Orang-orang di dunia sihir sudah gila. Well, mungkin tidak semua orang di seluruh dunia sihir, hanya di belahan negara Inggris saja pastinya, pikir Harry setelah melihat halaman depan Daily Prophet edisi pagi ini.

Semua orang sudah gila, terutama editor Prophet yang terkonyol.

Huruf-huruf tercetak besar di kertas itu seperti mengolok-olok Harry sekaligus menggodanya untuk membaca lebih jauh isi berita utama.

Harry mendengus, memikirkan alasan-alasan konyol yang akan mereka sajikan.

Putra Rahasia Pahlawan Dunia Sihir Kita. James Potter Kedua, Pewaris Pertama Keluarga Potter?

Judul berita itu membuat Harry merasa seperti salah satu cucu dari Ratu Britania Raya. Terlalu dilebih-lebihkan.

Satu foto besar bergerak terpampang hampir memenuhi halaman depan, foto Harry dan Hermione yang menggandeng tangan anaknya, James, mereka tengah berjalan masuk ke Leaky Cauldron saat foto itu diambil, tentu saja secara diam-diam. Kemudian satu foto yang lebih kecil di sudut gambar besar itu adalah James putra Hermione, seolah untuk memperjelas wajah anak kecil yang polos itu.

Harry spontan berpikir untuk meminta maaf kepada Hermione nanti saat mereka bertemu untuk makan siang bersama dengan teman-teman mereka hari ini. Dia merasa kasihan karena telah menyeret anak kecil yang masih berumur lima tahun ke dalam masalah yang ia sebut dengan kepopulerannya.

Minggu siang, Pahlawan wanita kita yang telah lama menghilang dari dunia sihir Inggris selama enam tahun akhirnya tampil di hadapan publik bersama sebuah rahasia besar yang sangat tak terduga oleh kita semua. Hermione Granger datang ke toko buku Flourish & Blotts dengan menggandeng seorang anak laki-laki kecil yang manis dengan wajah yang kebetulan atau tidak mempunyai kemiripan dengan Pahlawan besar kita Harry Potter saat masih kecil, membuat kita bertanya-tanya apakah anak itu punya ikatan saudara dengan Mr. Potter, apa mungkin ia keponakannya? Atau mungkin, putra kecilnya bersama Hermione Granger, sahabatnya, yang telah mereka sembunyikan dari publik selama enam tahun ini? Dan apakah karena mereka tak ingin publik mengetahui tentang putra mereka merupakan sebab Hermione Granger menghilang dari publik Inggris? Jika benar, apa alasan mereka untuk tak ingin publik tahu tentang putra Sang Terpilih? Masih belum ada konfirmasi langsung dari kedua pihak apakah anak kecil yang bernama James itu putra dari Bocah Yang Bertahan Hidup. Beberapa sumber tepercaya mengatakan bahwa James memang putra dari Hermione Granger, sedangkan siapa Sang ayah belum ada yang mengonfirmasi pasti. Tapi hal itu tak jadi masalah lagi para pembaca setia, kita mempunyai mantra yang dapat mendeteksi kemiripan di antara mereka. Bahkan jika kita melihat foto wajah anak kecil itu meskipun tanpa kaca pembesar ataupun mantra dapat dilihat persamaan pada lekuk wajah dan hidung mereka. Sementara bentuk dagu dan tulang pipinya berasal dengan sang ibu. Dan bukti yang paling jelas dan nyata anak kecil James itu mempunyai mata hijau indah yang sama dengan mata cemerlang Mr. Potter yang ia dapat dari almarhum ibunya Lily Potter. Sungguh kombinasi yang luar biasa menawan, bahkan seluruh masyarakat sihir sudah setuju untuk menobatkan James kecil sebagai Anak Yang Paling Tampan di dunia. Jadi, dari fakta-fakta di atas sudah tak perlu disangkal lagi kalau James putra Hermione Granger juga putra Harry Potter, Pahlawan dunia sihir. Selanjutnya di halaman 4...

Dua gambar berjajar di bawah tulisan panjang itu, yang satu gambar wajah Harry saat masih sebelas tahun, saat pertama kali ia tahu tentang dunia sihir, dan yang satunya lagi gambar wajah James yang lain. Mereka berdua menampakkan ekspresi yang sama, bayangan kekaguman, dan keduanya dijajar seolah untuk perbandingan.

Ini gila, mereka gila! Mana mungkin James putra Hermione adalah anaknya?

Tapi entah kenapa bagian yang menyebutkan kombinasi yang menawan telah menyusup masuk lebih dalam ke saringan otaknya, mengganggu pikiran Harry. Seperti ada suatu benda tak dikenal yang tersangkut di roda mesin kepalanya, membuat Harry ingin mengambil benda itu langsung dengan tangannya sendiri dan mencermati benda apa itu, atau mungkin langsung membuangnya saja?

Dia menatap dua figur wajah di bagian bawah, menelitinya dengan cermat, ingin membuktikan tulisan di atas. Benarkah? Batinnya.

Tentu saja ini konyol, otak rasionalnya berbicara dan melanjutkan, itu cuma kebetulan saja James mirip dengannya, atau mungkin saja Prophet hanya mengada-ada. Dan itu juga sebuah kebetulan mata James hijau, yang mungkin dia dapat dari ayahnya karena iris mata Hermione cokelat, atau mungkin dia punya gen iris hijau juga, entahlah. Yang pasti itu bukan dari Harry, karena dia dan Hermione tak ada apa-apa, dan mereka tak pernah berhubungan seperti itu.

Benarkah?

Sebuah suara di kepalanya bercuit, suara itu terdengar aneh seperti suara Hermione dengan nada sok taunya.

Kedua alisnya semakin mengerut, perlahan rasa gelisah dan panik menyeruak.

Dia tahu, dan seperti terbentur kepalanya untuk kedua kali, ia ingat dengan jelas memori lama, sejelas kristal. Malam itu, enam tahun yang lalu di Shell Cottage. Itu salah satu malam terbaiknya, di mana ia dapat tidur dengan pulas tanpa Voldemort menghantui meskipun di tengah-tengah masa genting. Dan itu hanya sekali, mereka cepat dan spontan tanpa berpikir logis bahkan untuk sahabatnya yang pintar itu. Hanya berdasar pada hasrat dan nafsu tanpa ada rasa yang lebih dalam, semua mengambang tanpa batas. Stres dan frustrasi semakin menambah suhu malam itu, dan keduanya sedang dalam emosi yang lemah, labil.

Dan semua itu masa lalu, hanya sebuah kesalahan yang telah mereka setujui dengan diam untuk dilupakan, terkubur dalam waktu. Tapi itu hanya sekali, apakah hal itu dapat mendatangkan konsekuensi sebesar ini? Tak perlu disuarakan lagi, Harry tahu benar jawabannya dan dia ingin sekali untuk menyangkal.

Harry semakin mengerutkan keningnya, dia semakin bingung dengan semua itu. Dan di hari yang masih sepagi ini dia sudah merasa untuk harus mengambil beberapa aspirin.

Tapi tidak, seorang Hermione tak akan menyembunyikan hal besar seperti ini darinya. Dia sahabatnya selama lebih dari sepuluh tahun. Kalau benar Hermione mengandung anaknya dia pasti segera memberi tahu Harry cepat-cepat dan berdiskusi dengannya, itulah Hermione yang ia kenal, sahabat lamanya, tiang penyangganya yang pintar.

Pikiran logis Harry terus berusaha untuk meyakinkan dirinya, bahwa berita itu omong kosong seperti biasa. Tapi suara Hermione di kepalanya terdengar seperti mengejek, menertawakannya malahan.

Apalagi ditambah dengan kurangnya informasi dan penjelasan dari Hermione tentang kepergian dan tinggalnya ia di Australia selama enam tahun, -membuat secuil otak Harry berpikiran, sebab James lah Hermione pergi- bahkan saat Harry dengan halus bertanya lebih dalam tentang siapa James kemarin saat makan siang di Leaky Cauldron, Hermione dengan ramah mengubah topik pembicaraan mereka. Harry pikir itu hal yang sensitif bagi sahabatnya, karena itulah ia tak membelokan lagi topik mereka dan menunggu untuk Hermione bercerita dengan sendiri. Dan sampai makan siang mereka selesai hanya Harry yang banyak bercerita. Hermione hanya berbicara mengenai kembalinya ia ke sini dan St. Mungo sebagian besar, tak lebih, sementara anaknya James duduk di antara mereka berdua menikmati makan siangnya.

Semua menjadi benang kusut, misteri, dan menambah rasa pasti untuk setengah dari berita itu. Membuat Harry sulit untuk lebih menyangkalnya lagi.

Pikiran rasional terus meyakinkan kalau Hermione tak akan berbuat hal tak logis, itu bukan dia. Lagi pula untuk apa dia menyembunyikan anak dari ayahnya sendiri dan Hermione pasti tahu seberapa penting arti sebuah keluarga bagi Harry. Sangat penting, bahkan melebihi Hogwarts. Karena keluarga di situlah rumahnya.

Dia berada dalam konflik dengan dirinya sendiri, antara percaya dan tidak terhadap berita itu.

Itu berita konyol, apalagi dari Prophet itu sebuah petunjuk untuk kau tidak percaya pada tulisan itu. Pikiran rasionalnya berbicara.

Hermione menghilang selama enam tahun, persis beberapa hari setelah perang baru saja selesai. Dan malam itu terjadi hanya selang beberapa Minggu sebelum perang besar. Dan sekarang James sudah berumur lima tahun, atau mungkin lebih. Bukankah itu pertanda? Suara Hermione terdengar menjabarkan.

Dia membencinya, suara itu terdengar begitu benar dan akurat seperti siempunya asli, membuat Harry semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi..

Apa dia terlalu termakan berita itu? Pasti ada sejenis ramuan yang dituangkan ke dalam tinta yang digunakan untuk menulis koran ini sehingga membuat Harry terhasut begitu mudah. Pasti itu.

Kau hanya takut saja kalau itu benar, Harry. Suara Hermione terdengar di benaknya dengan nada sok taunya lagi.

Harry memang takut, takut jika dirinya kecewa pada Hermione, dia sahabatnya dan Hermione tak pernah mengecewakannya. Dia akan merasa dikhianati.

Dia harus bertanya pada Hermione segera nanti untuk menyelesaikan kebingungan ini. Apapun alasannya, Harry tak akan menerima jawaban yang tak rinci apalagi tak jelas mengambang.

Dan jika James memang putranya, lalu apa yang dia akan lakukan selanjutnya.

Entah kenapa memikirkan James sebagai anaknya membuat perasaan Harry menggelembung penuh helium membawa pikirannya melayang, dan perlahan mengganti warna emosinya. Jika itu benar, Harry tak terlalu muda untuk jadi ayah, kan? Dia baru saja menginjak dua puluh empat tahun kemarin akhir Juli. Lagi pula Ron juga beberapa langkah lagi lebih dekat untuk menjadi seorang ayah. Dan Harry sudah punya banyak uang untuk hidup mereka, dia sudah cukup mapan menurutnya. Dan untuk rumah, jika James tak ingin tinggal di Grimmauld Place tentu Harry akan membelikannya rumah lain lagi. Apapun yang anaknya inginkan, Harry akan berusaha memenuhinya. Sapu terbang tercepat, koleksi Snitch atau satu set permainan Quidditch, dia akan membelikannya, bahkan lapangannya sekalian, dan dengan senang hati ia akan memberikan Firebolt kesayangannya jika James meminta.

Hal itu membuat Harry teringat saat makan siang kemarin, James bertanya banyak padanya tentang olahraga yang terkenal di dunia sihir itu, sementara ibunya terus-terusan memutar bola mata. Dan saat ia tahu orang yang menulis buku yang dibacanya adalah pria di depannya, James begitu terkejut, kagum, dan anak itu terlalu cerdas, sebagaimana memang anak dari Hermione Granger.

Senyum kecil tanpa sadar terbentuk sebelum hilang sesaat pikiran rasional Harry kembali. Apa dia terlalu jauh membayangkan?

.

.

A/n : jarinya gatel pengen update cerita ini, thanks for your asking to make it multichapers. Sekian dulu untuk saat ini, aku tahu ini chapter kependekan