Love Wishes

LeoN

Navi

Hakyeon, Taekwoon

Wonshik, Jaehwan

Hyuk, Hongbin

VIXX

M

Yaoi/BL

Romance

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Semua sudah beres?" Wongeun berdiri menunggu Hakyeon yang tengah menata semua barang di kamar rawatnya. Hari ini dia akan menghadiri sidang perceraiannya dengan Taekwoon. Dan setelah itu dia akan keluar dari rumah sakit, kembali ke rumahnya, rumah masa kecilnya.

"Mari aku bawakan" Wonshik yang sedari tadi membantu Hakyeon berberes mengambil alih koper yang dibawa Hakyeon. Mereka pun keluar dari kamar dan bergegas meninggalkan rumah sakit.

Mereka turun ke lantai bawah dengan lift segera mungkin, pintu lift terbuka dan mereka keluar tepat berpapasan dengan Hongbin yang hendak menuju lantai atas.

Melihat Hakyeon yang sudah rapi dengan sweater merah mudanya, Hongbin langsung membungkuk dengan sopannya. "Anda akan segera pergi?" Tanya Hongbin basa basi.

Hakyeon hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kau mau kemana?"

Wonshik yang mendapat pertanyaan Hongbin langsung menggandeng tangan Hakyeon. "Menemani calon Istriku" ucapnya dengan tampang sok kerennya. Hal itu langsung membuat Hongbin berdecak sebal.

"Oh oh oh, aku lupa jika sahabatku kini menjalin hubungan dengan seseorang yang sangat sangaat can..tik" sindir Hongbin yang tampak tidak terima dengan kesombongan Wonshik. Tidak bisa dipungkiri, jika dia memang iri dengan Wonshik yang berhasil mendapatkan hati primadona Rumah Sakit ini, terlebih lagi dengan berani Wonshik mengambil Hakyeon dari sisi Jung Taekwoon. Orang yang begitu di hormati disini. Hongbin akui, Hakyeon memang memikat hatinya, namun dia hanya mampu menganggumi sosok Hakyeon dari jauh.

"Berhenti bercanda. Kita harus segera pergi" ucap Wonshik yang tampak serius dan melewati Hongbin begitu saja.

"Ya! Anak itu..." Hongbin yang hendak memukul kepala Wonshik tertunda saat dirinya melihat seseorang yang langsung membuatnya membungkukkan badannya hormat. Begitu juga dengan seluruh manusia yang berada dirumah sakit kecuali Hakyeon, Wonshik, dan dua orang yang bersama Taekwoon.

Hakyeon tampak terkejut melihat Taekwoon yang kini berdiri didepannya dengan senyum hangat. "Woon-ah? Kenapa kau disini?"

Taekwoon mendekati Hakyeon dengan tatapan lembutnya yang tak pernah lepas dari Hakyeon. "Menjemputmu," Ucap Taekwoon setelah memberikan kecupan singkat dipipi gembal Hakyeon.

Mata Wonshik langsung menyipit marah melihat tindakan Taekwoon. Dia segera menarik Hakyeon menjauh dari Taekwoon. "Aku yang akan mengantarnya"

Taekwoon tidak seperti biasanya, dia tampak tenang saat Wonshik menatapnya tajam. Dia mencoba tidak memperdulikan Wonshik dan terus memberikan sikap lembutnya pada Hakyeon. "Ayo, kita harus selesaikan ini. Aku tidak ingin kita berpisah" Taekwoon mengulurkan tangannya pada Hakyeon.

Hakyeon hanya menatap Taekwoon dengan raut bingungnya. Dia tidak mengerti, dia begitu dilema. Beberapa saat lalu, dia begitu bersiteguh ingin berpisah dengan Taekwoon dan mengakhiri ikatan mereka. Namun sekarang, melihat Taekwoon berdiri didepannya membuat kedua kakinya lemas, dia ingin sekali menangis dan memeluk Taekwoon. Dia merindukan suaminya ini, dia masih...mencintainya.

"Kau masih mencintaiku kan? Kita bisa perbaiki ini"

"Jangan dengarkan dia, Yeon!" Wonshik berusaha meyakinkan Hakyeon.

Disisi lain, diluar persitegang ketiga orang itu. Hongbin dengan senyum mengembangnya terus menatap Hyuk yang mulai terlihat risih. Kedua mata Hongbin seakan ingin melompat keluar.

"Kau..." Hongbin spontan menunjuk Hyuk dengan teriakannya. "Kau datang lagi?"

Kedua mata Hyuk langsung membulat saat Taekwoon sontak menoleh padanya. Dia tidak boleh membiarkan Taekwoon curiga dan mengetahui jika dalang dibalik bocornya perselingkuhan Taekwoon adalah dirinya.

Hyuk segera berlari dan membungkam mulut Hongbin. Dia membungkuk pada Taekwoon dan menyeret Hongbin pergi dari sana. Membawa dirinya dan orang aneh ini ke tempat yang sangat pribadi. Kamar mandi.

"Mpuuuaahh" Hongbin segera mencari pasokan udara saat tangan Hyuk telah lepas dari mulutnya. "Aku tau kau merindukanku...aku kan jadi malu~"

Hyuk menaikan sudut bibirnya, tepatnya merasa risih melihat sikap sok manis Hongbin. "Aku beritahu ya" Hyuk meyudutkan Hongbin di dinding. "Jangan katakan pada siapapun jika aku pernah datang kesini, terlebih lagi untuk bertemu dengan Hakyeon Hyung"

Hongbin begitu menurut dan langsung menganggukan kepalanya, dia bahkan tidak peduli dengan alasan Hyuk mengapa dia harus merahasiakan itu semua. Karena sekarang, jantungnya tengah berdegup sangat kencang merasakan tangan Hyuk yang masih menggenggam tangannya tanpa sadar.

"Kenapa kau senyum-senyum?!"

Bukannya menjawab Hongbin malah memukul pelan dada Hyuk yang sontak membuat Hyuk menaikan alisnya.

"Apa?!"

Lagi, Hongbin memukul dada Hyuk seperti kucing pemalu.

"Apa sih?!"

Mendengar Hyuk yang mulai sebal, Hongbin tersenyum merona dan segera mengangkat tangannya yang tengah digenggam Hyuk.

Hyuk sontak membulatkan mata saat dirinya menyadari tanganya menggenggam tangan Hongbin begitu erat. "Ehhemm" Hyuk begitu salah tingkah, segera melempar tangan Hongbin begitu saja. "Itu... itu diluar kendali ku"

"Aku tau" Entah kenapa Hongbin begitu centil ketika didekat Hyuk, dia terus tersenyum malu dengan tangan jahilnya yang tak pernah berhenti memukul sayang dada Hyuk. "Kau tak bisa mengendalikan dirimu saat didekatku kan?"

Mendengar ucapan Hongbin langsung membuat Hyuk menelan salivanya. Dia bertingkah seperti orang yang merinding akan sikap Hongbin. "Dasar aneh." Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Hongbin yang masih senyum-senyum bak orang gila.

Kembali kepersitegang sebelumnya, Taekwoon berusaha mengambil alih Hakyeon dari sisi Wonshik.

"Hakyeon-ah, jika ini terakhir kali kita bersama. Tidak bisakah kau memperbolehkanku mengantarmu, Kumohon"

Hakyeon menatap tangan Taekwoon yang masih menunggu kedatanganya. Sementara dia dapat merasakan tangan Wonshik yang menggenggam semakin erat tangannya seperti tidak mengijinkan Hakyeon pergi.

"Pergilah"

Hakyeon sontak menoleh pada Wongeun yang baru saja berbisik pelan padanya.

Wongeun, kini tengah tersenyum lembut pada Hakyeon. Dia menganggukan kepalanya, menyuruh Hakyeon meraih tangan Taekwoon. Dia sangat mengenal Hakyeon, dia tau Hakyeon masih mencintai Taekwoon. Dan Wongeun ingin tau alasan dibalik masalah ini, mengapa Taekwoon melakukan hal itu dan bagaimana perjuangan Taekwoon nantinya untuk Hakyeon. Karena disini, Wongeun memilih menjadi pihak netral. Seperti hatinya yang berada ditengah, antara cintanya dengan Hakyeon dan persahabatanya dengan Taekwoon.

Hakyeon mengatur detak jantungnya. Sebelum dia benar-benar melepas genggaman Wonshik dengan sebuah ucapan maaf.

"Hanya untuk kali ini" Hakyeon menatap memohon pada Wonshik yang tampak terluka dengan tindakan Hakyeon. Setelah semua yang dia lakukan, Hakyeon tetap memilih Taekwoon melebihi dirinya.

"Ini tidak adil, Yeon" ucap Wonshik dengan kerutan sendu diwajahnya.

"Aku akan kembali lagi padamu. Hanya untuk kali ini" Hakyeon menatap sendu Wonshik, dia tersenyum lembut walapun dia merasa ini memang salah. Dia melukai Wonshik namun, mungkin untuk kali ini saja. Dia juga ingin memiliki perpisahan walapun sekejap.

Hakyeon meraih tangan Taekwoon yang langsung menggenggamnya dan membawanya pergi darisana.

Wonshik hanya terdiam tidak percaya melihat kedua orang itu pergi meninggalkannya.

"Cinta butuh pengorbonan bukan? Itu yang dulu aku lakukan" Wongeun mencoba mencoba memberitahu hal yang harus Wonshik tau. "Mungkin kau harus berkorban. Seperti yang dia lakukan dulu"

Wonshik menoleh, menatap sendu Wongeun yang tersenyum lega menatap kedua orang itu yang tengah berjalan bergandengan.

Wongeun kembali tersenyum dan kini menoleh, menatap Wonshik yang tampaknya tidak paham dengan ucapannya itu. "Dia sudah berkorban besar untuk cintanya. Tidak adil jika dia kehilangan Taekwoon begitu saja"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kedua tangan itu masih bertautan begitu erat. Taekwoon tak pernah melepaskan pandangannya selama perjalanan mereka menuju tempat persidangan. Dia selalu menganggumi paras cantik Hakyeon, menyukai senyum hangat itu, lekukan matanya, dan suara manjanya yang begitu menenangkannya. Taekwoon mungkin sadar, jika seharusnya dia tidak melakukan hal itu pada Hakyeon. Namun, Taekwoon tidak bisa melakukan apapun, karena masalah itu sudah terikat padanya. Semua ini untuk Hakyeon, semua ini untuk hidupnya. Taekwoon tidak ingin kehilangan Hakyeon, dan sekarang dia juga berusaha mempertahankan Hakyeon seperti beberapa tahun lalu.

"Bagaimana kondisimu?"

"Sudah lebih baik"

"Kau..sudah makan?"

Hakyeon hanya menganggukan kepalanya. Dan Taekwoon sadar, keadaan mereka sudah tidak seperti dulu lagi.

"Canggung bukan? Aneh rasanya jika kau mendiamkanku seperti ini"

"..."

Taekwoon tau, Hakyeon masih marah dan kecewa padanya. Dia tetap harus menang dipersidangan agar dia mempertahankan pernikahan mereka, atau dia harus membuat Hakyeon mencabut gugatannya.

"Kita sudah sampai" Hakyeon melepas tautan tangan mereka dan segera keluar dari mobil setelah mobil berhenti ditempat terselenggaranya sidang cerai mereka.

Begitu pun sebuah mobil yang baru menyusul dan parkir disamping mobil Taekwoon. Wongeun dan Hyuk keluar dari dalam mobil dan menghampiri pihak masing-masing.

Wongeun berjalan terlebih dahulu bersama Hakyeon memasuki gedung. Sedangkan Taekwoon dan Hyuk menyusul dibelakang mereka.

Memasuki ruang sidang, kedua pihak segera duduk ditempat masing-masing. Taekwoon duduk disamping pengacara Jung yang telah menunggunya.

"Ingat Tuan Jung, jangan terpancing emosi. Karena mereka akan menyudutkanmu sebagai tersangka utama"

"Ini terdengar seperti kasus pembunuhan Nona Jung" Sindir Hyuk yang terlihat begitu tegang.

"Aku hanya mengumpamakannya saja"

"Aku mengandalkanmu" Ucap Taekwoon singkat dan jelas. Dia terus menatap Hakyeon yang tampak tenang menatap pada Hakim yang mulai berbicara.

"...Kita buka sidang pertama pada hari ini" Sang Hakim mengetok palunya 3 kali, dan mulai membaca dokumennya. "Saudara Cha Hakyeon menggugat cerai atas tindakan perselingkuhan Saudara Jung Taekwoon. Untuk pihak penggugat, silahkan berbicara"

Wongeun sebagai pengaca Hakyeon segera berdiri dan menuju ketengah, menghadap kepada tamu dan beberapa juri yang hadir didalam persidangan. "Tuan Cha dan Tuan Jung sudah 5 tahun menikah. Dan Tuan Jung selalu pergi meninggalkan Tuan Cha selama berbulan-bulan lamanya. Terlebih lagi setiap sakit Tuan Cha kambuh Tuan Jung tak pernah datang. Dan setelah Tuan Cha menyelidiki kejanggalan hubungan mereka, ternyata Tuan Jung telah menikah secara diam-diam dengan seorang wanita di Jepang. Dengan ini kami menggugat cerai atas nama Tuan Cha Hakyeon. Sekian." Wongeun kembali duduk setelah menjelaskan secara singkat masalah yang terjadi.

"Apakah anda menerima gugatan mereka?" Sang Hakim bertanya pada pihak Taekwoon.

"Kami keberatan Yang Mulia, kami menolak gugatan cerai Tuan Cha atas Tuan Jung"

"Silahkan sampaikan pembelaan kalian"

Jung Eunji berdiri dan melakukan hal yang sama seperti Wongeun. "Tuan Jung pergi selama berbulan ke luar negeri untuk berbisnis, dia bekerja untuk memberi nafkah demi Tuan Cha. Dan untuk mengapa Tuan Jung tak pernah datang ke Rumah Sakit? Itu adalah salah. Tuan Jung datang walapun terlambat. Klien kami tidak bisa begitu saja meninggalkan bisnisnya dan kembali ke Korea. Untuk perselingkuhan...Iya, itu benar dilakukan Tuan Jung"

Semua orang begitu terkejut dengan penuturan sang Pengacara. Begitu pula Hakyeon dan Wongeun, mereka pikir, Taekwoon akan berusaha menyangkal perselingkuhanya. Namun, Pengacara itu malah membenarkannya yang malah membuat gugatan Hakyeon menjadi kuat.

"Sekian dari saya" Eunji kembali duduk saat suasana sidang mulai riuh. Mereka masih terkejut dengan ucapan sang pengacara.

"Pengacara Jung, anda yakin dengan yang anda ucapkan? Jika anda membenarkan tuduhan Pihak penggugat, saya dan para juri tidak akan bisa membela kalian"

"Kami yakin Yang Mulia. Kami tidak berniat membantah tuduhan. Kami disini berniat memperjuangkan pernikahan Tuan Jung dengan Tuan Cha."

Semua orang lantas terdiam. Eunji kembali berdiri dan menghadap pada pihak penggugat. "Kami akan membuat pencabutan gugatan Tuan Cha Hakyeon"

Hakyeon terdiam, dia mulai terlihat tenang. Benar apa yang dikatakan Wongeun kemarin. Taekwoon akan menolak gugatanya dan mencoba mempertahankan pernikahan mereka. Tapi yang dia tidak sangka, mengapa Taekwoon mengakui perselingkuhan itu. Hal itu akan melemahkan Taekwoon disidang ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Wonshik duduk terdiam di kursi taman Rumah Sakit. Dia tidak terlalu merasa kecewa terhadap tindakan Hakyeon tadi, yang dia pikirkan sekarang, apa maksud dari ucapan Wongeun. Pengorbanan apa yang dia maksud?

"Wonshik-ah"

Wonshik sontak menoleh saat punggungnya disentuh lembut seseorang yang langsung membuatnya menghembuskan nafas lelah.

"Kau sedang ada masalah?" Jaehwan, orang yang benar-benar tidak ingin Wonshik temui sekarang, malah duduk disebelahnya. "Kau bertengkar dengan kekasihmu itu ya?"

"Mau apa kesini?"

Jaehwan tampak tersenyum kecut mendengar tanggapan dingin Wonshik. "Aku merindukanmu, jadi aku kemari"

"Pergilah, aku tidak ingin diganggu" Wonshik hendak berdiri namun tangan Jaehwan langsung menariknya untuk kembali duduk.

"Aku tau kau tidak bisa mencintaiku. Setidaknya, biarkan aku mengatakan hal penting padamu"

Wonshik terdiam mendengarkan ucapan Jaehwan. Sebenarnya dia sudah paham apa yang akan diucapkan Jaehwan kali ini, pasti soal perasaan. Wonshik sudah cukup lelah mendengar itu semua.

"Jika aku boleh jujur, aku hanya kecewa saat kau memiliki kekasih. Tapi saat aku tau kekasihmu itu adalah Istri dari pria lain, aku merasa sangat marah padamu. Aku berfikir, kenapa pria baik sepertimu tega merebut Istri orang" Jaehwan menatap lurus kedepan mengungkapkan semua isi hatinya. "Aku tau mereka ada masalah, aku tau pria itu melakukan kesalahan. Tapi jika kau menggunakan kelemahan mereka untuk mengambil hati Hakyeon, itu hal yang salah Wonshik-ah. Setiap masalah pasti ada jalan keluar, setiap perbuatan pasti ada alasan, kau tidak pantas menjadi dinding penghalang untuk mereka."

"Kau tidak tau, itu karena aku mencintainya. Kau tidak akan mengerti itu"

"Lalu ? Apa kau mengerti perasaanku? Apa kau tau kalau aku sangat mencintaimu?"

Wonshik terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Jaehwan. Benar adanya jika dia membuat Jaehwan berada dipihak yang tersakiti karenanya, tapi dia tidak bisa melepaskan Hakyeon, dia begitu mencintainya.

"Baiklah, aku mengerti." Jaehwan menghembuskan nafasnya, mencoba mengatur perasaannya yang mulai terguncang. "Aku akan melepasmu."

Wonshik menoleh terkejut pada Jaehwan yang kini berdiri dari duduknya.

"Tidak masalah bagiku jika harus mengorbankan perasaanku, tapi ingat Wonshik-ah, kau tidak mengenal mereka, kau tidak tau bagaimana masa lalu mereka. Jangan sampai kau rusak hal berharga yang mereka miliki. Kuharap kau bisa memikirkan ini baik-baik" ucap Jaehwan dan langsung pergi meninggalkan Wonshik yang kembali dibuat bingung. Sama seperti halnya Wongeun, Jaehwan juga mengatakan hal yang serupa padanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang ingin mereka katakan, Kenapa Wonshik hanya dibuat menerka-nerka semuanya? Ada apa dengan Hakyeon dan Taekwoon? Isi kepala Wonshik dipenuhi dengan pertanyaan-pertanhaan yang bahkan dia sendiri tidak mampu untuk menjawabnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Tenang semuanya!"

DOK DOK DOK

Hakim memukul palunya mencoba menenangkan situasi sidang yang mulai riuh. "Pihak penggugat silahkan lanjutan"

"Terimakasih Yang Mulia" Wongeun berdiri bersama selembar berkas yang dia ambil dari map. "Ini adalah bukti fotocopy surat nikah antara Tuan Jung dan Nona Park" Wongeun memberikan lembar itu pada Hakim. "Di surat tersebut tertulis kalian sudah menikah dua bulan yang lalu, tetapi...Kalian sudah bertunangan 2 tahun yang lalu. Tuan Jung..." Wongeun berdiri menatap tajam Taekwoon. "Anda melanggar sumpah sakral anda sebagai seorang suami, dan anda telah menghianati Tuan Cha. Jadi, terimalah perceraian ini"

"Dari mana anda mendapatkan surat ini ?" Hakim bertanya setelah membaca dengan teliti surat ditangannya.

Wongeun menatap pengacara Jung yang mulai khawatir. "Dari seseorang yang tidak bisa disebutkan namanya"

"Ya! Kau tidak bilang jika kau sudah bertunangan 2 tahun lalu?!" Eunji berbisik tajam pada Taekwoon yang kini memandang cemas ke Hakyeon.

"Selama Tuan Cha berada di Rumah Sakit. Tuan Jung selalu menghabiskan waktunya dengan Istri simpanannya tersebut. Benar bukan?" Wongeun kembali memojokan Taekwoon. "Kau sudah kehilangan kepercayaan Istri mu. Sudah tidak ada yang bisa Anda lakukan Tuan Jung. Sekian dari saya" Wongeun menunduk hormat pada Hakim sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Pihak tergugat ada yang ingin disampaikan?"

"Terima kasih Yang Mulia" Eunji berdiri dari duduknya. "Bolehkan saya memanggil Tuan Cha untuk saya tanyai?" Eunji meminta permohonan kepada Hakim.

Wongeun tampak terkejut, seharusnya yang dia panggil adalah saksi, kenapa dia malah meminta penggugat untuk menjadi sesi seperti ini.

"Silahkan" Jawab tegas sang Hakim.

Dengan sekali hembusan nafas, Hakyeon berdiri dan duduk di kursi samping jejeran Hakim atau tepatnya tempat bagi para saksi sidang.

Eunji mendekati Hakyeon dan berdiri didepannya. "Tuan Cha Hakyeon, sudah berapa lama anda mengenal Tuan Jung?"

Hakyeon menautkan keningnya, "Kita sudah menikah selama 5 tahun"

"Saya bertanya. Berapa lama anda mengenal Tuan Jung?"

Hakyeon tampak bingung, dia menelan salivanya dengan paksa. Taekwoon terus menatap Hakyeon khawatir, ada sorot mata tak tega disana. Tapi mungkin ini yang terbaik agar Hakyeon tau segalanya.

"Aku...tidak terlalu ingat"

"Jadi...anda lupa?"

"Aku tidak lupa!" Ucap Hakyeon tak terima pada Eunji yang tampak tersenyum senang.

"Nona Park Seojin. Anda mengenalnya?"

"Dia sahabatku."

"Dia adalah istri simpanan Tuan Jung, itu menurutmu kan?"

"Itu faktanya" Hakyeon menatap tajam Taekwoon yang terus menahan rasa khawatirnya. "Dia, memang berselingkuh"

"Kau...sungguh tidak tau?"

Hakyeon sontak menoleh terkejut pada Eunji.

"Pertunangan dua tahun lalu, dan pernikahan dua bulan yang lalu...Kau sungguh tidak tau?"

Hakyeon terdiam dengan raut wajah bingungnya. Eunji berbalik dan berjalan menuju Taekwoon. "Tuan Jung...Berapa lama kau mengenal Tuan Cha?"

"20 tahun 5 bulan tepat minggu depan"

Hakyeon membulatkan kedua matanya. Suasana sidang begitu riuh.

"Sekarang, bagaimana bisa seseorang suami yang berselingkuh dan dikatakan tidak mencintai istri nya begitu ingat pertemuan pertama mereka."

"Kami bertemu di musim dingin, taman hiburan" Ucap Taekwoon memutus ucapan sang pengacara.

Eunji tersenyum, dia kembali mendekati Hakyeon yang masih terdiam terkejut. "Ini adalah bukti bahwa Tuan Jung masih sangat mencintai anda, 20 tahun bukan waktu yang singkat. Tuan Cha, bagaimana denganmu? Kau bahkan tidak mengingat pertemuan pertama kalian kan?"

"Yang Mulia, dia memojokan klien saya!" Wongeun berdiri dengan emosinya. Hakyeon terus dipojokan dengan pertanyaan yang bahkan dia sendiri tidak bisa menjawabnya, atau tepatnya dia memang tidak ingat.

"Tenang ! Pengacara Jung silahkan lanjutkan pertanyaan anda"

"Terimakasih Yang Mulia" Ucap Eunji senang yang membuay Wongeun kembali duduk dengan terpaksa.

"Tuan Cha, jika Anda yang melakukan kesalahan atas semua ini. Gugatan cerai ini tidak akan diterima"

Dada Hakyeon terasa naik dan turun dengan berat, nafasnya mulai terasa sulit. Dia tidak boleh kambuh disaat seperti ini.

"Tuan Cha, bernakah Anda merasa di khianati?"

Hakyeon terlihat gusar, ada yang salah disini. Kenapa mereka memojokannya seperti dia yang salah atas semua yang Taekwoon lakukan. Kenapa, Taekwoon menatapnya seperti itu, kenapa dia tidak mengerti maksud perkataan Pengacara Jung.

"Nu...na" guman Hakyeon yang terus menundukan kepalanya dengan sorot mata beratnya. Nafasnya semakin lama semakin sulit, dia terasa tercekat. Dadanya terpompa dengan cepat namun pasokan udara masih sulit dia dapat. Matanya mulai terasa kabur, dan yang dia lihat kini, Taekwoon tengah menatapnya penuh khawatir.

"Panggil Ambulance!" Perintah Taekwoon yang tengah memeluk tubuh Hakyeon dari jatuhnya. Suasa sidang kembali riuh, sang penggugat tiba-tiba pingsan setelah mengalami sesak nafas yang bahkan tidak dia sadari.

"Han Sang Hyuk! Hubungi Ambulance!" Taekwoon kembali membentak Hyuk yang sedari tadi hanya terdiam shock. "Hakyeon-ah,, bertahanlah" Taekwoon memeluk erat tubuh kecil Istrinya.

Kembali terjadi, mereka, seperti kembali ke 2 tahun lalu. Hal yang ingin Taekwoon ubah, namun semuanya tetap sama. Hakyeon, Dirinya dan masalah ini, semua tetap sama.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa kau harus menekannya seperti itu?!" Taekwoon mondar mandir di depan ruang UGD dengan terus memarahi Eunji yang hanya duduk dengan tangisnya.

"Aku tidak tau akan seperti ini lagi hiks hiks aku hanya ingin kalian baik-baik saja"

"Tidak seperti ini Nuna! Kau tau dia lemah, kau tidak bisa menekannya seperti itu!" Taekwoon mengatur nafasnya agar kembali tenang, karena dia membuat Eunji menangis semakin terisak karena bentakannya. "Kita harus bicara perlahan dengannya. Hakyeon akan mengerti"

"Hiks Nuna sudah bilang kan hiks...Seharusnya kau tidak melakukan ini hiks"

"Cukup. Kita sudah membahas ini berkali-kali" Taekwoon dudu dengan lesu disamping Eunji.

"Kalian bisa bersama, tidak harus dalam pernikahan Taekwoon-ah. Appa, Eomma dan Nuna, kita mendukung kalian...Tapi kau tidak harus melakukan ini, hiks Hakyeon hanya membutuhkanmu hiks hentikan saja"

Taekwoon meremas rambutnya kuat. "Aku hanya ingin bersamanya Nuna" Taekwoon menghapus air matanya dengan cepat. "Aku...tidak ingin kehilangan Hakyeon hiks...Aku tidak bisa"

Eunji memeluk tubuh Taekwoon begitu erat. Mereka menangis menunggu kondisi Hakyeon yang sampai sekarang belum membaik. Mereka tetap menunggu disana seperti dulu. Kejadian yang sama hanya akan terus terulang.

.

.

.

.

Tbc