Adore(Twoshoot)

Author : Tan Xin Qian

Pairing : KookV! GS for Tae!

Rate : M

Warning : Rape, a little bit Gore, etc

Disclaimer: Cast belongs to God and their family

.

.

.

.

.

Jeon Jungkook adalah sebuah perwujudan dari perfection. Jungkook merupakan anak dari seorang mafia paling disegani diseluruh Korea baik Selatan maupun Utara. Dengan paras tampan dan tubuhnya yang sempurna dia bisa memiliki wanita atau pria manapun. Seperti yang terjadi saat ini.

Seorang wanita bernama Im Nayeon tengah terbaring ketakutan diatas ranjang. Ranjang itu cukup aneh karena terdapat borgol rantai disetiap sisinya dan borgol rantai itu pula yang kini tengah menjaga Nayeon agar tetap diam ditempatnya.

"Jungkook, kumohon lepaskan aku hiks..maafkan aku..."ucap Nayeon sambil menangis.

"Kau sendiri yang tadi memintaku untuk menidurimu bukan? Tapi sekarang kau meminta dilepaskan eh?"jawab Jungkook santai sembari melepas pakaian yang melekat ditubuh Nayeon dengan gunting rumput.

Takut. Itu yang dirasakan Nayeon ketika dingin gunting menerpa tubuhnya apalagi Jungkook memandanginya dengan tatapan yang menakutkan seperti bukan Jungkook yang biasanya.

"Wah, kukira kau sempurna tapi ternyata apa ini?"ujar Jungkook menatap tubuh polos Nayeon.

Jungkook meremas kedua payudara Nayeon dan memainkan kedua nipple Nayoen yang mulai menegang bahkan Nayeon mulai mendesah menikmati perlakuannya.

"Maaf saja Im Nayeon-ssi tapi aku tidak terlalu suka dengan bentuk payudaramu ini rasanya tidak asli."ucap Jungkook melepaskan tangannya dari payudara Nayeon dan mengambil sesuatu dari meja sebelah ranjang Nayeon berbaring.

Nayeon memandang ngeri pada Jungkook yang tengah mengancungkan pisau untuk bedah operasi ke arahnya.

"Nah, mari kita lihat apakah payudaramu ini asli atau tidak hm?"tanya Jungkook sembari mengarahkan pisau itu kepayudara Nayeon dan menyayatnya.

"Tidak hentikan kumohon sakit!"pinta Nayeon berteriak dan menangis.

"Ah ternyata yang ini asli, bagaimana dengan yang satunya?"kata Jungkook tidak peduli dan menyayat payudara Nayeon yang lainnya.

"Keduanya ternyata asli mengapa rasanya aneh?"ucap Jungkook entah kepada siapa.

Nayeon terus saja menangis dengan kencang. Kedua sayatan dipayudaranya mengeluarkan darah cukup banyak karena tidak mau berhenti.

"Im Nayeon-ssi kau berisik sekali. Diamlah."kata Jungkook mengintimidasi kemudian mengeloskan sesuatu kebibir Nayeon.

Jungkook memandang puas pada kedua bibir Nayeon yang kini menyatu. Kini Nayeon menangis dalam diam karena dia baru saja mengoleskan lem pada bibir Nayeon.

"Ah aku hampir lupa mari kita lihat bagian tubuhmu yang lain."kata Jungkook tersenyum riang.

Jungkook kecewa melihat bibir vagina Nayeon yang terlihat terbuka mengarah keluar. Bisa dipastikan pasti Nayeon bukanlah seorang virgin.

"Kau jauh sekali dari ekspektasiku Nayeon-ssi. Maafkan aku."ucap Jungkook sembari mengarahkan gunting rumput itu untuk menggunting vagina Nayeon.

Jungkook memerhatikan Nayeon yang sudah tidak bernyawa dengan matanya yang berwarna merah. Kemudian keluar dari ruangan itu.

.

.

.

Jeon Jungkook melangkahkan kakinya malas. Beberapa gadis yang tidak dia yakini masih gadis berteriak menyambut kedatangannya. Bahkan beberapa diantarany segera menghampirinya untuk memberikan hadiah kecil yang tentu saja dia ambil, menaruhnya ditas, mengucapkan terima kasih sambil tersenyum manis yang membuat mereka meleleh.

Jungkook berjalan menuju kelasnya ketika seorang perempuan memanggil namanya.

"Jeon Jungkook-ssi? Aku Park Jimin, dari majalah kampus. Bisakah siang nanti aku mewawancaraimu?"tanya perempuan itu.

"Siang nanti?"jawab Jungkook sembari menimbang - nimbang mengamati tubuh Jimin dr atas kebawah. Tidak buruk. Pikirnya dalam hati.

"Baiklah aku tunggu dikantin siang nanti."jawab Jungkook sembari berlalu.

.

.

.

Jungkook menginjakkan kakinya ke kantin dengan malas. Siang ini kantin tidak begitu ramai karena hari ini hari Senin dan tidak banyak orang yang mengambil kelas dihari Senin. Jungkook mengambil tempat duduk agak dipojok untuk menghindari sinar matahari yang hari ini terlalu terik. Dia menunggu Park Jimin yang mengajaknya tadi sekitar 15 menit namun orang yang dimaksudkan tak kunjung datang. Jungkook berdiri bermaksud pergi tapi tidak jadi karena Jimin datang.

"Maafkan aku, Jeon Jungkook-ssi. Profesor Choi sedikit menahanku tadi."ucap Jimin.

"Tidak apa. Jadi apa yang kau perlukan?"tanya Jungkook.

"Kami memerlukanmu untuk menjadi model Majalah Kampus bulan ini. Bisa? Kami hanya butuh satu hari untuk pemotreannya."tanya Jimin menatap Jungkook.

Jungkook mempertimbangkannya. Sejujurnya dia malas sekali tapi tidak ada salahnya kan jika ia mau menebar pesonanya? Akhirnya Jungkook mengangguk dan menyetujui ajakan Jimin. Kemudian mereka kembali berbincang. Sedikit jahil, Jungkook menaruh tangannya diatas paha Jimin. Jimin hanya menatapnya sebentar kemudian kembali menjelaskan konsep majalahnya pada Jungkook. Jungkook mencoba mengelus paha Jimin dan mengarahkan tangannya semakin dalam. Tapi hal itu terhenti karena seseorang datang dengan berlari dan menganggu kegiatannya.

"Maaf...aku terlambat..hosh..hosh.."ucap seorang gadis yang memakai kacamata bulat sambil menunduk.

"Tidak apa Taehyung. Taehyung dia Jeon Jungkook model kita bulan ini. Jeon Jungkook-ssi ini Kim Taehyung fotografer dimajalah sekolah kami."ucap Jimin berdiri dan duduk disebrang Jungkook karena menyadari bahwa gelagat Jungkook tidak sopan terhadapnya.

Taehyung mengangkat wajahnya, menatap Jungkook yang juga menatapnya balik. Tampan. Cantik. Pikir mereka ketika melihat wajah satu sama lain. Gadis itu sangat cantik bahkan saat kacamata bulat membingkai wajahnya. Hidung bangirnya. Matanya yang memancarkan kelembutan. Pipinya yang tembam dan jangan lupa bibirnya yang kissable. Pikir Jungkook. Tampan dan sempurna pantas saja dia dielu - elukan. Wajahnya diatas rata - rata dan badannya tinggi, tegap dan berotot. Melihat wajahnya saja mampu membuatmu panas apalagi melihat badannya eh? Pikir Taehyung agak sedikit kacau. Jungkook yang mendengar pikiran Taehyung hanya bisa terkekeh pelan.

Jimin memecahkan keheningan diantara mereka dan kembali menjelaskan konsep majalah bulan itu kepada Taehyung dan Jungkook. Kemudian dia pamit terlebih dahulu meninggalkan Taehyung dan Jungkook yang canggung.

"Jadi kau pangeran kampus yang bernama Jeon Jungkook?"tanya Taehyung berusaha memecah keheningan.

"Ya. Itu aku. Tapi aku tak merasa seperti itu. Apa menurutmu aku pantas menjadi seorang pangeran kampus?"tanya Jungkook sambil memberi pandangan menggoda

"Um..kurasa untuk ukuran pertama kali melihat seseorang dari luar aku rasa kau pantas disebut pangeran kampus."jawab Taehyung yang menatapnya polos.

"Kau baru pertama kali melihatku?"tanya Jungkook kaget pasalnya dia ini terkenal dimana - mana, bahkan anak kutu buku saja tahu, bagaimana mungkin Kim Taehyung tidak bisa mengenalinya?

"Um...ya..aku pindahan semester lalu...dan aku agak antisosial jadi aku tidak mengetahui soal kampus ini.."jawab Taehyung agak menyesal.

"Apa kau ada acara hari minggu besok? Bagaimana jika pemotretannya hari minggu besok saja?"tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan.

"Baik. Minggu besok aku tidak ada acara. Dimana akan kita laksanakan pemotretannya?"tanya Jungkook.

"Bagaimana jika disekitar gerejaku? Disana ada taman yang sangat indah, kebetulan sesuai dengan tema kita saat ini. Selesai beribadah kita bisa langsung berfoto."jawab Taehyung.

"Gereja?"Jungkook membeo pasalnya pertama kalinya dalam hidupnya dia diajak kegereja. Ayah, ibu dan saudaranya pasti akan menertawakannya.

"Ya. Untuk menghemat waktu kita adakan saja disitu ya?"ajak Taehyung melemparkan pandangan memelasnya yang membuat Jungkook menganggukan kepalanya tanpa ia sadari.

Taehyung menuliskan sesuatu disebuah kertas dan memberikannya pada Jungkook. Disana berisi alamat gereja dan juga waktu mereka janjian.

"Aku tunggu hari minggu ya, Jeon Jungkook-ssi. Aku duluan."pamit Taehyung.

Jungkook terus menatap Taehyung yang berlari - lari kecil keluar dari kantin sampai hilang dari pandangannya. Jungkook mengacak rambutnya kasar dan berdecak kesal. Mengapa pula dia mengiyakan ajakan Taehyung? Dan apa ini? Perempuan lain akan memberikan nomor ponsel atau alamat apartemennya pada Jungkook. Tapi Taehyung malah memberikan secarik kertas berisikan alamat gereja. Apa mungkin dia sudah kurang menggoda lagi? Pikir Jungkook.

.

.

.

Hari minggu tiba. Jungkook berdiri agak jauh dari gereja tempat dimana Taehyung beribadah. Masih terdengar nyanyian dari dalam gereja itu yang berarti ibadah belum selesai. Beberapa dari kaumnya yang menyerupai manusia memandangnya remeh dan mencemoohnya.

"Apa dia bertobat?"

"Apa ayahnya mengusirnya?"

"Bodoh sekali dia berada disana."

Begitulah kira - kira cemoohan dari kaumnya. Jungkook melemparkan pandangan marah dan terganggu kepada mereka. Mereka langsung diam dan pergi dari tempat itu. 5 menit dia menunggu, pintu gereja akhirnya terbuka. Menampilkan Taehyung yang dibalut dress berwarna merah muda yang menbalut tubuh mungilnya dengan apik, membuat Taehyung menjadi semakin cantik. Jungkook memandang tak suka pada seorang pria yang mengelus puncak kepala Taehyung dan juga memandangnya tak suka ketika Taehyung berjalan kearahnya.

"Kau mengenal Kim Junmyeon?"tanya Jungkook sambil menunjuk ke arah pria yang tadi menatapnya.

"Tentu saja. Dia kakakku. Ada apa?"jawab Taehyung sambil mengecek kameranya.

Menarik. Jadi kau punya adik? Adikmu yang putih ini boleh sedikit kunodai kan?

.

.

.

Jungkook ingin memaki Taehyung yang mengajaknya berfoto didalam gereja. Belum juga bisikan telepati ayah, ibu dan saudara - saudaranya yang menggodanya.

"Jeon Jungkook kenapa kau berada disana? Apa kau mau bertobat?"tanya ayahnya sambil tertawa.

"Ah-Jungkookie sayang kau sedang jatuh cinta pada gadis itu?"goda ibunya.

"Gadis itu cantik. Siapa namanya tadi? Taehyung ya? Jika kau tidak mau untukku saja."goda kakak pertamanya.

"Dasar bodoh kau menurunkan pamor kita."ucap kakak keduanya.

"Pilihanmu bagus juga dik."ucap kakak ketiganya sambil bersiul menggoda.

Jungkook berusaha mengabaikan telepati dari mereka dan berfokus dalam pekerjaannya saat ini agar mereka bisa cepat keluar dari gereja ini yang membuatnya panas.

Taehyung menatap aneh pada Jungkook. Cuaca hari ini cukup dingin apalagi ditambah gereja ini memasang AC. Tapi kenapa Jungkook berkeringat sebanyak itu? Apa dia sakit?

"Jeon Jungkook-ssi apa kau sakit? Jika iya kita bisa menunda pemotretan hari ini. Lagipula foto - fotomu sudah bagus. Jika Jimin setuju kita bisa memakai fotomu ini."ucap Taehyung sedikit khawatir.

Taehyung membereskan kameranya tergesa - gesa karena khawatir dengan kondisi Jungkook yang kini sedikit pucat ditambah keringat membanjiri tubuhnya. Bisa diamuk dia oleh fans Jungkook jika melihat pangeran kampus seperti ini. Taehyung memapah Jungkook keluar dari gereja dan mendudukannya dibangku taman.

Ada yang aneh. Pikir Taehyung ketika melihat kondisi Jungkook saat ini segar bugar setelah keluar dari gereja.

"Maaf sebenarnya aku memiliki trauma dengan gereja."ucap Jungkook mencari alasan.

"Seharusnya kau bilang padaku Jungkook-ssi jadi kita bisa mencari tempat yang lain."ucap Taehyung agak sebal.

Taehyung bermaksud untuk pulang ketika tiba - tiba saja hujan langsung mengguyur dengan deras. Taehyung mengajak Jungkook berlari berteduh didepan toko yang tutup. Jungkook melirik kesebelahnya melihat kondisi Taehyung yang cukup kacau. Dress yang dikenakannya basah, rambut panjangnya juga basah, dan badan Taehyung sedikit gemetar karena dingin. Merasa tidak tega dia membuka jaketnya dan memakaikannya pada Taehyung setidaknya bisa membantu Taehyung sedikit lebih hangat walaupun luar jaketnya juga basah sedikit.

Jungkook sedikit menggeram ketika ibunya kembali melakukan telepati untuk mengejeknya.

"Minggu lalu Jungkookku membunuh seorang perempuan. Tapi minggu ini Jungkookku memberikan jaketnya pada seorang perempuan. Uri Jungkookie sangat manis ketika jatuh cinta."goda ibunya.

.

.

.

10 menit mereka berteduh, kini hujan sudah lebih reda. Jungkook mengajak Taehyung ke apartementnya untuk berganti baju karena kini Taehyung sudah mulai bersin kedinginan. Awalnya Taehyung menolak tapi dibanding keadaannya menjadi lebih parah, dia tidak mau jatuh sakut karena ada kuis jadi dia akhirnya menerima ajakan Jungkook. Dan disinilah dia hanya memakai kemeja Jungkook yang sangat kebesaran ditubuhnya sembari menunggu Jungkook yang membeli cokelat panas dilantai bawah.

Taehyung melihat koleksi buku - buku milik Jungkook. Boleh juga pikirnya. Dia cukup terkejut karena ketika dia mengambil sebuah buku, lemari buku itu bergeser dan membuka jalan seperti pintu rahasia. Merasa penasaran Taehyung masuk dan menusuri tangga dibalik lemari itu.

Jungkook membawa cokelat panas dan menaruhnya didapur. Dia sedikit heran karena tidak menemukan Taehyung. Akhirnya dia masuk ke kamarnya dan menemukan bahwa pintu rahasianya terbuka. Kemudian dia menyeringai dan menyusul Taehyung. Setelah Jungkook masuk lemari itu kembali nenutup dengan otomatis.

.

.

.

Taehyung melihat sebuah cahaya yang berasal dari dasar, sepertinya ada sebuah ruangan. Alangkah kagetnya dia ketika melangkahkan kaki disana. Terdapat banyak sekali benda tajam yang mengerikan, dan juga beberapa sex toys yang dia tahu dari Jimin. Taehyung mencoba melangkahkan kaki untuk melihat lebih jelas. Disana ada beberapa ranjang tidur yang memiliki borgol disetiap sudutnya. Sepertinya ada yang tertidur disana, manusia atau boneka?

Merasa keadaan cukup aman dan tidak terdengar bahwa Jungkook sudah kembali. Taehyung berjalan mendekati ranjang itu. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat ranjang itu ditiduri oleh seorang wanita yang telah meninggal. Terdapat banyak luka disekujur tubuh wanita itu. Darah wanita yang keluar itu bahkan sudah mengering. Disebelah ranjang itu terdapat mayat lain yang dia ketahui sebagai Im Nayeon seniornya dikampus. Taehyung melangkah mundur perlahan. Dia harus kabur dari tempat ini. Begitu pikirnya.

Namun harapannya pupus karena ketika berbalik dia menabrak dada seseorang.

.

.

.

To be continue

.

.

.

Halo, maaf Qian malah post ini bukannya Insane xD Insane masih dalam tahap pengerjaan. Nanti bakalan dipost kok. Ini pertama kalinya Qian ff genre begini. Apa feelnya dapet? ToT Semoga kalian suka ya. See you!