Standard Disclaimer. Semoga chingu Ahgase dan Couple GOT7 shipper suka. Karakter lain muncul sesuai alur. Italic : Flashback.

.

.

Jinyoung menemui Mark dalam keadaan mata berlinang, sepanjang tiga puluh menit Jinyoung terus menyembunyikan wajahnya di punggung Mark. Hingga perlahan tubuh kekasih cantiknya melemas, Jinyoung tertidur.

"Ada masalah apa sayang?" Mark membaringkan Jinyoung di ruangan yang biasanya digunakannya untuk istirahat jika tidak pulang ke rumah. Sepertinnya Jinyoung bolos kerja, dia dari rumahnya langsung menemui Mark.

Ada banyak pesan masuk di ponsel kekasihnya yang menanyakan dia dimana.

Mark melepaskan jaket dan dasi kerja Jinyoung, meletakan di sampiran jubah dokternya kemudian melonggarkan ikat pinggangnya.

Saat sedang mencoba membukakan kancing teratas kemeja, Mark mendengar Jinyoung menyebut nama seseorang, terlalu jelas sehingga Mark sulit mengelak.

"Youngjae"

Air mata turun dari kelopak mata yang terpejam. Bahkan dalam keadaan tidak sadar Jinyoung menangis untuk seseorang bernama Youngjae.

Youngjae?

Siapa dia?

Gerakan tangan Mark Tuan sontak terhenti, di tatapnya wajah sang kekasih dengan tanda tanya besar di kepalanya.

.

.

a GOT7 Fanfiction

by

Moonbabee

.

.

Youngjae terbangun dengan rasa nyeri di perut yang begitu dalam, ia sungguh malas bergerak atau setidaknya bangun dari tidur nyaman sepanjang malam bersama dekapan hangat yang sejak berapa jam ini menghilang lantaran pemilik lengan harus bekerja.

Jika saja ponsel di bawah bantal tidak berbunyi, bergetar menganggu tidurnya. Sengaja, Youngjae sengaja menyimpan ponselnya di bawah bantal supaya ketika Yugyeom menghubunginya Jinyoung tidak memergokinya.

"Yeoboseyo"

Youngjae mengawali, membuka percakapan tanpa melihat siapa pemanggil, meski begitu ia dapat menebak, jika bukan Jaebum paling Jinyoung atau –

"Yugyeom?"

[Apa kau masih sakit? Atau kau sedang menghindariku?] Yugyeom dalam emosi yang tidak baik, suaranya terdengar menggeram.

"Aku tidak bisa menemuimu jika kau memintaku untuk datang"

[Aku melihat Jinyoung. . .Masuk keruang salah satu dokter, mereka berpelukan"

Yugyeom mengambil gambar lalu mengirimkan pada Youngjae. "Kurasa kau sudah diselingkuhi."

Yugyeom mencoba memanasi Youngjae, namun sialnya dia yang merasa marah, kalau Jinyoung berselingkuh, maka jika Yugyeom menyentuh Youngjae lelaki Park itu tidak akan terlalu terbebani? Sial, sepertinya Yugyeom harus mempercepat apa yang dia rencanakan sebelum Jinyoung benar-benar berpaling.

[Datanglah mala mini kepadaku Youngjae, aku tidak mau ditolak]

Sakitnya teramat, sampai untuk mencicit saja tidak bisa. Satu nama melintas di otaknya.

"Yien-ge"

Gelap.

.

.

Prang.

"Mark are you okay?" Taecyeon menangkap bahu hobae nya yang hampir limbung setelah menjatuhkan gelas. "Kau pucat sekali, kau sakit?"

"Apa kau mendengar seseorang memanggilku?"

Taecyeon mengernyit "Ya, aku memanggilmu, ada yang salah?"

"Darimana kau tahu nama asliku?"

"Your nametag"

"No, Yien. You call me Yien?" Mark menatap lelaki yang lebih tinggi darinya dengan tatapan menuntut. "Tidak. Aku memanggilmu Mark, dan aku bertanya kau okay?"

Sedikit mendorong, Mark berlari keluar. Dia mendengar seseorang memanggilnya. Joey, dia yakin suara itu adalah suara Joey – adiknya. Dimana dia, dia terasa begitu dekat.

.

.

Jaebum melewati taman dimana anak-anak sedang bermain, berlari-lari serta becana dengan yang lain, dia berhenti begitu saja, seketika dia merasa hatinya begitu sakit dan tanpa bisa dicegah airmata mengalir.

"Jaebum waeyo?"

Ia menoleh pada ibunya, wanita itu menatapnya dengan khawatir. Tangannya terangkat, mengusap wajah Jaebum yang basah dan bertanya. "Kenapa kau menangis?"

Ia ikut menempelkan wajahnya, benar dia menangis. "Kenapa aku menangis?"

"Mana eomma tahu, kau kenapa menangis?"

Kenapa? Kenapa dia menangis? Padahal hanya melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain bersama, menikmati waktu yang mungkin tidak banyak dimiliki, tapi hatinya benar-benar bergetar. Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan, ada rongga dalam yang terasa menyakitkan hanya dengan melihat, ada perasaan kehilangan yang begitu mendalam.

Ada apa dengan dirinya?

"Aku merasa hatiku benar-benar sakit melihat anak-anak itu eomma, apa yang terjadi padaku?"

Tanya Jaebum, ny. Im mengernyit mendengar pertanyaan anak bungsunya. Menuntun Jaebum, ny. Im membimbing anaknya duduk di kursi yan ada di dekat mereka. Mereka sedang ada dirumah sakit, karena Jaebum tidak kunjung membaik maka mereka memutuskan untuk membawanya kerumah sakit.

"Bummie-ah" lagi air mata jatuh begitu saja. Panggilan itu… "Kau, kau tidak melakukan sex bebas kan?"

Sex bebas? Aku melakukannya eomma. Dengan Youngjae. "Kau tidak menghamili seseorang kemudian dia keguguran atau kau membunuh calon bayinya kan?"

"Maksud eomma?"

"Dengar nak, kau merasa begitu kehilangan, apa itu bentuk penyesalan karena kau tidak menginginkan seorang bayi diantara hubunganmu dengan seseorang"

"Tidak eomma Dia tidak mungkin hamil. Aku tidak menjalin hubungan apapun dengan seseorang."

.

.

"Dokter mengatakan kalau Youngjae kelelahan, syarafnya terganggu"

Bambam berucap dengan sedih pada Yugyeom yang menanyakan kenapa dia begitu lesu, Bambam tentu saja menceritakan mengenai Youngjae, dari yang dia tahu – Yugyeom dan Youngjae lumayan dekat karena memiliki kelas yang sama.

"Dia seperti anak manja yang kesehariannya dirumah, bagaimana bisa kelelahan"

Bambam menoleh. Melihat pada Yugyeom yang mulai sibuk memakan makan siangnya. Itu karena dia terlalu banyak bermain sex. "Kau tidak tahu kehidupannya. Hidupnya itu berat."

"Memangnya kau tahu segalanya" Bambam glagepan. Sepertinya dia salah bicara. "Maksudku, kita. Kita tidak tahu hidup orang lain, mungkin saja hidupnya berat."

Dibalas anggukan acuh. Yugyeom tidak peduli dengan hidup orang lain. Mau hidup Youngjae berat atau tidak, yang penting dia bisa membalaskan kematian kakaknya terhadap Park Jinyoung. "Kau sepertinya tahu banyak tentang Youngjae, tapi kenapa kau tidak terlihat dekat saat di universitas"

"Ada sesuatu yang sulit di jelaskan"

.

.

Jinyoung terbangun siangnya karena elusan lembut di kepala yang dilakukan oleh Mark. Orang pertama yang dilihatnya hari ini sekaligus orang yang langsung membuatnya ingin menangis. Demi apapun. Marknya, Jinyoung mendadak tidak bisa menatap sang kekasih.

Mendadak Jinyoung merasa begitu bersalah. Bagaimana sekarang? Apa dia harus memutuskan lelaki yang sudah bertahun-tahun bersamanya dan merupakan malaikat penolongnya?

Demi menebus dosa kepada Youngjae yang telah kehilangan anaknya tanpa diketahuinya. Sanggupkah?

"Markeu"

Jinyoung menarik leher Mark dan menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher sang kekasih. "Maafkan aku"

"Apa kau ada masalah Jie?"

Jinyoung menggeleng saat pertanyaan terdengar begitu lembut mengalun memasuki telinganya. Aku tidak bisa mengatakan masalahku padamu Mark adalah makna dari gelengan Jinyoung. "Aku begitu merindukanmu" ucapnya.

"Kau pasti sedang ada masalah, kau tidak pandai berbohong" sayangnya Mark terlalu sulit dibohongi apalagi olehnya. "Kau marah jika aku tidak bercerita"

"Tidak masalah jika kau tidak cerita, itu hak mu"

"Aku akan mengatakannya padamu, tapi tidak sekarang"

"Aku akan menunggu. Sekarang sebaiknya kau cuci wajahmu kita makan siang."

Jinyoung melepaskan pelukan kepada Mark kemudian turun menuju toilet.

"Asal kau tidak beselingkuh dariku Jie, dan kuharap Youngjae bukan sebab kau terlihat begitu buruk"

Dadanya begitu nyeri saat nama itu terngiang di telinganya, melihat betapa Jinyoung menangis dialam bawah sadar sambil menyebutkan nama selain dirinya, itu seperti Mark di panah tapi tak kunjung mati, sakitnya bertahan ditempat.

Youngjae. Siapapun dia, Mark harap dia bukan perusak hubungannya.

.

.

Untuk kesekian kalinya, seperti dipermainkan takdir, Youngjae terlempar pada dimensi berbeda. Ruangan dimana semuanya serba putih. Gambaran masalalu terlihat. Jaebum kecil bersama Youngjae kecil sedang bermain.

Kakek dan nenek Choi sedang bermain dengan Youngjae yang berumur 10 tahun.

Lalu sosok tak dikenal. Seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun dan sepasang suami isteri. Mereka bersebranga, disisi kanan dan kiri, saling melambai untuk meminta mendekat.

Hati Youngjae tertarik pada si anak enam tahun, dia siap melangkah menujunya tapi terhenti. Sosok Jaebum, Jinyoung dan Yugyeom muncul mengulurkan tangan. Ditengah-tengah dia berhenti.

Tidak mau, Youngjae tidak mau menerima uluran mereka, mereka semua jahat padanya. Maka Youngjae berbalik. Melajukan langkah pada sepasang suami isteri yang melambai padanya.

"YounJae"

.

.

TBC

.

.

Aku selalu lupa mau bilang ini. FF ini terinspirasi dari anime Jepang – Ai No Kusabi. Sebenernya aku berniat untuk tidak melanjutkan FF ini di FFn, karena sudah aku publish di Wattpad dan sudah sampai 24 chapter. Jadi mungkin untuk yang selanjutnya aku akan lanjut di Wp. Ottae?