The Chef For The Prince Sehun

Hunhan, Chanbaek

Rated : T18 (plus)

Genre: Romance

000

Saya hanya meminjam nama, adapun tokoh aslinya bukan milik saya. Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi semata. Menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan EYD, dikarenakan pengetahuan bahasa saya yang kurang. Bila di dapati typo yang bertebaran harap dimaklumi.

000

-SELAMAT MEMBACA-

000

Park Sehun. Nama dari pangeran bungsu kerajaan Phoenix yang saat ini tengah berduka. Koki pribadinya baru saja meninggal dunia karena penyakit usia yang memang sudah tua renta.

Mungkin bagi khalayak umum ini terdengar "hanya seorang koki", tapi bagi pangeran Sehun kokinya lebih berharga dari pada benda kesayangannya.

Koki yang telah memberinya makan sedari ia kecil hingga diusianya kini yang sudah 16 tahun. Sayangnya sang koki telah pergi untuk selama-lamanya. Sebenarnya banyak koki di kerajaan yang bisa menggantikan, itupun kalau bisa dilakukan. Namun sayangnya tak bisa mengingat lidah pangeran Sehun yang terlalu Sensitif.

-Flashback-

(10 tahun yang lalu)

Suatu hari koki pribadi pangeran Sehun sedang sakit dan tak bisa memasak seperti hari biasanya. Maka sebagai alternatifnya, Ratu Yoona pun menyiapkan makanan yang di masak oleh koki lain. Tapi pangeran Sehun menolaknya. Ia hanya mau makan masakan dari satu koki saja dan tak mau memakan masakan dari sembarang koki. Ratu Yoona tentu tak menyerah semudah itu. Karena kalau dibiarkan maka putranya itu tak akan makan seharian. Ia terus membujuk putranya itu agar memakan makanan yang dibawanya. Berbagai bujuk rayu ia lontarkan hingga akhirnya Pangeran Sehun pun mau memakannya meskipun dengan wajah yang cemberut.

"Makanlah yang banyak biar cepat tinggi seperti kakakmu, berhentilah menangis, bukankah masakan koki Shin sangat enak?" ucap ratu Yoona seraya menyuapi pangeran Sehun.

Chanyeol yang gemas dengan kemanjaan adiknya pun melontarkan kejahilannya.

"Ya ampun kenapa aku punya adik cengeng sekali?" ejeknya.

"Bunda!" Sehun pun menatap kesal kakaknya itu.

"Selain cengeng, ternyata pangeran bungsu sangat manja," ujar Chanyeol seraya menatap geli adiknya.

Sehun semakin menekuk wajahnya. Matanya tampak berkaca-kaca memperlihatkan betapa kesalnya ia pada sang kakak.

"Pangeran sulung! Jangan ganggu adikmu, apa kau tak lihat betapa susahnya ibundamu membujuknya?" tegur Yunho dengan tatapan tajamnya.

Chanyeol pun menciut seketika. Ia paling takut melihat kemurkaan ayahnya itu. Menyeramkan.

Setelah acara makan bersama itu. Terjadilah sesuatu selang beberapa jam setelahnya. Di korididor istana terlihat Yoona berjalan tergesa-gesa mendatangi kamar putra bungsunya. Menurut kabar yang didengar, pangeran Sehun terus saja menangis sedari bangun tidur siangnya hingga saat ini. Tentu sebagai ibu ia sangat khawatir. Dan benar saja, sesampainya di sana terlihat putra bungsunya itu tengkurap di atas ranjang king sizenya sambil sesungukan di dalam selimut.

"Pangeran bungsu, apa yang terjadi padamu nak? Coba katakan pada bunda," dengan halus ratu Yoona pun membujuk putranya. Ia pun menepuk pelan punggung putranya itu.

"Hwaaa bundaa!"

Tangis Sehun pun pecah seketika. Ia langsung berhambur kepelukan bundanya.

"Loh loh kok tambah kencang nangisnya? ada apa hem? Coba katakan pada bunda biar bunda mengerti,"

"Lidah Thehun thakit bunda hik hik," adunya sambil memperlihatkan lidahnya pada Yoona.

"Benarkah? coba bunda lihat,"

Sehun pun segera menjulurkan lidahnya. Dengan teliti Yoona memeriksa lidah putranya itu tapi tak menemukan keganjalan apapun. Tak ada ruam atau sejenisnya.

"Bunda rasa tak ada masalah, tapi kenapa bisa sakit ya?" Gumam Yoona seraya mengeryitkan alisnya.

"Hik hik Thehun tak tau bunda, thaat Thehun bangun tidur dan bernyanyi di kamar mandi, Thehun tak bisa mengucapkan eth dengan benar bunda hik,"

Benar saja, sejak tadi Sehun memang tak dapat mengucapkan S dengan benar. Maka Yoona pun segera memahami sakit yang dimaksud putranya tersebut.

"Kalau begitu biar bunda panggilkan tabib, kasim Jung tolong panggilkan tabib Han kemari," pinta Yoona pada salah satu kasim yang ada disana.

"Baik yang mulia,"

Kasim Jung pun segera menjalanlan perintah ratunya itu. Tak berapa lama kemudian kasim Jung pun datang bersama tabib Han yang merupakan salah satu tabib kerajaan.

"Jadi bagaimana tabib Han? Apa yang terjadi pada lidah pangeran bungsu?" Tanya Yoona setelah tabib Han selesai memeriksa keadaan Sehun.

"Saya tak tau pasti yang mulia, tapi sepertinya lidah pangeran bungsu mengalami kebas, mungkin itu terjadi karena pangeran Sehun makan makanan yang tak biasa pangeran makan," tutur tabib Han.

"Jadi begitu, apa ada cara untuk mengobatinya?" Tanya Yoona kemudian.

"Saya akan membuatkan obat untuk pangeran agar lidahnya tak kebas lagi, hanya saja itu bersifat sementara, karena jika pengeran bungsu salah makan lagi, mungkin lidah pangeran bungsu akan kebas kembali,"

Ratu Yoona pun menganggukan kepalanya mengerti. Setelah tau penyebabnya ia jadi merasa bersalah, karna dia sendirilah yang membujuk putranya itu untuk memakan masakan dari koki lain.

-Flashback End-

Sejak saat itu pangeran Sehun selalu memakan masakan dari koki yang sama. Namun sayangnya koki yang biasa dikenal dengan koki Nam itu sekarang telah tiada.

Itu benar-benar buruk, karena sudah hampir 2 hari pangeran Sehun tak menyentuh makanan berat apapun. Ia hanya akan minum air atau makan buah-buahan ketika ia lapar. Sebagai seorang ibu tentu Yoona mengkhawatirkannya.

"Bagaimana ini rajaku? apa sebaiknya kita adakan sayembara saja? siapa tau dengan begitu kita bisa menemukan pengganti koki Nam untuk pangeran bungsu,"

"Sepertinya itu ide yang bagus,"

Yunho pun langsung menyetujui usul istrinya tersebut. Menurutnya itu satu-satunya cara yang tepat untuk menangani masalah ini. Sebagai seorang ayah iapun juga khawatir dengan keadaan putranya itu.

000

Sementara itu seorang pemuda berparas cantik tampak berdiri di sudut toko yang ada di pasar. Dia Luhan, Byun Luhan lebih tepatnya, yang saat ini memperlihatkan keryitan heran di dahinya.

"Paman kenapa disana ramai sekali?" tanya Luhan pada sang pemilik toko seraya menunjuk kerumunan orang yang di lihatnya.

"Ah itu, baru saja ada utusan kerajaan datang kemari dan menempelkan sebuah pengumuman, coba kau lihat sendiri pengumamn apa itu," tutur pemilik toko tersebut.

"Oh jadi begitu, baiklah terimakasih paman,"

Luhan pun bergegas menghampiri kerumunan itu. Namun sayangnya terlalu banyak orang yang berkerumun di depan papan pengumuman hingga ia pun tak dapat melihat pengumuman apa yang tertempel di papan pengumunan itu. Awalnya ia ingin bertanya saja pada salah satu orang disitu tapi segera di urungkannya saat samar-samar ia mendengar percakapan beberapa wanita di depannya.

"Oh ya ampun, kurasa aku akan mendaftar, sayembara koki untuk pangeran? oh kapan lagi ada kesempatan langka seperti ini ?" tutur salah satu wanita itu.

"Kurasa aku juga harus ikut, kapan lagi kita punya kesempatan memasuki istana dan bertemu pangeran? oh ya ampun aku sungguh penasaran seperti apa rupa pangeran" tutur gadis yang satunya.

"Iya benar, hwaaa aku tak sabar menantinya,"

Sayembara koki ya? pikir Luhan. Haruskan ia mencobanya? Mengingat penghasilannya dari menjual kayu bakar tidaklah cukup untuk biaya pengobatan adiknya. Mungkin memang ia harus mencobanya. Keberuntungan orang siapa yang tau kan?

000

Disinilah Luhan, berbaris bersama para wanita-wanita muda yang tampak mengenakan pakaian terbaiknya. Tak lupa juga dandanan mereka yang kelewat menor itu. Mereka kira ini sayembara pencarian pendamping untuk pangeran apa? inikan hanya sayembara guna mendapatkan koki pribadi untuk pangeran. Tentu ia geli sendiri melihatnya.

Tapi meskipun begitu, Luhan bukanlah pemuda satu-satunya di sana, karena beberapa di depan dan belakangnya juga ada pemuda yang ikut mengantri bersamanya.

Waktu pun terus berlalu, dan tibalah giliran Luhan memasuki tempat pendaftaran.

"Jadi siapa nama anda Nona?" tanya petugas pendaftaran itu.

"Ah maaf, tapi saya laki-laki tuan, dan nama saya Byun Luhan," jawab Luhan seraya tersenyum kikuk. Yah mau bagaimana lagi? itu sudah biasa terjadi padanya. Setiap orang baru yang bertemu denganya pasti akan mengira dia wanita.

"Saya sungguh seorang pria tuan, apa perlu saya membuka baju saya?" ujar Luhan kemudian saat mendapati tatapan tak yakin orang di depannya itu.

"Ah maaf, baiklah saya percaya, dan ini kertas undangan untukmu, bawalah ini besok dan tunjukan pada prajurit yang bertugas menjaga gerbang istana di depan sana," tutur orang itu kemudian.

"T-terima kasih," Luhan menerima undangan itu dengn tangan gemetar. Ia bahagia mendapatkan itu, karena baginya ini adalah langkah awal perjuangannya mendapatkan pekerjaan untuk biaya adiknya.

Sesampainya di rumah, Luhan langsung menghampiri adiknya yang terbaring lemah di atas ranjang kayu yang hanya beralaskan tikar itu.

"Baekhie lihat! kakak akan berjuang besok, doakan kakak ya? semoga saja kakak memperoleh pekerjaan itu agar bisa membiayai pengobatanmu," ucapnya seraya menunjukan undangan ditangannya pada sang adik.

Digenggamnya tangan kurus itu. Ada beberapa luka yang masih basah di beberapa bagian tubuh Baekhyun. Luhan pun tak kuasa menahan tangisnya, adik yang merupakan satu-satunya keluarganya kini terbaring lemah tak sadarkan diri setelah terjatuh dari tebing 2 minggu yang lalu. Luhan tak bisa membawanya ke tabib karena tak mempunyai biaya untuk itu. Ia hanya membalur luka itu dengan daun obat yang ia ketahui sebagai penyembuh luka dari mendiang ibunya dulu.

Satu-satunya harapan Luhan hanyalah besok. Ia akan berjuang semaksimal mungkin demi adiknya tercinta.

000

"Sayangku, kakak berangkat ya? baik-baik dirumah sampai kakak kembali,"

Setelah mengecup dahi Baekhyun, Luhan pun bergegas berangkat menuju istana. Setibanya disana suasana sudah ramai sekali, ada sekitar 50 orang yang berdiri di halaman istana. Disana sudah disediakan meja beserta bahan-bahan masakan dan tungku untuk memasak. Sudah ada nomor di tiap mejanya dan Luhan menempati meja nomor 7.

Berjuanglah Luhan kau pasti bisa, ujar nya dalam hati.

Setelah ada pengumuman bahwa mereka di persilahkan untuk mulai memasak, maka mereka pun bergegas menyalakan tungku yang berbahan bakar dari kayu tersebut.

Satu jam berlalu dan Luhan telah siap dengan masakannya. Ia di persilahkan memasuki sebuah ruangan ketika peserta sebelumnya telah keluar dari ruangan itu. Luhan kira ia akan berhadapan langsung dengan pangeran yang merupakan satu-satunya juri dari sayembara itu. Tapi ternyata diruangan itu ada sekat kain pembatas antara dirinya dan pangeran berada.

Seorang dayang mengambil alih masakannya dan membawanya kesisi kain yang lain.

Samar-samar Luhan mendengar percakapan di dalam sana yang ia yakini adalah suara pangeran dan dayang tersebut. Ah tidak hanya dua orang itu, Luhan tak yakin siapa tapi mendengar suara pangeran menyebutnya bunda, mungkin itu suara ratu?

Setelah itu dayang tersebut muncul lagi dan mengembalikan undangan yang sempat Luhan berikan pada penjaga di gerbang istana.

"Kau Lulus seleksi tahap pertama nona, besok kau berhak mengikuti seleksi akhir," ujar dayang tersebut.

"S-saya lolos?" pekik Luhan tak percaya. Perasaan senang tiada terkira ia rasakan. Sampai-sampai tangannya bergetar memegang undangan itu. Air mata bahagia hampir ia keluarkan kalau saja ia tak kuat menahannya.

"Itu benar nona, anda lolos, tapi jangan senang dulu, karena besok adalah babak penentuannya," ucap dayang tersebut mengingatkan.

"T-terima kasih nyonya, terima kasih,"

"Sama-sama nona, jadi bisakah anda keluar sekarang? peserta yang lain sudah menunggu," ujar dayang tersebut.

"B-baik, tapi maaf sebelumnya nyonya, saya ini laki-laki, bisakah anda tak memanggil saya nona?" ujar Luhan dengan kikuk.

Dayang itu pun terkejut mendengarnya.

"Oh, benarkah? maaf untuk itu,"

Maka sekali lagi Luhan memaklumi itu. Karna memang ia sudah terbiasa. Siapapun pasti terkejut ketika seseorang yang dikiranya wanita ternyata seorang laki-laki. Termasuk dayang itu tentunya.

000

"Baekhyun, kakak lolos tahap pertama Baekhyun, lihatlah! kau senang juga kan? kakak akan berjuang lebih keras lagi, jadi doakan kakak ya?"

Meskipun tak mendapatkan respon dari Baekhyun, tapi Luhan tau pasti di alam bawah sadarnya, sang adik pasti ikut senang mendengarnya.

000

Saat ini adalah tahap akhir dari perjuangan Luhan. Jantungnya berdetak kencang. Ia sangat cemas, bagaimana kalau ia gagal? Yang ia dengar ada sekitar 10 orang termasuk dirinya yang berhak mengikuti seleksi kedua ini. Lalu bisakah ia mengalahkan 9 orang tersebut? Dan yang paling mendebarkan itu karena dia memperoleh giliran pertama memghidangkan masakannya.

"Halo? kita bertemu lagi nona," sapa sang dayang yang kemarin mengira Luhan seorang wanita.

Luhan pun tersipu. Ia tau bahwa dayang istana ini sengaja menggodanya.

"Bagaiman anda menyebut saya nona, ketika anda bisa melihat sendiri seberapa tampannya saya ini," ujar Luhan kemudian dengan nada jenaka namun tak mengurangi kesopanannya.

Sang dayang pun terkekeh mendengar kejenakaan Luhan yang cukup menghibur itu.

"Baiklah nona, bisakah saya ambil masakan anda?"

Sekali lagi dayang itu melontarkan kejenakaannya pada Luhan. Sehingga Luhan pun membalasnya dengan memperlihatkan senyum manisnya seraya menyerahkan nampan di tangannya.

Saat Dayang itu membawa masakannya kebalik tirai, kecemasan Luhan pun kembali menguasainya. Ia tak sabar menantikan hasil akhir perjuangannya itu.

Tak berapa lama sang dayang muncul kembali dengan senyum mengembang. Luhan tak bisa menebak bagaimana hasilnya. Karena tak seperti kemarin, dayang itu tak menyerahkan undangannya lagi padanya. Apa dia gagal?

Namun diluar dugaan, nyatanya sang dayang malah membuka tirai kain tersebut yang mana memperlihatkan dua sosok yang selama ini bersembunyi di balik tirai tersebut.

Terlihat wanita berparas ayu yang memancarkan keanggunannya namun juga berkharisma. Sedangkan sosok yang satunya merupakan sosok pemuda berwajah tampan namun terkesan dingin dari tatapan mata yang diperlihatkannya.

Saat melihat sang wanita tersenyum padanya, Luhan pun menundukan kepalanya. Ia segera memberikan penghormatannya karna ia yakin bahwa wanita di hadapannya ini memanglah ratunya.

"Perkenalkan dirimu," perintah itu keluar dari ratu Yoona.

"S-saya Byun Luhan Yang Mulia, saya berasal dari desa Bucheon ," Suara Luhan sedikit bergetar saat memperkenalkan diri. Ia sangat grogi, karena ini kali pertama ia berhadapan langsung dengan ratu di negaranya. Ditambah lagi tatapan pangeran yang seperti leser itu.

Ratu Yoona pun menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Baiklah sebelum itu dayang Ahn, beritahu prajurit di luar untuk mengumumkan bahwa pangeran bungsu sudah menemukan kokinya," tutur Ratu Yoona kemudian.

Luhan mengeryitkan alisnya. Sudah menemukan? apakah itu dirinya? bolehkah ia berharap demikian? karena setaunya dialah peserta pertama di tahap kedua ini.

"A-anu, maaf sebelumnya Yang Mulia, a-apakah saya diterima?" tanya Luhan. Ia sungguh tak sabar ingin mengetahui hasilnya.

Yoona pun tersenyum mendengar pertanyaan Luhan.

"Benar Luhan, kau diterima, dan mulai sekarang kau mendapat gelar koki Lu, koki pribadi pangeran bungsu," ujar Yoona kemudian.

Perasaan Luhan tak menentu rasanya. Ia tentu senang bukan main. Sampai-sampai ia menangis karenanya. Akhirnya ia berhasil mendapatkan pekerjaan yang nantinya untuk mendapatkan biaya pengobatan adiknya.

"S-saya diterima?"

"Ya, mulai sekarang kau resmi mendapatkan gelar koki Lu,"

"T-terima kasih Yang Mulia, terima kasih banyak, terima kasih," Luhan pun membungkukkan badannya berkali-kali sembari mengucapkan terima kasih. Ia terlalu bahagia sampai-sampai tak tau lagi harus berkata apa selain mengucapkan terima kasih.

"Dan sesuai peraturan istana, maka mulai besok kau harus tinggal di sini dan mulai mengabdikan dirimu pada kerajaan, terutama pada pangeran bungsu," tutur Yoona kemudian.

Mendengar itu, seketika Luhan kebingungan, kalau dia tinggal disini, lalu siapa yang akan mengurus Baekhyun? ia tak mungkin meninggalkan adiknya begitu saja tanpa perawatan.

Namun kegelisahan Luhan dapat ditangkap oleh Yoona.

"Ada apa Luhan? kenapa kau tampak gelisah? apa kau keberatan tinggal di istana?" tanya Yoona.

"Maaf Yang Mulia, hanya saja, saya mempunyai seorang adik yang tak bisa ditinggalkan, dia baru jatuh dari tebing 2 minggu yang lalu dan belum sadarkan diri hingga sekarang, dialah alasan saya mengikuti sayembara ini, untuk mendapatkan biaya pengobatan adik saya," ujar Luhan dengan jujur.

"Begitu? kalau memang itu permasalahannya, kau boleh membawa adikmu kemari, banyak tabib hebat di rumah sakit kerajaan ini, atas izin ku dan Yang Mulia raja, maka adikmu akan mendapatkan penangannan yang tepat,"

Mendengar itu tentu Luhan senang bukan main, Luhan pun kembali memberikan penghormatannya pada ratu Yoona.

"T-terima kasih Yang Mulia, terima kasih,"

Tiada terkira rasanya kebahagiaan yang Luhan dapatkan saat ini. Luhan senang, karena akhirnya sang adik mendapatkan perawatan yang intensif.

-TBC-

Lagi-lagi ini menjadi salah satu story yang menjadi korban perombakan habis-habisan. Mau bagaimana lagi, tiap kali baca ulang rasanya kok bahasanya mengganggu banget. Hingga rasanya mau melanjutkan pun gk ada mood sama selai. Jadi kuputuskn untuk merombaknya. Yah siapa tau dengan ini aku dapet pencerahan untuk melanjutkan story ini hingga selesai.

Meskipun agak berbeda alurnya, namun percayalah inti dari ceritanya tetap sama.

Bila berkenan silahkan dibaca ulang. :3

-Salam damai inchan88-