Inspired by Aiesu - Chiyo Rokuhana
.
.
Naruto - Masashi Kishimoto
I.S [Inter Sexual]
Vanille Yacchan, Eun bling-bling, and nyan-himeko
.
.
Warning (Gender bender, OOC, OC, AU, Typo and Mistypo)
DLDR!
Bagian Kesatu
BERBEDA
.
.
Setiap aku bertanya pada kaa-sanku.
"Kenapa tubuhku begitu aneh?"
Ia selalu diam.
Dan hanya tersenyum ke arahku.
Aku sangat yakin dalam senyuman itu—
terselip rasa kesedihan
"Kau akan tahu seiring berjalannya waktu nak
"Sakura!"
Pemuda dengan perawakan jangkung berlari menghampiri sosok gadis yang dipanggilnya barusan. Haruno Sakura menoleh ke arah suara baritone yang tengah meneriaki namanya tadi.
"Menma-kun. Ada apa?" sembur Sakura begitu iris emerald-nya menangkap sosok si pemanggil.
Uzumaki Menma mengatur nafasnya dan dengan serampangan tangan besarnya merogoh kantung celana seragam coklat tua yang dikenakannya. Sebuah kertas berwarna putih acak-acakan mendarat dengan sukses ke tangan lawan bicaranya, menimbulkan kerutan di dahi sang gadis.
"Apa ini?" tanya Sakura.
"Itu," dengan nada yang terkesan malu-malu Uzumaki Menma melanjutkan "tiket bioskop. Kalau berminat, minggu depan ku tunggu di depan sekolah. Jaa ne."
Tak kuat menahan semburat merah yang terus menjalar di wajah tampannya, Menma ambil langkah seribu begitu ia menyelesaikan perkataannya.
"Tu-tunggu!" Sakura berteriak kencang, mencegah si jangkung melarikan diri. Tapi sayang, suaranya tak digubris oleh Menma. Sosok Uzumaki Menma kini hilang di perempatan koridor.
"Bahkan aku belum sempat mengatakan iya," lirihnya.
Sakura memandangi tiket pemberian Menma dengan senyum sumringah. Sedetik kemudian senyuman itu pudar dari wajah cantiknya.
Aku tidak bisa.
Ia merobek tiket itu menjadi dua bagian dan membuangnya.
Gomen, Menma-kun
Dia tidak tahu apa-apa tentang takdir Tuhan. Ketika dilahirkan tanpa mengenal sosok sang ayah namun ia bersyukur memiliki seorang ibu yang selalu menyayanginya. Tapi ketika ia mulai menyukai keberadaannya, perlahan suatu kejanggalan aneh merasuk pikirannya, membuatnya harus merekontruksi ulang tentang pemikiran normalnya 'tubuhnya'. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuhnya berkembang begitu aneh. Ia begitu berbeda dengan kebanyakan orang lain.
Well—hidup di zaman modern dan tidak mempunyai siapa-siapa, jangan pikir kalau Sakura akan tinggal dengan Paman dan Bibi yang jahat dilengkapi sepupu menyebalkan yang setiap saat akan mengerjaimu dengan tipuan dan candaan yang jauh dari kata normal ataupun kehidupan seperti opera-opera sabun murahan. Untuk seseorang yang memiliki apartemen sederhana yang jauh dari kata kumuh, ia dikategorikan cukup beruntung bisa tinggal dengan nyaman di sana.
CEKLEK...
BLAM...
"Hari ini aku akan masak apa ya?" ia seolah-olah bertanya pada dirinya sendiri "Err- sepertinya makanan tadi pagi masih bisa dimakan," jawabnya.
Sakura melangkahkan kaki-kaki jenjangnya ke arah dapur, matanya terlihat tak fokus. Gadis ini masih memikirkan perihal ajakan kencan tersirat Menma dan bagaimana tiket pemberian pemuda itu harus berakhir di tong sampah sekolah. Uzumaki Menma orang yang baik-setidaknya menurut Sakura-, saat semua teman-teman menjauhinya karena ia dianggap terlalu sempurna oleh mereka, Uzumaki Menma dengan sigap berada di barisan terdepan untuk menghiburnya walau bukan dengan kata-kata berlafal romansa 'Mereka belum tahu saja'.
Ia meringis mengingat bagaimana keadaannya sendiri. Sempurna? Sempurna apanya? Hanya Menma pemuda yang begitu berbeda. Tidak seperti kebanyakan anak lelaki yang mengajaknya kencan dengan bumbu intimidasi dan paksaan di sana-sini, walaupun ia sendiri bersikukuh tak mau. Dan selalu saja Menma menolongnya. Ia begitu baik.
Tapi aku tidak bisa dengan keadaan seperti ini.
Akibatnya, Sakura hanya memikirkan Uzumaki Menma sampai menjelang malam, terlelap dengan si pemuda sebagai bagian dari mimpi abstraksinya. Nampaknya virus merah jambu dari si jangkung Uzumaki Menma telah mencemari otaknya.
Sejak lahir gadis itu sudah tumbuh menjadi seorang perempuan. Kenyataannya—tubuhnya sudah berbeda semenjak ia dilahirkan. Terjebak antara paradigma ia seorang perempuan atau seorang laki-laki.
Hingga di hari itu...
Ia mengetahui segalanya...
Tentang segala keanehan tubuhnya...
[Haruno Sakura POV]
[Middle School]
"Nah, anak laki-laki dimohon untuk keluar sebentar. Anak perempuan tetap berada di sini."
"Ah! Sensei bikin repot saja."
"IYA
"Sudah sana kalian pergi."
SRAAK..
BLAM...
Murid-murid lelaki menggeser pintu depan kelas dengan kasar. Murid perempuan hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat kelakuan teman-teman kaum adam mereka.
"Anak-anak, saya akan menjelaskan tentang periode pertama kalian mendapat menstruasi. Nah! Di depan adalah gambar alat reproduksi. Kalian akan mengetahui periode pertama siklus ketika darah keluar pada titik ini, bla... bla..."
Semua teman-temanku menyimak penjelasan Sensei dengan baik. Nampaknya mereka begitu menyenangi pelajaran ini. Namun aku... aku... hanya menunduk. Jadi ternyata tubuhku ini aneh. Aku harus berpura-pura. Agar semua orang tidak mengetahuinya.
Bahkan aku belum pernah mendapat apa yang dijelaskan oleh Sensei. Lebih buruknya, suaraku menjadi lebih rendah, bulu-bulu tumbuh di kakiku, dan dadaku tak tumbuh seperti kebanyakan perempuan.
Ketika melihat semua teman perempuanku yang sering diajak kencan. Aku iri. Aku juga ingin dicintai. Tapi hal itu tidak akan mungkin. Kenapa? Aku bukan seorang laki-laki bahkan juga bukan seorang perempuan. Kenapa tubuhku tidak bisa seperti yang lainnya?
[High School, Grade X]
"Kaa-san."
Ibuku menganggukan kepalanya kala aku memanggilnya. Bau harum masakan menguar di ruangan kala itu.
"Ne? Ada apa Sakura?" ia tetap memunggungiku, masih sibuk memotong-motong beberapa sayuran.
"KAA-SAN! teriakku.
Akhirnya ia berbalik, iris mata emerald itu memperhatikanku dengan tatapan khawatir. Ya—tentu saja khawatir. Melihat anaknya sendiri tiba-tiba mengeluarkan air mata.
"Ada apa?" ia meletakkan pisau di atas meja dan segera mencuci tangannya.
Sebelumnya ia mengelap tangannya. Tangannya yang masih halus itu, membelai pipiku dengan lembut. Dengan cekatan ia menghapus air mataku.
"Kau bisa jelaskan tentang hal ini?" Keningnya mengerut bingung, melihat sebuah kertas HVS yang berada ditanganku. Langsung saja ia mengambil kertas yang kupegangi. Dapat kulihat iris matanya menyusuri tiap bait kata-kata dengan ekspresi wajah yang tak bisa kubaca.
"Apa benar?"—aku menunduk mencoba menahan air mata yang ingin meringsek keluar dari pelupuk mataku—"Apa benar yang dikatakan semua dalam kertas itu?" aku mencoba tenang, melanjutkan kata-kataku yang tertahan. Sedangkan ia hanya menatapku dengan wajah yang hampir menangis.
"APA BENAR?" kali ini aku berteriak. Air mata yang sudah kutahan akhirnya keluar juga. "Apa benar aku...tubuhku yang aneh ini dinamakan Inter Sexual."
Sekali lagi ia hanya diam. Tapi kali ini air mata membanjiri pipi putihnya kupegangi pundaknya iris emerald kami sama-sama bersibok. "Kenapa kau tak pernah memberitahuku? Aku hampir gila sampai-sampai rasanya ingin bunuh diri saja."
"Aku tak punya pilihan lain. Maaf menyembunyikan hal ini darimu, hiks"—tangan putihnya membekap wajahnya yang kini dipenuhi air mata—"Dokter menyuruhku untuk membesarkanmu sebagai perempuan. Aku tak punya pilihan lain. Hanya ini satu-satunya cara, yaitu menyembunyikan semua fakta ini darimu," ia mengatakannya dengan sesegukan."
"Tapi kenapa?" tanganku masih setia memegang pundaknya yang bergetar karena ia menangis. "Kaa-san selalu saja menyembunyikan apapun dariku. Seperti hubunganmu dengan Tou-san yang telah lama berakhir."
"SUDAH CUKUP!" tangannya berpindah menutup telinganya berusaha tidak mendengarkan apa yang kubicarakan.
"Kau...terlalu muda untuk mengetahuinya. Kau terlalu muda untuk menanggung beban Kaa-sanmu ini!"
Aku melepas pegangan dari pundaknya dan berbalik memutar menuju jendela di sudut dapur. "Itu pasti karena aku kan? Aku memang membawa kesialan untukmu. Lebih baik aku tidak usah lahir saja."
Tiba-tiba saja sebuah kehangatan kurasakan di belakang punggungku. Ia memelukku.
"Kenapa? Kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri? Kau tidak salahTou-sanmu meninggalkan Kaa-san hanya karena dia tidak cocok lagi denganku."
Tanpa diduga air mata itu mengalir lagi bukan kemauanku.
"Berjanjilah apapun yang terjadi. Kau harus hidup hidup demi Kaa-sanmu ini. Cintailah dirimu sendiri. Apapun yang akan menghancurkan hidupmu, kau akan selalu berjuang untuk hidupmu" ia berhenti sebentar. "Gomen karena telah melahirkanmu dalam keadaan seperti ini."
Aku berbalik dan melepaskan pelukannya dengan lembut. Kupeluk tubuh kecilnya yang sudah membesarkanku selama ini. Ia balas memelukku. "Aku akan mengingat janji itu, Kaa-san. Selalu..." bisikku dengan lembut.
Ya selalu.
Dan itu merupakan kata-kata terakhirnya.
Hingga esoknya, ada sebuah berita yang membuatku shock. Ia telah meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Benar bukan? Aku ditakdirkan hanya untuk menyengsarakan orang-orang yang berada di dekatku. Realita ini membuatku merasa putus asa. Kenapa selalu seperti ini?
Aku sendirian. Aku tak punya apa-apa, selain diriku. Yang membuatku kuat, tidak akan menangis, dan tidak akan membuang hidupku, hanya janji itu. Hingga akhirnya janji itu merupakan sebuah harta yang paling berharga untukku selamanya.
Ya selamanya...
"Semoga kau tenang berada di surga, Kaa-san."
I.S atau Inter Sexual orang-orang yang terlahir dengan gender yang membingungkan. Laki-laki dan perempuan. Ini bukan cerita bersettingkan fantasy seperti dibeberapa film-film. I.S... umumnya, mereka tidak dapat bereproduksi. Karena mereka berbeda mereka cenderung bersosialisasi dengan mencampur adukkan ke dalam dua gender. Berpura-pura sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.
Itulah.
Keadaan yang sebenarnya...
Ku tatap wajahku dicermin, merapikan beberapa helai rambut yang menghalangi pandanganku.
"Hey, kau sudah datang?" tanya seseorang di sampingku, ia membuka lokernya dan mengambil sesuatu dari sana.
"Ya," jawabku tanpa menoleh. Bukan bermaksud tidak sopan karena tidak memandang lawan bicara. Hanya saja dia terlalu banyak bicara dan jika kuladeni akan memakan waktu banyak.
BLAM
Ia menutup pintu loker. Menyandarkan tubuhnya dan menatapku intens.
"Kenapa?" tanyaku begitu menyadari tatapannya yang menusuk.
"Hey! Lihat dirimu baik-baik! Kau itu cantik dan pintar. Tidak seharusnya kau bekerja di tempat kotor seperti ini."
Aku memutar bola mataku. "Ucapanmu kuno. Aku bosan mendengarnya," sahutku kemudian melengos pergi, meninggalkannya yang berdecak lidah melihat tanggapanku.
Yah, dia memang benar. Untuk apa aku bekerja di tempat kotor seperti ini. Klub malam, tempat dimana kau membuang uangmu hanya untuk alkohol dan gadis. Tempat berkumpulnya orang-orang sakit jiwa yang haus akan nafsu. Tempat dimana attitude, norma dan agama dibuang jauh-jauh. Dan yah, tempat yang mencukupi kehidupanku beberapa tahun ini.
Dari semua pekerjaan yang kulakukan hanya di tempat inilah aku dapat mencukupi semua kebutuhanku. Tunggu dulu! Jangan kau pikir aku menjual tubuhku di sini. Jika kau berpikir seperti itu maka kau salah BESAR bung! Aku di sini hanya berperan sebagai waiters tidak lebih!
Bekerja di sini bukan hanya gajinya saja yang lumayan besar tetapi tips-tips dari pelangganlah yang membuatku lebih memilih pekerjaan ini dibanding yang lain. Yah, walau kuakui resiko yang kuhadapi lebih besar. Apalagi jika harus bertemu dengan pelanggan hidung belang. Ugh. Ingin rasanya aku mematahkan hidung mereka. Tapi well kau tahu slogan 'pelanggan adalah raja bukan?'
Glek!
Ku persiapkan mentalku, entah apa lagi yang akan terjadi malam ini. Aku hanya berharap tidak akan ada hal buruk yang menimpaku malam ini, yah semoga.
"Sakura kau sudah datang? Antarkan minuman ini ke meja sembilan!" ucap salah seorang pegawai yang cukup ku kenal. Seorang gadis cantik bernama Yuki.
Ia sama sepertiku, bekerja di tempat kotor ini untuk membiayai kehidupannya. Bedanya ia adalah seorang mahasiswi hukum semester 3. Aku terkadang heran, kenapa seorang mahasiswi hukum sepertinya rela bekerja di tempat ini.
"Kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanyanya heran, alisnya saling bertautan.
"Tidak," ucapku menggeleng kemudian mengambil nampan berisi lima botol wine dan dua buah gelas yang serta menemaninya.
Dentuman alunan musik menggiring langkahku hingga menemukan meja dengan tag name bernomor sembilan. Tanganku dengan cekatan meletakkan lima botol wine dan gelas tersebut ke atas meja.
"Lepaskan!" pekik seorang gadis.
Mataku melirik ke arahnya. Ku lihat gadis dengan pakaian terusan biru malam duduk bersama seorang laki-laki tua bertubuh besar yang memaksa menciumi lehernya.
Aku menggelengkan pelan kepalaku, mencoba mengacuhkan pemandangan di sampingku.
'Bukan urusanmu Sakura'
"Silahkan dinikmati," ucapku seraya membungkuk, walau aku tahu hal itu tidak akan didengar dan digubris oleh mereka. Well itu harus kulakukan.
Kakiku beranjak meninggalkan meja itu.
"Lepaskan aku Pak tua!" pekikan si gadis menembus indra pendengaranku.
Kepalaku kembali menggeleng. Enggan berurusan dengan orang itu dan membuat masalah. Walau sebenarnya aku sangat ingin mematahkan tangan si orang tua brengsek itu.
PLAK
"DIAM BODOH! TURUTI SAJA PERINTAHKU!" si laki-laki tua berteriak, kontan membuat kakiku berhenti.
Oke, cukup. Ini sudah keterlaluan.
Kakiku memutar dan kembali menghampiri meja tersebut.
BUGH
Satu pukulan keras berhasil menghantam hidung bangirnya.
"BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN HAH?" teriaknya geram.
"Cih! Kau bertanya padaku Pak tua? Seharusnya pertanyaan itu kau tanyakan pada dirimu sendiri!"
BUGH
Kembali pukulan kerasku mendarat di pipinya dan berhasil membuatnya terjungkal. Langkahku menghampirinya, menarik kerah bajunya hingga tubuhnya sedikit terangkat.
"Dengarkan aku! Jika kau berani menganggu gadis lemah lagi. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu!"
BUGH
Satu pukulan lagi untuk memuaskan hasratku.
"Apa yang kau lakukan?" seseorang menarik lenganku hingga membuatku berdiri dan menghadapnya.
Mati kau Haruno Sakura! Lihat apa akibatnya jika kau bertindak sok pahlawan.
"Kau! Dipecat!" ucapnya geram seraya mendorong tubuhku.
Great! Kau kehilangan pekerjaan sekarang.
Aku memandang sekitarku, sudah banyak orang berkemurun. Apa yang mereka lihat? Pertunjukan seorang waiters yang menghajar pelanggannya dan dipecat?
Hey! Dimana gadis itu? Haha great! Bahkan tak ada ucapan terima kasih atas aksiku barusan.
-To Be Continued-
Finishing beta, 21 June 2017
First publishing 3 March 2012, in kpop Fandom (cast, Taemin (SHINee) , Minho (SHINee), and IU).
Sebenarnya ga pede buat publish, kerjaanku cuma ngeremake dan ngebeta doang yah huehue. Karena aku ga berani nulis lanjutan fanficku yang lain. Yah, terus terang aku lupa caranya menulis akibat terlalu lama hiatus. Jadi kuputuskan untuk meremake fanfic lama saja.
Jadi keep or delete?
Sampaikan aspirasimu/Ja
Note [Edit] barusan habis cek hilangnya spasi dll yg disebabkan proses upload di ffn. Aku lupa kalo ffn bikin spasi jadi bersatu haha. Kalau nemu typo seperti ini tolong kasih tau ya. terimakasih sudah membaca. review sangat dihargai. semuanya akan dibalas pekan depan. Oh iya, kalau mau liat versi jelas dari cover fanfic ini bisa cek instagram aku. Link berada di bio
