*Duaaagg~!*

Sebuah tangan yang besar nan kuat kembali menghantam perutnya, membuatnya meringis kesakitan dengan liur yang keluar secara paksa dari mulutnya, ekspresinya mengeras saat rasa sakit mulai menjalar ke seluruh bagian perutnya

Terasa sakit, ini benar-benar terasa sakit!

*Duaaaagg!*

Suara pukulan keras kembali terdengar untuk yang kesekian kalinya, kali ini tangan itu menghantam wajahnya hingga membuat pemuda itu terjatuh kebelakang dengan tidak elitnya

"Itteee..."

Meringis kesakitan, kedua tangannya memegang wajahnya yang tadi terpukul dengan sangat keras, raut wajahnya terlihat menajam dengan mata yang menatap tajam sosok yang memukulnya

"Apa kau menatapku Hah?! Apa kau menantangku –"

"- Bangsat!"

*Duaaakk!*

Dan dengan tanpa rasa belas kasihan, kepala pemuda itu dipaksa untuk menoleh kesamping saat salah satu kaki mendendang pipinya dengan keras, kembali mengerang kesakitan sambil memegangi pipinya

.

'Pergi dari sini, sialan!'

.

Sosok itu langsung menduduki tubuh remaja tadi, tangannya yang terkepal erat sudah siap untuk ia layangkan pada wajah remaja itu. Sosok itu menyeringai – senang saat ia melakukan penyiksaan semacam ini

"Sampai kapanpun aku tak akan pernah mengakuimu! Dasar Buangan!"

*Duaaagg!*

Entah ini yang keberapa kalinya sosok itu memukul kembali wajah remaja malang tadi, kedua tangannya yang terkepal erat terus saja ia hantamkan pada remaja yang kini terlihat pasrah tanpa perlawanan itu, bahkan disudut bibirnya terlihat darah yang mulai menetes akibat pukulan yang terus menerus menghantam wajahnya

.

'Kenapa? Kenapa kalian mengusirku?'

.

Sosok itu berdiri diatas remaja tadi, tanpa rasa kasihan sosok tadi langsung menginjak perut remaja itu hingga membuatnya terpaksa menjerit kesakitan dengan liur bercampur darah yang keluar dari mulutnya

"Hentikan pertarungan bodoh ini, Otouto..."

"Apa katamu?! Berhenti memanggilku seolah kau itu kakakku!"

*Duaakk!*

Dan pertarungan itupun berakhir dengan sosok misterius itu yang menendang kuat wajah remaja tadi hingga kepalanya mengadah keatas sambil memuntahkan liur bercampur darah dari mulutnya. Sosok itu lalu pergi meninggalkan remaja yang dalam keadaan kusam nan menggenaskan itu

.

'Kau itu Anjing Liar yang hanya bisa mempermalukan kami, pergi dari sini Sialan!'

.

"Tch!"

"Aku benci diriku sendiri!"

::

::

::

::

::

::

::

::

::

:: [Stray Dogs!] ::

::

::

::

::

::

::

::

::

::

"Haaaah..."

Remaja itu menghela nafas panjang, darah yang keluar dari sudut bibirnya terlihat sudah mengering, tubuhnya ia biarkan terlentang disana membiarkan rasa sakit yang merasuki tubuhnya secara perlahan, pukulan diwajahnya tadi sampai sekarang masih terasa sakit

Matanya menajam, seolah membenci apa yang ada didunia ini!

Iris mata Blue-Saphire miliknya perlahan kehilangan cahaya membuat raut wajahnya terlihat sedikit menyeramkan dengan luka lebam ditambah darah yang mengering disudut bibirnya, kedua tangannya terkepal erat membenci hal yang baru saja terjadi padanya

.

'Kau bukan keluarga kami! Kau hanya bisa mempermalukan kami!'

.

Kedua tangan remaja itu menahan tanah mencoba membangunkan tubuhnya untuk berganti posisi menjadi duduk, namun baru saja ia duduk, perutnya menjadi sakit hingga membuatnya terbatuk, tangannya lalu menutupi mulutnya, namun alangkah terkejutnya ia saat tangannya yang agak kotor berganti dengan noda merah khas darah

*Coouggh!*

"Kuso!"

Remaja itu berteriak kesal pada tangannya sendiri, mengeratkan genggamannya lalu menghantamkan tinjunya pada tanah seolah membenci takdir yang mengikat dirinya ini

.

'Pergi dari sini!'

.

Meski kedua kakinya bergetar, ia mencoba perlahan untuk berdiri. Dengan bantuan kedua tangannya membuatnya berhasil berdiri dengan sempurna. Kepalanya mengadah keatas, menatap langit sore berwarna jingga yang indah, pemandangan didepan matanya membuat senyum miring terpampang jelas diwajahnya

Ah sial! Dia membenci pemandangan semacam ini!

Kepalanya kembali menatap lurus kedepan, ekspresinya kini tertutup rambut pirangnya yang amat kusam, bahkan seragam sekolah yang ia kenakan pun terlihat sangat kotor dengan noda bekas darah di berbagai sudut. Mengabaikan semua itu, ia tetap berjalan meninggalkan tempatnya saat ini

.

'Ba-baiklah, aku pergi...'

.

Untuk sesaat ia menoleh kebelakang, menatap tempatnya disiksa tadi, tempat berupa tanah lapang yang tepat berada dibawah jembatan yang disampingnya terdapat sungai lebar yang mengalir deras

Tersenyum miring, ia lalu kembali menatap lurus kedepan dan berjalan gontai meninggalkan tempat itu, namun –

"Haaah~ Bunuh diri memang sangat menakjubkan~!"

Sempat terkejut mendengar pernyataan bodoh dari seseorang yang tak ia ketahui, remaja itu menoleh keasal suara, matanya membulat terkejut saat sesosok pria paruh baya yang berada diatas jembatan itu berniat untuk terjun

"C-Chotto Matte!"

*Swuuuuush!*

Terlambat bagi remaja itu, sosok pria paruh baya itu langsung terjun bebas dari atas jembatan dengan ekspresi bahagia seolah tak takut sama sekali dengan namanya kematian, remaja itu menjadi panik! Tanpa sadar ia langsung melompat kesungai dan berenang ketempat pria paruh baya itu terjatuh nantinya mengabaikan semua rasa sakit yang menjalar disekujur tubuhnya

*Cbuuurr~!*

::

::

::

::

::

*Coough!*

Untuk sekarang keadaannya berubah, sepertinya remaja tadi berhasil menyelamatkan nyawa pria paruh baya yang jatuh tenggelam di sungai tadi, itu terbukti dengan sosok pria paruh baya yang kini tengah memuntahkan air dari mulutnya tepat dipinggir sungai

Sedangkan remaja itu? Dia hanya bisa telentang di tanah sambil mengambil oksigen sebanyak-banyaknya diudara, menolong pria paruh baya yang tenggelam membuatnya tak kuasa untuk menahan nafas lebih lama di dalam air, serta rasa sakit yang belum sepenuhnya hilang disekujur tubuhnya membuatnya sangat lelah, dan beginilah jadinya

"Oii Gaki! Kenapa kau menyelamatkanku?"

Remaja itu perlahan bangkit dari tidurnya dan duduk disana, raut wajahnya menjadi sedikit kesal saat pria paruh baya itu menanyakan hal yang bodoh padanya

"Tentu saja menyelamatkanmu Ossan!"

"Dasar Bodoh! Aku hanya ingin Bunuh Diri dengan tenang, namun kau malah menyelamatkanku!"

Hee? Sekarang remaja itu mulai tidak mengerti apa yang dikatakan pria paruh baya itu, bisa-bisanya ia berkata begitu setelah nyawanya diselamatkan oleh orang lain

"Anoo... apa maksudmu Ossan?"

"Kau tak akan mengerti, jadi kupikir aku perlu menjelaskan padamu apa itu Bunuh Diri"

Ah~ Pria paruh baya didepannya ini tambah Ngaco! Lagipula untuk apa dia menjelaskan pengertian Bunuh diri padanya?

Itu sudah jelas bukan? kau berusaha melukai dirimu sendiri lalu mati dengan nyawa yang keluar dari tubuh, itu penjelasan yang simpel dari pengertian Bunuh Diri

"Dengar, Bunuh Diri adalah suatu seni yang membuatmu bisa merasakan betapa indahnya saat nyawamu akan pergi dari ragamu, kau tahu itu serasa seperti Halusinasi. Dan yang lebih menyenangkan dari bunuh diri, kau bisa merasakan suatu sensasi yang menakjubkan saat dirimu hampir mati"

"T-tunggu dulu Ossan, kau bicara padaku bukan maksud untuk mengajakku untuk ikut Bunuh diri bukan?"

"Entahlah? Mungkin suatu saat nanti kita bisamelakukan Double Suicide"

Tunggu dulu! Ini bukan maksud pria itu mengajak remaja itu untuk Bunuh diri bersama bukan? dan juga apa yang sebenarnya dipikirkan pria paruh baya ini? Apa dia maniak Bunuh Diri?

"Ngomong-ngomong, siapa namamu Gaki?"

"Namaku Uzumaki Naruto, salam kenal Ossan"

Ucap remaja itu – Uzumaki Naruto memperkenalkan dirinya pada pria itu dengan kepala yang sedikit agak menunduk, mencoba memberi hormat pada orang yang lebih tua darinya

Pria paruh baya itu hanya mengangguk paham, matanya mencoba meneliti lebih dalam sosok Naruto, dan saat menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, pria itu perlahan tersenyum

Pria itu tak pernah menyangka, bahwa ia akan menemukan Sesuatu yang menarik disini!

Andai ia tak melakukan sebuah Seni yang ia sebut dengan Bunuh Diri, mungkin ia tak akan pernah bertemu bocah yang menurutnya Spesial ini, dan tentunya hidupnya akan terus dikejar oleh masalah jika ia tak secepatnya untuk melakukan Bunuh diri

"Anoo.. jika boleh tahu, siapa namamu Ossan?"

"Namaku? Namaku Uchiha Madara"

"Tapi ngomong-ngomong, kenapa kau terlihat menyedihkan sekali Gaki, kau habis bertarung?"

Pria itu – Uchiha Madara menatap wajah Naruto lekat-lekat, dimatanya ia mendapati wajah Naruto yang dipenuhi biru lebam, serta noda darah yang tidak sepenuhnya hilang oleh air yang membasahinya saat ia berenang tadi tepat disudut bibirnya

Mendengar sebuah pertanyaan yang mengandung rasa khawatir itu membuat Naruto tersenyum, menyadari sang lawan bicara menatapnya lekat-lekat membuat Naruto menghapus noda darah disudut bibirnya

"A-Aku tak apa kok, hanya permasalahan kecil!"

Madara tersenyum simpul, Permasalahan kecil katanya? Itu tidak terlihat sekali dimatanya

Dengan melihatnya sendiripun Madara sudah tahu, bahwa remaja didepannya ini dipukul habis-habisan dengan orang lain, mungkin dua atau tiga orang? Tapi jika dilihat dari luka lebamnya, kemungkinan hanya satu orang saja

"Dengar Gaki, jika lain kali kau bertarung lagi, cobalah untuk melawan!"

"Huh?"

"Kau itu Spesial, Hanya dengan membayangkan kemampuanmu saja kau bisa mengeluarkan sesuatu yang menarik didalam tubuhmu"

"Are?"

Madara kembali tersenyum, ia lalu bangkit berdiri, matanya yang hitam kelam menatap wajah Naruto yang masih kebingungan, tanpa aba-aba pun ia langsung berjalan melenggang pergi meninggalkan Naruto disana

"Lain kali jika kau bertemu denganku, Tolong jangan selamatkan aku jika aku sedang Bunuh Diri~!"

::

::

::

::

::

::

*Drap! Drap!*

Suara langkah kaki yang dilapisi sepatu itu terdengar memantul di sebuah gang yang diapit oleh dua gedung yang tinggi itu. Gelap, serta terlihat tidak aman untuk orang semacam dia lewat ditempat ini

Uzumaki Naruto, sosok remaja berambut pirang yang masih mengenakan seragam sekolah itu terlihat berjalan melewati gang gelap itu, langkahnya terlihat gontai dengan luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya, beberapa bagian diwajahnya pun terlihat membiru lebam akibat pertarungan sepihak tadi

.

'Kau itu hanyalah Anjing Liar!'

.

Dirinya termenung dengan wajah yang menunduk, sebuah kepingan memori kembali masuk kedalam ingatannya, ingatan yang tak pernah ia ingin ingat lagi itu masih terus berputar dikepalanya, senyumnya miring saat kepingan memori itu kembali lenyap dan menghilang

Kadang ia berpikir, kenapa takdir hidupnya menjadi seperti ini?!

Ia tak pernah menyangka sebelumnya jika ia akan diusir dari keluarganya sendiri, bahkan sebutan Anjing Liar pun selalu membuat telinganya panas, namun apa? Hanya karena alasan Keluarga, ia tak bisa melakukan sesuatu pada mereka agar mereka diam untuk sementara

Dia benci dirinya sendiri! dia benci dirinya sendiri! dia benci dirinya sendiri!

Sekilas ide muncul di otaknya, mungkin lain kali ia bisa mengakhiri semua ini dengan membunuh dirinya sendiri bersama pria paruh baya yang bernama Uchiha Madara itu?

"Lihatlah kawan! Kita mendapatkan mangsa~"

"Whoa~! Sepertinya dia seorang pecundang disini!"

Mata birunya menajam saat mendengar kalimat yang membuatnya kesal itu, kepalanya menoleh kesamping mendapatkan dua orang laki-laki yang mungkin preman disini, sebuah Baseball Bat yang dipengang oleh salah satu laki-laki itu sudah menjadi bukti yang jelas bahwa mereka preman

"Apa mau kalian?"

"Tentu saja menghabisimu bocah!"

*Swuuush~!*

Hampir saja! Jika saja Naruto tidak menunduk dalam waktu sepersekian detik, ia pasti akan terpental akibat kepalanya yang membentur Baseball Bat yang dipegang salah satu laki-laki itu

"Kau melupakanku!"

*Duaaagg!*

Wajah Naruto mengeras saat satu pukulan mengenai perutnya dengan keras, sial baginya yang melupakan bahwa pertarungan ini dua lawan satu. Naruto langsung terdorong kebelakang dengan wajah yang dipaksa menoleh kesamping saat sebuah pukulan mengenai pipinya

"Whoaa~! Bocah ini lincah juga!"

Laki-laki yang memegang Baseball Bat itu berseru dengan nada senang melihat Naruto yang kini berdiri tegak dengan ekspresi yang ditutupi rambut pirangnya. Laki-laki itu menyeringai, dengan sekuat tenaga ia kembali melayangkan Baseball Bat miliknya kearah kepala Naruto

'Dengar Gaki, jika lain kali kau bertarung lagi, cobalah untuk melawan!'

Seakan waktu berjalan lambat, Naruto kembali teringat akan kata-kata pria paruh baya yang baru saja ia kenal di bawah jembatan tadi, bahwa sesekali ia harus melawan daripada harus menerimanya dengan hina

Ya! Dia harus melawan dan berhenti menerima takdirnya yang kejam ini!

*Swuuush!*

Laki-laki itu agak terkejut saat pukulan Baseball Bat miliknya gagal mengenai kepala Naruto ketika Naruto menunduk menghindari serangannya, ia langsung mundur beberapa langkah saat Naruto mendekatinya dengan tatapan tajam

"Tak akan kubiarkan!"

Laki-laki itu kembali melayangkan Baseball Bat miliknya kearah Naruto, namun Naruto kembali menghindar dengan cara menunduk dan melakukan serangan balasan berupa tendangan pada perutlaki-laki

*Duuaak!*

Laki-laki itu terdorong kebelakang dan jatuh disana dengan Baseball Bat yang terlepas digenggamannya. Mengabaikan laki-laki yang baru saja dihajarnya, Naruto lalu mengedarkan pandangannya mencari laki-laki yang satunya

"Kau terlambat bocah~!"

*Grep!*

'Shimatta!'

Batin Naruto terkejut, ia tak menyangka laki-laki yang satunya tepat berada dibelakangnya lalu mengunci pergerakannya dengan kedua tangannya yang dikunci erat, hal itu membuat Naruto tak bisa bergerak

"Ne Bocah, tendangan tadi lumayan sakit kau tahu?"

Naruto membulatkan matanya saat laki-laki yang ia hajar tadi kini mulai bangun, tangannya mengambil Baseball Bat yang terjatuh dilantai dan melesat kearahnya siap untuk menghantamkan Baseball Bat itu kearah Naruto

*Duaaaakk!*

Wajah Naruto langsung mengeras dengan mulut yang memuntahkan air liur saat Baseball Bat itu menghantam perutnya dengan keras, rasa sakit dibagian perutnya kembali terasa nyeri – Sial! ini sakit sekali!

"Haah~ sudah kuduga bertarung dengan memakai senjata itu tidak seru!"

Ucap laki-laki itu mulai menjatuhkan Baseball Bat digenggamannya, Devil Grin terpampang diwajahnya sembari merenggangkan otot lengannya bersiap untuk menghajar Naruto yang kini terlihat lemas dengan kepala yang mengadah keatas

Dan terakhir, laki-laki yang mengunci pergerakan Naruto itu langsung melepaskan kunciannya membiarkan Naruto bebas untuk sementara, namun belum sempat untuk menghirup udara dengan santai, Naruto terpaksa terpental kebelakang saat sebuah genggaman tangan menghantam pipi kanannya dengan amat keras

"Itteee..."

Naruto meringis kesakitan, untuk kesekian kalinya ia merasakan sakit disekujur tubuhnya, hantaman Baseball Bat pada perutnya sangat nyeri dan tentunya menyakitkan, bibirnya bergetar dengan sudut yang mengeluarkan sedikit darah kental

"Kau ingin mati bocah?!"

Naruto menatap kedua laki-laki tadi, matanya membulat sempurna saat kedua laki-laki itu menyeringai kepadanya dengan tangan kanan mereka yang menggenggam sebuah pisau dan Baseball Bat

"Bagaimana jika kita membunuhnya disini? Heh~"

"Sepertinya menyenangkan!"

Naruto kembali terkejut saat kedua laki-laki itu berniat membunuhnya disini, ia tak punya harapan hidup lagi disini

Dia butuh kekuatan, sebuah kekuatan yang bisa merubah takdirnya!

'Kau itu Spesial, Hanya dengan membayangkan kemampuanmu saja kau bisa mengeluarkan sesuatu yang menarik didalam tubuhmu'

Kembali, kata-kata pria yang bernama Uchiha Madara itu masuk kedalam ingatannya dan berputar-putar disana, mencoba memberitahu bahwa dia bukanlah orang yang lemah selama ia mau berusaha

Ya! Dia adalah Spesial! Jadi untuk itu dia memerlukan kekuatan!

Ekspresi Naruto tertutupi oleh rambut pirangnya, ia mulai berkonsentrasi pada apa yang ada didalam tubuhnya dan mencoba mengumpulkannya disuatu tempat, itu terasa hangat namun kuat

Kedua laki-laki itu membelalakkan mata mereka kaget saat tubuh Naruto kini dikelilingi oleh bayangan hitam yang muncul dari tanah, itu bukan sekedar bayangan, bentuknya terlihat abstrak namun berubah menjadi sebuah jarum yang besar namun berwarna hitam dengan sedikit kemerahan

"Inoryoku!"

::

::

::

"Ke-Kenapa ini?!"

Ekspresi wajahnya terlihat sangat ketakutan, mata birunya mulai membulat sempurna menatapi apa yang ada didepannya

Naruto terduduk dengan tangan yang menyentuh tanah, kedua kakinya serasa bergetar saat apa yang dilihatnya ini terasa palsu, namun itulah kenyataannya

"A-apa ini?!"

Dimata birunya, ia menangkap dua sosok laki-laki yang kini terbaring tak berdaya dengan tubuh yang dipenuhi luka dan noda darah, lantai disekelilingnya pun terlihat hancur dengan beberapa kawah kecil yang meleleh seperti baru terkena api yang sangat panas

Ini mengerikan! sungguh mengerikan!

Ia tak tahu apa yang terjadi, hal yang terakhir kali ia ingat adalah kedua laki-laki yang terbaring tak berdaya itu berniat membunuhnya, dan saat itulah ia mencoba melawan dengan apa yang ada pada dirinya

*Ctik... Ctik...*

Hujan pun turun membasahi tempat Naruto berada, kawah-kawah kecil yang meleleh itu mulai terguyur dengan air hujan, noda darah yang membalut tubuh kedua laki-laki itupun mulai dibersihkan dengan air hujan yang membasahinya

"Si-sialan k-kau!"

Tubuh Naruto bergetar ketakutan saat salah satu laki-laki itu mulai merangkak kearahnya, keadaannya terlihat menyedihkan dengan wajah yang penuh luka, tangannya terus menggapai tiap lantai mencoba mendekat kearah Naruto

.

'Dasar Anjing Liar!'

.

Mengabaikan sosok laki-laki yang merangkak kearahnya, Naruto langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan kedua bahunya yang bergetar, rasa takutnya seakan merasuki hatinya sesaat setelah melihat keadaan tempat yang mengerikan juga keadaan kedua laki-laki itu yang bisa dibilang menggenaskan

"A-Aku bukan Anjing Liar!"

::

::

::

"Menarik, benar-benar menarik!"

Dari atas gedung tempat kejadian antara Naruto dan kedua laki-laki yang dalam keadaan menggenaskan tadi, terlihat seorang pria paruh baya duduk diatas sana memperhatikan apa yang baru saja terjadi, senyum – atau mungkin lebih tepatnya seringai diwajahnya mengembang, genggaman pada gagang payung yang dipakainya untuk menghindari air hujan terlihat mengeras

*Jeeeddeeerr!*

Pria paruh baya itu langsung berjongkok ketakutan saat suara petir terdengar jelas ditelinganya, sangat keras serasa ingin menyambar dirinya yang notabene berada ditempat yang tinggi, karena katanya jika kau berada ditempat yang tinggi, maka kemungkinan besar kau akan disambar petir

Apa kau percaya Hal semacam itu?

"Akh! Dasar Petir Bangsat!" umpatnya kesal

Pria paruh baya itu lalu berdiri, ia kembali menyeringai tanpa alasan yang jelas, lalu berjalan pergi meninggalkan tempatnya dimana ia bisa melihat kejadian tadi seolah tak ada lagi hal yang membuatnya tertarik

"Tak kusangka, aku akan bertemu dengan si pengguna Rashoumon dengan cepat!"

"Eh tunggu dulu? Mungkin aku perlu menghapus jejaknya sebelum mereka menyadarinya?"

::

::

::

::

"Haaah..."

Nafasnya terasa berpacu, hidungnya terus saja mengambil nafas dengan serakah, terus berlari mengabaikan air hujan yang kini membasahi seragam sekolah dan tubuhnya yang terasa sangat lemas

*Jeeedeeerr!*

Raut wajahnya sulit untuk digambarkan dengan kata-kata, kedua mata Blue-Saphire miliknya terus saja menatap kedepan dengan kaki yang terus melangkah lebar tanpa henti, telinganya pun seolah terasa tuli – tak takut sama sekali dengan suara petir yang seolah menyambar sesuatu

.

'Kau itu hanyalah Anjing Liar!'

.

Mengigit bibir bawahnya, ekspresinya kembali mengeras saat ingatan yang paling ia benci kembali masuk dan berputar-putar tanpa henti dikepalanya, membuatnya pusing dan terus saja berlari menuju suatu tempat

*Drap!*

Langkahnya terhenti didepan sebuah apartemen berdinding kayu, matanya tertuju pada apartemen berdinding kayu itu, setitik cahaya kebahagiaan terlihat dimata birunya yang indah saat menatap sebuah tempat yang kini menjadi rumahnya itu

"Huft..."

Untuk sekarang Naruto bisa menghela nafas lega, ia memang terlihat seperti pecundang yang berlari meninggalkan masalah yang menimpanya, namun dia tak peduli. Ia lebih bersyukur bisa melihat tempat tinggalnya lagi daripada menjadi siksaan kedua laki-laki yang berniat membunuhnya tadi

Langkah kakinya kembali berjalan menaiki lantai dua apartemen itu melewati tangga luar, kedua tangannya saling bertautan sesaat setelah sensasi dingin mulai membuat tubuhnya serasa beku, hingga akhirnya ia sampai pada ruangan bernomor 009

Matanya tertuju pada gagang pintu berwarna Silver itu, dengan tangan yang bergetar, ia lalu meraih knop pintu itu sembari memutarnya dan mendorongnya kedepan

*Ckleeek...*

"Tadaima..."

"..."

"Sepi kah? Seperti yang sudah kuduga..."

::

::

::

::

:: [Stray Dogs!] ::

::

::

::

::

- [Next Day]

Tak terasa hari sudah berganti menjadi pagi, Matahari pun terlihat sudah naik sepenggalah, alunan merdu suara burung yang terbang tinggi mengangkasa menjadi Backsound untuk melakukan aktivitas pagi

Hal itu juga berlaku pada pemuda berambut pirang yang menempati ruang apartemen bernomor 009 ini. Dia terlihat sedikit lebih baik sebelumnya, seragam sekolah yang ia kenakan terlihat cocok ditubuhnya, rambut pirangnya yang disisir rapi kearah kanan serta kacamata yang ia kenakan terlihat cocok padanya -

- Mungkin? Karena sebagian orang berpikir dia adalah orang yang membosankan...

Luka-luka lebam serta luka lecet pada tubuh maupun wajahnya terlihat sudah sembuh total. Naruto sendiri bingung kenapa bisa secepat itu, masih sama seperti yang dulu-dulu disaat ia kembali dihajar, dan keesokan harinya semua luka yang didapatinya sembuh total. Namun meskipun begitu, Naruto tak memperdulikannya sama sekali

Membawa tas sekolahnya, ia langsung berjalan keluar dari apartemennya, tak lupa mengunci pintu apartemen tentunya - khawatir jika ada seseorang yang masuk tanpa izinnya, yah walaupun didalamnya tak ada benda berharga apapun yang bisa dijual

.

.

.

'Jadi? Akankah hari ini berubah dari yang sebelumnya...?'

.

.

.

'Sudah kuduga, itu tidak akan berubah'

.

.

.

"Lihat si Pecundang berkacamata tebal itu, dia terlihat menyedihkan~"

"Eh benarkah? Kupikir dia anak yang baik?"

"Baik darimananya? Si Pecundang itu terlihat menjijikkan dengan penampilannya yang Culun itu~"

"Oh~ apa kau tahu? Kudengar si Pecundang itu di Bully habis-habisan kemarin"

"Hee~! Kawaisou~!"

Langkah kakinya terus saja berjalan, mencoba memasang ekspresi datar sebagai topeng dari ekspresinya yang asli, ejekan serta hinaan para siswa dan siswi yang dilemparkan kearahnya serasa membuat telinganya panas

Ia benci hal semacam ini! Laki-laki dan perempuan sama saja!

Kuoh Academy, sekolah yang awalnya dikhususkan untuk para perempuan ini beberapa tahun lalu berubah menjadi sekolah umum, dan tentunya membuat para siswa laki-laki mudah diterima disini

Uzumaki Naruto, alasannya ia masuk kesekolah ini dua tahun yang lalu adalah agar ia bisa terbebas dari para Pembully semasa Chuugakkou-nya, ia lelah harus mendapati pukulan yang terus membuat tubuhnya dipenuhi luka lebam yang tak berarti

Dulu – sebelum ia diusir oleh keluarganya sendiri, Naruto bukanlah remaja rendahan, ia hanyalah remaja biasa yang menjalani kehidupan sekolahnya dengan biasa tanpa ada masalah sedikitpun

Namun hanya karena suatu Tragedi yang terjadi pada keluarganya, ia lalu diusir dan dibenci oleh keluarganya sendiri, dan karena Tragedi itulah ia mendapatkan sebuah julukan hina bernama 'Anjing Liar'

Dan karena berita tentang seorang anak yang diusir dan dijuluki 'Anjing Liar' tersebar, membuat teman-teman sekolah Naruto mem-Bully nya dan bahkan tak segan untuk memberikan luka padanya dengan alasan yang Naruto tak tahu, dan saat Naruto menanyakan alasannya...

'Kau itu Anjing Liar, jika kami menganiaya Anjing Liar, apa ada yang peduli?'

Alasan yang ia dengar dengan telinganya sendiri itu masih teringat dan tak akan pernah terlupakan oleh Naruto, dan tentunya alasan itu membuatnya sangat marah – marah pada orang lain dan pada orang yang menyebarkan berita hina itu, serta marah pada dirinya sendiri

Dan saat Naruto memasuki Kuoh Academy ini, Naruto berpikir hidupnya bisa sedikit lebih tenang daripada masa Chuugakkou nya karena sebagian besar siswa disini didominasi oleh perempuan –

- yang katanya, Perempuan itu merupakan makhluk yang baik

Tapi apa memang begitu? Tentu saja itu hanya omong kosong belaka!

Dimana pun Naruto berada, keberadaannya tetap saja dianggap sebagai Pecundang yang selalu diBully. bahkan parahnya, tidak hanya laki-laki yang membuat kehidupan sekolahnya dirusak, namun para perempuan juga –

- yah walaupun mereka hanya mengganggunya dengan ejekan serta hinaan tajam saja, tapi tetap saja itu sungguh menyakitkan kau tahu?

*Bruuk!*

Ah~ Naruto terlalu banyak berpikir hingga tak sadar ia menabrak seorang gadis didepannya

Naruto menatap gadis didepannya yang kini jatuh terduduk. Surai merah yang menyala sebagai penghias, wajah cantik bagaikan seorang putri raja, serta itu – matanya sedikit melirik kearah dada gadis itu yang bisa dikatakan cukup besar

Etto... Berapa ukurannya? C-Cup? Atau mungkin lebih dari itu?

Gadis yang ia tabrak secara tak sengaja itu merupakan gadis yang terkenal disekolah, bukan karena kecantikannya saja yang tiada tara, kepintarannya pun perlu dipertimbangkan yang membuatnya banyak disukai para siswi maupun siswa, para siswa siswi kebanyakan menjulukinya sebagai Great Onee-sama

Namun yang Naruto tahu, gadis yang tak sengaja ia tabrak itu bernama Rias Gremory

"Su-Sumimasen! Da-Daijobu ka?"

*Plaaak!*

Naruto agak terkejut, pasalnya uluran tangan yang ia berikan pada gadis berambut merah itu dengan cepat ditepis oleh Rias, iris matanya yang agak aneh – kadang berwarna hijau dan kadang berwarna biru itu menatap tajam sosok Naruto

"Jangan sentuh aku Pecundang!"

"..."

"Cih, Mukatsuku!"

Mungkin? Naruto dulu sungguh kagum pada gadis di depannya ini, semua kelebihan para gadis ada padanya. Kepintaran, kecantikan, kemolekan, dan tentu wajahnya yang manis tiada tara, semuanya ada pada sosok Rias Gremory

Namun apa? Rasa kagumnya pada sosok seorang Rias Gremory hilang seketika saat uluran tangannya yang ditepis kasar dengan ejekan yang sungguh amat menohok hatinya

Ayolah! Dia hanya berniat menolong bukan? dan bukannya ia sudah meminta maaf terlebih dahulu?

Walau sesaat ekspresi Naruto mengeras, tapi tetap saja Naruto mengerti bahwa dia yang salah. Ia yang tak sengaja menabrak seorang Elit sekolah tak pantas untuk diberikan maaf kepada seorang Rias Gremory

Naruto menundukkan badannya sekitar sembilan puluh derajat sembari kembali meminta maaf sesaat setelah Rias mulai berdiri, namun tetap saja permintaan maafnya hanya sia-sia dan berakhir dengan tubuhnya yang dipaksa jatuh kelantai saat Rias yang sengaja menyenggol badannya dari samping dengan sedikit kuat

*Bruukk!*

"Oh Maaf~ aku tak sengaja!"

Ayolah! Permintaan maaf macam apa itu? Bahkan ekspresinya terlihat sangat mengesalkan! Dia berniat mengejek atau meminta maaf?

"Lihat itu~ Pecundang itu terlihat menyedihkan!"

"Hahaha~!"

Mengabaikan para siswa lain yang menertawainya karena dipermalukan oleh Rias, Naruto lalu bangkit berdiri, berjalan kearah kelasnya meninggalkan para siswa yang masih samar-samar terdengar menertawainya dari jauh

.

.

'Cih!'

.

'Ini lebih Buruk dari yang kuduga!'

::

::

::

::

"Ne Shitteru? Katanya hari ini ada guru baru loh!"

"Hee.. Maji?"

"Kau tahu darimana?"

"Tentu saja aku tahu!"

Untuk sekarang keadaan kelasnya terdengar sedikit lebih heboh dari biasanya, para siswa sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sedangkan para siswi sedang heboh membicarakan guru baru

Naruto – siswa yang duduk dipojok belakang sambil membaca sebuah Light Novel ituhanya bisa menghela nafas lelah, para siswi yang sedang berbicara itu membuat acara membaca LN miliknya menjadi sedikit agak terganggu

Yah, dia sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Suasana ramai dikelasnya membuat dirinya merasa sendiri, Naruto lebih suka membaca LN miliknya dengan suasana damai seperti ini daripada harus bergabung dengan para siswa yang lainnya

Atau anggap saja dia adalah seseorang yang menarik diri dari pergaulan atau yang biasa disebut sebagai Penyendiri, selain karena ia tidak suka bergabung dengan yang lainnya, penampilannya yang Culun pun membuat siswa maupun siswi lain enggan untuk sekedar menyapanya

Yah, mungkin benar kata pepatah 'Mereka memandang hanya dari sampul bukunya saja'

Ayolah! Mereka tidak tahu siapa Naruto yang sesungguhnya, untuk sekarang mungkin dia terlihat culun dengan rambut disisir rapi juga kacamata yang ia kenakan, tapi mungkin jika penampilannya dirubah seperti dirinya yang berada dirumah –

- Rambut Spike berwarna pirang, wajah tampan dengan iris mata Blue-Saphire yang indah, itu tentunya akan membuat para gadis tak bisa untuk tidak mengabaikannya

*Sraaak!*

Pintu kelas itu pun terbuka, membuat para siswi maupun siswa bersegera menuju bangku mereka masing-masing, Naruto yang belum sempat membaca dengan habis salah satu halaman LN miliknya pun terpaksa berhenti dan menaruh kembali ke dalam tasnya

Dari pintu kelas itu, masuk seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam guru, wajahnya yang tampan meski umurnya yang entah berapa membuat para siswi berdecak kagum, rambut hitamnya serta tatapan mata hitamnya yang sedikit terasa dingin entah kenapa membuat para gadis menyukainya

"Ohayou Minna-san! Perkenalkan namaku Uchiha Madara, sebagai guru baru aku akan mengajar pelajaran Matematika untuk siswa ditahun pertama dan untuk siswa ditahun kedua, dan tentunya aku akan mengajar kelas kalian! Jadi mohon bantuannya!"

"Whooa~!"

"Sensei Kakkoi!"

"Yappari! Sensei wa Kakkoi!"

Teriak para siswi dengan nistanya, sedangkan para siswa lain hanya bisa menatap para siswi dengan tatapan aneh, yah mereka tak pernah menyangka para siswi sekelasnya bisa menjadi agresif seperti ini jika menyangkut soal Guru Baru

Lain para siswi lain juga dengan Naruto, matanya membulat terkejut saat sosok pria paruh baya yang kemarin ingin Bunuh Diri namun ia selamatkan itu kini berada didepannya dan menjadi guru barunya. Dan lebih dari itu, pria paruh baya yang akan menjadi guru-nya itu memperkenalkan dirinya dengan senyum yang seolah mengatakan bahwa hidup ini tak buruk juga

Apa ini? Apa pria bernama Uchiha Madara itu termotivasi untuk terus menjalani kehidupannya hanya karena Naruto menyelamatkannya dari percobaan Bunuh Diri yang terjadi kemarin? Atau mungkin ia berniat Bunuh Diri disekolahan bersama para siswanya?

Abaikan terlebih dahulu Naruto yang sedang berpikir...

Beralih ke Madara, pria paruh baya yang baru saja menjadi guru Matematika itu tersenyum simpul saat melihat seorang remaja pirang yang dikenalnya sebagai Uzumaki Naruto, seorang remaja yang menarik perhatiannya hingga membawanya kesini

'Tak akan kubiarkan mereka mengambilmu, bocah Rashoumon!'

::

::

::

::

*Duaaagg!*

Dibalik pintu menuju atap itu, terlihat seorang pria paruh baya yang masih mengenakan seragam guru tengah mengintip dari balik pintu itu, iris matanya menajam saat sosok yang menjadi perhatiannya kini tengah dihajar oleh dua orang siswa yang mungkin seorang Yankee disini

"Itteee..."

Naruto, seorang remaja yang menjadi korban Bullying itu kini bersandar di dinding pembatas, tangannya mencoba mengusap liur yang keluar dari sudut bibirnya akibat pukulan yang bersarang diwajahnya tadi

"Kumohon hentikan ini, Otouto~"

"Sudah kubilang jangan memanggilku dengan sebutan itu Konoyaro!"

Remaja itu – seorang pelajar yang terlihat mirip dengan Naruto hanya saja warna rambut mereka yang berbeda, kembali melayangkan sebuah pukulan kuat kearah perut Naruto membuat si pirang itu meringis kesakitan

"Aaarrgg..."

Membiarkan Naruto yang meringis kesakitan dengan sedikit membungkukkan badannya, membuat remaja berambut hitam itu menyeringai dan bersiap untuk menendang Naruto dengan kakinya

"Kau itu Anjing Liar! Dan kau harus tahu itu!"

*Duaaakk!*

Naruto yang notabene belum siap untuk kembali menerima rasa sakit langsung terpental kesamping saat remaja berambut hitam itu menendang pinggangnya, Naruto terjatuh dilantai, meringkih kesakitan sambil memegang pinggangnya yang serasa nyeri

Rasanya ia ingin sekali membalas dengan kasar apa yang remaja itu perbuat padanya, mungkin mematahkan tangannya atau mungkin mematahkan kakinya? Hanya saja ia tidak bisa melakukan itu

Naruto terlalu lemah untuk melakukan itu dan dia tak akan bisa. Selain itu, orang yang tengah menghajarnya merupakan orang yang berharga baginya!

Remaja lain yang berada disamping remaja berambut hitam itu mulai sedikit iba dengan Naruto, hal itu membuatnya memegang bahu remaja berambut hitam itu dan menyuruhnya untuk mengakhiri hal bodoh ini

"Sebaiknya hentikan ini! Apa kau setega itu melihatnya mengerang kesakitan?"

"Fuzakeru na! Aku tak akan pernah memaafkannya karena dialah yang telah menghancurkan keluargaku!"

Beralih ke pria paruh baya tadi...

Meski sedikit kasihan pada Naruto yang kini mengerang kesakitan dilantai, namun pria itu tetap saja mengamatinya dari balik pintu, ia hanya penasaran apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh remaja berambut hitam itu serta apa respon dari Naruto yang daritadi hanya terus menerima serangan itu tanpa berniat untuk membalas

"Ne, kudengar tak ada guru yang pernah kesini, jadi bagaimana jika aku menghajarmu sampai puas disini?"

"Oii!"

"Tenanglah! Aku hanya akan membuatnya babak belur saja!"

Remaja berambut hitam itu kini merenggangkan jari-jarinya, matanya menajam dengan seringai yang melebar diwajahnya sesaat setelah Naruto mulai duduk dan bersandar pada dinding pembatas itu, langkah kakinya terus mendekati Naruto yang kini mulai terbatuk tak kuasa merasakan nyeri diperutnya

"Ne? Mau kuhajar lagi?"

Mendengar ucapan tadi membuat Naruto mendongakkan wajahnya, matanya yang menajam dengan kedua tangan yang terkepal erat, ekspresinya pun kini mulai berubah dari yang sebelum-sebelumnya

Merasa ditantang, remaja berambut hitam itu menyeringai – rasanya ia ingin terus menyiksa si Anjing Liar ini!

*Zzwuuussh!*

Pria paruh baya yang bersembunyi dibalik pintu itu mulai membulatkan matanya terkejut. Pasalnya kini Naruto mulai terlihat berubah dari biasanya, ekspresinya yang tajam itu membuatnya penasaran, terlebih pada aura hitam yang berada disekelilingnya yang sangat terasa di kulit pria paruh baya itu

'Dasar bodoh! Si bego itu telah membangunkan si Rashoumon dengan cara yang buruk!' Batinnya sambil menepuk dahinya sendiri merutuki kebodohan remaja berambut hitam itu

Dan saat Aura hitam yang berada disekeliling Naruto mulai menguar tajam, pria paruh baya itu langsung membuka pintu itu secara paksa, meskipun begitu Naruto dan kedua remaja itu tak menyadari keberadaannya

Tersenyum simpul untuk alasan yang tidak jelas, ia melangkah kedepan menuju Naruto, namun belum sempat telapak kakinya menempel ke lantai, sosok pria paruh baya itu langsung menghilang dalam sekejap

Pergerakan apa itu? Apa itu semacam Teknik Kaki?

"Kau menantangku Anjing Liar?!"

"Inoryoku-"

.

.

.

"Yosh! Sampai disini saja Minna-san~!"

Terkejut? Mungkin itulah yang dirasakan kedua remaja yang berada didepan Naruto, mereka tak menyadari bahwa ada seseorang selain mereka bertiga diatas atap ini. Lebih dari itu, dia adalah seorang guru sekolahan ini

Ya! Dia adalah Uchiha Madara, seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai guru Matematika di Kuoh Academy ini!

Uchiha Madara yang kini berada dibelakang Naruto langsung menyentuhkan tangannya pada bahu pemuda pirang itu, sehingga aura hitam yang berada disekelilingnya langsung hilang – lenyap tak tersisa

Naruto yang tersadar saat seseorang memegang bahunya membuatnya tak sungkan untuk menoleh kebelakang, didapatinya wajah seorang pria berambut hitam dengan senyum simpul diwajahnya

"Gaki, untuk sekarang tahan dulu, aku tak ingin mereka terpancing kesini karenamu" bisik Madara ditelinga Naruto lalu bangkit dan berjalan kedepan Naruto mencoba melindunginya dari kedua remaja tadi

"Sensei! Jangan menghalangiku!"

"Gomen~! Aku harus memisahkan kalian disini, secara aku tak ingin membuat kesan pertamaku disekolah menjadi buruk hanya karena tak bisa memisahkan siswa bandel yang menghakimi siswa yang lemah"

Ucapan Madara dengan nada yang aneh itu membuat ekspresi remaja berambut hitam itu mengeras, rasanya ingin sekali ia menghajar Guru Baru itu namun sayang remaja yang disebelahnya memegang bahunya mengisyaratkan untuk mengakhiri hal ini

"Cih! Baiklah, untuk kedepannya kau harus lebih hati-hati, Anjing Liar!"

Naruto yang sedari tadi hanya duduk dilantai hanya bisa terdiam dengan ekspresi yang tertutupi rambut pirangnya, hatinya sedikit agak mengeras dengan telapak tangan yang mengepal erat

Dia benci hal seperti ini! Ia sudah lelah dan tak bisa menahannya lebih lama lagi!

*Pluk!*

Untuk sesaat Naruto mendongakkan wajahnya kedepan, didapatinya wajah Madara yang kini tersenyum padanya. Senyum itu agak berbeda – senyum yang terasa ada sedikit rasa kekhawatiran disana

"Ayo, aku antarkan kau ke ruang kesehatan"

"..."

"Ha'i Sensei..."

.

.

.

'Yah, mungkin lebih baik begini saja...'

.

.

.

"Itte..."

"Tahanlah sebentar Gaki, Kau laki-laki bukan?"

"Ini pedih Sensei!"

"Ya Maka dari itu tahanlah sebentar!"

Ruangan yang cukup terang, kain penutup jendela terlihat bergoyang dimainkan angin, semilir angin yang sejuk serta pemandangan yang cukup indah dari jendela membuat ruangan semacam ini memang tempat yang bagus untuk istirahat

Uzumaki Naruto – seorang pelajar di Kuoh Academy tahun kedua yang menempati kelas B itu terlihat sedikit meringis saat pipinya menyentuh sebuah kain yang sudah dibasahi dengan obat luka sebelumnya

"Uh.."

"Tahanlah sebentar Gaki!"

Decih Pria itu – Uchiha Madara yang kini sedang menempelkan secara pelan-pelan kain itu pada pipi Naruto. Yah bukan berarti ia benar-benar peduli pada salah satu siswanya ini sih, hanya saja ia agak kasihan melihatnya dipukuli seperti tadi

Mungkin kalau dia menjadi Naruto, dia pasti akan menghabisi kedua remaja sialan tadi dengan tangannya!

Selesai mengurus Naruto, Madara lalu membereskan semuanya lalu memasukkannya kedalam kotak p3k dan kembali menaruhnya ke tempat asalnya, sedangkan Naruto hanya bisa menatap kosong kearah luar jendela

"Ne Sensei, Apa aku bisa lebih kuat? Aku lelah menjalani kehidupanku seperti ini..."

Madara yang notabene masih sibuk dengan peralatan kesehatan disana langsung menoleh kearah Naruto, ia terdiam saat melihat tatapan kosong Naruto yang terlihat seolah tak memiliki harapan hidup lagi

Apa ini? Apa dia bosan hidup? Mungkin Madara perlu mengajaknya untuk Double Suicide atau Bunuh Diri Bersama?

"Bagaimana jika kita Bunuh Diri bersama? Kurasa itu cukup menyenangkan~!"

"Apa kau bodoh Sensei? Tentu saja aku tak mau!"

Ucap Naruto sewot sambil memalingkan wajahnya kearah Madara, dari sorot matanya ia terlihat agak kesal dengan guru baru itu

Coba kau pikirkan? Apa kau mau diajak bunuh diri bersama seorang pria yang baru saja menjadi guru baru di Kuoh Academy ini? Tentu tidak bukan?

Naruto hanya tidak habis pikir, kenapa guru sableng didepannya ini ngebet pengen Bunuh Diri? Apa ada yang salah dalam hidupnya hingga membuatnya rela untuk mau meregang nyawa?

"Jadi kuat huh?"

"Se-Sensei?"

Naruto agak bingung, pasalnya kini sosok yang dipanggil Sensei itu terdiam dengan mata yang menatap jauh kearah luar jendela, sorot matanya terlihat datar namun entah kenapa itu terasa sangat dalam

"Aku akan pergi ke kelasmu untuk melapor bahwa kau izin melewati pelajaran karena sakit"

Naruto hanya mengangguk saja, entah kenapa sikap Madara agak sedikit berubah tadi, yang biasanya terlihat agak ekspresif berganti menjadi sedikit pendiam, apa ada yang salah dengannya?

*Ckleek!*

.

.

.

'Sensei?'

::

::

::

::

'Tap... Tap...'

Suara langkah kaki yang agak berat itu terdengar memantul dilorong sekolah yang sepi, suasana dimana para siswa sudah masuk ke kelas dan mengambil pelajaran yang didapat terasa sangat damai, ia menyukai hal semacam ini

Pria paruh baya itu terus melangkah secara perlahan, suara langkahnya memecah keheningan dilorong sekolah, hingga akhirnya ia tersenyum saat pandangan matanya menemukan kelas 2-B – terlihat jelas tanda diatas pintu geser kelas itu

*Sraak!*

Kelas yang awalnya sibuk dengan pelajaran yang diberikan seorang guru itu mendadak ricuh saat ia menggeser pintu itu lalu masuk kedalam, terlebih pada para siswi yang menatapnya dengan tatapan kagum

"Lihat! Itu Uchiha-sensei!"

"Kyaa~ Uchiha-sensei!"

Yah, Uchiha Madara – seorang pria paruh baya yang memasuki kelas itu memang sudah menjadi populer sejak kedatangannya sebagai guru baru di Kuoh Academy, selain perawakannya yang agak tampan meski umurnya yang entah berapa tahun, juga pembawaannya yang terlihat akrab pada para siswa maupun siswi membuatnya sangat cepat dikenal

Mencoba tersenyum pada para siswi yang memanggilnya dengan nama marganya, Madara lalu kembali menoleh dan menatap seorang guru yang mengajar kelas 2-B itu

"Sugimoto-sensei, aku datang untuk mengatakan bahwa Uzumaki Naruto harus izin melewati pelajaran karena sakit, kuharap Sugimoto-sensei dapat mengizinkannya"

"..."

"Oh Souka? Baiklah kalau begitu"

Awalnya, Madara sedikit bingung saat suasana kelas yang tadinya agak riuh itu mendadak menjadi diam hening sesaat setelah ia menyebut nama Naruto, tatapan matanya secara sembunyi-sembunyi memperhatikan para siswa maupun siswi yang kini tengah berbisik

"Jadi... dia Di Bully Lagi?"

"Sepertinya begitu, biarkan saja si Pecundang itu..."

"Hei! aku malah bersyukur si kacamata tebal menjijikkan itu tak ada disini..."

"aku malah berharap ia tidak pernah datang kesini..."

Madara tersenyum simpul saat mendengar bisik-bisik para siswa maupun siswi dikelas, senyum hangat ia coba berikan pada para siswa dan siswi sesaat setelah meminta izin untuk undur diri pada Sugimoto-sensei lalu berjalan keluar kelas, tak lupa ia menutup pintunya kembali

*Sraaak!*

Jadi, inikah sebuah kebenaran dari keberadaan Naruto cukup dibenci bahkan oleh teman sekelasnya sendiri?

'Dasar manusia, mereka tak bisa melihat apa yang menarik dari bocah Rashoumon itu...'

.

.

.

'Manusia hanya melihat apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka pahami'

.

.

'Kupikir lain kali aku perlu mencatat kalimat bodoh itu dalam catatan harianku'

::

::

::

::

"..."

Ekspresinya sedikit agak mengeras daripada biasanya, tangannya yang awalnya membuka pintu itu kini mengepal erat, sorot mata hitamnya menajam saat matanya mencoba menelusuri keadaan ruangan itu

Untuk sekarang keadaannya berubah, Madara kini telah berada diruang kesehatan yang sebelumnya memiliki niatan untuk menengok keadaan Naruto – si korban Bullying itu, namun apa yang ia dapati? Ruangan itu terlihat sedikit acak-acakan dan lebih dari itu, sosok Naruto yang seharusnya tengah duduk dan menatap keluar jendela kini tak lagi ada

Mengabaikan keadaan ruang kesehatan yang agak acak-acakan itu, Madara langsung berbalik dan menutup pintu itu, langkah kakinya yang berat kini berjalan melewati lorong sekolah dengan tangan yang terkepal erat

"Tch!"

.

.

.

'Dasar kepala hitam itu! Akan kuberi pelajaran padanya setelah berani mencuri si Rashoumon dariku!'

.

.

.

::

::

::

::

:: [Page #01] ::

Bad Destiny!

.

.

.

.

:: [Stray Dogs!] ::

::

:: [Disclaimer] ::

Not Own Anything!

::

:: [Genre] ::

Adventure, Supernatural, Angst[?]

::

:: [Rating] ::

M for Some Reason

::

:: [Warning] ::

OOC[?], Typo, Miss-Typo, Mainstream[?], Humor!Fail, Slight!BSD, Bahasa tidak baku, and More...

::

::

::

::

:: [To Be Continued..?] ::

.

.

:: [A/N] :: Domo~ Masih kenal dengan saya kan? [Berharap]

Oke! Ini awalnya Cuma Nulis Random dengan tema Scene Fighting, namun saat alur ceritanya udah dibuat sedemikian rupa, saya pikir kenapa gak dibuat Fic aja?

Basis awal ceritanya diambil dari Anime Bungou Stray Dogs di episode pertama, serta kekuatannya juga ada yang saya ambil dari Anime itu. Jadi kalian gak akan menemukan Naruto yang bertarung menggunakan Rasengan atau mungkin Rasenshuriken dan semacamnya

Sebagai awal mungkin alurnya kurang jelas dan ucapan Madara yang terkesan misterius, tapi Chapter depan akan dijelaskan semuanya hingga alurnya menjadi jelas dan pengen dibawa kemana ceritanya nanti~

Mungkin banyak Reader yang gak suka karena saya membuat Karakter Naruto yang terkesan lemah banget, tapi tunggu dulu! Saya gak selamanya membuat Naruto seperti itu, kedepannya pasti akan ada perkembangan yang cukup pesat yang berkaitan dengan kekuatan Naruto dan juga apa kekuatan Madara

Untuk sekarang saya masih melihat respon dari para Reader dulu. Kalau ada yang suka, mungkin saja saya bakal update cepat dari biasanya, tapi saya gak janji loh~

Dan ya! Sankyuu buat Kak Hikasya yang udah mau repot-repot nge-Beta Fic ini~!

Oke sebagai ucapan terakhir, salam dan sampai jumpa~

Selamat menunaikan ibadah puasa!

Minal Aidzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin!

.

.

Bye Bee~!

- Sign :: [Kurosaki Kitahara]