Naruto by Masashi Kishimoto
Pair: Naruto x Hanabi, Slight Hinata x Kou Hyuga
Warn: OOC, Semi-canon/AU, Typo, Lime, Etc
.
..
...
Lavender
...
..
.
Enjoy it!
.
Setahun berlalu, dan kehidupan Naruto masih berwarna berhiaskan Hikaru. Seorang bayi laki-laki berumur 1 tahun, bayi yang wajahnya mirip dengannya serta rambut yang mirip dengan Hanabi. Bayi kecil tersebut seolah gabungan dari kedua orang tuanya.
Naruto melempar Hikaru ke udara, membuat bayi tersebut tertawa kecil. "Sudah setahun, dan kau bertambah lucu," ujar Naruto yang terus saja melempar Hikaru ke udara.
Hanabi yang berada di dapur tak kuasa untuk tersenyum mendengar interaksi antara anak dan ayah tersebut. Hanabi sendiri beruntung mempunyai suami seperti Naruto, ia sebagai Istri selalu dimanjakan oleh sang Suami.
Terutama saat berada di atas ranjang.
Hanabi merona saat mengingat beberapa kejadian saat mereka berdua berada di atas ranjang, Naruto sangat perkasa. Suaminya bisa membuat dirinya tidak berdaya disana, dan beberapa kali tubuhnya merasa lelah setelah melakukan hal tersebut.
Mengingat hal itu, membuat Hanabi ingin melakukannya lagi jika Hikaru tidur.
"Aaah, apa yang kupikirkan sih!?"
"Hanabi? Kau tidak apa-apa kan?"
Hanabi terkejut, kemudian langsung menoleh ke belakang, disana ada Naruto dan Hikaru yang berdiri dengan wajah bingung. "A-a-ah, aku tidak apa-apa kok. Duduklah, akan aku buatkan makanan untuk kalian," ujar Hanabi setengah gugup. Iris lavender miliknya mencuri pandang kepada Naruto yang duduk memangku Hikaru, entah bagaimana bisa? Pesona Naruto tidak pudar walau sudah menjadi seorang ayah, dan bibirnya itu. Hanabi kembali menggelengkan kepalanya, menghapus semua pemikiran mesumnya.
"Hey, dari tadi kau terlihat gelisah, ada apa? Ceritakan saja."
"Su-sudah kubilang, tidak ada apa-apa. Te-tenang saja." Hanabi pun menyiapkan makan malamnya, ia dibantu oleh Naruto menata piring serta lauk dan Nasi untuk disantap bersam. "Nah, selesai. Sini, biar Kaachan yang menyupimu, kau makan saja sendiri, Naruto -nii."
Naruto menghela nafas, sudah beberapa kali dia bilang kepada Hanabi untuk memanggil dirinya dengan nama depan saja. "Baiklah, lain kali jangan panggil aku dengan 'nii'. Kita suami istri."
Hanabi tersenyum kemudian memasukkan makanannya kepada Hikaru. "Ngomong-ngomong, bahan makanan kita hampir habis. Besok kita harus membeli bahan makanan."
"Hm, sekalian dengan pakaian Hikaru. Dia harus dibelikan beberapa lembar pakaian," Ujar Naruto sambil memasukan sebuah daging ke mulutnya. Ia kemudian mengambil sayuran untuk dimakannya.
"Setidaknya uang kita sudah cukup untuk membeli beberapa lembar pakaian dan bahan makanan nanti."
Naruto mengangguk, kemudian melahap lagi makanannya. "Lebih enak dari yang kemarin."
Hanabi merona, ia menundukkan kepalanya. "Um, terima kasih..."
Beberapa saat kemudian.
Di dalam kamar, setelah mereka makan malam, Hanabi langsung mengantar Hikaru untuk tidur di kamarnya. Sementara Naruto langsung menuju ke kamar sembari menunggu Hanabi datang.
Pria itu tersenyum dengan wajah merona, ia mengingat semua kenangan bersama Hanabi sebelum sampai setelah menikah. Ia juga ingat, pertama kalinya merobek keperawanan gadis yang menjadi istrinya itu.
"Mesum!?"
Naruto terkejut sesaat, ia bisa melihat Hanabi yang menutup wajahnya. "He-hey! Ada apa!?"
Hanabi mengangkat salah satu tangannya, ia kemudian menunjuk ke arah selakangan Naruto yang sudah menggembung. "Ka-kau memikirkanku, hah!? Me-mesum!"
"Wha!? Ma-maaf—tunggu dulu, kita suami istri kan?" Naruto menaikkan sebelah alisnya heran, ia kemudian menatap Hanabi yang akan keluar dari kamar tersebut. "Kau tidak mau kabur dari sini kan? Ayolah, kita sudah lama tidak melakukannya kan?"
"Ke-kemarin kita melakukannya, Naruto."
"Jangan mengelak, atau aku akan memakai Kagebunshin."
Hanabi merinding setelah mendengar perkataan Naruto barusan, Kagebunshin? Dia tidak akan mau di g******g oleh para Naruto itu. Well, siapa juga yang mau di rape sama para Naruto itu. Tapi...
Naruto tiba-tiba memeluk Hanabi dari depan, pria itu kemudian menatap wajah ayu sang Istri dengan seksama. "Setelah melahirkan, kau memang bertambah... seksi." Selanjutnya, Naruto meremas lembut pantat Hanabi, membuat gadis itu menahan erangan yang ingin keluar dari bibirnya. "Beberapa bulan tidak melakukannya, dan harus menahan perasaan ini. Membuatku tidak tahan, aku menginginkanmu, Hanabi- chan," bisik Naruto tepat di telinga Hanabi.
Ibu rumah tangga itu merinding mendengarnya, ia mendorong pelan tubuh kekar Naruto untuk menjauh dari tubuhnya. "Bi-biarkan aku ke kasur terlebih dahulu."
Tanpa diduga, Naruto mengangkat tubuh mungil tersebut, kemudian menggendongnya menuju kasur berukuran besar itu. "Biar aku yang membawamu." Naruto kemudian melempar Hanabi ke atas kasur tersebut.
"A-a sebentar, aku mau mencari minum—"
"Hm, kau tidak boleh kemana-mana." Naruto menyeringai mesum, ia melepas semua pakaian bagian atas miliknya, dan membuangnya sembarangan. "Mari kita mulai permainannya." Pria itu kemudian menciumi wajah ayu Hanabi untuk yang kesekian kalinya.
Rona merah di wajah Hanabi terus menjalar hingga ke ujung telinga gadis itu, ia menggigit bibirnya untuk meredam desahan yang akan keluar dari mulutnya. Kedua tangannya meremas bahu Naruto, sementara kedua kakinya di kunci oleh kedua kaki pria tersebut, dan sekarang ia tidak bisa berbuat apapun.
"Hanabi...Hanabi...Hanabi..." Naruto terus memanggil nama istrinya dengan suara serak miliknya. Ciumannya beralih ke bagian leher Hanabi, hingga ia memberikan sebuah kissmark ke leher putih Hanabi. "Berapa lama aku tidak menandaimu, Hanabi?" Naruto pun membuka sebagian kimono yang dipakai Hanabi, menampilkan sebagian dada besar milik gadis tersebut.
Hanabi menatap sayu sang suami. Entah kenapa suaminya itu selalu menginginkannya setelah kelahiran bayi pertama, tapi ia selalu menolak dengan alasan takut hamil lagi sebelum Hikaru berumur 2 tahun. Tapi sekarang...
"Kau ganas sekali, Naruto-nii."
Naruto kembali menyeringai, ia mencubit kecil nipple berwarna merah muda itu, membuat sang pemilik mendesah karena dirangsang pada titik tersebut. "Siapa yang tidak tergoda dengan tubuh istrinya sendiri, hm?"
Hanabi kembali merona dibuatnya. Naruto berhasil membuatnya malu setengah mati. "O-oke, lakukan sesukamu!"
Setelah mendapat lampu hijau dari Istrinya, Naruto langsung membuka kimono bagian atas Hanabi. Wajah Naruto merona seketika saat melihat tubuh telanjang bagian atas milik Hanabi. "Ma-malaikat!"
"Oi!"
Naruto tertawa, kemudian kembali mencium bibir plum Hanabi. Pria itu kemudian memasukkan lidahnya kedalam mulut Hanabi untuk ber'silat' lidah dengan Hanabi, sementara kedua tangannya meremas pelan dua payudara besar Hanabi.
Yah, tidak bisa dipungkiri juga. Tubuh Hanabi mirip dengan tubuh Kakaknya. Namun bagi Naruto, tubuh Hanabi yang paling membuatnya tidak bisa tidur nyenyak saat malam.
Ciuman Naruto berubah menjadi jilatan, pria itu menjilati sebagian leher Hanabi, serta kedua payudara Hanabi. Naruto memang sudah tidak bisa menahannya, karena sudah lama ia tidak melakukan hal ini bersama Hanabi.
"Ohh, bayi besarku yang sangat manja—kyaa! Jan-jangan di gigit bodoh uungghh!" Hanabi meremas kepala pirang Naruto untuk membalas perlakuan sang Suami barusan. "Ja-jangan di gigit lagi! Oi!"
Naruto tidak menghiraukannya, kedua tangannya malah menggeser ujung kimono Hanabi, dan itu menampilkan sebuah pemandangan yang sangat indah. Dua bongkah paha putih.
"Di-dingin!"
"Kau akan hangat setelah ini. Jadi segeralah terangsang, oke?"
"Astaga, kenapa kau sangat mesum sih? Apa karena aku tidak memberimu jatah hingga kau berkata vulgar seperti itu?"
"Hm, mungkin begitu. Nah, lebih baik kita lanjutkan saja."
Hanabi tersenyum, kemudian mengalungkan kedua tangannya ke leher Naruto. "Yah, lakukan sesukamu, Suami-ku."
.
..
...
..
.
Keesokkan harinya, Naruto mengerjapkan kedua mata shappire miliknya. Dia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mata miliknya, kepala pirangnya pun menoleh ke samping. "Hanabi?" Pria itu langsung bangun, dan mencari pakaiannya. Ia segera ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, serta menggosok giginya.
"Oh, sial. Apa dia pergi untuk membeli persediaan bersama Hikaru sendirian atau..."
"Ah, kau sudah bangun. Sekarang jam 8 pagi, aku juga bangun kesiangan tadi, tapi untung saja Hikaru tidak bangun," ujar Hanabi yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar tersebut. "Aku sudah membuatkanmu kopi di pagi hari. Minumlah!"
Naruto tersenyum, kemudian menghampiri Hanabi sambil memakai sebuah kaos putih polos. Ia mencium kening Hanabi dengan penuh kasih sayang, dan kopi dipagi hari mungkin bisa membuatnya santai untuk sementara. "Kau memang istri yang baik, Hanabi," ujar Naruto sambil menyeruput kopi miliknya. "Apa kita lanjutkan acara tadi malam?"
Hanabi langsung mencubit perut Naruto, wajahnya mulai kesal karena kemesuman Naruto. "Maaf, nanti malam saja," balas Hanabi dengan wajah datar. Ia kemudian pergi meninggalkan Naruto yang mematung seperti batu disana.
"He-hey, ka-kau mau kemana? Hanabi!?"
"Hikaru sayang, ayo kita sarapan!"
Naruto langsung drop, karena Hanabi pergi meninggalkan dirinya dan lebih memperhatikan Hikaru daripada dirinya. Air matanya jatuh menetes ke lantai menatap kepergian Hanabi. "Ah, aku harus kuat kalau tidak diberikan jatah lagi oleh Hanabi."
Hanabi tertawa kecil mendengar gumaman Naruto barusan. Ia keluar dari kamar sebelah bersama dengan Hikaru yang ada di gendongannya. "Ayolah, kau seperti akan mati saja. Kemarilah!" Hanabi menjulurkan salah satu tangannya seakan ingin memeluk. "Kemarilah!"
Naruto tersenyum, dan berjalan mendekati Istrinya. "Selamat pagi, Hikaru." Naruto mencium dahi Hikaru serta Hanabi. "Aku sangat betah dengan adanya kalian berdua di rumah ini, Hanabi, Hikaru."
Kebahagiaan mereka pun terganggu dengan sebuah ketokan pintu. Naruto pun berjalan ke pintu masuk rumahnya, ia meninggalkan Hanabi dan Hikaru yang berjalan mengekor dibelakangnya.
"Selamat pagi, Naruto-jiisama!"
Naruto memandangi anak kecil berumur 3 tahun yang sedang berdiri tepat di depan pintu masuk rumahnya. "Ah, selamat pagi Hina—Tunggu! Hinako!? Kenapa kau kemari!? Mana ayah dan Ibumu?"
"Tousama sedang ada pertemuan Klan bersama Hiashi-ojiisama, sementara Kaasama ada urusan sebentar. Makanya aku disuruh kemari oleh Kaasama untuk menemani Hikaru bermain."
Naruto terdiam sebentar, ia kemudian mengajak Hinako—anak Hinata untuk masuk ke dalam. "Hanabi, ada tamu."
"Suruh dia masuk, Naruto-nii!"
Keduanya pun masuk ke dalam rumah tersebut. Hanabi sendiri sedikit terkejut dengan kedatangan Hinako, ia tidak menyangka kalau anak tersebut akan datang sendirian tanpa ditemani orang tuanya. Wanita itu pun kemudian membiarkan Hikaru bermain bersama dengan Hinako.
"Hinata-nee dan Kou-nii pasti sangat sibuk sekarang." Hanabi menghela nafas lelah karena kakak kandungnya itu harus mengikuti serangkaian rapat mingguan yang di adakan oleh klan Hyuga. "Yah, untung saja aku tidak dijadikan kandidat pemimpin klan. Bisa-bisa aku akan berada di rumah terus bersama Tousama nantinya." Hanabi tertaa setelah mengatakan hal tersebut, ibu satu anak itu memang beruntung tidak dikandidatkan oleh para tetua karena Marganya sudah berganti menjadi Uzumaki.
"Yah, beruntung sekali dirimu, Hanabi," ujar Naruto sambil mencubit pipi Istrinya itu.
"Hwey, lwepawskawn...!"
"Cium, lalu kulepaskan," ujar Naruto dengan seringai mesum miliknya. Kedua mata Hanabi menyipit menatap tajam raut wajah mesum Naruto. "Boleh?"
Dengan gerakan patah-patah, Hanabi mengangguk. Naruto tersenyum puas, kemudian melepas cubitannya. "Lakukan dengan cepat!" seru Hanabi dengan nada galak. Wanita itu kemudian menutup kedua matanya, wajahnya juga sudah merona hebat.
Salah satu tangan Naruto berada di belakang kepala Hanabi, ia mendorong wajah imut Hanabi untuk mendekat ke wajahnya. Deru nafas Hanabi terasa di indra perasa Naruto, pria itu tersenyum sesaat sebelum ia menyatukan hidungnya dengan milik Hanabi.
"Jangan galak begitu. Aku suamimu loh."
"Ta-tapi, kau mesum sekali!"
Naruto kembali tersenyum, dengan cepat ia mencium bibir plum Hanabi. Ia sedikit membungkuk karena tinggi Hanabi hanya sebahu, tapi kalau urusan ciuman itu adalah segalanya.
Naruto memperdalam ciumannya bersama Hanabi dengan menekan kepala coklat wanita itu dengan salah satu tangannya. Sementara tangan yang lain mengelus pantat seksi Hanabi, untuk merangsang wanita itu.
Hanabi sendiri membalasnya dengan kedua tangannya yang mengalung di leher Naruto, sementara bagian intim miliknya bertabrakan dengan bagian intim Naruto, ia terus menggesek bagian tersebut, sehingga membuat miliknya menjadi basah akan cairan yang sedikit demi sedikit keluar.
"Hmmhhm!" Hanabi mengangkat salah satu kakinya untuk memeluk pinggang Naruto. Ia terus memperdalam ciumannya, sampai pada lidahnya yang bertarung melawan Lidah Naruto.
"Ha-Hanabi, Na-naruto-kun. An-anak-anak melihat kalian!"
Keduanya terkejut, kemudian melepas aksi mereka. Wajah Hanabi merona hebat, ia memeluk Naruto untuk menyembunyikan rona tersebut. "A-ah, maaf Hinata, aku tidak tahu. O-oh, Kou, selamat datang. Hinako ada disana, sedang main bersama Hikaru." Terlihat sekali kalau wajah Naruto sudah sangat merah sama seperti wajah Hanabi. Ia tidak kuasa untuk menahan rasa malu karena bermesraan bersama Hanabi.
"Naruto, kita lanjutkan nanti dikamar. Aku tidak tahan dari tadi," bisik Hanabi di sela-sela pelukannya.
"Ba-baik, Hanabi."
.
..
...
END
...
..
.
A/N: Well, cuman sedikit saja kok. Nggak banyak-banyak, lagi sibuk buat kerja. ._.
Lime saja kok.
Oke, maaf kalau ada salah kata.
Minal Aidzin wal Faidzin, mohon maaf lahir batin.
Shinn Out, Adios!