Matahari terik sekali. Bahkan halo sampai terbentuk di antara lingkar cahayanya. Manusia-manusia tidak ada yang ingin menyia-nyiakan cuaca yang begitu cerah—lebih memilih untuk keluar dengan bercelana pendek atau pakaian seminim mungkin, berkeringat sebanyak mungkin, mumpung musim dingin yang membekukan belum datang.

Sepasang mata emas yang mengintai dari balik bangku taman berkedip, kebingungan. Ekornya yang sewarna madu dengan corak hitam melambai dari kiri ke kanan tanpa henti.

Zhang Yixing tahu kota ini bukanlah habitatnya. Tapi dia tidak bisa menahan diri—Yixing terlanjut penasaran.

Ia terlalu tenggelam dalam mengamati tingkah laku manusia-manusia itu, sampai-sampai tidak sadar sebuah tangan mendekat dan menarik ekornya.

"—RAWR!"

Dan ia menggeram kesakitan, melompat ke belakang, menabrak bangku dan jatuh terjengkang.

Kuping jaguarnya bergerak emngikuti arah desas-desus orang-orang yang mulai ramai. Bulu-bulunya meremang ketika orang-orang mulai berteriak dan berlarian ke arahnya.

"Binatang buas—!"

Mereka menerjangnya, dan Yixing segera berlari dengan kecepatan maksimal yang ia miliki.

Sial!

Ia tidak berhenti bahkan ketika ramai-ramai itu sudah tidak terdengar lagi, bahkan ketika gedung-gedung tinggi berganti jadi pepohonan rindang yang daun-daunnya menjuntai sampai ke tanah. Yixing tidak melihat ke belakang, terlalu takut, hingga hal pertama yang ia ketahui adalah ia masuk terlalu jauh ke dalam hutan.

Lalu Yixing berhenti, meletakkan tangannya pada lututnya dan mengatur napasnya yang terengah. Ia melihat ke samping, dan menghembus lega begitu tahu mereka sudah jauh.

Lalu ia melihat sekeliling.

Gawat...

Sepertinya Yixing tersesat.

Pasangan suami istri yang dulu memeliharanya selalu menguncinya di dalam rumah, tidak memperbolehkannya keluar selangkahpun karena takut pihak berwenang akan menciduk mereka memelihara hybrid terlarang—terutama dari gen kucing besar yang sangat langka. Tapi karena gen jaguar yang ia miliki—Yixing selalu benci dikurung. Impiannya adalah berlarian bebas dan memanjat pohon-pohon besar, melompat di antara batu-batu pegunungan dan berburu hewan-hewan liar yang akan mengenyangkan perutnya—bukan malah makanan kucing angora, sialan.

Jadi pagi-pagi buta, saat suami istri itu belum bangun dan Yixing berhasil mencuri kunci kecil gembok pintu rumah mereka, ia melesat keluar dengan pakaian seadanya, tanpa arah hingga akhirnya terdampar di taman kota. Ia sedang asyik melihat bagaimana manusia-manusia itu menghabiskan harinya, tidak menyangka ia hampir tertangkap oleh mereka.

Suami istri itu mungkin sangat khawatir sekarang. Eh, tapi siapa yang peduli.

Yang penting Yixing sudah bebas!

Hybrid jaguar itu kemudian melangkah masuk, melihat-lihat isi hutan. Ia tidak tahu ke mana kakinya membawanya, tapi yang pasti, ia tidak mau keluar dan ditangkap manusia-manusia itu.

Semakin jauh, Yixing akhirnya sampai pada sebuah tanah lapang. Daerah ini terang, tidak seperti sebelumnya yang gelap dan menyeramkan. Yixing berkedip beberapa kali, menyesuaikan penglihatannya dengan sorok sinar matahari yang tiba-tiba jatuh menimpa, dan begitu ia akhirnya bisa melihat lagi dengan pupil yang lebih mengecil—ia menganga.

Di depannya adalah sejumlah gubuk, hybrid-hybrid kecil yang berlarian, dan hybrid-hybrid dewasa yang masing-masing melakukan pekerjaan mereka.

Ada banyak!

Banyak hybrid sepertinya!

Yixing masih terperangah, kaget dengan fakta bahwa bukan ia satu-satunya hybrid yang bernapas di kota ini ketika ia merasa sesuatu menarik kausnya. Yixing menunduk, dan seekor hybrid singa kecil membuat matanya berubah jadi bulan sabit.

"Ibuu! Ada kucing besar!"

Anak singa perempuan itu meraung lucu, sebelum kemudian berlari kecil-kecil menuju seekor hybrid dewasa. Seekor cheetah, yang manik madunya lalu menatapnya tajam.

Yixing menelan ludah, gugup dilihat demikian.

Hybrid itu mendekat, melihatnya dari atas ke bawah. Perawakannya kecil, rambut kecokelatan dan mata besar yang berbinar. Anak singa tadi berada dalam gendongannya, dan saat Yixing emnyangka ia akan diusir dari sana—cheetah itu justru tersenyum.

"Jangan takut," senyum pemuda itu. "Siapa namamu?"

"Yixing... Zhang Yixing..." jaguar itu menjawab, pelan seraya menggaruk tengkuknya gugup.

"Yixing?" Menimang namanya sebentar, pemuda itu lalu terkekeh. "Senang bertemu denganmu. Namaku Junmyeon," lalu menunjuk pada si bocah. "Ini Jisoo, putriku."

"Jisoo," Yixing tersenyum juga, menepuk pipi si bocah perempuan dengan ibu jarinya.

"Tinggallah," kata Junmyeon tiba-tiba, membuat Yixing mendongak. "Sudah lama kami tidak kedatangan seekor jaguar. Tinggallah di desa kami."

.:xxx:.

Sosok pria jangkung dengan ekor dan telinga berbulu putih itu merayap di antara dedaunan. Harimau putih itu—Park Chanyeol, sudah lama mengincar makhluk kecil yang tengah berguling-guling malas di depannya; mungkin sudah enam bulan, dan tanpa hasil yang nyata.

Kucing ras yang cantik bulunya itu adalah Byun Baekhyun, pendatang paling baru di desa kecil mereka. Bekas peliharaan seorang tuan yang kaya raya, yang kemudian bangkrut dan menghibahkan peliharaannya pada keponakannya yang sayangnya tidak sebaik pamannya. Baekhyun kabur dari rumahnya sebelum ia sempat dijual atau disiksa, dan berujung menemukan desa ini dan akhirnya tinggal, dengan terpaksa melepas semua fasilitas mewah dan kemegahan yang semula ia miliki di telapak tangannya. Sesederhana itu.

Dan detik pertama Chanyeol melihatnya berkeliaran di desa, ia langsung jatuh cinta—atau lebih tepatnya, penisnya langsung melawan gravitasi.

Tidak, tidak, hanya bercanda. Chanyeol suka, kok.

Bulunya belang tiga warna, dan kini ia hanya bermalas-malasan dengan sebuah kemeja kebesaran dan celana pendek yang dari modelnya harusnya dikenakan perempuan. Sayangnya itu justru menambah kencang aliran hormon Chanyeol yang bisa melihat paha montok dan bokong sintalnya.

Ouh, lihat belahan persik matang itu.

Dan celah lubang pantatnya yang tercetak pada celana ketatnya.

Pintu surga.

Mh, liur Chanyeol jadi tergenang.

"Padahal sekarang sudah lewat musim kawin, dasar cabul."

Hinaan dari Jongin, si macan kumbang sahabatnya, terus saja bertalu-talu pada pikiran. Chanyeol menggelengkan kepala, menghilangkan muka hitam Jongin yang menyebalkan dari pikirannya.

Lalu menggantinya dengan muka nafsu Baekhyun yang mendesah di bawahnya, memintanya agar terus menusuk makin dalam dan menghantam titik man—CHANYEOL, SADAR!

Cling. Cling.

Ia mengamati dengan teliti bagaimana lonceng kecil yang terikat dengan pita merah pada ujung ekor Baekhyun bergemerincing merdu seiring dengan lambaian malasnya dari kanan ke kiri. Mata Chanyeol mengikuti, seperti terhipnotis.

"Nyah..."

Baekhyun sedang santai. Sedang lengah.

Padahal Baekhyun tidak ada spesial-spesialnya. Ia tidak pintar-pintar amat dalam memasak seperti Kyungsoo. Tidak pintar mengurus bayi-bayi hybrid seperti Junmyeon. Tidak pintar berburu seperti Yifan, ataupun memanjat pohon dan bergelantungan ala monyet seperti Jongin (eh). Dia juga larinya tidak cepat. Jadi kenapa spesies langka seperti Chanyeol mau-mau saja mengejar sampai jatuh bangun seekor kucing rumahan muda seperti Baekhyun?

Jawabannya simpel, karena Baekhyun menawan dan punya bokong empuk yang sepertinya enak digigit dan ditusuk-tus—CHANYEOL, SERIUS.

Ahem.

Jadi, jawabannya adalah karena Baekhyun adalah satu-satunya yang bisa luput dari serangan Chanyeol. Baekhyun itu punya kemampuan unik—dia bisa mengalihkan perhatian Chanyeol, cukup lama untuk memberinya waktu kabur dari terkaman si harimau yang tubuhnya dua kali lipat darinya.

(Ya, Baekhyun itu pendek. Tapi marah kalau disinggung soal tinggi badannya. Tapi kan itu normal—dia cuma kucing rumahan)

Sudah enam bulan harimau putih ini belum kawin. Sudah dua kali musim kawin dan penisnya masih merana. Kenapa? Karena Baekhyun sehebat itu—bisa menyingkir dari kungkungan gagah si harimau perkasa selama setengah tahun.

Baekhyun bisa membuat Chanyeol frustasi selama setengah tahun.

Tapi setelah ini tidak lagi. Chanyeol sudah berjanji dalam hati, sambil mempelajari gerakan-gerakan menipu Baekhyun dan semua taktiknya. Chanyeol sudah terbiasa dengan semua tipu daya Baekhyun sekarang.

Harimau putih itu sudah yakin kalau dirinya tidak terkalahkan.

Tiarap di atas tanah, Chanyeol berancang-ancang hendak menyerang. Posturnya tenang, tapi di balik semua itu seisi desa tahu akan kehebatan taringnya dan kebuasan cakar-cakarnya. Chanyeol adalah ujung tombak desa mereka, bersama dengan Yifan dan Jongin.

Jadi, dengan geraman pelan, Chanyeol melompat dari balik batang kayu besar yang menyembunyikannya, melompat menerjang Baekhyun yang sedang asyik tidur-tiduran, bermandi sinar matahari.

Baekhyun, sudah lama menyadari adanya bahaya yang mendekat, hanya berguling ke samping dengan kalem, tersenyum mengejek pada harimau putih yang mendarat dengan muka duluan pada tanah berumput di sampingnya. Chanyeol bangkit, mukanya kotor dan rambutnya juga penuh rumput.

Chanyeol menggeram. Ia bangkit, matanya tidak lepas dari kucing tiga warna di depannya, bahkan walau Baekhyun sudah lari terbirit-birit.

Keduanya tahu, acara kejar-kejaran antar kucing rumahan dan harimau putih ini baru saja dimulai.

Setiap hari selalu seperti itu.

"Kembali ke sini, kucing kecil!" raung harimau itu ganas. "Hari ini akan kupastikan bokong bulatmu jadi milikku!"

Baekhyun mendengus, menoleh ke belakang untuk melihat Chanyeol mulai mengejar. Hari ini rupanya si raksasa itu makin cepat saja larinya.

Tapi sayangnya, Baekhyun tidak melihat akar pohon yang mencuat keluar dari tanah di depannya.

"Ungnyaa!"

Tak sampai tiga detik kemudian, dengan suara debuman, Baekhyun tersandung dan jatuh.

Kucing itu panik. Dengan bergegas berusaha mencakar tanah, menarik rumput-rumput di sekitarnya untuk membantunya berdiri. Lututnya sakit karena bergesekan dengan batu-batu di bawahnya, tapi Baekhyun terlalu panik untuk peduli.

Hanya saja, baru Baekhyun bisa berdiri lagi, sesuatu yang berat telah menimpanya dari belakang, dengan paksa menjatuhkannya tengkurap di atas tanah lagi.

Dari baunya yang tajam, ini pasti Chanyeol—si harimau dominan.

Chanyeol menggeram puas, menancapkan taring-taringnya pada lekukan leher Baekhyun.

"Nyaaah!"

Kucing kecil itu menggeliat, tapi Chanyeol sudah menahan tangannya di atas kepala Baekhyun.

"Aku sudah bilang, kan?" harimau putih itu mendengkur sayu, ucapannya agak terhambat oleh daging kenyal di mulutnya, meniban tubuhnya pada si kucing rumahan yang menggeliat tak nyaman, berusaha lepas. Baekhyun mendesis, berusaha menakut-nakuti, memberi Chanyeol perintah untuk minggir. Tapi dominannya di sini adalah Chanyeol—jadi ia mengabaikannya, justru tangan besarnya merayap ke bawah untuk menarik lepas celana ketat yang Baekhyun kenakan.

Awas awas awas bahayaa!

Baekhyun mendelik, mati-matian berusaha lepas. "B-berhenti, Chanye—ahh!" ia memekik dengan suaranya yang melengking. Baekhyun adalah kucing kecil yang sudah sangat terbiasa dimanja. Ia tidak bisa diam saja dan menyerah pasrah di bawah seorang dominan secepat ini.

Baekhyun belum siap menjadi submisif seorang dominan.

"Tolooong, nyaah!"

.:xxx:.

Telinga sensitif Yixing bergerak mendengar teriakan itu. Seseorang meminta tolong.

Matanya menyipit, dan alisnya mengernyit. Yixing tidak suka kedengarannya. Ia menjauh dari Junmyeon dan berlari ke arah yang menjadi instingnya. Langkahnya yang panjang-panjang membawanya begitu cepat masuk ke dalam hutan, dan gen jaguarnya yang murni memberinya kegesitan lebih dari hybrid pada umumnya—terutama untuk hybrid yang dibesarkan manusia.

"Cih, jangan berteriak begitu, Sayangku," Chanyeol merayu. Jantungnya bertalu-talu, hidungnya panas karena wangi submisif Baekhyun menguar dari seluruh kelenjar aromanya. Dia tidak salah. Baekhyun terangsang, dan mana mungkin Chanyeol tidak.

Tapi sebelum ia bisa menarik lepas celana Baekhyun dan melihat dari jarak dekat pantat bening yang selalu jadi hantu dalam mimpinya, sebuah dorongan keras membuatnya terjungkir dan berguling ke arah samping, bergulat. Dua kucing besar itu saling bergumul sebelum kemudian melepaskan diri dan melompat mundur, menjaga jarak, seperti apa yang dua kucing jantan lakukan saat berkelahi.

Keduanya sama-sama memamerkan taring, sama-sama mengeluarkan cakar sementara mereka menggeram satu sama lain.

"Siapa kau?!" raung Chanyeol marah, matanya melotot liar melihat sosok yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Seekor jaguar.

"Zhang Yixing!" teriak si jaguar. "Lepaskan kucing itu dan jangan ganggu dia lagi!"

.

.

.

[tbc]

AN:

Halo. Datang lagi perusuh satu ini Barengan sama apdet Kosmos lagi hari ini ya.

NND ini bukan ff panjang cem LH (ah jadi baper kan gue). Mirip-mirip kosmos, lah, 2k an paling banyak. Tapi semoga aja durasi apdetnya yang lebih pendek, ga setaun kaya ff gue yang laen (crell plis).

Pokoknya Crell gamau sampe ada yang bash gegara ada Xingbaek di sini, ya =) sampe ada crell tutup lapak nih (eh)

Apdet berikutnya nunggu kelar puasa dan hari raya ya, soalnya ada smut /w\ takut dosa ntar kalo apdetnya pas ramadan /LAH TERUS INI APA

Reviewnya, boleh?