PROLOGUE

[ Chanyeol x Baekhyun x School-life x Romance-Comedy x SMA feels ]

.

"Kami cuma mantan!"

Dari awal, Baekhyun memang sudah cukup paham jika Jongdae itu autis. Bahasa lebih halusnya, kurang sesendok. Diperhalus lagi, goblok luar biasa. Terimakasih. Tetapi ini merupakan pertama kalinya Baekhyun rasa si jurig itu memang perlu sebuah terapi psikologi. Tiga kali sehari jika perlu.

Karena apa? Demi Tuhan, ini karena mereka berdua sedang berada di kantin dengan kapasitas tempat duduk yang lebih sedikit dari jumlah siswa. Keadaan amat sangat ramai, sesak, dan kemudian—

"OY, PARK CHANYEOL!"

Yeah, kau mendengarnya, kawan.

Si idiot itu dengan seenak pantat berteriak dengan mulut penuh nasi yang belum tertelan sempurna, mata lebar dan garpu yang mengacung tinggi. Riuh siswa-siswi yang sebelumnya terdengar kini mendadak hilang. Dan Baekhyun serius ketika bilang ia ingin menendang kemaluan Jongdae saat itu juga. Tidak bisakah ia hidup tenang sekali saja dengan si autis ini? Baekhyun merana. Dan tambah lagi saat ia menoleh ke belakang untuk mengecek situasi, matanya yang kecil sempat merekam sosok jangkung yang sedang meminum cocacola dengan santai.

Anyinq, Chanyeol disini.

Si pendek itu mengumpat ketika suara ketukan sneakers dengan lantai terdengar jelas di ruangan lebar yang sekarang malah lebih mirip ruang stop motion tersebut. Beberapa detik kemudian, sepatu itu berhenti.

"Iya?"

Baekhyun merinding. Telinganya dapat menangkap suara serak serak becek yang menurut hipotesa hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari kursinya. Bau parfum khas Chanyeol berupa daun mint bercampur apapun itu yang penting baunya segar sekali bisa dengan jelas terhirup oleh hidungnya sesaat setelah Baekhyun menarik napas panjang.

Si pendek itu menggigiti kukunya gemas sambil menatap tajam pada Jongdae yang masih sibuk menyeringai dari ujung ke ujung. Baekhyun menangis dalam hati, apa yang akan si idiot itu lakukan kali ini? Mulutnya yang kecil berkomat-kamit mengirimkan sinyal seperti 'awas lo kalo macem-macem' atau 'lo mati abis ini' —yang sayang seribu sayang tidak diindahkan oleh sang kawan.

Menghela napas, Baekhyun pasrah. Yang bisa ia lakukan sekarang ini hanyalah duduk dan berdoa agar setidaknya Jongdae sedikit waras kali ini.

Mencoba berpikir positif, mungkin Jongdae memanggil Park-fucking-Chanyeol itu untuk menanyakan tugas praktikum Kimia. Atau mungkin untuk membicarakan masalah projek klub yang hampir mencapai deadline. Iya 'kan? Ahaha, iya benar. Baekhyun tertawa kering.

Benar kalau seumpama mereka masih kelas dua dan Chanyeol sudah kelas tiga. Terlebih Chanyeol masuk klub basket sedangkan dirinya dan Jongdae masuk klub hockey. Ahahahah. Baekhyun masih tertawa.

"Ada salam dari Baekhyun."

Ahahah.

Ahah.

Ah.

"…"

.

Seseorang sedang memejamkan mata dengan wajah merah padam.

Fak.

Harusnya Baekhyun sadar, memang tidak ada keajaiban di dunia nyata. Papan presentase (yang menunjukkan bahwa sisi normal Jongdae adalah dua persen, sisanya autis) tidak mungkin berbohong. Harusnya Baekhyun percaya. Dan Baekhyun memutuskan untuk percaya, bahwa satu tendangan di betis Jongdae tidak akan membuat si idiot itu patah tulang.

Sekali lagi, Baekhyun harusnya percaya bahwa Jongdae memang pernah tinggal di Cina dan pernah juga belajar kungfu bersama Tao selama tiga tahun. Tentu saja hal itu menjamin si idiot itu untuk memiliki refleks yang sangat bagus. Dan Baekhyun akhirnya memutuskan untuk percaya jika menahan jeritan tidak manly ketika punggung kakinya yang malah menubruk kursi plastik (bukan betis Jongdae) itu merupakan hal yang bijak.

(Dan aku sejujurnya bertanya, berapa kali aku mengulang kata 'dan' plus 'percaya' diatas sana?)

Chanyeol tertawa renyah. Hal itu sukses membuat si manis itu memerah. Entah karena malu atau memang sedang menahan nyeri. Mau bagaimanapun, sekuat apapun Baekhyun, seganteng apapun Baekhyun —serius, itu masih kerasa nyut-nyutan mas, mbak.

Keadaan menjadi hening sejenak.

"Bilangin, salam balik dari mantan."

"…"

Oh yeah, penjelasan status, man.

Denyut di punggung kaki Baekhyun entah kenapa menghilang, tergantikan oleh perasaan yang bergejolak jauh di dasar hatinya.

Baekhyun muak. Baekhyun lelah. Baekhyun gumoh.

Dan dengan dasar seluruh perasaan itu, ia berbalik. Berniat meninggalkan kantin yang sampai sekarang masih senyap. Baekhyun terlalu eneg berada diposisi seperti ini. Terlalu eneg sampai-sampai ia lupa jika Chanyeol berada tepat dibelakangnya. Satu pelajaran yang ia lupakan dari guru spiritualnya adalah, bahwa ketika kita bertindak gegabah maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan Baekhyun sebenarnya lupa kapan guru spiritualnya berkata demikian.

Gaplek.

Tubuh kecil berbenturan dengan tubuh besar, tentu yang kecil berakhir tragis. Dalam hal ini, terjungkal. Bahasa jawanya sih, ketatap bar kuwi nggledak. Baekhyun meringis merasakan bokongnya yang menubruk lantai dengan keras.

Sakitnya sih tidak seberapa, tapi malunya itu, lho. Anj—

Astaghfirullah, puasa.

Ditambah lagi, fakta bahwa Chanyeol masih berdiri kokoh dihadapannya membuat ia semakin semrawut. Karena hal ini secara tidak langsung melempar kenyataan tidak terbantahkan bahwa memang Chanyeol punya kekuatan yang jauh lebih besar daripadanya. Harga diri Baekhyun sebagai lelaki 'kan jadi tersakiti!

Dan ngomong-ngomong, posisi mereka seperti majikan dan pembantu. Chanyeol majikannya, dan Baekhyun istrinya. Eh salah, maksudnya, pembantunya.

Chanyeol menghela napas panjang. Si jangkung itu kemudian berlutut hingga posisi keduanya sejajar. Baekhyun sendiri tidak terlalu peduli dengan wajah Chanyeol yang terlihat tampan walau sedang menahan tawa itu sekarang hanya berjarak lima belas senti dari wajahnya sendiri.

Ini semua karena suara si autis Jongdae yang cekikikan itu benar-benar mengalihkan perhatiannya.

Emosi Baekhyun sudah sampai ke ubun-ubun. Tanpa pikir panjang, ia bergerak maju. Yeah, diulangi sekali lagi. Bergerak maju. Tanpa berpikir.

Dan ngomong-ngomong, Chanyeol masih berada diposisi awal —beberapa inci dari wajah Baekhyun. Si pendek itu bangkit dan bergerak ke depan. Dan dan selanjutnya—

.

Nempel, ehehe.

.

Oh tenanglah, hanya penempelan jidat dengan bibir. Atau bisa dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas. Bahasa kerennya, kecupan.

Begitu lah, kecupan yang berlangsung mesra sekali sampai-sampai Baekhyun merasa tulang dahinya berdenyut nyeri sehabis bertabrakan dengan gigi besar Chanyeol.

Seluruh penonton (re: pengunjung kantin) refleks bebarengan menahan napas sehingga terdengar suara 'hiik' yang harmoni. Ini semua berkat posisi mereka itu intim, dalam artian seperti orang yang hampir berciuman jika dilihat dari kejauhan. Sadar telah menjadi center interesting, Baekhyun malu semalu-malu-malu-malunya. Apalagi dengan jidatnya yang masih setia ditempeli bibir tebal si brengsek itu. Ini sih namanya rugi besar!

Sebenarnya, Baekhyun masih bisa sabar. Ia bisa saja tinggal meninggalkan ruangan ini dan kemudian bolos sampai jam pelajaran berakhir. Si pendek itu sebenarnya masih bisa mentolerir keidiotan Jongdae yang absolut karena bagaimanapun—

"CIYEE BALIKAN!"

Anj—

Maaf, Baekhyun tidak jadi bicara.

Suara riuh tiba-tiba menyeruak. Para siswa yang awalnya terdiam seperti manekin tiba-tiba bertransformasi menjadi penonton konser yang sibuk meneriakkan kata 'ciye', 'ihiy', 'ahay' dan lain sebagainya. Permisi, tapi perlu diinformasikan, bahwa suara Jongdae yang paling keras di antara yang lainnya.

Baekhyun gumoh sekali lagi.

Dengan sekuat tenaga ia merangsek berdiri. Tidak lupa sedikit meneleng tubuh tinggi Chanyeol karena ruangnya begitu sempit untuk bergerak. Dan yang ternyata cukup untuk membuat si jangkung itu terdorong ke belakang, membuat Chanyeol yang keren tidak tertahankan kejengkang dengan ganteng.

Dengan kepala yang hampir menyerupai ketel mendidih, Baekhyun menghampiri Jongdae yang masih sibuk tertawa. Pemuda itu berdecih. Ia mengambil ancang-ancang sebelum kemudian berteriak dengan keras.

"Dengarkan baik-baik ya, KAMI CUMA MANTAN!"

.

Iya, mantan kebelet balikan, ehehe.

End of Prologue

.

Javanesse Dictionary

1. Gaplek : arti sebenarnya adalah makanan berupa singkong yang dikeringkan. Tapi dalam slang word berarti sama dengan 'anjir'

2. Ketatap bar kuwi nggeblak : terantuk kemudian jatuh ke belakang denga pantat yang mendarat terlebih dahulu.

.

Behind the Bar:

Hasil eksresi dari mood nulis yang gede tapi karena ngalamin writers block di The Unspectacular Quiet jadi malah bikin beginian. Lagipula saya lagi addicted sama ke-unyuan Baekhyun yang hqq:')

Btw serius lah si unspectacular itu padahal ending-nya udah jadi tapi pas ngerjain scene per scene ada beberapa hal ples pemilihan diksi saya yang menurut saya masih ngalor ngidul dan itu bikin badmood TT

Anyway yaudahlah, gapenting ya kan ya kan.

Anyway (2) PROLOG MACEM APA PANJANGNYA MACEM KERETA BEGINI HAH?!