serta cara menciptakan [Magic].

Lalu pertarungan Naruto dan Raiser, maaf saya tidak bisa memberikan pertarungan yang cukup lama pada mereka, tetapi aku harap kalian menyukainya. Di sini juga sudah terlihat rencana apa yang akan Naruto lakukan untuk keluarga Namikaze, mungkin kalian berharap Minato akan di tangkap tapi sayangnya pemikiran kita berbeda.,

Aku akan membuat Keluarga Namikaze menederita dengan cara di permalukan, damagenya lebih besar dari pada di penjarakan, dan di atas sudah di jelaskan bagaimana cara Naruto akan mempermalukan mereka.

Ok, itu saja mungkin yang bisa saya katakan, btw, Bagi kalian yang melihat Fanfic saya di WATTPAD, MANGATOON, Atau Dimana pun! Tolong beritahu saya karena beberapa Fanfic izin saya sudah pernah di plagiat tanpa Izin.

DAN KALIAN BAGI READER BAJINGAN YANG MEMPLAGIAT CERITA SAYA TANPA IZIN! KALIAN ADALAH READER BIADAB YANG TIDAK TAHU MALU DAN HANYA MENCARI KETENARAN.

Baiklah, hanya itu yang aku ingin katakan, Saya 4kagiSetsu, Undur diri.

4kagiSetsu Out