.

Talk Friend : Sequel

('C9' Bae Jin Young x 'Starship' Jung Se Woon)

BlueBerry's Fanfiction

Don't Like, Don't Read

Warning : gajelas, seme!Baejin, uke!Sewoon

.

Sewoon pikir dia bisa menaruh pembatas antara kegiatan menjadi pembimbing Jinyoung juga status sebagai orang yang menerima perjodohan dengan Jinyoung, tapi Sewoon merasakan gatal pada sisi lidahnya untuk menanyakan hal yang pribadi pada Jinyoung di tengah kegiatan memperhatikan Jinyoung belajar. Pertanyaan mengenai seseorang yang menghubungi Jinyoung dan menginterupsi obrolan ringan antara dirinya dengan Jinyoung, seseorang yang menimbulkan beberapa ekspresi Jinyoung hanya melalui percakapan di sambungan telepon. Mengurungkan pertanyaan karena tidak ingin Jinyoung menganggap dirinya terlalu merasa ingin tahu, lagipula Sewoon belum merasa hubungan dirinya dan Jinyoung sangat dekat hingga dia leluasa untuk menanyakan setiap hal pribadi bagi Jinyoung. Pemikiran yang membuat Sewoon hanya merespon seadanya dan lebih menaruh fokus pada tugas kampusnya, sewaktu Jinyoung hendak menyambung obrolan yang terputus karena panggilan entah siapa hingga Pemuda marga Bae itu menyerah dan menghadap tugas rumah tanpa meraih alat tulisnya. Sewoon merapikan peralatan dan melontarkan pamit tanpa mempertemukan pandangannya dengan Jinyoung, tidak menanggapi ekspresi bertanya di wajah kecil Jinyoung.

Pertanyaan bernada khawatir dari Ibu berusaha ditanggapi Sewoon dengan baik, meninggikan sudut bibirnya untuk mengatakan bahwa dia tidak memiliki masalah. Masalah mengenai Jinyoung menerima panggilan dari orang lain dan menunjukkan beberapa ekspresi memang bukan sesuatu yang besar dan harus dia pikirkan sebenarnya, jadi ini seharusnya bukan masalah, Sewoon tidak mengerti kenapa Youngmin dan Donghyun tertawa karena dia menceritakan kejadian kemarin pada mereka. Taedong melontar kekehan selagi mengatakan bahwa Taehyun juga menggemaskan saat cemburu, dan membuat Sewoon termenung dengan kata 'cemburu'. Sewoon tahu dia memperhatikan Jinyoung sebelum Ibunya mengatakan dia dijodohkan dengan Jinyoung, dia menyadari dan mengingat eksistensi Jinyoung di sekitarnya pada puluhan pertemuan tidak istimewa mereka, dia merasa degup jantungnya menjadi cepat saat dia dan Jinyoung berada di posisi dekat selagi memilih camilan di minimarket, tapi Sewoon tidak pernah menanggapi semuanya sebagai tanda bahwa dia memiliki perasaan pada Jinyoung. Fakta dirinya menyukai Jinyoung membuat Sewoon tidak berani menemui Pemuda marga Bae itu, memilih bohong dengan mengatakan dia sibuk di Kampus daripada terus terang mengatakan dia menggulung tubuh dalam selimut karena belum siap bertemu dengan Jinyoung.

Layar Televisi menjadi gelap untuk beberapa saat dan menampilkan saluran berisi acara memasak, kembali menjadi gelap dan memperlihatkan saluran lain berisi acara jalan-jalan yang tidak menarik perhatian Sewoon. Denting bel pada pintu depan menarik perhatian Sewoon, membuatnya menyimpan remote dengan sembarang di meja . . .

"Ah, Sewoon-Hyung" Ekspresi antusias Jinyoung segera terlihat saat Sewoon membuka pintu, tidak ingin menjadi terlalu mencurigakan dengan kembali menutup pintu dan menghindari obrolan

"Halo, Jinyoung-ah. Rasanya, sudah lama kita tidak bertemu" Basi Sewoon yang mendapat anggukan Jinyoung, tidak mengubah posisinya yang berdiri di sisi pintu

"Kau tentu sangat sibuk dengan kegiatan kuliahmu, dan aku senang karena kau masih makan dengan baik, Sewoon-Hyung" Perkataan Jinyoung membuat Sewoon memegang sisi wajahnya, teringat lelucon Donghyun tempo hari kalau dia menjadi lebih tembam akhir-akhir ini

"Apakah aku terlihat buruk?" Sewoon menaruh tangannya di sisi wajah tanpa bermaksud menutupi, terkesan seperti melakukan pose 'bunga mekar' yang membuat Jinyoung mengulum senyum di hadapannya. Kernyitan Sewoon mempertanyakan maksud Jinyoung mengulum senyum, hampir ingin menutup pintu karena berpikir kalau Jinyoung bermaksud menertawakan penampilannya

"Tidak, Sewoon-Hyung tidak terlihat buruk menurutku" Degup jantung Sewoon selalu meningkat saat dia dan Jinyoung berada dalam posisi yang dekat, belum lagi jika Jinyoung memberi senyuman padanya seperti saat ini. Tangan Sewoon memegang pintu, bersiap untuk segera menutupnya kalau Jinyoung tidak memiliki urusan penting yang harus diselesaikan sekarang

"Kenapa kau datang kesini? Apakah Bibi Bae menitipkan sesuatu?" Ujaran Sewoon terkesan begitu canggung dan terlalu kaku dibandingkan dengan dirinya yang biasa, membuat Sewoon merutuki dalam hati bahwa dirinya terlihat begitu kentara

"Sewoon-Hyung kelihatan tidak senang, karena aku datang kesini tanpa alasan. Haruskah aku pulang dan kembali saat Ibu menitipkan sesuatu untuk Bibi Jung?" Ekspresi bingung Sewoon menanggapi perkataan Jinyoung, merasa tidak mendapat jawaban dari tanya pertama untuk memastikan alasan Jinyoung datang ke rumahnya

"Lalu, apa alasanmu datang ke rumahku saat ini? Aku bukan mengatakan tidak suka, hanya ingin menanyakannya saja" Sewoon menjelaskan dengan cepat, khawatir kalau saja Jinyoung merasa tersinggung dengan pertanyaannya. Lengkungan tipis pada wajah Jinyoung menjadi respon pertama bagi pertanyaan Sewoon, membuat Sewoon mengeratkan pegangannya pada sisi pintu utama

"Bukan alasan istimewa, aku hanya ingin bertemu denganmu dan memastikan bahwa kau baik saja, Sewoon-Hyung. Kegiatan kuliahmu sangat melelahkan hingga tidak sempat menemaniku belajar selama satu pekan ini, jadi aku merasa khawatir" Jinyoung lebih sering terlihat acuh dan tidak mempedulikan orang di sekitarnya hingga perkataan yang terkesan memperhatikannya membuat sisi wajah Sewoon menjadi panas, berulang kali mendeham untuk menetralisir rasa hangat di wajahnya walau jantungnya masih mendegup kencang tanpa Sewoon ketahui bagaimana untuk mengatasinya

"Sewoon-Hyung, kau sakit tenggorokan?" Pemuda marga Jung itu tersedak karena pertanyaan dari Jinyoung, melihat pandangan cemas yang diarahkan si pemilik marga Bae padanya

"Tenggorokanku sedikit gatal, tapi aku bukan sakit tenggorokan. Tenang saja, Bae" Lengkungan senyum Sewoon begitu canggung, merasa canggung dengan alasan yang dia lontarkan tanpa pemikiran mendalam. Pandangan intens Jinyoung tidak meringankan pekerjaan jantung Sewoon, menggandakan pekerjaan karena dia melontar kebohongan dan menghadapi tatapan Jinyoung

"Kalau kau ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu, kau bisa melontarkannya secara langsung padaku, Sewoon-Hyung" Pandangan Sewoon bertemu dengan pandangan Jinyoung yang mengarah intens padanya, mempertanyakan apakah tingkah canggungnya begitu kentara

"Youngmin-Hyung mengatakan, kau tidak senang aku menerima panggilan dari Daehwi saat kita bertemu terakhir kali. Taedong-Hyung juga mengatakan, kalau kegiatan kuliah kalian cenderung luang hingga dia bisa menjadi 'supir pribadi' untuk Kekasihnya selama sepekan ini. Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, terutama jika itu berhubungan denganku, Sewoon-Hyung bisa mengatakannya padaku" Mendengar Jinyoung berbicara panjang tanpa menyangkut kegiatan sekolahnya menjadi hal langka bagi Sewoon, membuatnya hanya terdiam untuk serius mendengarkan

"Bagaimana kau mengenal Youngmin-Hyung dan Taedong?" Sewoon menjadi tetangga Keluarga Bae selama beberapa tahun, namun dia baru mengobrol dengan Jinyoung sekitar tiga bulan lalu. Perkataan Jinyoung seperti dia sudah biasa mengobrol dengan Youngmin juga Taedong, begitu dekat hingga mereka membicarakan kegiatan harian (Sewoon berpikir dirinya istimewa dengan saling menceritakan kegiatan harian pada Jinyoung, jadi dia sedikit kecewa saat mendengar perkataan Jinyoung)

"Temanku, yang menghubungiku pekan lalu, adalah sepupu Youngmin-Hyung. Aku tidak dekat dan tidak biasa mengobrol dengan Youngmin-Hyung selama ini, tapi aku tidak tahu apa yang harus dilakukan saat Sewoon-Hyung menanggapi obrolanku dengan singkat juga tidak melakukan bimbingan setelahnya. Kalau Taedong-Hyung, aku tidak sengaja menemukan akunnya saat mencari sosial media milik Sewoon-Hyung dan sering bertanya mengenai Sewoon-Hyung padanya" Sewoon tidak tahu apa yang menarik dari karpet 'selamat datang' di depan pintu rumahnya, tapi Jinyoung hanya memfokus pandangannya ke bawah selagi berbicara. Hal yang dianggap baik oleh Sewoon karena dia tidak harus bersikap aneh untuk menutupi wajahnya yang kembali menghangat

"Lalu, temanmu yang menghubungimu pekan lalu? Eung, siapa namanya?" Hanya satu diantara banyak pertanyaan dalam kepala Sewoon yang berhasil dilontarkannya, mengurung pertanyaan lain di kepalanya seperti 'apakah orang itu berada di sekolah yang sama dengan Jinyoung', 'apakah orang itu adalah teman sekelas atau adik kelasnya', dan pertanyaan utama Sewoon tentu 'sedekat apa hubungan kalian?'

"Namanya Lee Dae Hwi, dia adik kelas yang satu kelompok denganku untuk pertunjukan sekolah sebulan lalu. Kami masih melakukan kontak sebagai teman, tapi aku akan menguranginya kalau Sewoon-Hyung tidak menyukainya" Gerakan tangan Sewoon memberi bantahan dirinya tidak senang Jinyoung melakukan kontak dengan sosok adik kelasnya, berpikir sejenak untuk mencari alasan. Bibi Bae meminta bantuan Sewoon menjadi pembimbing Jinyoung untuk membantu Jinyoung bersosialisasi dan merespon ucapan orang lain dengan baik, tentu Sewoon tidak ingin membuat usahanya menjadi sia-sia

"Bukan begitu, aku senang melihatmu melakukan kontak dengan temanmu. Daehwi bisa menimbulkan banyak ekspresi di wajahmu hanya melalui sambungan telepon, jadi aku merasa . . . entahlah" Sewoon tahu dia menyukai Jinyoung karena Youngmin dan Donghyun menerus meledeknya, Sewoon tahu dia merasa cemburu melalui ocehan Taedong tentang kecemburuan Taehyun, tapi rasanya dia belum bisa mengatakan secara langsung pada Jinyoung

"Aku memasang ekspresi kesal karena dia mengganggu obrolan kita, aku memasang ekspresi malas karena dia menginterupsi obrolan kita untuk mengoceh mengenai mahasiswa senior yang sedang disukainya. Aku bukan memasang ekspresi antusias seperti saat aku mengobrol dengan Sewoon-Hyung, aku bukan memasang ekspresi senang seperti saat Sewoon-Hyung mengoceh mengenai musisi yang sedang Sewoon-Hyung sukai" Tidak ada yang membuka suara setelah perkataan Jinyoung, pandangan Sewoon bertemu dengan Jinyoung dan membuat suasana menjadi lebih canggung

"Oh, baiklah. Aku mengerti" Keinginan Sewoon untuk menutup pintu sebagai kamuflase untuk menutupi wajah memerahnya harus ditunda karena rasa segan melihat Jinyoung belum beranjak dari posisinya, mengharap Jinyoung segera pamit tanpa menatap wajahnya yang sedang hangat

"Aku hanya ingin menjelaskan ini. Sampai jumpa" Kepala Sewoon bergerak untuk mengangguk sebagai respon dari ucapan pamit Jinyoung, tidak mempersiapkan diri kalau Jinyoung mengangkat kepala dan tersenyum tipis sebagai ungkapan pamit. Tangannya yang memegang pintu bergerak untuk menutupnya hingga tersisa separuh, tidak menutupnya secara menyeluruh karena Jinyoung belum benar pergi dari depan pintunya

"Iya, sampai jumpa!" Sewoon mengeraskan suara agar Jinyoung dapat mendengarnya, si pemilik marga Jung mendengar suara tawa tertahan dari posisinya yang persis di belakang pintu. Dalam hati Sewoon merutuki dirinya pasti terlihat sangat bodoh, hingga Jinyoung menertawainya

"Sewoon-Hyung" Panggilan Jinyoung menandakan dia memiliki hal lain untuk dibicarakan, tidak memberi keinginan bagi Sewoon untuk kembali membuka pintu secara penuh

"Eung. Aku mendengarmu, Bae" Balasan Sewoon tidak mendapat balasan, membuat Sewoon melihat dari celah lebar pintu yang hanya menutup separuh. Pandangannya bertemu dengan Jinyoung yang melihat ke sisi pintu, mungkin sengaja menunggu Sewoon untuk membuka pintu dan memperhatikannya

"Aku memiliki ruang obrolan dengan Daehwi, atau Youngmin-Hyung, atau Taedong-Hyung. Tapi, aku menunggu Sewoon-Hyung menjadi guru pembimbing juga teman bicaraku lagi" Sewoon tidak ingat kalau Jinyoung adalah orang yang cerewet, menemukan satu memori dimana Jinyoung begitu cerewet karena Sewoon tidak menolak jalan bersama dengannya dalam kondisi tubuh yang tidak sehat (efek dari tumpukan kegiatan dan cuaca tidak menentu). Jinyoung menasehati Sewoon dalam perjalanan mencari apotek, berhenti sejenak untuk mencari obat yang dikatakan Sewoon, melanjut nasihatnya dalam perjalanan mencari kedai makanan dan memastikan Sewoon meminum obat setelah menghabiskan makanan. Sewoon tidak selalu menyukai celotehan panjang dari orang lain, tapi mendengar celoteh panjang Jinyoung bukan hal buruk dia pikir

"Sampai bertemu pada hari Senin" Jinyoung memberi anggukan dan senyum tipis sebagai respon dari perkataan Sewoon yang terkesan canggung juga dilontarkan dengan nada ragu, Pemuda marga Bae itu mengangkat tangannya dengan ragu yang dibalas lambaian tangan canggung oleh Sewoon. Jantung Sewoon masih melakukan olahraga pagi selama beberapa saat, berbeda dengan perasaannya yang menjadi lebih baik dan lebih tenang karena satu hal yang mengganggu pikirannya sudah teratasi.

Pertemuan Sewoon dan Jinyoung dalam bimbingan belajar tidak memiliki perubahan besar, abai dengan momen dari beberapa pekan lalu dimana dua orangtua mereka merasa senang karena Jinyoung sudah akrab dengan Sewoon dan memudahkan mereka untuk menjodohkan keduanya. Sewoon tidak menolak juga tidak menerima perjodohan secara langsung, ingin memberi keluangan pada Jinyoung untuk mempertimbangkan hubungan dengannya atau sungguhan pergi bersama orang lain. Sewoon tahu kalau mengatakannya lebih mudah daripada membuktikannya, tapi dia berpura tidak mengerti alasan dirinya tidak ingin melakukan apapun setelah Jinyoung mengatakan dia ingin pergi bersama temannya, bukan mengajak Sewoon untuk menonton film bioskop, menjelajahi Taman Bermain, atau sekedar mencoba menu di kedai makanan dekat blok perumahan mereka. Tawaran Youngmin untuk jalan diterima oleh Sewoon, mengusulkan tempat latihan baseball yang mereka kunjungi pada beberapa bulan sebelumnya dan mengujar ringan bahwa dia hanya mencari kesibukan. Sewoon senang dan pandai dalam olahraga sepak bola, tapi Youngmin tidak ingat Sewoon pandai mengayunkan pemukul baseball hingga membuat Pemuda Lim itu juga Donghyun di sebelahnya memasang ekspresi ngeri.

Sewoon tidak pernah mengatakan dirinya menyukai Jinyoung secara terang, juga tidak mengatakan kalau Jinyoung bukan tipenya secara langsung. Berpikir kalau dia hanya tidak ingin membuat Jinyoung merasa tertekan dengan perjodohan atau perasaannya, Sewoon melamun sejenak dan mendeham canggung sebelum mengatakan dirinya tidak menolak kalau Jinyoung yang menyatakan perasaan lebih dulu padanya sebagai respon dari perkataan Donghyun juga Taedong di hadapannya. Sewoon memilih untuk membayarkan menu makan siang dari temannya selama sepekan daripada melakukan tantangan dengan menanyakan 'apa kau menyukaiku?' pada Jinyoung, memasang ekspresi datar dan bermaksud mengancam tiga temannya agar tidak mengirim pesan memalukan itu pada sang tetangga selisih tiga rumahnya. Pemuda Jung itu mensyukuri teman dekatnya bukanlah orang dengan tingkat kepedulian berlebih hingga mengurusi urusan orang lain terlalu dalam, menghembus lega saat bel rumah berbunyi karena petugas pos juga Jinyoung hanya menyambung pembicaraan yang dimulai dalam kegiatan bimbingan belajar mereka. Sewoon melihat ijin Jinyoung untuk meliburkan bimbingan belajar karena ingin bertemu temannya, membalas pada Jinyoung untuk menikmati waktu bersama temannya sebelum si Jung melahap sendok besar es krim sekaligus.

Tidak ada hal menarik dari jalanan yang dia lewati, hanya sekelebatan pohon atau pembatas jalan yang membuat Sewoon merasa pening karena berusaha menaruh fokus pada benda yang dilihatnya dalam tempo singkat. Punggung Sewoon menyandar pada sandaran bangku, melirik sebentar pada ekspresi kaku Jinyoung di sebelahnya . . .

"Kau tidak terasa seperti pemula" Sewoon memberi komentar, melabuhkan ingatan pada saat dimana dia belajar mengemudi bersama sepupunya dengan sangat lamban dan berakhir dirinya menabrak bagian belakang mobil lain saat ingin memarkir mobil. Komentar sepupunya bahwa Sewoon tidak memiliki bakat mengemudi membuat Sewoon tidak pernah mendudukkan diri pada kursi pengemudi, jadi Sewoon mendecak kagum saat Jinyoung mengajak dirinya jalan menggunakan mobil

"Tapi, aku belum bisa mengemudi dengan menurunkan bahuku" Balasan Jinyoung membuat Sewoon menyadari Jinyoung duduk dengan posisi tegak, posisi yang sama dengan posisi Jinyoung saat mereka memulai perjalanan sekitar belasan menit lalu

"Mungkin kau harus mendengar lagu santai, atau semacamnya" Usulan Sewoon mendapat anggukan lamban dari Jinyoung, tidak ingin membuat gerakan lebih besar yang bisa membuat posisi kemudinya terpengaruh. Sewoon tidak melepaskan tawa keras yang bisa saja dilontar orang lain pada situasi ini, karena dia sendiri tidak mengemudi sebaik Jinyoung

"Atau melakukan obrolan ringan, seperti yang biasa kita lakukan pada kegiatan bimbingan belajar" Sewoon tidak memberi respon pada penggunaan kata 'kita' dalam perkataan Jinyoung, mengarahkan wajah pada sisi jendela selagi berusaha mencari topik pembicaraan

"Kau ingin membicarakan apa, Bae?" Tanya Sewoon, merasa jajaran gedung yang mereka lalui tidak bisa dijadikan topik pembicaraan yang menarik

"Ayo kita bicara mengenai perjodohan" Jinyoung mengujar tanpa memindahkan fokus dari jalanan, bahkan tidak melirik untuk menemukan reaksi lucu dari Sewoon yang memasang ekspresi kosong karena perkataannya

"Ah, mengenai perjodohan" Beo Sewoon dengan canggung, hanya membuka dan mengatup mulut tanpa mengatakan apapun setelahnya. Jinyoung melempar lirikan selama beberapa detik melalui sudut matanya, melihat Sewoon yang memandangi jalanan tanpa memulai pembicaraan

"Sewoon-Hyung tentu memiliki banyak hal yang ingin dikatakan, hingga tidak tahu harus memulai dari bagian mana" Simpul Jinyoung yang membuat Sewoon melihat padanya, tidak membantah ucapan itu karena dia tidak tahu ingin mengatakan apa walau dia memiliki banyak kekhawatiran belakangan ini

"Kalau Sewoon-Hyung merasa sulit membicarakannya karena berpikir aku adalah calon pasanganmu, Sewoon-Hyung hanya perlu memikirkan kalau saat ini kita adalah teman bicara dalam perjalanan" Bahu Jinyoung masih tinggi, membuat Sewoon mempertanyakan bagaimana Jinyoung menenangkan Sewoon sementara dia sendiri masih merasa khawatir

"Daripada aku, kau memiliki lebih banyak hal yang dicemaskan sepertinya" Sewoon tidak perlu diberitahu bila dia adalah pengalih pembicaraan yang buruk, sudut bibir Jinyoung yang meninggi saat mendengar peralihan Sewoon sudah cukup membuatnya mengerti

"Benar, ada beberapa hal yang kukhawatirkan, selain kemampuan mengemudiku yang masih berada di tingkat dasar. Aku khawatir Sewoon-Hyung yang mungkin tidak menyukai perjalanan bersamaku saat ini, aku khawatir Sewoon-Hyung lebih menikmati perjalanan penuh rencana menyenangkan dengan siapapun teman Sewoon-Hyung dari perjalanan membosankan tidak terarah denganku, aku khawatir mengenai banyak hal" Sewoon ingat bagaimana Jinyoung menjawab pertanyaannya dengan kata singkat pada awal pertemuan mereka, tapi dia tidak ingat sedari kapan dia dan Jinyoung melontar kalimat panjang pada satu sama lainnya. Seingat Sewoon, dia hanya menanyakan kegiatan harian Jinyoung dan merespon seadanya untuk cerita panjang Jinyong mengenai hal menyenangkan juga hal menyebalkan di sekolah, Sewoon juga merasa nyaman menceritakan harian kuliahnya pada Jinyoung karena Pemuda itu adalah pendengar yang baik

"Aku senang melakukan perjalanan denganmu" Sewoon meninggikan sudut bibirnya saat bahu Jinyoung menjadi lebih rendah dari sebelumnya, menandakan Jinyoung sudah merasa lebih tenang karena obrolan mereka

"Rasa khawatir paling besar, tentu mengenai perjodohan. Youngmin-Hyung, Donghyun-Hyung, juga Taedong-Hyung tidak mengatakan apapun mengenai peraaan Sewoon-Hyung, mereka mengatakan bahwa ini bukan masalah mereka. Aku menyetujui perkataan itu, tapi belum berani membicarakannya dengan Sewoon-Hyung selama ini" Laju kendaraan mereka melamban karena lampu jalanan menjadi merah untuk kendaraan, Sewoon terus memandang lampu jalanan sebagai pengalihan karena Jinyoung menumpu pandangan padanya setelah mobil terhenti untuk menaati rambu

"Kau menginginkan jawaban seperti apa? Kau ingin aku menolaknya atau menerimanya?" Sewoon berusaha mencari bagian lucu dari perkataannya karena Jinyoung melontarkan tawa disebelahnya, merasa bersyukur lampu merah berlangsung lama hingga tidak ada pengemudi lain yang menyela tawa Jinyoung dengan klakson berisik lagi menyebalkan

"Sama dengan masalah perjodohan bagi teman Sewoon-Hyung, masalah perasaan Sewoon-Hyung bukan sesuatu yang boleh kucampuri dan bisa kukomentari" Pandangan Sewoon sempat menemukan senyuman tipis Jinyoung padanya sebelum si Bae mengembalikan fokus pada jalanan depan karena lampu jalanan mulai berubah menjadi kuning dan berganti hijau, Sewoon mendeham canggung dan menepuk sisi wajahnya yang memanas

"Bukankah saat ini masih terlalu awal untuk membicarakan perjodohanmu denganku? Kau masih berada di sekolah menengah atas, tentu kau masih ingin bertemu dengan teman dan bermain" Sewoon tidak mengatakannya, tapi dia memiliki kekhawatiran mengenai usia Jinyoung yang lebih muda darinya dan kemungkinan Pemuda marga Bae tidak menaruh keseriusan pada hubungan mereka

"Aku tentu terlihat seperti anak nakal, atau mungkin bajingan, dalam pandangan Sewoon-Hyung. Kau membayang kalau setiap anak sekolah yang menyukai seseorang selalu bersikap bahwa sang pujaan adalah satu untuk selamanya, namun mereka mengakhiri hubungan dan menjalin hubungan dengan orang lain sebelum satu semester berakhir" Sewoon membenarkan dugaan Jinyoung mengenai kekhawatirannya, tapi dia tidak berpikir kalau Jinyoung terlihat seperti bajingan

"Kupikir, sebutan 'bajingan' terlalu kasar. Aku memang khawatir kalau kau tidak menanggapi perjodohan orangtuaku dan orangtuamu dengan serius, tapi aku bukan berpikir bahwa kau adalah orang menyebalkan yang senang berganti pasangan. Aku sungguh berpikir kalau saat ini terlalu awal untuk membicarakan perjodohan, dan aku tidak ingin kau merasa kesulitan karena memikirkan tentang perjodohan atau perasaanku" Perkataan Sewoon mendapat gumaman tanda mengerti dari Jinyoung, merasakan wajah menjadi panas sebelum dia membahas perasaannya secara merinci. Sewoon melihat Jinyoung yang serius memperhatikan jalanan, tidak menemukan alasan pasti dari lengkungan senyum si pemilik marga Bae

"Rasanya aneh. Kau membicarakan perjodohan kita dan perasaanmu sebagai sesuatu yang sulit, tapi aku tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahku karena kau menerima perjodohan dan baru saja mengatakan kau menyukaiku" Ujar Jinyoung, menjelaskan alasan dari lengkungan senyum di wajahnya. Sewoon ingat dia menyebut 'perasaanku', tapi dia tidak menyebut bagaimana perasaannya secara langsung

"Apakah sebelumnya aku mengatakan, kalau aku menyukaimu?" Tanya Sewoon

"Tadi Sewoon-Hyung mengatakan padaku untuk tidak merasa sulit dengan perjodohan kita juga perasaan Sewoon-Hyung, artinya Sewoon-Hyung menyukaiku. Untuk tahapan awal, bagaimana kalau kita melakukan kencan di Busan?" Pandang mengedar Sewoon menyadari mereka berada di jalur bebas hambatan menuju Busan, menoleh pada Jinyoung yang lebih santai dari awal perjalanan namun masih tidak berani sekedar menoleh pada Sewoon di sebelahnya

"Bukan ide buruk, Bae. Busan adalah tempat terbaik" Sebagai orang yang menghabiskan banyak waktu di Busan, pergi bersama orang yang disukai dan melakukan sesuatu yang disukai di Busan adalah hal paling menyenangkan untuk dilakukan pada akhir pekan. Sewoon mendenga Jinyoung membicarakan hal dari Busan yang diketahuinya, berlanjut si Jung mengoceh mengenai banyak hal tentang Busan yang diketahuinya selama tinggal di kota itu dan membuat si Bae hanya mendengarkan dengan senyum kecil dan angguk tanda mengerti.

KKEUT~~~.

Aku ngga nyangka respon untuk fanfic Baejin-Sewoon ternyata lumayan bagus, padahal niat awalnya cuma iseng karena aku nganggep momen mereka yang cuma seciprat di latihan OLG itu lucu (dan aku juga kekurangan asupan fanfic Uke Sewoon). Pengennya aku upload fanfic ini sekalian ngucapin selamat buat debut solonya Sewoon, tapi idenya stuck di tengah dan baru bisa nge upload sekarang. Makasih buat yang ngebaca cerita dan sequelnya, maaf kalo ada yang nungguin sequelnya ya. Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurangan, jadi silahkan review ya v

Thanks to : vanillattxe, najjeminna, Iis899, famekillahz, Guest, dan siapapun yang follow juga favorite cerita ini (ngasih heart sign ala Gunhee)