Note: hayooo pada deg-degan ya di chap ini ada apa huehehe jangan lupa review yaa

.

.

.

.

.

.

.

.:xxx:.

Malamnya, seperti biasa Chanyeol bergelung manja pada Baekhyun. Itu biasa.

Tapi yang membuat tidak biasa, Chanyeol sedari tadi merengek.

"Baek, kita coba, ya." Harimau putih itu mengusakkan hidungnya ke dada Baekhyun yang geli. "Pleaseeee~"

Baekhyun bangun agak siang sedikit, dan langsung disambar Kyungsoo dengan Luhan mengikuti. Setelah menceritakan kalau dia tidak hamil, Kyungsoo tampak berusaha menyembunyikan senyumnya sedangkan Luhan yang tulus merasa sedih.

Baekhyun jadi bingung. Malamnya tidak ada hal khusus yang terjadi di desa, tidak seperti beberapa hari sebelumnya yang memang penuh dengan perayaan. Perayaan Jongin dan Kyungsoo, kehamilan Junma, perayaan Chanyeol dan Baekhyun...

"Kan bikin ga hamil." Chanyeol masih ngotot. Baekhyun menghela napas.

Dari tadi, Chanyeol memaksa minta coba mainan-mainan yang kemarin mereka beli.

"Kan kita sudah beli, masa tidak dipakai, sih. Kan—"

"Ya sudah, nya." Akhirnya Baekhyun menyerah. "Mana kreseknya, Nyeollie?"

Chanyeol langsung melompat turun, Baekhyun sampai kaget saking cepatnya harimau jantan itu melesat mengambil kreseknya.

Baekhyun mengambil satu kardus kecil, lalu membuka satu plastik kondom dan mengeluarkan isinya.

Baekhyun mendekat, mengendus kondom itu dengan kuping kucingnya.

"Baunya enak... kaya stroberi, nya."

Chanyeol mengernyit, menyentuh kondomnya, lalu melihat pelumas yang melingkupinya. Seperti lendir, warnanya agak pink. "Apa ini?"

"Uuuu rasa stroberi, nyaaa~" Baekhyun tahu-tahu sudah mengecap pelumasnya. "Enak! Nyeollie mau?"

Otak Chanyeol masih berpikir keras kondom ini cara pakainya bagaimana agar Baekhyun tidak hamil, tapi melihat Baekhyun yang begitu senang menjilati pelumas kental di kondom itu... Chanyeol jadi kepo.

Nyam.

Slurp.

"Enak, Baek. Tapi kok agak aneh, ya?"

"Nya?" Baekhyun meletakkan kondom yang sekarang sudah tertutup liurnya sendiri. "Baekkie mau lagi~"

"Baek, jangan makan banyak-banyak. Kita harus punya persediaan."

"Nyaaa~"

Chanyeol mengambil kondom yang telah dijilati Baekhyun sampai bersih, memainkannya.

Bagaimana cara pakainya... Chanyeol menangkupkan bagian terbuka kondom ke mulutnya.

Fuuuh...

Fuuh...

Fuuh!

"Ung?" Baekhyun menoleh ketika Chanyeol menepuk pundaknya.

"Baek! Lihat nih!"

Mata Baekhyun melebar melihat kondom yang dipegang Chanyeol yang menyeringai.

"Uwaaa! Jadi balon, nyaaa!"

Chanyeol tertawa, lalu mengikat ujungnya dan memberikannya pada Baekhyun.

"Tapi balonnya kok panjang, Nyeollie?"

"Gatau. Nih."

"Nyaaa!" Baekhyun melemparnya ke udara, cengirannya seperti anak kecil. "Baekkie punya balooon! Hehehe~"

Chanyeol tertawa ketika Baekhyun bermain-main, memantul-mantulkan balon itu.

"Nyeollie, Nyeollie!" pekik Baekhyun lagi, menyembunyikan balonnya di balik bajunya. "Baekkie hamil!"

"Katanya Baekkie nggak mau hamil. Gimana, sih?"

"Eh, iya." Si kucing terkekeh. "Lupa, nya."

.

.

.:xxx:.

.

.

Yifan dan Junmyeon sepakat untuk bertandang ke pondok si pasangan baru—Chanyeol dan Baekhyun. Yifan butuh bicara pada Chanyeol soal sikap aneh Baekhyun pada Yixing, dan Junmyeon butuh bicara pada Baekhyun soal keputusan tidak-mau-hamilnya Baekhyun. Karena bagaimanapun mereka tahu, dominan subur yang tidak memiliki keturunan pastilah yang paling tersiksa.

Sebagai orang tua yang baik, mereka ingin semua anak-anaknya bahagia.

Mereka memilih malam untuk bertandang ke pondok si kucing dan harimau putih, karena suasana tenang sehingga kemungkinan besar acara bicara dari hati ke hati bisa terlaksana dengan baik. Setelah menidurkan si kembar Jisoo dan Chaeyong, Junmyeon dan Yifan menuju ke pondok Chanyeol.

Tok. Tok.

Sepi.

Tok. Tok.

Junmyeon membuka pintu sedikit ketika ketukannya tidak dijawab.

"Baek, kamu udah bang—"

"Junmaaa! Baekkie punya balon banyak, nyaa!"

Yang dilihat Junmyeon dan Yifan adalah si kucing tolol di atas kasur, dengan beberapa balon berserakan di sekitar mereka.

Tunggu.

Itu bukan balon.

Itu kondom.

Dan Baekhyun mengemuti selembar kondom seperti sedang makan jeli.

"Junma mau main, nya?"

Ada suara langkah dari dapur, Junmyeon dan Yifan menoleh ke arah di mana Chanyeol keluar dengan serenteng kondom lain.

"Baek, udah, jangan dimakan terus kondomny—" Si harimau putih mendelik ke arah orang tuanya. "Fuck."

.

.

.:xxx:.

.

.

"Oooh, gitu, nya..."

Baekhyun duduk manis di atas kasur, Junma di depannya memegang buah pisang yang sudah dibungkus kondom. Tidak sulit mendapatkan pisang—karena Baekhyun suka makan buah dan selalu punya stoknya. Si mama cheetah sedang mempraktekkan cara memakai kondom yang baik dan benar, dan baekhyun begitu semangat memperhatikan.

"Jadi cara pakai kondom ini dengan dibungkus ke penisnya. Bukan dimakan, ditiup, apalagi dipakai mainan."

"Tapi, nya, mongdongnya enak..." Baekhyun menunjuk bibirnya. "Rasa stroberi..."

Junma menghela napas. "Kondom, Baekkie. Bukan mongdong."

Cheetah itu mengambil satu kondom yang masih terbungkus, memeriksa bungkusnya. Beruntung Junma bisa membaca.

"Kalian beli yang berpelumas pake rasa. Pantes aja." Ia menghela napas, mengurut dada. Lelah berhadapan dengan pasangan muda ini. "Baek, kondomnya jangan dimakan lagi, ya."

Baekhyun cemberut. "Jelinya nggak boleh juga, nya?"

"Itu bukan jeli. Itu namanya pelumas. Dan jangan dimakan. Nanti kamu muntah-muntah lagi."

"Hung..." Baekhyun cemberut. "Padahal enak..."

"Ini bisa nyegah kehamilan karena nanti maninya ditampung di sini." Junmyeon dengan sabar menunjuk ujung kondom yang berbentuk lonjong. "Tapi, seharusnya ini nggak bisa kita pakai... karena dominan seperti Chanyeol kan punya sikat tajam di penisnya... apalagi kalian beli yang paling tipis..."

Baekhyun memasang muka bingung, dan Junmyeon hanya menepuk jidat.

Chanyeol yang sedari tadi mengawasi mereka angkat bicara. "Junma marah karena uangnya Chanyeol habisin buat beli kondom?"

"Mama pingin marah." Jujur Junmyeon. "Tapi ga bisa. Mama habis kata-kata ngeliat ketololan kamu."

Chanyeol cemberut. "Jahatnya."

"Mama maafin kali ini. Lain kali kalau mau beli-beli, beli yang berguna dan bermanfaat."

"Ini kan manfaat, Ma. Manfaatnya bisa bebas ngentotin Baekhyun—"

Junmyeon menggeplak kepala Chanyeol pakai kardus kondom. "CONGORMU!"

"Adoh! Sakit, Maaa!"

Baekhyun terkikik geli seperti sedang melihat pertunjukan humor. Yifan menggelengkan kepala, lalu berjalan menepuk pundak Chanyeol.

"Aku mau bicara soal Baekhyun, dan Yixing."

Chanyeol berkedip, lalu mengikuti Yifan keluar, menuju ke arah dapur. Dari belakang bisa ia dengar percakapan Junmyeon dan Baekhyun entah membahas soal apa, tapi sekarang si harimau putih sedang fokus pada Yifan yang menatapnya tajam.

Chanyeol mendengarkan dengan teliti saat Yifan menuturkan alasan Baekhyun sempat bersikap posesif pada Yixing walau ia sudah memiliki Chanyeol. Lama kelamaan, ekspresi Chanyeol berubah kaku.

"Jadi, karena Yixing dulu sempat berusaha mengklaim Baekhyun, ia meninggalkan jejak klaim sementara sehingga Baekhyun masih merasa terikat padanya?" Harimau putih itu mendesis. "Itu konyol. Apa yang seperti itu benar ada?"

"Itu ada." Yifan meyakinkan. "Klaim sementara ini fungsinya adalah agar tidak terllau banyak dominan yang memperebutkannya, tapi lama kelamaan akan menjadi masalah baru. Inilah kenapa submisif yang direbutkan beberapa dominan jarang sekali memiliki masa depan karena mereka tidak tahu adanya 'klaim sementara' ini."

"Apa itu juga terjadi pada Junma? Waktu kau dan Sehun merebutkannya?"

"Benar. Tapi kami berhasil menghapus klaim sementara Sehun pada Junmyeon."

"Bagaimana caranya?"

"Saat Junmyeon melahirkan Luhan, klaim itu terhapus."

Chanyeol terdiam sejenak.

"Berarti Baekhyun harus melahirkan anak dulu... agar klaim itu terhapus?"

"Benar."

"Tapi... Baekhyun tidak mau—"

"Aku tahu. Karena itu, ada cara lain untuk menghapus klaim ini."

"Bagaimana?"

"Jika Yixing mengklaim submisif lain, klaim sementaranya dengan Baekhyun juga akan terhapus."

Chanyeol terdiam. Yifan menatapnya simpati, lalu menepuk punggungnya.

"Hanya itu yang bisa kuberitahukan padamu untuk saat ini." Yifan berucap. "Jaga Baekhyun baik-baik. Kita masih tidak bisa memastikan desa ini sudah aman dari serangan pemburu hybrid lain, jadi jangan berbuat sesuatu yang bodoh."

Sang alpha tidak menunggu Chanyeol berkutik. Ia berjalan kembali ke kamar untuk merengkuh pinggang Junmyeon yang tampaknya sedang sibuk menjeweri Baekhyun yang memekik, dan si cheetah menoleh ketika pasangannya menatapnya penuh arti.

"'Kita keluar, yuk? Biarin mereka. Mereka kan udah gede. Harusnya udah bisa ngurus diri sendiri."

"Justru karena mereka udah gede..." Junmyeon menggerutu. "Yaudah. Keluar yuk."

Baekhyun melambaikan tangan, nyengir riang ketika Yifan berpamitan pada Chanyeol yang tampaknya sudah menguasai emosinya kembali. Junmyeon sempat menjewer Chanyeol untuk yang terakhir kali sebelum akhirnya pasangan itu pamit dari pondok Baekhyun.

Chanyeol menghela napas, lalu menoleh pada Baekhyun yang juga menatapnya dengan senyum lucu. Kuping kucingnya bergerak-gerak, ekornya bergoyang pelan.

Cring-cring-cring

"Nyeollie, Baekkie mau coba pasangin mongdongnya~"

Chanyeol mendengus lucu. "Kondom, Baekkie. Bukan mongdong."

Yah, baiklah. Toh sekarang Baekhyun adalah milik Chanyeol, kan?

Tidak perlu takut dengan Yixing.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aduh!"

Chanyeol terbahak ketika Baekhyun tertampar penisnya yang baru dia keluarkan dari celana. Kucing kecil yang sedang menungging di depan selangkangannya itu bibirnya mengerucut imut.

"Hiks..." marah Baekhyun. "Burungnya Nyeollie nakal!"

Chanyeol yang bersandar pada kepala ranjang cuma bisa menutup mulut, mengamati pasangannya yang terlalu unyu sambil menahan nafsu.

"Dul, dul, dul!" Baekhyun yang marah menjundu-jundu penis Chanyeol sambil menggembungkan pipi. "Berani ya sama Baekkie?!"

Si kucing bicara pada penis Chanyeol seperti bicara pada orang. Rasa-rasanya si harimau mau sesak napas melihatnya.

Sumpah.

"B-Baekh..."

Junduan itu membuat Chanyeol tidak bisa tidak terangsang. Mata Baekhyun membulat saat perlahan—penis Chanyeol berdiri tegak di depannya.

"Iih, burungnya Nyeollie bisa berdiri!"

Baekhyun matanya berkedip dan bersinar, telunjuknya dengan penasaran menggoyang pucuk penis Chanyeol.

Si harimau putih berpegangan pada kepala ranjang, terengah. "Baek..."

"Tidak tahu malu, nya! Hehe~"

"Baek."

Geraman Chanyeol membuat Baekhyun berhenti. Si kucing mengerucutkan bibir, lalu mengambil sebungkus kondom yang masih utuh.

(Jangan tanya mereka sudah habis berapa satu hari ini)

"Hihi, iya, iya," Baekhyun memakaikannya pada penis Chanyeol, seperti yang telah dicontohkan Junma. "Burungnya Nyeollie kaya pakai baju, nya~"

Chanyeol menarik napas panjang, berusaha menahan diri dari membanting Baekhyun ke lantai dan menuntaskan nafsunya sekarang juga.

"Dul, dul, dul~"

Baekhyun malah main tonjok-tonjokan dengan penis merah Chanyeol lagi, yang akan memantul ke arah Baekhyun tiap dipukul. Kucing itu mengerang sakit saat penisnya mengenai mukanya lagi.

"Hung?" Baekhyun berkedip. "Nyeollie... mongdongnya sobek..."

Chanyeol membuka mata dan napasnya yang terengah, lalu menunduk. Benar saja, kondomnya sobek dari bawah, dari bagian penisnya yang tajam.

"Wah, iya... Nanti bocor, dong..."

Baekhyun panik. "G-gimana ini, Nyeollie...?"

"Ambilin kondomnya satu lagi, kita dobel."

Baekhyun menurutinya.

"Nyeollie..." lirih si kucing pada penis Chanyeol yang dibungkus dua kondom. "Sobek lagi..."

"Bukain satu lagi, Baek."

Dan yang ketiga masih sobek. Baekhyun menatap ke arah Chanyeol dengan muka ingin nangis.

Chanyeol menghela napas, menggaruk kepala.

"Dobelin aja terus, sampai engga sobek."

.

.

.:xxx:.

.

.

"A-aaangh..." Lenguhan si kucing terhalang dildo yang masuk ke mulutnya. "Nghh... Mmph..."

Chanyeol memang dominan biadab. Fantasinya liar.

Begitu tahu dildo yang ia beli bisa ditempel di dinding, Chanyeol segera menempelkannya pada dinding samping ranjang mereka. Baekhyun yang kepayahan setelah dibuat klimaks tiga kali diperintah dengan suara dominannya agar menungging, sambil mengulum dildo itu sementara Chanyeol memasukinya dari belakang.

"Hiks... Mmph..."

"Ooohh..." geraman Chanyeol tidak kalah buas selagi ia menggerakkan pinggangnya dengan cepat. "Uh, uh, uhh..."

"Nghh... mpph... n-nyaaah!"

Baekhyun mengerang saat tersedak dildo itu, tapi toh maninya sudah keburu muncrat ke sprei. Pelumas alaminya menetes keluar saking banyaknya yang tertahan di dalam, dan Chanyeol mengerang.

"Aku juga nyampe..." Harimau itu melesakkan miliknya dalam satu kali tusukan dan melempar kepala ke belakang. "Uaahh!"

Keduanya terengah, dan Chanyeol membaringkan Baekhyun di sampingnya.

"Gimana, Baek?" goda Chanyeol.

"Nyeollie kaya... lebih besar dari biasanya, nya..." jawab Baekhyun malu-malu. "Tapi rasanya beda..."

"Beda gimana?"

"Biasanya kan kaya grunjal grunjal gitu nya... tapi ini anu Nyeollie agak keset nya... Susah geraknya..."

Chanyeol tertawa kecil pada kejujuran kucing itu. Ia melepas penisnya dari dalam lubang Baekhyun, lalu melepas kondomnya dan mengikat ujungnya.

Mata Baekhyun mengikuti arah kondom itu berputar. Chanyeol melihatnya geli.

"Baekkie mau minum?"

"Nyeollie, nyaaa!"

"Hehe. Yaudah, yuk. Tidur. Udah malem banget."

"Nya~"

"Oh, iya!" Chanyeol tiba-tiba lompat, mengagetakan si kucing kecil. "Tunggu bentar, ya Baek!"

Baekhyun berkedip mengantuk. "Nyeollie mau ke mana..."

Chanyeol kembali lagi dengan sebuah botol warna putih. Senyumnya lebar sekali—Baekhyun sampai takut.

"Telentang."

"Nya?"

Chanyeol menariknya sampai terlentang, menyemprotkan isi botol itu yang adalah cairan kental pada tangannya, lalu mengoleskannya pada dada Baekhyun.

"N-nyaah~" si kucing gemetaran. "Nyeollie, d-dingiin!"

"Sssh," Chanyeol menjawab sayu. "Nggak apa-apa."

"I-ini apa, nya?"

"Ini..." Chanyeol memastikan puting Baekhyun tertutup obat pembesar payudara dengan sempurna. "Biar nggak digigit nyamuk."

"Nya? Memang nyamuknya mau makan dada Baekkie?"

"Mau dong. Nyamuknya kan Chanyeol."

"Nyaaa!" jerit si kucing saat Chanyeol tiba-tiba saja menggigit putingnya. "Nyeolliee!"

Tapi Chanyeol tidak mengindahkan. Ia justru menggigit yang sebelahnya hingga Baekhyun terengah.

"A-aang... S-sakiiit!"

"Sssh..."

Untunglah obatnya tidak berasa. Chanyeol membaringkan diri di samping Baekhyun, mengemut dadanya dan tangannya meremas pelan yang sebelah lagi.

Baekhyun menggelinjang, geli.

"K-kenapa Nyeollie nyiumin susunya Baekkie?"

Chanyeol hanya membalasnya dengan menyedot keras. Baekhyun merengek.

"Nyeollie~ J-jangaaan~"

Tapi Chanyeol malah berpindah ke puting satunya, dan Baekhyun menahan desah keenakan.

"Nyeollie haus ya...? Baekkie ambilin air dulu... T-tapi—aangh! J-jangan nyusu ke B-Baekkieee..."

"Nggak, Nyeollie haus susunya Baekkie."

"Baekkie nggak ada susunya, nya~" cemberut Baekhyun. "Besok aja ya, Baekkie cariin susu kuda liar buat Nyeollie."

Chanyeol tertawa. "Emang kamu berani merah susu kuda liar?"

"Nyaaa!"

.

.

.:xxx:.

.

.

"Tidak perlu kertas laporannya."

Minseok mengurungkan niatnya untuk meletakkan kertas laporan tes DNA antara Willis dan Chanyeol. Jongdae mengernyit di belakang pasangannya, menatap tidak suka pada si bos yang sekarang sedang duduk di kursi putarnya, membelakangi mereka sehingga yang terlihat hanya rambut jingganya.

"Katakan saja, berapa persen kekerabatannya?"

Minseok menunduk. "90%..."

Willis menghela napas. Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa dia dan Chanyeol memang memiliki hubungan darah.

Tidak salah lagi.

"Siapa kau ini, Willis?" Jongdae berucap. "Aku tidak akan menebak kau punya hubungan darah dengan Chanyeol jika saja aku tidak melihat database DNA-mu dan mendapat informasi kalau kau... Adalah singa albino."

"Kau boleh pergi."

Jongdae membelalak, menggeram marah. "Orang ini—"

Minseok menahannya, dan dengan sebuah bungkuk kecil, ia menyeret pasangannya yang sedang protes keluar.

Tidak baik berkelahi dengan Willis—yang adalah seorang alpha.

Singa albino itu sendiri kini tengah menyunggingkan senyum kecil, menghela napas lagi, dan mengurut dahinya.

"Jadi dia selamat..."

Chanyeol selamat. Chanyeol, harimau yang lahir dari rahim yang sama dengannya. Adiknya.

Adiknya yang begitu ia sayangi, yang kala itu bersama dengannya melihat bagaimana komunitas mereka dibantai sekawanan besar hybrid hyena dan para pemburu.

Adiknya, yang waktu itu menangis di pelukan Sehun sementara keduanya dipaksa melihat bagaimana ayah mereka dipenggal dan ibu mereka dicacah di depan mata.

Chanyeol, adik yang membuat Sehun berani mempertaruhkan nyawanya demi melindungi harimau kecil itu. Meninggalkannya di tengah salju di hutan jauh dari teritori komunitasnya, dengan harapan ada yang menyelamatkannya. Adik yang membuatnya memiliki kekuatan untuk melawan balik para penyerang komunitas dan keluarganya—yang justru berakhir dengan dirinya ditangkap oleh para pemburu itu dan dijadikan bahan percobaan.

Percobaan mengubah hybrid menjadi manusia seutuhnya.

Takdir berkata, subyek percobaan lain mati mengenaskan dengan kondisi tubuh tidak karuan. Tapi takdir juga berkata, Sehun selamat dan menjadi satu-satunya bukti suksesnya percobaan bernilai milyaran dolar ini.

Sehun adalah hybrid pertama yang telah diubah menjadi manusia normal.

Dan Sehun juga, yang telah menghabisi para ilmuwan dan pekerja di laboratorium itu. Menghancurkan segala isinya setelah mengamankan hal-hal yang ia rasa penting, dan membakar tempat ia disekap dan dijadikan kelinci percobaan selama beberapa tahun lamanya.

Sehun muncul di tanah Korea sebagai Willis, pria dominan yang entah bagaimana caranya memiliki banyak lembar formula dan rahasia mengenai hybrid yang sedang marak dibicarakan, yang kemudian mendirikan perusahaannya sendiri dan merekrut para pemburu hybrid terbaik di bawahnya.

Korea bisa berkata—nasib para hybrid berada di genggaman tangan Willis.

Itu dibuktikan dengan perburuan pertamanya yang berhasil—pada seekor hybrid cheetah dan bayi kucing angora yang ia lakukan untuk membalas dendamnya.

Willis tidak ingin membunuh Junmyeon maupun Luhan—ia hanya ingin menjauhkan mereka sejauh yang ia bisa dari Yifan, agar Yifan mengerti rasanya. Karena mata dibalas dengan mata.

(Dan Willis berusaha mencari keberadaan adiknya, percayalah. Tapi ia tidak bisa menemukan Chanyeol. Ia tidak ingin membayangkan Chanyeol mati kelaparan di tengah salju)

Willis yang telah merasakan bagaimana pedihnya ketika pasangan yang ia incar telah direbut oleh singa brengsek bernama Yifan, dan bagaimana rasanya hatinya yang terluka pulang hanya untuk melihat bagaimana desanya dibakar hingga puing—dan keluarganya dihancurkan.

Chanyeol pasti telah bertahan hidup selama beberapa waktu sendirian... sebelum Junmyeon kemudian menemukannya. Itu tidak mengherankan bagaimana Chanyeol tidak mengenalinya sekarang, tapi tetap saja kemampuan Chanyeol bertahan hidup selama itu sendirian patut dipuji.

Lalu?

Apakah itu akan membuat Willis mengurungkan niatannya untuk menghancurkan Yifan sialan itu seutuhnya?

"It won't change anything." Desis Willis. "Fuck it."

Karena dendam adalah sesuatu yang abadi, yang tidak dapat terpuaskan hingga keduanya sama-sama mati.

.

.

.:xxx:.

.

.

"Sini, Jong!"

Pagi-pagi Jongin sudah dibangunkan oleh Chanyeol yang sumringah. Untungnya si macan kumbang kemarin berhasil kabur dari Kyungsoo yang memaksa minta main kuda-kudaan lagi karena belum juga hamil—dengan cara memasukkan vibrator yang diberi Chanyeol dan janji pada Kyungsoo kalau alat pink bulet ini akan bikin Kyungsoo hamil.

Si lynx yang sama begonya untungnya percaya, dan kembali jinak seperti semula.

"Udah lo masukin, kan?"

Sekarang Jongin sedang mengendap di balik semak-semak di tepi kolam dekat air terjun. Baekhyun dan Kyungsoo sedang mandi dan berendam di kolam itu sambil tertawa-tawa kecil, tidak mengetahui keberadaan mereka. Chanyeol di sampingnya, dan Jongin hanya bisa menghela napas.

"Begitu pagi sebelum dia sempat melorotin celana gue, udah gue jejelin dulu mainannya ke bolongan dia."

"Bagus." Chanyeol tertawa, lalu memberikan sesuatu yang berwarna pink tapi gepeng padanya. "Nih."

Jongin mengernyit menerima remote vibrator itu.

"Apaan?" Ia memasukkan remotenya ke mulut.

"Jangan dimakan, bego. Liat gue dulu."

Kuping Jongin tiba-tiba berdiri.

"LO BUKAN MAU NGELEDAKIN BOOLNYA KYUNGSOO KA—"

"Kaga, bego."

"Oh, oke."

.

.

"Hng.. Soonyah! Itu apa, nya?"

"Ini?" Kyungsoo menoleh saat Baekhyun menunjuk pada vibrator pink yang menyumpal lubangnya. "Nggak tau. Jongin bilang bisa bikin hamil."

Baekhyun berkedip, lalu memekik kaget.

"Kenapa?" tanya Kyungsoo, berenang mendekat ke arah Baekhyun.

"S-soalnya tadi Nyeollie juga masukin itu ke Baekkie... Nih," Baekhyun berdiri sedikit, lalu menungging ke arah Kyungsoo, menunjukkan meongnya yang tersumpal vibrator berwarna sama. "Tapi katanya ini malah ga bikin hamil..."

Si lynx menggeram. "Hah? Sialan, sampai rumah nanti kuhajar si pesek sampai patah..."

"Hu ung~"

.

.

"Liat."

Jongin menoleh bingung pada Chanyeol, yang menekan tombol bertuliskan 'medium'.

.

.

"A-AAANGGG~!"

"B-Baek?!" Kaget Kyungsoo ketika tubuh Baekhyun tiba-tiba gemetar, dan si kucing mendesah kencang.

Getaran pada meong Baekhyun berhenti secepat datangnya. Si kucing terengah, berpegangan pada pundak Kyungsoo, sama kagetnya.

"A-apa itu tadi, nyaaa?!"

"K-kenapa kamu?"

"Meong Baekkie tiba-tiba getaarr!"

.

.

Chanyeol dan Jongin sama-sama mangap, lalu menelan liur.

"Lu coba."

Jongin mengernyit, lalu menekan tombol yang sama dengan yang ia bawa.

.

.

"M-masa, sih?"

"Iyaaa!"

"Ga mungk—TOLL EH KONTO—" Kyungsoo langsung memejamkan mata merasakan getar pada lubang di antara bokong cimolnya. "A-aaah...!"

Mata Baekhyun melebar, apalagi ketika Kyungsoo berpegangan payah pada pundaknya.

"B-Baaeeeekh!"

"S-Soonyah t-tidak apa-apaa?"

.

.

"Goblok! Yang low, blok! Bukan high!

"Yang ini malah lebih dahsyat kayanya, ogeb!"

"Masa?" Chanyeol buru-buru menekan remotenya pada 'high'.

.

.

"Nyaaaa~!" Baekhyun menjerit ketika getaran itu muncul lagi.

"A-aaah! Anghhh!"

"Hiks, a-apa iniii B-Baekkie kenaapaaaa~!"

"Aaah! Ah, ah, aaah! Enaaak~!"

.

.

Chanyeol dan Jongin jadi ketagihan. Memencet-mencet bergiliran antara high dan low, on dan off.

Menikmati bagaimana submisif mereka kelojotan bingung di dalam kolam, saling berpegangan dan memeluk dan mendesah satu sama lain, beradu siapa yang paling keras dan paling membuat nafsu dominannya tanpa disadari.

"Aaangh!"

On.

"Aaah!"

"Nyaaah!"

Off.

"L-lagiiii!"

"Hiks, hiks...!"

High.

"Miaaaww!"

"Nyaaaa!"

Off.

On.

Low.

High.

"Aaahh s-sudaaah! Sudaah!"

"Hiks... B-Baekkie tidak ku—mph!"

Baekhyun terkejut ketika bibir Kyungsoo menyentuh bibirnya.

"Angh..." Si lynx melesakkan lidah, memaksa ke depan di mana Baekhyun tidak sanggup melawan dan akhirnya ikut pasrah dalam ciumannya. "Mph..."

"Soonyah~"

Lidah mereka bertaut, dan Baekhyun memiringkan kepala. Menikmati rekan submisifnya yang berbagi ciuman dan getaran menyenangkan di lubang mereka.

"Baeekh... ahh..."

Begitu larut dalam ciuman panas, Baekhyun dan Kyungsoo mendesahkan nama satu sama lain, saling memagut dan meminta lebih.

Dan Jongin yang mulanya melongo kaget menoleh saat Chanyeol tiba-tiba saja berdiri.

Dengan tangan terkepal.

"Yeol, lo mau kem—"

Ia tidak menggubris, dan harimau putih itu melompat, mendekat ke arah dua submisif yang tengah memuaskan satu sama lain dengan pikiran tertutup kabut nafsu.

Baekhyun membuka mata, mengenali aroma dominannya yang kuat—tapi entah kenapa sekarang jadi lebih kuat dari biasanya.

Dan ia mendelik kaget melihat betapa bengisnya mata Chanyeol menatapnya. Tidak. Menatap—Kyungsoo.

"Chan—"

"MENJAUH DARI SUBMISIFKU!"

Baekhyun dan Jongin mendelik ketika Chanyeol meraih leher lynx mungil itu, meremasnya hingga membiru, dan membantingnya pada batu besar di tepi kolam.

DUK!

"AHK!"

Kyungsoo memekik kesakitan. Dengan tarikan napas kaget dan rintihan tipis, mata bulatnya perlahan menutup.

Bersamaan dengan darah yang merembes dari kepalanya yang terhantam pada batu.

Dan tubuh Kyungsoo tidak bergerak lagi.

"CHANYEOL!"

Baekhyun menjerit. Jongin menerjang harimau putih itu.

"SOONYAH, SOONYAH!"

Baekhyun menghambur ke arah si lynx, memeluknya, mencoba membangunkannya.

"KAU—BAJINGAN!"

Tatapan Chanyeol yang menatap murka Jongin adalah tatapan bingung.

"J-Jongin..."

Apa... apa yang terjadi?

"AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

Jongin melayangkan cakaran dan pukulan bertubi-tubi, terus menerus meski Chanyeol melawan sebisanya.

Harimau putih itu melolong kesakitan, dan hati Baekhyun sedih mendengarnya. Tapi di sisi lain, sahabatnya kini berada dalam pelukannya, tidak bergerak. Dan tangannya telah basah oleh darah merah si lynx yang napasnya hampir tidak kedengaran.

"Hiks..." tangis Baekhyun, bingung dengan keadaan. "Hiks... S-Soonyaah... Soonyah... b-bangun..."

.

.

.

.

.

.

.

.

[tbc]

AN:

Alpha sama dominan bedanya apa? Alpha itu adalah dominan-dominan khusus yang punya kewenangan/kekuatan lebih banyak dari dominan-dominan biasa. Kalau di ff ini baru ada dua ekor, yaitu Yifan sama si Sehun/Willis. Kelahirannya acak, jadi alpha itu semacem anugerah gitu. Alpha ini yang nanti bakal mimpin sebuah komunitas/desa, dan diketahui alpha/enggaknya bisa dari waktu mereka kecil.

Terus, mungkin masih ada yang bingung si Baek kenapa posesif sama Xing? Itu karena Yixing dulu kan sempet rebutin dia, tuh. Persaingan antara dua dominan itu secara gak langsung udah ngeklaim sementara ke Baekhyun, dan klaim sementara itu belum ilang bahkan walau Baekhyun udah fix ofisyel jadi couplenya si Chanyeol. Itu yang bikin Baekhyun masih bisa cemburu kalau liat Xing sama orang laen. Cara ngilanginnya cuma ada dua; Yixing ngeklaim submisif lain, atau Baekhyun hamil. Dengan begitu, klaim sementara bakal putus.

Chap kemarin Baekhyun diapain sama Willis? Kaga diapa-apain, cuma dibikin mabuk pake bau alphanya sampe semaput, tapi si Willis masukin pelacak lokasi ke bel di buntutnya.

Hybrid punya kuping manusia ga? Iya, jadi mereka punya empat kuping hehehe

Eh si Sehun = si Willis kok muehehe. Terus kemaren ada yang minta dinotis abis nanya renee orang mana, udah aing jawab di pm kok ;) tapi yang via app ya '-'

Reviewnya, boleh?