AURORA

Naruto milik Masashi Kishimoto

Aurora milik Munssi

Sasuke Uchiha

Hinata Hyuuga

CANON

Setelah sekian lama pengin banget buat fanfiction Sasuhina CANON dan baru berani buat sekarang. Perasaan aku campur aduk. Seneng plus ketar-ketir karena ini Canon pertama yang aku buat. Aku selalu gak mau kalau disuruh buat CANON karena menurutku itu susah pakai banget. Jadi kalau temen-temen gak sreg dengan apa yang aku tulis mohon pengertiannya ya. Aku masih dalam proses belajar nulis. Oke silakan membaca dan jangan lupa buat review ya. Review kalian adalah penyemangat saya buat lanjutin fanfiction ini.

Aurora


Konoha setelah perang dunia banyak mengalami perubahan. Banyak Gedung-gedung pencakar langit berdiri di atas tanah negara Hi. Tak hanya itu kemajuan dalam bidang teknologi juga berkembang pesat. Komputer dan internet adalah kesatuan yang sekarang melekat pada Shinobi. Mereka mengandalkan komputer dan internet saat menjalankan misi. Contohnya seperti pengiriman pesan yang tidak lagi menggunakan Kuchiyose atau hewan panggilan. Meski begitu, Konoha tetaplah Konoha yang menjaga tradisi leluhur mereka. Kita masih bisa menemui rumah-rumah tradisional dan segala macam yang belum tersentuh oleh kemajuan zaman. Salah satu contoh peraturan dalam sebuah Klan.

Konoha yang maju, Konoha yang menjaga budaya dan tradisi mereka. Kurang lebih seperti itu gambaran Konoha saat ini.

Hinata menatap lurus pada air sungai yang mengalir tenang. Di sana, Hinata melihat dirinya sendiri. Wajah itu bersedih. Tatapannya terluka. Dan hati Hinata hancur melihatnya. Ia tidak menangis. Hinata sedang menyimpannya. Seorang Kunoichi tidak boleh cengeng dan lemah. Kalimat yang selalu Hinata ingat dalam kondisi terpuruk. Jadi seberat apapun masalah atau kekecewan yang Hinata rasakan ia tidak boleh menangis. Dirinya kuat. Hinata tidak lemah seperti orang pikirkan selama ini. Ia pernah kehilangan Neji, cintanya yang tulus di tolak mentah-mentah oleh Naruto, tidak diakui oleh ayahnya sendiri pun Hinata tidak menangis. Jadi hanya karena sebuah misi konyol yang diberikan Hokage tadi siang seharusnya Hinata bisa tegar menghadapinya. Namun kenyataanya, hati Hinata sakit karena kecewa. Begitu tidak bergunakah hidup Hinata? Hingga masa depan hidupnya pun harus ditentukan oleh sebuah misi.

"Kenapa aku?" gumam Hinata sedih.

Apakah keputusannya benar menerima misi ini? akan banyak pihak yang tersakiti jika Hinata menerimanya. Dalam kondisi mempertaruhkan masa depannya sendiri, Hinata masih sempat memikirkan perasaan orang lain yang bahkan mungkin orang-orang diluar sana tidak memikirkan perasaan Hinata. Lihat! Hinata tetaplah Hinata. Si calon Heiress Hyuuga yang lembut hatinya.

Di sungai Hi biasa Hinata habiskan untuk berlatih, ia merenungkan misi itu. Misi dimana ia harus menikah dengan pahlawan perang sekaligus mantan Nukenin, Sasuke Uchiha. Orang yang tidak pernah sekalipun Hinata sapa dan masuk dalam daftar sebagai calon pendamping hidupnya kelak. Takdir macam apa yang sedang Tuhan berikan pada Hinata.

Kedua tangan Hinata bertautan. Menyalurkan emosinya. Kepalanya masih dipenuhi percakapan antara Hokage, ia dan Hiashi tadi siang.


-Aurora-


Hokage ke enam Konohagakure itu duduk menyandarkan punggung di kursi kebesaran. Kakashi menatap serius Hinata. Laki-laki ini baru menyadari gadis ini sudah beranjak dewasa atau semua Shinobi angakatan Naruto memang sudah mulai dewasa. Ah Kakashi harusnya mulai mengubah pandangannya pada mereka. Anak-anak yang dulu ia bimbing kini berubah. Semua hal pasti akan mengalami perubahan Kakashi. Mereka bukan anak kecil lagi.

"Lama tidak berjumpa Hinata," sapa Kakashi santai.

"Hai, Hokage-sama."

Kakashi tersenyum di balik masker hitamnya. Ngomong-ngomong Kakashi sampai lupa tidak mempersilakan duduk pada Hinata dan juga Hiashi.

"Duduklah."

Hinata dan Hiashi mengikuti jejak Kakashi duduk di sofa yang berseberangan dengan Hokage itu.

"Hinata,"

Merasa namanya di panggil Hinata menaruh semua perhatiannya pada Kakashi.

"Aku memberimu sebuah misi."

Penasaran Hinata mulai terjawab. Ia tahu panggilan Hokage untuknya pasti untuk memberikan sebuah misi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kehadiran Hiashi disini. Apakah misinya begitu berbahaya sampai ayahnya juga hadir di penyerahan misi.

"Sasuke telah kembali."

Jadi rumor itu benar. Hinata baru ingin menanyakan pada Naruto. Pasti laki-laki pirang itu sedang bahagia. Hinata tersenyum kecil, bagaimanapun ia ikut senang dengan kembalinya Sasuke. Meski tak mengenalnya tapi Sasuke adalah Shinobi Konoha, sabahat dari orang yang paling ia cintai. Jadi Hinata turut bahagia mendengar kabar itu.

Apakah Hinata masih bisa tersenyum tulus seperti sekarang jika mendengar kelanjutan kalimat Kakashi.

Sungguh Kakashi sangat mengasihi Hinata.

"Misimu menikah dengan Sasuke."

Hinata tidak cepat merespon. Ia diam dan mencoba mencerna kalimat Kakashi.

"Maaf?" iya maaf. Mungkin Hinata salah dengar dan meminta Hokage menjelaskan lagi. Hinata tidak mengerti. Sungguh. Ia datang untuk menerima misi, lalu Kakashi mengatakan jika Sasuke sudah kembali dan misinya adalah harus menikah dengan pemuda itu. Apa ini kejutan utuk Hinata?

"Para tetua khawatir jika kembalinya Sasuke, anak itu mungkin membuat kekacauan. Maka mereka berpikir untuk mencari orang yang bisa mengawasi Sasuke tanpa dicurigai anak itu, dan lagi kepulangan Sasuke juga untuk membangkitkan kembali klan Uchiha. Aku sebagai guru yang pernah membimbing Sasuke, tidak ingin anak itu benar-benar dikendalikan lagi oleh tetua brengsek itu. Jadi Hinata, aku mohon bantuanmu," pinta Kakashi.

Dari semua Kunoichi Konoha, kenapa harus Hinata. Gadis yang tak pernah menaruh sedikitpun rasa tertarik pada Sasuke. Apa mereka pura-pura buta pada fakta hati Hinata sepenuhnya untuk Naruto?

"Kenapa Aku?" Hinata bertanya lirih. Ia akan mendengarkan penjelasan Kakashi dengan seksama, agar Hinata bisa mengurai penjelasan Kakashi dengan kepala dingin.

"Hinata." Panggilan Hiashi sukses merebut perhatian Hinata pada ayahnya itu.

"Lima hari lagi dari sekarang, Kami akan menentukan Heiress Hyuuga. Diantara kau dan Hanabi, Para tetua Hyuuga berunding secara diam-diam untuk memilih Hanabi. Kau tahu artinya jika Hanabi terpilih? Kau akan menjadi Bunke."

Hinata tahu bahwa tetua Hyuuga tak pernah sekalipun melihat Hinata sebagai calon terkuat untuk menjadi Heiress. Meski Hinata mengalami banyak peningkatan sebagai Kunoichi namun bagi mereka Hinata hanya putri salju berhati lemah dan rapuh. Hinata tak menginginkan posisi sebagai Heiress. Ia tak masalah menjadi Bunke. Baginya Bunke atau Souke bukan status penting. Jika ia pun seorang Souke, Hanabi tetap menjadi tanggungjawab Hinata untuk dilindungi. Ia seorang kakak. Sudah sewajarnya Hinata harus melindungi adik kecilnya. Tapi kenapa ayahnya bisa berpikir sejauh ini untuk melindungi Hinata? Bolehkan Hinata anggap misi menikah dengan Sasuke adalah usaha Hiashi melindungi dirinya sebagai seorang ayah.

"Terima misi ini Hinata. Hanya dengan menikah dengan Sasuke, kau bisa bebas sebagai seorang Bunke."

Hati Hinata seperti di pukul keras lalu diremas kuat-kuat. Hinata dapat menangkap nada getir terselip dari ayahnya. Meski terdengar kejam, seolah ayahnya sendiri membuang ia dari klan namun Hinata mengerti perasaan Hiashi. Ayahnya telah melalui jalan yang sulit untuk menemukan cara menyelematkan ia. Hati laki-laki tua ini sama hancurnya seperti Hinata. Hanya saja, ayahnya tetaplah Hiashi. Pemimpin Hyuuga yang terkenal dingin dan tegas. Mata itu tak terlihat ragu atau menyesal.

Meski kejam, namun Hinata ingin percaya pada ayahnya. Keputusan Hiashi menyetujui misi ini semata-mata karena ia ingin melindungi Hinata. Hanya ini yang bisa dilakukan Hiashi sebagai seorang ayah.

"Baiklah. Aku menerima misi ini."

Tidak ada keraguan di dalam ucapan Hinata. Ia harus menerimanya. Hinata harus menunjukan pada ayahnya bahwa ia anak yang bisa diandalkan.

Kakashi tersenyum di balik masker. Senyum mengasihi sekaligus kagum.

'Hinata telah tumbuh sebagai shinobi kuat. Menyesalah kalian tetua sinting.'

"Pilihlah yang bagus Hinata. Jalanmu setelah ini sangat berat. Pernikahan akan di adakan tiga hari lagi, sebelum pengumuman calon Heiress. Persiapkan dirimu Hinata."

Hinata berkedip kaget. Secepat itu?

"Misi ini- ah maksudku pernikahanmu bukan sekedar untuk menyelamatkan dirimu dari status Bunke. Ini tidak hanya menguntungkan satu pihak saja namun dua belah pihak. Aku tidak akan ikut campur banyak hal. Namun jika kau membutuhkan bantuan dalam misimu. Aku bisa membantu sedikit. Lagipula pernikahan kalian hanya misi."

Benar. Ini hanya sebuah misi. Tak lebih. Meski berkedok pernikahan. Tapi sampai kapan ia akan menjalankan misi ini? apa selamanya? Karena tujuan penikahan misi ini juga untuk menciptakan generasi baru Uchiha yang berarti Hinata harus melahirkan anak dari Sasuke. Apa Hinata bisa menjalankan misi ini tanpa ada perasaan yang ikut di dalamnya? Apa ia bisa? Apa Hinata akan menjalani pernikahan dengan cinta yang berlabuh di lain hati selamanya?

Untuk menyelamatkan sesuatu terkadang memang harus mengorbankan hal lain di hidup. Hinata akan menjalani hidup seperti itu mulai tiga hari yang akan datang.

"Bagaimana dengan Sakura?"

Kakashi masih punya tugas yaitu menjelaskan masalah ini pada murid berambut pinknya itu.

"Aku akan bicara padanya nanti. Anak itu pasti akan sangat terpukul."

Dari nada yang diucapkan Kakashi, Hinata bisa mendengar nada kekhawatiran.

Apa mereka juga tidak mengkhawatirkan Hinata. Ia juga terpukul.

"Sakura-chan sangat baik padaku. Aku tidak berani untuk menyapanya setelah ini. Dia pasti sangat kecewa dan sakit hati."

"Kau tahu Hinata kenapa aku menerima tawaran Hiashi untuk memilihmu dalam misi ini. Sasuke, sebesar apapun usaha Sakura untuk mendapatkan hati Sasuke. Anak itu tidak akan pernah merubah pandangannya pada Sakura. Bagi Sasuke, Sakura adalah teman sekaligus keluarga yang harus dijaga. Maka sebelum aku memilihmu, kupikir ini kesempatan baik untuk Sakura bisa mendapatkan Sasuke. Tapi, Tuhan mungkin menginginkan yang lain. Entah bagaimana aku berpikir kau dan Sasuke adalah kombinasi yang pas. Maaf mengatakan ini Hinata, sebagai seorang Sensei yang melihat bagaimana Sakura dari kecil, aku ingin melidunginya bukan lagi sebagai mantan guru tapi sebagai seorang ayah. Aku tidak ingin hatinya terluka karena mencintai sebelah pihak. Aku ingin dia bahagia."

Maksudnya bahagia adalah Sakura yang patah hati karena Sasuke dan Kakashi ingin memberitahu bahwa untuk apa mengejar orang yang tidak mencintaimu dan hanya menimbulkan luka. Lebih baik lihat kearah dimana orang telah siap memberimu cinta begitu besar. Hinata tahu Kakashi menginginkan Naruto dan Sakura bersama. Pria itu tak hanya membantu Sakura namun Naruto juga. Dengan menikahnya Hinata Sasuke. Satu-satunya orang yang akan berada di samping Sakura adalah Naruto, dengan begitu Kakashi berharap hati Sakura terbuka dan menerima Naruto. Pernikahan Hinata tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Kakashi memang hebat untuk merancang strategi. Namun entah kenapa Hinata seperti dimanfaatkan dan anehnya lagi ia tidak bisa berbuat banyak untuk menolak.

Jika ada kata yang lebih buruk dari pada kecewa? Itulah yang sedang Hinata rasakan Kenapa perkataan Kakashi sensei membuat hati Hinata tersinggung dan marah. Apa tidak ada orang yang pernah berpikir aku juga ingin Hinata bahagia atau sesuatu mungkin Hinata akan terluka? Apa ia tidak pantas mendapatkan semua itu? dosa apa yang sudah ia perbuat di kehidupan sebelumnya hingga mempunyai takdir hidup menyedihkan seperti ini. Hinata juga punya orang yang ia cintai dengan tulus dan hidup bersama.

"Keputusan ada di tanganmu Hinata. Kau mempertaruhkan masa depanmu untuk menjalani misi ini. Kau boleh memandang pernikahmu sekedar misi atau bukan. Itu adalah keputusan yang tidak bisa kami ikut campur."

Hinata mengepalkan tangan erat. Menyalurkan emosinya di sana.

Tidak ada perubahan. Sudah seperti Tuhan memberikan takdir. Ia sebagai manusia hanya bisa menerima dan menjalani. Hinata bukanlah siapa-siapa yang harus dipedulikan perasaannya. Ayahnya. semua ini Hinata lakukan untuk ayahnya yang sudah berusaha untuk melindungi Hinata. Ia tidak akan memikirkan bagaimana perasaanya yang hancur sekarang. Hidupnya tidak berguna sekali.

"Karena kau Hyuuga. Aku percaya padamu, Hinata."

Setidaknya Kakashi telah memberikan sedikit kalimat semangat untuk Hinata saat itu.

Langit semakin coklat. Di ufuk barat matahari mulai menyelam di balik garis. Hinata menengadah menatap langit sore. Ia bergumam kecil "Maafkan aku ibu, belum bisa menjadi Hinata yang kuat."


-Aurora-


Sekali, satu hari setelah pertemuan Hinata dengan Kakashi. Hinata tak sengaja berpapasan dengan Sasuke. Mereka berjalan melewati tanpa saling menyapa. Ketika Punggung Sasuke semakin menjauh. Di sana Hinata melihat Sasuke dalam diam. Ada sesuatu yang sulit untuk Hinata baca tentang pemuda itu. Tatapannya.

Mata kelam itu menyimpan banyak misteri. Hinata hanya bisa menangkap tatapan kesedihan yang tak terlihat jelas. Hinata bisa merasakan itu. Dan entah kenapa Hinata menjadi mengasihinya.

"Seberapa berat hidupmu di luar sana, Sasuke?"

Pada akhirnya air mata yang Hinata jaga mati-matian lolos tanpa permisi.

Karena Sasuke.

Karena mata yang menyimpan banyak rahasia itu.

Hinata menangis tanpa sadar.


-Aurora-


TBC

Kritik dan saran diperbolehkan.

Munssi