Disclaimer :
Naruto Masashi Kisimoto
High School DxD Ichiei Ishibumi
Summary : Uzumaki Naruto, Sosok pemuda yang tidak mengingat apapun dan bagaimana dirinya bisa berada di sebuah dunia yang penuh supranatural dan di Sana Naruto harus menjalani kehidupannya untuk mendapatkan memorinya kembali
Naruto : The Magical Battle
Pair :
Naruto x ...
Genre : Alternative Universe, Adventure, Fantasy, Romance, Humor, Sci-Fi, Echhi, Incest, Harem, Future.
Rate : M
Warning : Typo, OC, OOC, AU, Multichap, Jutsu/Magic Buatan sendiri, Alur berantakan dan Lain-lain, Smart!Naru, LostMemories!Naruto
" Naruto " berbicara
' Naruto ' batin
[" Naruto "] Beast/Sacred Beast berbicara
[' Naruto '] Batin Beast/Sacred Beast.
.
Chapter 1 : New Life
Other Place
.
Di sebuah tempat yang luas nan gelap di sertai hembusan angin dingin, terdapat anak kecil laki-laki terbaring dengan kepala mengeluarkan darah, tubuh terdapat banyak luka gores dan pakaian yang sudah tidak layak di gunakan lagi.
"U-Ugh!" pemuda itupun melenguh dan membuka matanya dan memperlihatkan mata berwarna biru laut yang sangat indah "Di-Dimana... aku sekarang," gumam pemuda tersebut meraba tempat sekitarnya.
"Ugh!" lenguh pemuda tersebut sambil menyentuh perutnya yang masih mengeluarkan darah "Sa-Sakit sekali...," gumamnya lemah sambil menatap bulan yang sangat terang di atas langit malam.
"Apa... Aku akan mati di sini ya... " gumamnya tersenyum lirih.
"A-Anata! Ada anak terluka di sana!"
"Cepat panggil Ambulance!"
Anak kecil yang terluka mendengar ada suara berusaha menoleh dan dia melihat seorang pria dan wanita berlari menghampirinya, ia sangat ingin melihat siapa yang mendatanginya namun pandangannya meredup dan membuatnya tak sadarkan diri.
.
"Cepat! Ada satu anak kecil terluka!"
"Minggir! Ada anak kecil mengalami pendarahan!"
Terdengar suara yang sangat keras di telinganya dan itu sangat mengganggunya membuatnya membuka matanya dan ia melihat langit yang awalnya malam berubah menjadi putih terang yang bergerak.
Ia juga bisa merasakan getaran pada tempatnya berbaring membuatnya terdiam untuk mencerna apa yang terjadi.
" Oi! Kau tidak apa? " Sang anak kecil yang mendengar itu melirik ke arah samping dan ia bisa melihat seorang pria yang menatap khawatir dirinya, "Bertahanlah! Mereka akan menyelamatkanmu!"
Sang anak yang mendengar itu hanya diam dengan pandangan kosong sebelum akhirnya anak tersebut memejamkan matanya kembali
.
"Pendarahannya sangat parah, cepat cari kantung darah yang cocok untuknya!"
"Benturan di kepala sangat keras, dan tubuhnya menerima luka akibat benda tajam, cepat jahit luka-lukanya yang besar!"
"Takdir apa yang di terima anak sekecil ini, dia harus menerima luka yang tidak pantas untuk anak seusianya!"
"Jangan banyak bicara dan cepat bekerja! Kita harus menyelamatkannya! Dia sudah kehilangan banyak darah!"
"Bertahanlah nak! Kau harus berjuang! Jangan mati begitu saja! Masa depanmu masih panjang!"
.
.
" U-Ugh~ " lenguh bocah berambut kuning membuka matanya kembali, hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih di sertai bau obat-obatan.
Mengerjapkan matanya pelan, ia melirik sekitar dan ia tak melihat seorang pun di kamarnya. Mata birunya teralih ke arah infus di lengannya serta tubuhnya yang terdapat banyak perban yang membuatnya seperti mumi.
Ia juga bisa merasakan sesuatu yang ketat terikat di kepalanya membuatnya menyentuh kepalanya dan itu juga perban.
"Permisi~." Sang anak kecil yang mendengar suara menoleh dan ia bisa melihat pria yang waktu itu dia lihat datang bersama seorang wanita dan anak perempuan seusianya.
"Bagaimana keadaanmu nak? Sudah membaik?"
Sang anak kecil laki-laki yang mendengar itu terdiam beberapa saat lalu mengangguk dengan kaku.
"Syukurlah kalau begitu," lanjut sang pria sambil bernafas lega, "Lalu siapa namamu nak?"
Anak lelaki yang di tanya menyentuh kepalanya yang terikat perban seperti mencoba mengingat sesuatu, "Uzumaki... Naruto," jawabnya
"Naruto ya? Nama yang unik, lalu siapa nama orang tuamu?"
Kali ini sang anak lelaki tak menjawab melainkan ia terdiam beberapa menit lalu menggelengkan kepalanya, "A-Aku tidak ingat... Y-Yang aku ingat hanya te-tentang diriku saja."
Sang pria yang mendengar itu melirik sang istri yang menutup mulutnya tidak percaya bahwa anak seusia Naruto menerima takdir yang kejam.
"Sayang, bisakah kau panggilkan dokter untuk memeriksanya?"
.
"Sebutkan namamu?"
"U-Uzumaki Naruto."
"Berapa umurmu?"
"S-Sembilan tahun."
"Siapa nama orang tuamu?"
Sang anak menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak tahu, dokter pun kembali menanyakan pertanyaan mengenai di mana ia tinggal, apa yang terjadi padanya, namun anak lelaki tersebut sama sekali tidak tahu.
Melihat jawaban yang kebanyakan Naruto tidak ketahui membuat Dokter tersebut bisa menyimpulkan bahwa Naruto, kehilangan ingatannya.
"Jadi begitu... Dia kehilangan ingatan ya," gumam sang pria sambil menatap kasihan Naruto yang saat ini berbincang kecil dengan anaknya.
"Kita harus bagaimana? Aku tidak mempermasalahkan membayar perawatan anak tersebut tapi melihatnya bertahan di kehidupan luar sendirian di usianya membuatku tidak tahan," tanya sang Istri sambil menatap kasihan Naruto.
"Jadi... Namamu Naruto ya?" tanya sang anak perempuan sementara Naruto hanya menganggukkan kepalanya. "Namaku, Michella Watch! Salam kenal ya!" ucap perempuan tersebut sambil tersenyum.
Naruto yang mendengar itu kembali menganggukkan kepalanya, "Ne setelah ini kau mau ke mana? Di mana kau tinggal?"
"Soal itu... Aku juga tidak tahu... Mungkin aku akan tinggal di jalanan."
"Heh~ jangan, jika kau sakit bagaimana!"
"Lalu aku harus tinggal di mana? Tidak mungkin aku bisa tinggal di tempat ini selamanya kan?"
Sang anak perempuan tampak berpikir sambil menyentuh dagunya, beberapa menit berpikir ia tersenyum ke arah Naruto, "Tinggal bersama kami saja!"
"A-Apa?"
"Ya, tinggal bersama kami saja! Dengan begitu kau tidak perlu tinggal di jalanan!"
"T-Tapi..."
"Kami tidak keberatan," potong sang pria sambil berdiri di samping Michella serta sang Istri.
"E-Eh... Tapi Saya sudah merepotkan kalian, ba-bahkan kalian sudah repot-repot membawa saya ke sini... Sa-Saya jadi tidak enak," jawab Naruto merasa tidak enak karena merepotkan mereka.
"Tidak apa, kami justru lebih tidak enak karena membiarkanmu tidur di jalanan," balas sang pria sambil mengelus rambut Naruto.
Naruto yang mendengar itu menundukkan kepalanya, ada perasaan tidak enak jika dia menolaknya apa lagi kepada orang yang sudah menyelamatkan nyawanya.
"Ba-Baiklah, Ta-Tapi aku akan tinggal di sana sebagai pembantu kalian!" jawab Naruto serius. "Tidak-tidak, itu tidak di butuhkan," tolak sang istri sambil tersenyum
"Tapi..."
"Jika kau ingin membalas kebaikan kami, kau hanya perlu tinggal bersama kami," potong Sang Pria membuat Naruto tidak bisa menjawab lagi.
Jika pun dia menolak, mereka pasti akan memintanya untuk ikut mereka. "Ba-Baiklah... Aku akan ikut dengan kalian," ucap Naruto membuat mereka tersenyum
"Kalau begitu selamat bergabung di keluarga kami, Naruto-nii-san!" ujar Michella sambil tersenyum.
"A-Ah, Arigato Michella-chan...," jawab Naruto lalu memejamkan matanya karena ia sangat lelah.
.
.
9 Years later...
.
.
Senin, 15 Maret 2087
07.00 AM
.
Triiing~
Di sebuah kamar, terdengar suara jam yang berdering dengan keras membuat orang yang tertidur di kamar tersebut terbangun dan mematikan jam tersebut.
"Terlalu berisik dari yang aku duga... Sebaiknya nanti aku beli Jam baru lagi dengan suara normal," gumamnya orang tersebut lalu bangun dari kasurnya memperlihatkan tubuhnya yang berotot dan terdapat bekas luka di beberapa bagian.
Orang tersebut pun meregangkan badannya lalu mengambil handuk yang dia gantung dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya, setelah sampai di kamar mandi ia menatap cermin di depannya yang menampilkan wajah seorang pemuda berambut kuning dengan tiga guratan tipis di pipinya layaknya kucing dan memiliki mata biru yang indah.
Pemuda itu mengelus pipinya sambil bergumam kecil, "Aku dulu penasaran bagaimana bisa pipiku memiliki tanda ini, apakah aku ini hasil silang manusia dengan Yokai?" gumamnya
"Hahh~" menghela nafas pelan, pemuda itu pun melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan tubuhnya, selagi membersihkan tubuhnya pemuda tersebut menerawang ke arah langit melalui jendela di kamar mandinya.
"Sembilan tahun sudah berlalu ya," gumamnya sambil menyentuh sisi kepalanya, "Dan selama sembilan tahun itu banyak sekali hal tak aku duga, kepalaku sampai sakit mengingatnya."
Beberapa menit berlalu, pemuda tersebut pun keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju lemari pakaiannya,"Nii-san, waktunya sarapan!" sang pemuda yang mendengar itu mempercepat mengenakan pakaiannya dan melihat ke arah cermin di lemarinya.
Terlihat pemuda tersebut mengenakan kemeja putih dengan jas rompi berwarna hitam di sertai garis putih di tempat jahitan, serta dasi hitam celana panjang hitam.
"Yosh!" gumamnya lalu mengambil tas serta buku note yang ada di mejanya dan keluar dari kamarnya.
Pemuda itu pun menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai dua lalu menuju ruang makan dan di sana terlihat seorang perempuan berambut karamel tengah duduk di meja makan sambil tersenyum ke arahnya.
"Ohayo, Naruto-nii-san!"
"Ohayo, Michella-chan, bagaimana keadaanmu?" tanya pemuda yang tak lain adalah Naruto. "Mou~ kau selalu menanyakan itu setiap hari, Naruto-nii-san, aku baik-baik saja kok," jawab perempuan yang rupanya adalah Michella sambil mengembungkan pipinya.
"Habisnya...," gantung Naruto dengan ekspresi khawatir, "Kakimu itu..." perkataan Naruto terhenti karena Michella menutup mulut Naruto dengan jarinya.
"Sudah berhenti sampai di situ Naruto-nii, walau kakiku lumpuh karena kecelakaan enam tahun yang lalu itu tidak menghentikan semangat hidupku," ujar Michella sambil tersenyum meyakinkan.
"Lagi pula, Aku punya Magic yang bisa membuatku bebas dari kursi roda ini, tapi kekuatannya terlalu bahaya jadi aku menggunakannya saat dibutuhkan saja."
Michella pun menarik jarinya dari bibir Naruto yang menatap khawatir dirinya, "Magic ya...," gumam Naruto sambil menatap tangannya sendiri, "Aku bahkan tidak punya Magic sedikit pun... jika saja aku punya Magic yang kuat dan dapat menyembuhkanmu, pasti kamu tidak akan seperti sekarang."
Naruto yang melamun tersentak ketika merasakan tamparan kecil di pipinya dan itu di lakukan oleh Michella, "Mou~ sudah aku bilang hentikan tingkah Nii-san yang seperti itu," ucap Michella sambil mengembungkan pipinya.
"Setidaknya, Nii-san berharap saja nanti saat di sekolah, kekuatan Nii-san muncul," nasehat Michella membuat Naruto tersenyum tipis.
"Ya... Aku harap juga begitu, maaf karena aku selalu menyalahkan diriku sendiri hingga membuatmu khawatir," ucap Naruto meminta maaf. "Mou~ kau masih melakukannya!" Naruto yang mendengar itu terkekeh lalu menoleh ke arah dua foto yang ada di lemari serta beberapa alat dan dupa di lemari tersebut.
Naruto beranjak ke lemari tersebut lalu bersimpuh dan menyatukan kedua tangannya sambil memejamkan matanya, "Semoga kalian tenang di atas sana, aku akan menjaga anak kalian sebagai tanda terima kasihku kepada kalian atas apa yang telah kalian berikan padaku selama ini, aku harap kalian juga mendapat yang setimpal atas kebaikan kalian."
"Amin."
.
Tap! Tap! Tap!
Setelah selesai sarapan, Naruto dan Michella pun memutuskan berangkat ke sekolah, tentu dengan Naruto yang mendorong kursi roda Michella.
Saat akan meninggalkan kediaman, mereka berhenti ketika melihat beberapa pekerja di kediaman mereka seperti tengah menggali sesuatu, "Ohayo Minna, kalian sedang melakukan apa?" sapa Naruto lalu bertanya kepada mereka.
"A-Ah! Ohayo Naruto-sama! Kami hanya sedang memperbaiki bagian pipa atas permintaan Grayfia-san, dan kebetulan saat kami menggali kami menemukan pedang ini, apakah anda mengetahui pedang ini?" jawab pekerja tersebut sambil menyerahkan pedang yang tampak kotor karena tanah.
"Pedang? Aneh sekali, aku tidak ingat Tou-san memiliki pedang seperti itu?" gumam Michella. "Berarti pedang ini sudah lama terkubur di sini tanpa sepengetahuannya," timpal Naruto lalu mendekati tukang kebun yang kebetulan tengah menyiram tanaman dan memintanya untuk membasahi pedang kotor di tangannya.
Setelah di bersihkan dari kotoran tanah, warna pedang di tangan Naruto pun terlihat dimana warna sarung pedang tersebut putih usam dengan gagang berwarna kuning kusam.
Naruto pun menarik pedang tersebut dari gagangnya untuk mengetahui apa kah bagian dalamnya kotor atau tidak dan rupanya sisi tajam pedang tersebut tampak usam dan pedang itu telah tumpul.
"Sudah tumpul ya," guna Naruto sambil menatap lekat pedang di tangannya lalu menyarungkannya kembali, "Untuk saat ini aku akan membawanya, jika ada waktu aku akan mencoba ke tempat pembuatan Senjata dan memintanya untuk mempertajam kembali pedang ini, kebetulan aku juga membutuhkan senjata tajam," ujar Naruto sambil memberitahu sang pekerja dan ia hanya mengangguk saja.
"Ok... Hati-hati di jalan, dan selamat hari pertama sekolah di Konoha Magic Gakuen!"
"Jadi bagaimana Nii-san?" tanya Michella karena ia tadi hanya diam di tempat tidak mengikuti Naruto pada saat membersihkan pedang tersebut.
"Pedangnya tumpul, mungkin sudah sangat lama terkubur di sana."
"Souka... Seingatku Tou-san tidak pernah memiliki pedang seperti itu, apakah itu punya Jiji?" gumam Michella sambil berpikir.
Naruto yang melihat Michella tampak berpikir hanya terkekeh lalu membuka buku note di tangannya dengan satu tangan.
'Sembilan tahun berlalu, aku telah di adopsi oleh keluarga Michella dan mereka bahkan menyekolahkanku dengan sekolah yang sama dengan Michella, dan saat pertama kali aku masuk aku terkejut karena Dunia ini memiliki [Mana] pada tubuh seseorang yang membuat mereka bisa menggunakan [Magic] atau sihir,' batin Naruto sambil mengingat kejadian sembilan tahun lalu.
'Aku yang tidak memiliki [Mana] merasa malu karena bersekolah di sekolah Magic namun tidak memiliki kemampuan sihir, namun keluarga Michella tidak mempermasalahkannya, dan Michella selalu melindungiku dari ejekan teman sekelasnya.'
'Karena tidak tahan membiarkan mereka selalu melindungiku, aku melatih fisikku serta pengetahuanku tentang sihir, mulai dari sihir dasar, menengah, tinggi dan bahaya yang membuatku berada di peringkat tinggi mengenai ilmu pengetahuan Magic di bandingkan praktik Magic.'
'Selama mempelajari Magic, aku juga baru tahu di dunia ini terdapat makhluk halus yang bisa membawa petaka dan juga ada makhluk halus yang menjadi partner seseorang yang di sebut dengan [Sacred Beast].'
Tap!
Naruto menghentikan langkahnya di perempatan lampu merah sambil melihat orang-orang yang ada di seberang
'[SacredBeast] adalah senjata yang menyatu dengan tubuh kita sejak kecil layaknya jantung, [Sacred Beast] juga memiliki berbagai bentuk dan juga di bagi menjadi beberapa bagian karena jiwa makhluk yang menjadi [Sacred Beast] berbeda-beda, mereka bisa Hantu, Naga, Yokai, Demon, Akuma, Tenshi, bahkan Manusia.'
Lampu yang awal merah pun telah menjadi hijau membuat mereka bisa menyeberang jalan, Naruto pun mendorong kursi roda Michella kembali sambil menerawang ke depan.
'[Sacred Beast] terkuat yang pernah aku baca adalah [Sacred Beast Dragon], di karena kan [Sacred Beast] ini sudah hampir menyamai kekuatan dewa, hanya terdapat dua [Sacred Beast] seperti ini, yaitu [Sacred Beast : The Red Emperor] serta [Sacred Beast : The White Emperor].'
Naruto kembali membuka note di bukunya yang memperlihatkan gambar dua naga berbeda warna yang saling bertarung, 'Dua Naga Surgawi yang selalu bertarung hingga akhirnya di hukum untuk menjadi [Sacred Beast] oleh Kami-sama untuk membantu manusia namun karena takdir mereka selalu bertarung yang membuat siapa pun pemilik [Sacred Beast] tersebut akan terlibat takdir mereka yang membuat mereka harus bertarung hingga titik darah penghabisan dan ketika pemilik mereka mati, mereka akan berpindah ke tangan berikutnya dan begitu seterusnya.'
"Aku berharap tidak pernah memiliki [Sacred Beast] seperti ini."
"Kau mengatakan sesuatu, Nii-san?" tanya Michella dan di jawab gelengan oleh Naruto. "Tidak bukan apa-apa," jawab Naruto lalu menghentikan langkahnya karena mereka sudah sampai di depan Konoha Magic Gakuen, bahkan Naruto tidak merasakan bahwa mereka akan cepat sampai padahal ia merasa Konoha Magic Gakuen ini sangat jauh dari tempat mereka.
"Tidak terasa sekali kita sudah sampai, ayo kita harus mengecek kelas yang akan kita tempati terlebih dahulu sebelum ramai," ajak Naruto sambil mendorong kursi roda Michella, namun saat akan ke sana Naruto membatalkan niatnya karena banyaknya murid di sana.
"Ramai sekali... Tidak mungkin aku membawamu ke sana," gumam Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya. "Nii-san, kau pergilah ke sana, aku akan menunggu di sini," ujar Michella membuat Naruto menatapnya tidak enak.
"Kau yakin? Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian dalam kondisi seperti ini?"
"Ya, jangan khawatirkan aku," jawab Michella sambil tersenyum meyakinkan Naruto.
"... Baiklah ... Tunggu sebentar, ok!" setelah itu Naruto berlari ke arah kerumunan Siswa dan mencari namanya serta Michella, karena terlalu ramai bahkan siswa yang menempelkan kertas kelas siswa baru mengenakan tidak bisa turun karena ramainya orang di bawah, mendapatkan ide Naruto mengambil jarak lalu berlari dengan cepat dan melompat setinggi mungkin hingga mencapai tangga siswa yang menempelkan nama murid baru hingga membuat siswa di tangga tersebut terkejut.
"Yo! Maaf mengejutkanmu!" ucap Naruto meminta maaf lalu mengecek nama-nama, 'Uzumaki Naruto... Uzumaki Naruto...,' batin Naruto sambil melihat daftar kelas satu persatu.
Naruto yang melihat nama Michella di kelas 1-A tersenyum karena ia berhasil masuk kelas utama dan dirinya semakin tersenyum ketika mengetahui bahwa ia masuk dengan kelas yang sama dengan Michella.
"Kau sudah selesai menempelkan?" tanya Naruto kepada siswa di sampingnya. "Y-Ya, tapi aku tidak bisa turun ka-karena kerumunan ini," jawab siswa tersebut.
"Kalau begitu, izinkan aku membantumu, tapi kau harus berpegangan dengan erat!" ujar Naruto langsung turun ke kerumunan saat ada celah.
Naruto pun berpindah ke bawah tangga dan mencoba mengangkatnya, "Ho~ jadi segini beratnya... Jika segini!" gumam Naruto mengangkat tangga tersebut dengan memegang dua sisi tangga depan dan belakang membuat Siswa yang ada di atas terkejut dan langsung berpegangan.
"Minggir!" teriak Naruto membuat beberapa siswa langsung minggir, Naruto pun berjalan perlahan melewati kerumunan sambil mengangkat tangga berisikan siswa seorang diri, tentu saja melewati kerumunan dia menjadi pusat perhatian karena membawa tangga dengan siswa di atasnya.
Sementara Siswa di atas tangga hanya bisa terkagum karena Naruto mampu membawa tangga berisikan dirinya yang mustahil di angkat oleh satu orang.
Michella yang melihat Naruto membawa tangga serta siswa di atasnya langsung mendekatinya secepat mungkin dengan mendorong rodanya.
Naruto pun meletakkan tangga tersebut perlahan dan menghembuskan nafasnya sambil menyeka keringatnya.
"Nii-san!" Naruto yang di panggil menoleh ke arah Michella yang menatap khawatir dirinya, "Kau tidak apa?"
"Ya, hanya kelelahan karena mengangkat beban sekitar 70 Kg," jawab Naruto sambil tersenyum. "Sugoii, kau kuat sekali ya anak kelas satu!" puji Siswa yang di bantu Naruto untuk keluar dari kerumunan.
"Arigato karena telah membantuku keluar dari sana!" Naruto yang mendengar itu hanya melambaikan tangannya pelan, Michella pun menarik lengan Naruto agar berlutut di depannya.
Ia pun menyeka keringat Naruto dengan tisu yang ada di tasnya dengan serius membuat Naruto terkekeh pelan melihat ekspresi serius Michella.
"Apanya yang lucu?"
"Tidak... Tidak ada kok," jawab Naruto mengambil tisu Michella lalu membersihkan keringatnya sendiri, "Sekarang ayo kita ke kelas kita terlebih dahulu lalu ke aula."
"Kelas kita? Mungkinkah?!" tanya Michella antusias. "Ya begitulah, ayo!" ajak Naruto sambil mendorong kursi roda Michella kembali.
.
Skip Time...
.
Tap! Tap!
"A-Ano... Nii-san," panggil Michella dengan wajah memerah karena saat ini ia di gendong oleh Naruto ala bridal style menuju kelasnya.
Saat ke kelas, ternyata kelas mereka ada di lantai dua, yang membuat Naruto harus menggendong Michella sekaligus kursi roda di punggungnya, tentu mereka menjadi pusat perhatian namun Naruto mengacuhkan hak tersebut.
Sesampai di kelas, Naruto tidak menurunkannya dari gendongan dan membawanya ke aula hingga acara penyambutan murid baru selesai dan sekarang mereka tengah kembali menuju kelas mereka.
"Bertahanlah sebentar lagi, Michella-chan," ucap Naruto sambil tetap terus menggendong Michella. Setelah sampai di anak tangga terakhir dengan cepat Naruto menuju kelas dan mendudukkan Michella di bangkunya.
Bruk!
"Huft~ melelahkan sekali," gumam Naruto mendudukkan dirinya di samping Michella dan menghembuskan nafas lelah karena menggendong Michella naik turun tangga.
"A-Aku kan sudah bilang untuk meninggalkanku di kelas! Jika Nii-san pergi sendiri, Nii-san tidak akan kelelahan seperti ini," ujar Michella menatap khawatir Naruto. "Dan membuatmu meninggalkan acara penyambutan? Hell no, jika begitu sama saja aku tidak membalas kebaikan keluargamu karena membuatku sekolah sampai sini," balas Naruto menatap tegas Michella.
Michella yang di tatap tegas oleh Naruto merona, apa lagi ketika mata biru tersebut berhasil membuat jantungnya berdetak kencang.
"Permisi~" Naruto dan Michella yang saling menatap satu sama lain tersentak ketika ada dua orang muncul di dekat mereka.
"Kalian tidak keberatan jika kami duduk di depan kalian bukan?" tanya seorang pemuda dengan rambut dikuncir berbentuk daun nanas, serta pemuda berbadan gemuk yang memakan keripik kentang
"Tidak... Kami tidak keberatan," jawab Naruto sambil tersenyum. Kedua pemuda tersebut pun duduk di depan Naruto lalu membalikkan badan mereka berhadapan dengan Naruto serta Michella.
"Perkenalkan, Namaku Nara Shikamaru, sementara di sampingku ini Akimichi Chouji," ucap pemuda berkuncir nanas bernama Shikamaru memperkenalkan diri sambil mengarahkan lengan kanannya kepada Naruto untuk bersalaman.
"Uzumaki Naruto, sementara di sampingku ini Michella Watch," ucap Naruto sambil menerima salaman Shikamaru, Michella pun juga menerima salaman Shikamaru setelah Naruto.
"Jadi... Ada apa dengan kalian berdua? Kalian menjadi pusat perhatian terutama denganmu, Naruto-san... Kau menjadi pusat perhatian karena mengangkat tangga berisikan kakak kelas di atasnya serta kau selalu menggendong Michella-san dari tadi... Ada apa di antara kalian berdua? Dan kenapa kau melakukan itu?"
"Um... Anggap saja aku ingin membantu, lagi pula kerumunan itu sangat mengganggu, dari pada terjadi korban karena kerumunan itu lebih baik aku mengangkat tangga serta kakak kelas tersebut keluar," jawab Naruto sambil menyandarkan dirinya di sandaran kursi, "Lalu kenapa sejak tadi aku menggendongnya karena kakinya lumpuh karena kecelakaan maut enam tahun lalu."
"S-Souka... Go-Gomen... Aku tidak melihat kursi roda kalian tadi jadi aku tidak tahu," balas Shikamaru merasa bersalah. "Tidak apa, itu wajar karena kami menyembunyikan kursi rodanya di selah meja kami," balas Michella tidak keberatan karena mereka memang meletakkan kursi rodanya di selah meja membuatnya tidak bisa terlihat.
"Heh? Orang lumpuh sepertinya bisa di terima di sekolah ini?"
"Apakah pihak sekolah waras? Memangnya orang cacat bisa melakukan Sihir?"
Naruto, Michella, Shikamaru dan Chouji bisa mendengar bisikan_ tidak, tapi pembicaraan murid lain dengan jelas, mereka tampak sengaja agar membuat mental Michella down.
Naruto yang melihat Michella menundukkan kepalanya menggenggam tangan Michella dengan erat. "Acuhkan saja mereka, beberapa orang di sini aku dengar memang seperti itu karena iri," ucap Shikamaru menasehati Naruto dan Michella agar tidak di ambil ke hati.
"Ngomong-ngomong kalian memiliki [Magic] apa?"
"Maksudmu?"
"Kekuatan [Magic]mu, astaga kau tidak tahu?"
"Tidak... Karena aku tidak memiliki [Mana] sedikit pun di tubuhku, bahkan [Magic] sekali pun," jawaban Naruto membuat Shikamaru, Chouji serta murid-murid lain yang mendengar itu terkejut.
"Be-Benarkah?" Naruto yang mendengar itu mengangguk. "Dari yang aku baca, kalian yang mempunyai [Mana] juga bisa merasakan [Mana] orang lain, jadi aku pikir kalian sadar bahwa aku tidak memiliki [Mana]," ucap Naruto sambil melipat tangannya di dada.
"M-Murid tanpa [Mana] ada di kelas ini?"
"G-Guru-guru pasti bercanda bukan?"
"G-Gomen... A-Aku tak sampai melakukan itu karena aku pikir, Ka-Kau masuk ke sekolah ini pasti memiliki [Mana], ja-jadi... Waw sekali...," balas Shikamaru seperti orang kebingungan lalu menatap Naruto tidak percaya.
"Aku tidak percaya orang tanpa [Mana] bisa masuk ke sekolah ini, kau benar-benar beruntung sekali!" ucap Shikamaru memuji Naruto.
"Maa~ aku bisa masuk karena nilai pendidikanku, tapi untuk saat ini aku cukup khawatir apakah nilai pendidikanku akan cukup membuatku lulus dari sekolah ini," ucap Naruto sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Jangan khawatir, kau pasti bisa dan berharap saja suatu saat kau akan mendapatkan [Mana] dan bisa menggunakan [Magic] seperti kami," balas Shikamaru memberi semangat, Naruto yang mendengar itu tersenyum karena ada yang mendukungnya seperti adiknya.
"Ya, aku harap juga begitu."
"Berarti, karena kau tidak memiliki [Mana] kau pasti melatih fisikmu sebagai gantinya bukan?" tanya Chouji dan di jawab anggukan oleh Naruto. "Aku melatih fisikku serta mengasah kemampuanku dalam Taijutsu serta Kenjutsu untuk menutupi kekuranganku," jawab Naruto.
"Dan kau sudah melatih tubuhmu sejak kecil bukan? Pantas saja kau mengangkat tangga yang ada orangnya bukanlah hal sulit." Naruto yang mendengar itu terkekeh pelan.
"Lalu Michella-san?" tanya Shikamaru, Michella yang mendapat giliran membuka kedua telapak tangannya dan seketika keluar kupu-kupu api dengan warna yang berbeda-beda membuat Shikamaru dan Chouji terkagum.
"Sugoii! [Rainbow Fire] Ini Magic Api tingkat atas!" kagum Shikamaru, murid-murid yang awalnya menggosipkan tentang Michella di buat terdiam karena rupanya Michella yang mengalami kelumpuhan memiliki [Magic] tingkat atas.
Michella yang mendengar itu hanya tersenyum kecil lalu menghilangkan [Magic] nya membuat kupu-kupu api di sekitarnya lenyap. Tak berselang lama, masuk seorang pria dengan masker di wajahnya ke kelas mereka membuat mereka duduk di kursi masing-masing.
Pria bermasker tersebut pun menatap satu persatu yang telah duduk di bangkunya lalu mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Selamat pagi, minna-san, nama saya adalah Hakate Kakashi, saya akan menjadi wali kelas murid ini dan mengajarkan kalian meningkatkan [Magic] kalian ke tingkat selanjutnya," ucap pria tersebut memperkenalkan dirinya lalu membaca daftar kelasnya.
"Tidak aku sangka di kelas ini akan ada murid-murid yang memiliki kekuatan besar di antaranya, Uchiha Sasuke yang memiliki [Sacred Beast : Yamata no Orochi], Hyoudo Issei yang memiliki [Sacred Beast : The Red Emperor], Michella Watch yang memiliki [Rainbow Fire], dan Gabriel yang memiliki [Sacred Beast : Angel], empat orang di antaranya 3 Sacred Beast kuat serta 1 pengguna Magic tingkat tinggi, kelas ini sungguh luar biasa."
Naruto yang mendengar itu tersentak dan melihat sekelilingnya dengan tatapan terkejut karena salah satu di antara mereka ada yang memiliki [Sacred Beast : The Red Emperor], bahkan ada yang memiliki [Sacred Beast : Yamata no Orochi]
'Kau pasti bercanda, bahkan salah satu Sacred Beast Yokai ada di sini?!' batin Naruto sambil membuka buku notenya. '[Sacred Beast Yokai], Senjata yang di jiwai oleh makhluk-makhluk Yokai, bahkan di antaranya yaitu [Sacred Beast : Yamato no Orochi], [Sacred Beast : Ichibi] dan seterusnya hingga [Sacred Beast : Kyuubi],' batin Naruto membaca note miliknya.
'lalu [Sacred Beast : Angle] kekuatannya cukup kuat karena memiliki kekuatan setara malaikat, [Sacred Beast] ini berada di tingkat bawah setelah [Sacred Beast Yokai].'
Naruto pun membalik halaman buku note berikutnya, 'Tetapi... Ada [Sacred Beast] yang tidak bisa di perkirakan kekuatannya... Yaitu [Sacred Beast Human]... Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai [Sacred Beast] ini. Aku hanya bisa menebak... [Sacred Beast Human] adalah [Sacred Beast] yang berasa dari Yokai, Monster, Demon, dan yang lain-lainnya namun mereka mengubah bentuk mereka menjadi manusia, tapi kenapa...'
"Uzumaki Naruto!" Naruto yang fokus pada notenya tersentak dan menatap sekitarnya di mana semua orang yang di kelas menatapnya bahkan termasuk gurunya.
"A-Ah, Ha'i!" balas Naruto sedikit gugup.
"Apa yang kau baca?" tanya Kakashi sambil mendekati Naruto. "U-Uh... Hanya buku catatanku saja...," jawab Naruto sambil memperlihatkan buku note nya.
Kakashi pun mengambil Note Naruto dan membacanya, setelah membalik beberapa halaman Kakashi menatap Naruto dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Apakah kau yang mencatat semua ini?".
Naruto yang mendengar itu mengangguk sebagai jawaban, Kakashi pun mengembalikan Note Naruto dan kembali ke tempatnya sambil menghembuskan nafasnya.
"Sungguh sulit di percaya, aku memang dengar ada seorang murid yang tidak memiliki [Mana] di tubuhnya yang membuatnya tidak bisa menggunakan [Magic], apakah itu kau Uzumaki Naruto?"
Naruto kembali mengangguk sebagai jawaban.
"Huh? Kenapa orang sepertinya bisa di sini?"
"Sensei, kenapa orang lemah sepertinya harus di kelas ini, itu membuat kelas ini memiliki reputasi buruk karena menampung orang lemah."
Naruto yang mendengar ucapan pedas dari pemuda berambut Raven hitam serta cokelat hanya diam sambil mengatur emosinya, "Hyoudo Issei, Uchiha Sasuke jaga bahasa kalian, walau kalian memiliki kekuatan yang besar karena [Sacred Beast] kalian, namun nilai ilmu pengetahuan kalian ada di bawah Uzumaki Naruto," ucap Kakashi membuat semua yang di kelas saling menatap satu sama lain kecuali Naruto dan Michella.
"Jaa~ sebagai pemilik [Sacred Beast] terkuat, aku bertanya kepada kalian, Apa kalian mengetahui kisah yang menjiwai [Sacred Beast] kalian?"
Sasuke dan Issei yang mendengar itu terdiam dengan alis terangkat, "Memangnya mereka punya kisah? Bukankah mereka ini hanyalah ciptaan Kami-sama turunkan kepada kami orang-orang yang pantas?" tanya Issei.
Kakashi yang mendengar itu menghela nafasnya, "Uzumaki Naruto... Bisakah kau menjelaskan secara singkat kisah [The Red Emperor]?" tanya Kakashi.
"H-Haa~," jawab Naruto sambil mengangguk.
"[The Red Emperor] sosok naga Surgawi yang memiliki rival bernama [The White Emperor], mereka selalu bertarung hingga membuat dunia berantakan, karena Kami-sama tidak kuat dengan perbuatan mereka, ia pun menjadikan mereka berdua sebagai [Sacred Beast] dan bagi siapa pun yang memiliki [Sacred Beast] mereka, takdir mereka akan mengikuti seperti [Sacred Beast] mereka di mana mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan," jelas Naruto membuat Issei dan beberapa siswa tertawa.
"H-Hoi, kau sudah dewasa masih membaca buku dongeng?"
Bwush!
Tanpa di duga, dari lengan Issei keluar api yang berukuran besar yang membentuk sarung tangan berwarna merah dengan kristal berwarna hijau.
"D-Draig! Kenapa kau keluar secara mendadak?" tanya Issei. ["Itu karena kalian membuatku kesal!"] balas sang sarung membuat semua seisi kelas terdiam.
["Kalian pikir itu hanya dongeng buatan orang? Kau pikir takdir di mana kau akan bertarung hingga titik darah penghabisan itu adalah kebohongan, Aibo?!"] tanya sang Sarung yang memiliki nama Draig.
"Y-Ya, tentu saja."
["Kau salah! Karena pertarungan kami sebelumnya Kami-sama menghukum kami menjadi bentuk seperti ini dan Itu adalah Fakta! Suatu saat kau akan bertarung bersamaku untuk mengalahkan si [The White Emperor] hingga titik darah penghabisan, itu juga bukanlah kebohongan!"]
Semua yang mendengar itu terkejut karena mereka berpikir itu hanyalah sebuah dongeng untuk anak-anak.
["Aku sangat menyesal memiliki partner yang bahkan tidak percaya tentang cerita tersebut, aku sekarang justru ingin menjadi partner tersebut yang mengetahui tentang diriku, tidak dengan orang yang selalu menganggap kami sebagai senjata untuk membuat mereka terkenal!"] setelah mengatakan itu, Draig kembali membuat Sarung di tangan Issei menghilang.
Suasana kelas langsung menjadi sepi karena pertengkaran Issei dengan [Sacred Beast]nya, Naruto yang masih berdiri membuka suara karena kakinya mulai sakit, "Se-Sensei, bolehkah aku duduk?" tanya Naruto.
"A-Ah, ya... Kau boleh duduk, Naruto."
Naruto pun mendudukkan dirinya kembali sambil menghembuskan nafasnya, "Ternyata kau punya senjata yang ampuh untuk masuk sekolah ini ya?" bisik Shikamaru membuat Naruto hanya tersenyum pelan sambil memutar Note yang ada di tangannya.
Tek!
Tanpa sengaja, Naruto menyenggol pedang yang ia sandarkan di meja dan sebelum pedang tersebut jatuh, dengan cepat Naruto menangkap pedangnya.
.
Di tempat yang sangat gelap, terdapat seorang perempuan berambut kuning yang tengah berjalan di tanpa henti di tempat yang gelap tersebut dengan tatapan kosong.
Langkah perempuan tersebut terhenti ketika sebuah cahaya kecil muncul di depannya dan semakin bersinar membuatnya menutup matanya untuk menghindari kebutaan.
Setelah beberapa menit, perempuan tersebut membuka matanya kembali dan ia melihat sosok pemuda tengah membelakanginya, perempuan tersebut menatap lengannya yang bercahaya lalu menatap bayangan lengan kanan pemuda di depannya.
Pandangan perempuan tersebut langsung berubah menjadi cerah dan menggenggam lengan pemuda tersebut.
["Akhirnya... kita bertemu Master."]
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Note : Kembali dengan saya!
Kali ini saya kembali meremake cerita ini dan ini sudah ke empat kalinya, memang terjadi beberapa kesalahan di cerita saya dan akhirnya saya memutuskan untuk meremakenya kembali.
Kali ini bagaimana pendapat kalian? Silahkan di kritik sebelum saya melanjutkannya
4kagiSetsu Out