Chapter 5
Opening song :
Nano ft. My first story-_-Savior of Song
•
•
•
'Arc I : Awal'
Lima tahun lalu
Disebuah taman bermain, terlihat sebuah keluarga yang beranggotkan ayah, ibu, lalu anak laki-laki mereka. Mereka tengah menikmati liburan keluarga yang jarang terjadi karena kesibukan sehari-hari sehingga mereka tidak dapat berkumpul bersama.
"Issei jangan berlarian seperti anak kecil! Kamu itu sudah besar, masih saja kegirangan saat ditaman hiburan seperti ini"
Wanita yang berperan sebagai seorang ibu dikeluarga itu, ia berucap dengan nada heran pada putranya yang masih saja bertingkah seperti seorang bocah, padahal ia sudah berada dikelas satu sekolah menengah pertama atau kelas satu SMP, tapi mau dilihat dari manapun dia memanglah masih bocah.
"Ayolah Kaa-san, jarang-jarangkan aku ketaman hiburan seperti ini? Jika tidak bersama Kaa-san dan Tou-san, memang dengan siapa lagi aku datang kemari?"
Sambil terus bergerak dengan bersemangat anak laki-laki bernama Issei itu menolehkan kepalanya kearah ibunya, yang berada dibelakangnya yang berjalan berdampingan dengan ayahnya.
"Kamu nanti bisa kesini lagi bersama pacarmu kan?"
Mendengar ucapan ibunya, Issei tanpa alasan yang jelas tiba-tiba jatuh tersungkur dengan wajahnya terlebih dahulu. Issei kemudian bangkit menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan, tangannya bergetar entah mengapa, sambil berusaha mengabaikan rasa malunya saat ia ditatap dengan pandangan aneh oleh orang-orang yang berada disekitarnya.
"Haaah... Jika saja kamu tidak punya sifat mesum itu, mungkin kamu sudah punya setidaknya seorang gadis yang menyukaimu, tapi sayangnya... Huft~"
"Uhk!" Issei memegang dadanya yang terasa sesak, ia merasa hatinya bagaikan tertusuk pedang yang sangat tajam hingga menembus tubuhnya, kala mendengar ucapan ibunya yang sangat menyakitkan baginya.
"sudahlah Kaa-san, jangan seperti itu. Biarpun seperti itu Issei adalah anak yang baik, walau sifat mesumnya membuat Tou-san kadang merasa sedih saat membayangkan nanti, bagaimana hidup Issei bila ia tidak mempunyai seorang istri" ayahnya yang semula seperti membelanya sehingga memunculkan sebuah senyum cerah diwajah Issei, melanjutkan ucapannya dengan linangan air mata takkala memikirkan nasib putranya kelak dengan sifat mesumnya, yang mana menghilangkan senyuman Issei dan kini membuatnya meringis.
Issei memperhatikan kedua orang tuanya yang kembali berbincang dengan topik dirinya, dan entaah mengapa matanya kemudian melirik kesekitar memperhatikan orang yang berlalu lalang disekitarnya, seolah ada sebuah dorongan hingga ia melakukan hal itu. Tatapannya berhenti disebuah sudut yang tidak terlalu terlihat, dan mungkin saja terlewatkan bila tidak memperhatikan dengan seksama.
Apa yang ia lihat adalah sesosok pria yang berdiri dengan kepala tertunduk, namun ia merasa bahwa orang itu sedang memperhatikan dirinya serta ayah dan ibunya, pria itu mengenakan jubah panjang berwarna merah yang panjangnya hingga menutupi kakinya serta hoddie yang menutupi kepalanya sehingga Issei tidak dapat melihat wajahnya.
Saat pria itu mengangkat kepalanya, pandangan Issei tiba-tiba mulai mengabur, kepalanya pusing, tubuhnya seketika lemas tak bertenaga sehingga tubuhnya ambruk. yang terakhir kali ia lihat dan ia dengar adalah sebuah senyum mengerikan dari balik jubah itu, serta teriakan panik orang-orang disekitarnya.
.
.
.
Saat pertama kali ia membuka matanya, yang memasuki pandangannya adalah cahaya yang menyakitkan sehingga ia harus kembali menutup matanya, ia kemudian mengerjap beberpa kali menyesuaikan cahaya yang masuk keretinanya.
Dengan lampu berwarna merah yang manyakiti matanya, menyebabkan Issei harus menyipitkan matanya untuk membiasakan matanya. Tubuhnya terikat pada sebuah tiang sehingga ia tidak dapat melakukan apapun, Issei kemudian melihat kesekelilingnya saat menyadari bahwa ia tidakalah sendirian diruangan itu. Ada sekitar 20 orang lainya yang mengenakan jubah yang sama seperti pria yang ia lihat sebelumnya.
Ia nampak tak menyedarinya tapi, Issei sekarang sedang berada diatas sebuah altar dan terikat ditiang yang berada diatas altar tersebut. Perhatiannya kemudian teralihkan kesebuah pintu yang sama sekali tidak ia sadari keberadaannya, sampai pintu itu terbuka beberapa saat lalu.
Dari pintu itu, masuklah beberapa orang berjubah lainnya dengan menarik sesuatu. Mereka manarik dua orang, laki-laki dan perempuan, mereka berdua berjalan dengan kaki bergetar. Kepala mereka tertutupi oleh sebuah kain sehingga Issei tidak mengetahui siapa mereka, mereka diseret kesebuah palang yang tingginya berada diatas kepala orang-orang itu.
Orang-orang berjubah itu kemudian melepaskan tarikannya tanpa melepas ikatan serta kain yang menutup kepala kedua orang tersebut. Lalu orang berjubah yang tubuhnya lebih besar dari yang lainnya, yang semula berdiri disamping palanga itu bergerak mendekati kedua orang tersebut. Ia lalu mengangkat salah satu dari mereka, yakni si pria dan kemudian menggantungnya dengan terbalik dipalang tersebut. Pria yang menggantung tebalik itu menggeliat seakan mencoba lepas dari ikatan yang mengikat tubuhnya, tapi usahanya sia-sia karena tali yang mengikatnya begitu kuat, sehingga ia tidak dapat melepaskannya begitu saja, apalagi kini posisi tubuhnya sedang terbalik semakin menyusahkannya untuk terlepas dari ikatan itu.
Sosok besar itu kemudian berjalan kesudut ruangan, ia lalu berjalan kembali kearah pria yang tergantung terbalik tadi setelah mengambil sesuatu disudut ruangan tadi.
Apa yang ada digenggamannya, adalah sebuah kapak besar dengan mata kapak yang nampak sangat kotor. Issei yang sedari tadi diam dengan wajah kebingungan, sekarang semua kebingungannya hilang saat ia menyadari apa yang akan dilakukan sosok besar itu, kepada pria yang tergantung menggunakan benda digenggaman sosok besar itu.
Salah seorang berjubah berjalan mendekati pria yang tergantung, ia melepaskan kain yang menutup kepala pria itu...
Wajah Issei seketika kehilangan warnanya, wajahnya pucat saat mengetahui siapa pria malang disana. Itu adalah ayahnya. dan ayahnya akan...
Issei tidak sanggup lagi membayangkannya, ia kemudian berusaha melepas ikatan ditubuhnya, wajahnya yang pucat dipenuhi ketakutan dengan keringat dingin yang terus menglir dari pelipisnya.
"Tou-san! Tidak! Tolong jangan! Tolong jangan lakukan itu! Aku mohon pada kalian! Tolong hentikan!"
Issei berteriak panik dengan sekuat tenaganya, meminta orang-orang berjubah itu untuk menghentikan apapun yang akan mereka laukan pada ayahnya.
Ayahnya yang mendengar suara Issei, memalingkan pandangannya keasal suara. Ia mendapati putranya yang terikat disebuah tiang diatas atlar yang ada diruangan itu. Ekspresi wajahnya sama srkali tak dapat dijelaskan, karena ia sendiri bingung dengan apa yang saat ini sedang terjadi. Tapi saat ia melihat sebuah kapak yang diarahkan kelehernya, ia akhirnya menyadari bahwa hidupnya tidak lama lagi.
"Sebelum kalian mengambil nyawaku, aku ingin meminta satu hal, tolong! tolong jangan lukai putraku!"
Ayah Issei berucap dengan suara parau, menahan tangisannya saat menyadari akan akhir hayatnya. Ia meminta dengan wajah yang menyedihkan bagi orang-orang berjubah itu.
"Tidak! Tou-san jangan katakan itu! Kalian semua aku mohon! Jangan lukai Tou-san!"
Issei semakin panik saat mendengar permintaan ayahnya kepada orang-orang berjubah itu. Ia memberontak berusaha lepas dari ikatan yang sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun tanda-tanda melonggar. Issei mengabaikan semua rasa sakit ditubuhnya dan terus saja berusaha melepas ikatannya. Sosok berjubah disamping ayahnya kemudian bergerak kehadapan ayahnya, tangan sosok berjubah itu kemudian terangkat dan menyentuh kepala ayah Issei.
"Semoga yang Agung memberkatimu!"
Sosok itu kemudian berucap dengan keras sebuah kalimat yang sama sekali tidak dapat dipahami oleh Issei.
""""""""""""""""""""Semoga yang Agung memberkatimu!""""""""""""""""""""
Semua sosok berjubah duruangan itu menyahut dengan suara keras, yang mana meningkatkan kepanikan Issei. Sosok dihadapan ayahnya kemudian mundur membiarkan sosok berjubah dengan tubuh besar, melanjutkan tugasnya. Sosok besar itu mengangkat kapak besarnya dan mengarahkannya keleher ayah Issei, sosok besar itu kemudian mengayunkan kapak ditangannya dan langsung...
... Memenggal kepala ayah Issei.
Tubuh Issei seketika membeku manatap kejadian mengerikan dihadapannya. Matanya yang seketika kosong mengikuti kepala ayahnya yang menggelinding dilantai.
Orang berjubah yang sebelumnya mnyentuh ayah Issei, bergerak cepat mengambil sesuatu. Ia kemudian meletakkan benda yang ia ambil kebawah tubuh tak berkepala sekaligus tak bernyawa milik ayah Issei. Apa yang ia ambil tadi adalah sebuah guci kosong, yang digunakan untuk menampung darah yang mengalir deras dari tubuh milik ayah Issei.
"AAAAAYAAAAAHHHHHH!"
Issei berteriak dengan keras saat ia akhirnya menyadari bahwa ayahnya telah tiada. Apa lagi kematian ayahnya melalui cara yang sama sekali tidak manusiawi.
"BANGSAT KALIAN! Kenapa kalian membunuh Tou-san! KEPARAT! Siapa kalian sebenarnya?! BAJINGAN! Lepaskan aku! AAAAAARRRRRRGGGGHHHHHKKK!"
Issei memuntahkan segala macam sumpah serapah yang ia ketahui dengan wajah yang sangat pucat, namun ekspresinya dipenuhi oleh kebencian. Tatapan matanya nyalang dengan nafsu membunuh yang sangat pekat. Ia bergerak dengan liar berusaha lepas dari ikatan ditubuhnya.
Namun, sekeras apapun Issei berteriak, tak ada satupun dari orang-orang berjubah itu yang menjawab. Mereka hanya berdiri ditempat mereka berdiri tanpa melakukan apapun. Salah satu dari mereka yang sebelumnya mengambil guci, bergerak mengambil kepala ayah Issei yang tergeletak dilantai. Ia mengabaikan darah yang membasahi tangannya, ia lalu meletakkan kepala itu disamping guci yang ia letakkan sebelumnya. Pria besar yang tadi memenggal kepala ayah Issei, kembali bergerak mendekati wanita yang datang bersama ayah Issei. Ia lalu meraih wanita itu dan kemudian melakukan hal serupa, seperti yang ia lakukan kepada ayag Issei beberapa saat lalu, ia mengangkat wanita itu kemudian membalik tubuhnya sehingga kekinya berada diatas. Ia kemudian menggantung wanita itu tepat disebelah mayat ayah Issei.
Pria besar itu kemudian melepaskan kain yang menutup kepala wanita itu. Perhatian Issei kemudian teralihkan kepada wanita itu, dan seketika...
"BAJINGAN!"
Issei seketika menggila. Ia bergerak dengan brutal, namun sekeras apapun ia berusaha tali yang mengikatnya sama sekali tidak mengendur.
"BRENGSEK! APA LAGI YANG AKAN KALIAN LAKUKAN! TIDAK CUKUP TOU-SAN! BAHKAN KAA-SAN! KEPARAT! LEPASKAN AKU! GAAAAAAAAHHHHHKKK! BRENGSEK! AAAAAAAARRRRRRRKKKKHHHHKKGGGK! LEPASKAN! LEPASKAN! LEPASKAAAAAAAN! BAJINGAAAAAAN! UAAAAAAARRRRRRGGGGKKKHHHH!"
Issei terus saja berteriak dengan histeris, dengan dirinya yang sama sekali tidak berhenti menggerakkan tubuhnya dengan brutal. Matanya menunjukkan kebencian yang sangat pekat, tatapan nyalang ia lontarkan kepada mereka semua. Karena mau bagaimanapun, mau siapapun, pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pemuda itu. Jika kedua orang tuamu akan berakhir tragis, siapapun pasti akan melakukan apapun yang mereka bisa untuk menghentikannya, Dan itulah yang saat ini ia lakukan. Ibunya kini berada dikondisi yang sama seperti ayahnya beberapa saat yang lalu. Wanita yang tergantung disana adalah ibunya, yang akan berakhir tragis seperti ayahnya, yang tubuhnya tepat berada disebelah ibunya.
Pria berjubah yang sebelumnya menyentuh kepala ayahnya, berjalan mendekati ibunya, ia mengabaikan teriakan Issei seakan ia tidak mendengar suara apapun. Setelah berada didekat ibu Issei, ia kemudian mengangkat kedua tangannya dan melakukan sebuah pose berdoa sambil menundukkan kepalanya
"SEMOGA YANG AGUNG MEMBERKATIMU!"
Pria itu kemudian berteriak dengan suara keras, selagi mengangkat kepalanya.
""""""""""""""""""""SEMOGA YANG AGUNG MEMBERKATIMU!""""""""""""""""""""
mengikuti pria itu, orang-orang berjubah diruangan itu menyahut dengan teriakan keras, pria itu langsung mengambil langakah mundur memberikan ruang agar pria besar tadi dapat melakukan pekerjaannya. Pria besar itu kemudian menedekati ibu Issei yang sejak tadi sama sekali tidak bersuara, dan saat pria itu sudah berada dihadapannya, ibu Issei berucap dengan aliran air mata.
"Issei, apapun yang terjadi...
... Kami akan selamanya menyayangimu"
Tepat setelah kalimat itu berkahir, disaat itu juga lah akhir dari kehidupan wanita yang telah melahirkan Issei.
"TIDAAAAAAAAAAAK!"
.
.
.
Ia jatuh tertunduk. Tubuhnya seketika lemas, ia telah kehilangan kedua orangtua nya, dan mereka pergi disaat yang bersamaan, melalui kematian yang paling tidak manusiawi. Ia kehilangan semangat hidupnya, dikepalanya berputar kenangan yang telah ia lalui bersama mereka berdua, dan ia menyadari bahwa, ia sama sekali belum dapat membahagiakan mereka. Ingatan-ingatan yang telah ia lalui bersama mereka terus berputar bagaikan kaset rusak.
"I-ini pasti hanya mimpi!? Y-ya pasti hanya mimpi! A-ha-aha-ahahaha!"
Ia mulai berbicara pada dirinya sendiri, meyakinkan dirinya bahwa semua yang baru saja terjadi hanyalah mimpi belaka. Ia tertawa, namun bukanlah tawa bahagia maupun menertawakan sesuatu yang lucu.
"Mana mungkin! Kalian telah membunuh orang tuaku! Akan kubalas kalian semua!" ia kembali berteriak, teriakan penuh kebencian disertai amarah. Namun ia tak dapat melakukan apapun, ia smaa sekali tak dapat berbuat apa-apa. Matanya terus nengirimkan pandangan penuh kebencian, dirinya sudah hampir rusak baik pikiran maupun jiwanya, hingga ia sama sekali tidak menyadari bahwa mereka semua telah berdiri mengitari dirinya yang masih terikat di altar. Ia baru menyadarinya ketika dua orang berjalan mendekatinya dengan membawa sebuah guci di tangan mereka, yang mana ia sangat mengenalinya karena itu adalah guci yang digunakan untuk menampung darah dari ayah dan ibunya. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Mereka berhenti dihadapannya, dari belakang mereka datang pria yang selalu meneriakkan "Semoga yang Agung Memberkatimu!", ia kemudian berdiri disamping dirinya.
"Wahai kawan-kawanku! Kini kita telah menemukan apa yang selama ini telah kita cari-cari! Namun! Ia masihlah tertidur, maka dari itu! Hari ini kita akan melakukan ritual untuk membangkitkan yang agung!"
"Ouu!"
Sahutan-sahutan keras menanggapi ucapan pria itu. Ia kemudian mengangkat tangannya meredakan keadaan yang mulai tidak terkendali, Lalu ia melanjutkan ucapannya.
"Saudaraku! Kawanku! Hari ini kita akhirnya akan bertemu dengan 'Yang Agung'! Bawa kemari benda itu!"
Salah seorang yang membawa guci bergerak mendekati pria itu, ia lalu menyerahkan guci ditangannya kepada pria itu.
"dengan menggunakan darah ini! Darah persembahan yang akan kami berikan! Kami akan membangkitkan 'Yang Agung'! Untuk kembali kedunia ini!"
Pria itu menuangkan isi dari guci ditangannya yang merupakan darah dari ayahnya atau mungkin ibunya? Tubuh Issei terlumuri oleh darah, menambah kesan mengerikan jika ditambahkan dengan ekspresi Issei saat ini
"orang-orang brengsek ini! Apa yang kalian lakukan! Hah!"
Dengan ekspresi gelap di wajahnya Issei mendesis mengeluarkan kalimat yang berisikan emosinya. Dengan pikirannnya yang sudah mulai rusak Issei mengerakkan wajahnya yang berlumuran darah, menatap nyalang pria di hadapannya, namun tindakkan teralihka saat terdengar erangan kesakitan dari arah lain
"kuakhah!"
"!? Apa yang terjadi!? Siapa yang berani mengganggu ritual kebangkitan Yang agung !"
Seketika ruangan itu menjadi sunyi, hanya suara terjatuh dari tubuh yang sudah tidak bernyawa yang merupakan salah satu dari anggota mereka, lalu disusul oleh suara benda tajam yang membelah udara yang kemudian memutuskan kepala pria yang berdiri dihadapan Issei saat ini. Tubuh pria itu seketika terjatuh bagaikan boneka yang talinya telah diputus, dan disana Issei melihat seorang pemuda yang berdiri dibelakang pria jahanam yang telah mati dihadapnnya
Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya, dengan sebuah bekas luka dimata kirinhya yang mana meningglakan sebuah kesan didalam ingatan Issei yang sedikit rusak ini, pemuda itu memiliki mata berwarana biru kelam yang seakan memancarkan cahaya redup didalam ruangan ini, surai pirang dengan ujung berwarna merah serta ekspresi wajah datar merupakan hal yang sangat mencurigakan bagi siapapun yang melihat pemuda ini, apalagi pemuda ini yang muncul dengan tiba-tiba namun hal itu berbanding terbalik dengan perasaan Issei saat ia menatap kearah pemuda itu, perasaan yang tak dapat ia pastikan namun entah mengapa dapat ia kenali, perasaan yang sangat berbanding terbalik dengan semua ungkapan diatas, dan seakan pemuda itu mengerti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh Issei ia pun membuka mulutnya mengucapkan sebuah pertanyaan.
"Apa kau ingin membunuh mereka semua?"
issei tak dapat menjawab pertanyaan yang tak terduga dari pemuda dihadapannya namun tanpa perlu membuka mulutnya Issei menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun, disertai sorot mata yang seakan mengatakan tanpa satu orangpun yang lolos! .
"Baiklah, untukmu yang telah mengalami hal seburuk ini sampai bisa menciptakan emosi negatif seperti ini, akan kukabulkan permintaanmu"
Dengan berakhirnya ucapannya pemuda itu seketika menghilang dalam kilatan merah, lalu kembali terdengar teriakan kesakitan dari salah satu orang berjubah itu yang disertai terbangnya sebuah kepala, ia kemudian muncul dihadapan salah satu orang berjubah dengan sebuah katana yang berlumuran darah dari tiga korbannya.
Dengan iris biru kelamnya yang memancarkan cahaya redup ia menebaskan katana ditangannya memenggal leher orang dihadapannya, tanpa jeda ia lalu berbalik dan melemparkan katananya kearah orang berjubah lainnya yang mencoba melakukan sesuatu karena dihadapan orang itu muncul lingkaran sihir berwarna merah, karena orang berjubah itu fokus pada lingkaran sihirnya ia sama sekali tidak menyadari sebilah katana yang terbang mengarah padanya, yang mana katana itu langsung saja menusuk kepalanya sampai tembus.
Pemuda itu yang sudah dapat menduga bahwa serangannya pasti kena sama sekali tidak memberi perhatiannya, ia langsung mencari target berikutnya. Sedangkan orang-orang berjubah itu tak mau tinggal diam saja melihat anggota mereka dibantai satu persatu dan salah satu dari mereka meneriakkan sebuah perintah kepada rekannya yang lainnya.
"Jangan diam saja membiarkan orang sesat itu menganggu kebangkitan Yang agung ! cepat bunuh dia!"
Mendengar perintah itu, seketika orang-orang berjubah itu mulai mengambil tindakan perlawanan. Salah satu dari mereka yang bediri didekat pemuda itu langsung mengeluarkan belati dari dalam jubahnya, ia kemudian menerjang kearah pemuda itu saat ia sudah berada tepat dihadapan pemuda itu ia mengayunkan belati ditangannya kearah punggung pemuda itu. Tanpa ia duga pemuda itu berbalik dan kemudian menebaskan katana ditangannya yang langsung memotong tubuhnya menjadi dua bagian secara diagonal dari bahu kanannya hingga kepinggang, pria berjubah itu mati seketika tanpa mengetahui apa yang terjadi padanya.
Pemuda itu mengabaikan orang yang baru saja ia tebas, ia menundukan kepalanya membiarkan sebuah kapak yang menerjang kearahnya lewat diatas kepalanya, ia kemudian meraih pegangan kapak yang lewat diatas kepalanya dan menggunakan momentum yang ada, dilemparakannya kapak itu kembali kepada pemiliknya, yang merupakan pria berjubah dengan tubuh yang lebih besar dari yang lainnya yang merupakan orang bertugas memenggal kepala kedua orang tua Issei, kapak itu kemudian langsung saja membelah tengkorak pria besar itu hingga mengakibatkan isi otaknya berceceran, pria besar itu mati dengan tidak menyangka bahwa kapaknya akan dikembalikan padanya dengan kecepatan penuh seperti itu.
Mata pemuda itu melirik kesekitarnya, ia telah membunuh setidaknya lima sampai enam orang berjubah diruangan ini. Sebelumnya ia telah membantai semua orang berjubah diluaar ruangan ini sehingga tidak akan ada bala bantua yang akan datang, sehingga ia bisa memfokuskan tubuh serta pikirannya disini. Masih tersisa cukup banyak orang disini, banyak diantara mereka telah mempersiapkan lingkaran sihir tapi sama sekali tidak ada diantara mereka yang melemparkaan sihir mereka kearah pemuda itu yang sudah jelas adalah musuh mereka. Alasannya adalah mereka belum menyelesaikan sihir mereka, mereka hanya mempersiapkan lingkaran sihir mereka tanpa menyelesaikannya, dan kini mereka terburu-buru untuk menyelesaikannya.
Sayangnya bagi mereka karena pemuda itu bisa membunuh mereka semua dalam sekejap mata, pemuda itu melanjutkan mencari target berikutnya walau tindakan itu sendiri tidak diperlukan. Ia menebaskan katananya kesembarang arah mengenyahkan darah yang menempel dikantananya, iris kelamnya melirik kesekitarnya untuk kesekian kali lalu ia langsung menerjang kearah orang berjubah yang saat ini berkumpul dan sepertinya berhasil menyelesaikan lingkaran sihir mereka, seketika dari tengah lingkaran sihir muncul peluru api yang melesat kearah pemuda itu yang hanya dihindari olehnya karena bagaimanapun peluru api hanya bisa bergerak lurus jadi bukan perkara sulit untuk menghindarinya. Entah sudah untuk yang keberapa kalinya pemuda itu melemparkan katananya yang langsung mencabut nyawa salah satu dari orang berjubah itu, ia kemudian memunculkan sebuah katana lagi dari kepulan asap yang muncul ditangan kanannya.
Pemuda itu sekali lagi menghilang dan muncul diatas salah satu dari mereka ia lalu memotong orang itu menjadi dua bagian kiri dan kanan, mau dilihat bagaimanapun mistahil untuk membelah tubuh manusia menjadi dua hanya dalam sekali tebasan tapi hal itu tidak berlaku bagi pemuda itu yang memiliki kekuatan lengan diatas manusia normal, ia menghilang lagi dan muncul tak jauh dari tempat sebelumnya dan langsung menikamkan katananya ketenggorokan orang dihadapannya dan menebaskan katananya hingga kepala orang itu terpisah dari tubuhnya. Ia lalu menarik katananya mendekat kearah tubuhnya lalu menghujamkan kebelakang tubuhnya yang langsung menembus tubuh orang yang berada dibelakangnya, ia menarik lagi katananya dan langsung membalik tubuhnya kemudian menebas leher orang dibelakangnya.
Pemuda itu meraih kepala orang yang berada didekatnya lalu menghujamkan senjatanya kedalam tenggorakan orang itu, ia menarik kembali senjatanya sambil menjauhkan tubuh orang itu kemudian ia tebas lagi tubuhnya hingga benar-benar tewas. Pemuda itu melemparakan sebuah pisau lempar yang menancap dilengan seorang pria yang berdiri didekat Issei saat pria itu mencoba melakukan sesuatu terhadap Issei, pemuda itu menghilang dan kemudian muncul kembali dibelakang pria itu dan tanpa jeda sedikitpun ia langsung memegang kepala pria itu lalu memelintirnya hingga kepala pria itu berputar kearah yang tidak seharusnya.
Ia melepaskan kepala pria ditangannya lalu tubuh tak bernyawa milik pria itu terjatuh begitu saja dihadapannya, tanpa memberi reaksi berlebih pada kejadian itu, lalu muncul kepulan asap yang menutupi tangan pemuda itu sedetik kemudian asap itu menghilang dan ditangan pemuda itu ia menggenggam sebuah sebuah pistol Magnum yang langsung ia tembakkan.
Dengan suara letusan yang keras disusul uluh suara tubuh yang terjatuh karena tengkoraknya telah hancul diledakkan oleh senjata ditangan pemuda itu, suara letusan kembali terdengar yang kemudian disusul dengan suara tubuh yang terjatuh. Pemuda itu kemudian melangkah dengan pistolnya yang masih mengeluarkan kepulan asap kearah orang-orang berjubah yang berdiri dibawah altar tempatnya berdiri sekarang, ia lalu mengarahkan pistolnya kekepala salah seorang dari orang berjubah itu yang kini mereka semua begetar ketakutan karena mau dilihat bagaimanpun seharusnya merekalah yang berada diposisi yang diuntungkan dengan jumlah serta kemampuan sihir mereka yang berada diatas rata-rata penyihir lainnya. Tapi sekarang kenyataannya berbeda dengan apa yang mereka bayangkan, mereka semualah yang saat ini berada disituasi paling menyulitkan karena tak ada satupun dari mereka yang mengetahui kemampuan penyusup yang membunuh banyak anggota mereka, dan sekarang mereka semua tau apa yang mananti mereka, tidak lain dan tidak bukan adalah kematian.
.
.
.
.
.
Hari itu Issei tak akan pernah melupakan kejadian yang telah menimpanya, kejadian yang telah merenggut nyawa ayah dan ibunya, kejadian dimana dirinya hampir rusak sepenuhnya, kejadian yang membuatnya merasakan kebencian, amarah, rasa putus asa didalam hatinya, kejadian yang telah mengubah hidupnya secara penuh.
"apa yang ingin kau lakukan mulai sekarang?
Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya yang berdiri didepannya saat ini menanyakan padanya apa yang ingin ia lakukan, dan ia tidak tau. Ia bingung setelah kehilangan keluarganya ia tidak memiliki siapapun lagi, orang tuanya tidak memiliki kerabat jadi ia benar-benar sendirian saat ini.
"kau tidak tau? Setidaknya bisa kau beri tau aku namamu? Karena aneh saja setelah semua yang kulakukan aku sama sekali tak tau namamu"
Pemuda dihdapannya yang mengerti bahwa Issei sama sekali tidak tau apa ynag ingin ia lakukan kemudian mengganti pertanyaannya, Issei terdiam beberapa saat sebelum memberikan jawabannya.
"Issei, Hyoudou Issei"
Hanya itu yang dapat Issei pikirkan sebagai jawabannya, kemudian Issei menatap wajah pemuda dihadapannya yang sebelumnya selalu berwajah datar, kini seulas senyum tipis tercipta dibibirnya
"Issei ya, kalau begitu setidaknya aku juga akan memperkenlkan diriku, namaku Namikaze Naruto, dan maaf aku terlambat menyelamatkan kedua orang tua mu, lalu ini mungkin saran yang bagus menurutku bagaimana kalau kau memakamkan kedua orang tua mu, aku sudah mengamankan jasad mereka jadi kita bisa pergi dari sini sekarang juga"
Issei tak menjawab ia hanya menganggukkan kepalnya tanda menyetujui saran Naruto, ia kemudian bangkit dari tempatnya duduk kemudian melakahkan kakinya mengikuti Naruto yang berjalan terlebih dulu meninggalkan tempat yang menjadi saksi pembantaian yang dilakukan Naruto pemuda dihadapannya sekaligustempat dimana mereka bedua bertemu.
~.~.~
.~.~.
~.~.~
Semilir angin menerpa kulitnya membawa kembali kenangan pahit yang pernah ia rasakan, dibawah rembulan yang bersembunyi dibalik tebalnya awan gelap Ia berdiri dengan tenang, matanya terpejam menikmati kesunyian malam, tanpa satupun suara yang dapat ia dengar. Kelopak matanya terbuka, menampilkan iris coklat yang memancarkan sebuah emosi.
Pandangan matanya menatap lurus kedapan, kedalam gelapnya hutan tanpa sinar rembulan yang dapat menembus lebatnya dedaunan. Angin malam terus berhembus menyingkirkan gumpalan awan dilangit, hingga bulan dapat mengeluarkan sinarnya yang kini menerangi tempat dia berdiri. Menampakkan siapa dirinya, sang Sekiryuutei yang berdiri dengan ekspresi gelap diwajahnya, serta api amarah yang berkobar diris coklatnya. Mulutnya terbuka mengucapkan beberapa patah kata.
"Ddraig, aktifkan 'Extrem Code : Lantier'"
[Extrem Code : Lantier dikonfirmasi!]
[mengaktifkan mode . . .]
[. . .]
[Extrem Code : Lantier berhasil diaktifkan!]
[perhatian! semua proses kerja otak yang tidak berhubungan dengan Extrem Code : Lantier akan dinonaktifkan sementara sampai kembali kemode normal!]
Serangkaian suara berat menanggapi ucapannya, punggung tangan kiri dan kedua matanya mengeluarkan cahaya berwarna Hijau yang bersinar dibawah bayangan awan, yang kembali bergerak untuk menutupi sang rembulan. Bibirnya membentuk garis lurus dengan pandangan datar menusuk yang diarahkannya kedalam gelapnya hutan.
"Sub Balance Breaker : Nightcrow Series"
ToBeContinued
Ending song :
Thousand Foot Krutch_-_Be Somebody
End of Chapter 5 : "Past And Wrath"
Title :"I'm Not a Hero : The Second Stage"
Rate : T (Semi M)
Genre's : Adventure, Supranatural, Gore(maybe), etc
Warning : OC, OOC, Mainstream, alur ngaco, miss-typo, gaje, author-newbie, semi-cannon(Maybe? Or No?), Human!Naru, GodLike!Naru (Maybe), etc.
Disclaimer : not my own
Pair : Namikaze Naruto x Kiss-Shot Acerola-Orion Heart-Under-Blade.
Not like, don't read
Silahkan tinggalkan jejak anda berupa Review.
Author's Note : yah bagaimana kabar kalian semua? Sehat? Yah saya harap kalian semua sehat! Lalu saya mohon maaf bagi siapapun yang menunggu fanfic ini (yang saya entah mengapa sangat yakin bahwa tidak ada) karena keterlambatan update beberapa bulan, bukannya saya mau beralasan tapi karena saya sudah menginjak kelas 12 SMA jadi saya sangat disibukkan dengan kegiatan disekolah lalu kegiatan saya menonton anime yang mana menjadi factor lain keterlambatan update. Chapter inipun sudah sangat lama saya tulis tapi sama sekali belum sempat saya selesaikan dan baru diliburan ini saya sempat menulis lanjutannya dan yah seperti yang telah saya tulis diatas tentang bagaimana Issei bertemu dengan Naruto. Sangat disayangkaan saya harus emngorbankan kedua orang tua Issei hanya gar mereka berdua bertemu tapi bukan hanya itu alasan saya melakuikan hal itu karena ini akan berhubungan dengan chapter depan jadi tunggu saja ya. Mungkin sekian yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya mohon maaf dan selamat tahun baru! (walau kurang beberpa hari lagi sih).