Telepon berdering, dan Sehun tidak perlu melihat untuk tahu siapa gerangan orang yang berani menganggunya saat ia bekerja, lagipula nada deringnya berbeda.
Sehun mengangkatnya.
"Sehun" kata Sehun dengan nada datarnya seperti biasa.
"Kamu sialan Sehun, apa apaan ini! " teriak Luhan diseberang sana, yang menurut informasi dari orang-nya, pemuda pendek dengan mata cokelat kacang itu sedang berada di sebuah rumah makan keluarga yang menjual kari favoritnya.
"Ada apa Luhan? " Sehun bertanya dengan tenang.
Sehun bisa melihat anak laki laki itu sedang melototi teleponnya dengan mata leser berbahayanya. Ah, dia terkadang bisa menjadi sangat menggemaskan dan membuat sehun hilang kendali.
"Berhenti bertanya sehun! Kamu tahu apa yang membuatku marah! Jelaskan mengapa mahluk yang bernama Jongin, Lay, dan Xiumin mengikutiku seperti anak ayam!" Luhan mengatakan dengan tidak sabar.
Sehun menyeringai.
"Mereka pengawalmu yang baru Luhan, bagaimana, kau tidak berhasil kabur hari ini? "
"Kamu bajingan gila! Aku akan menendang pantatmu ketika kamu pulang! Ambil lagi orang orangmu ini sehun! Aku tidak butuh pengawal !" teriak Luhan, lagi Sehun menjauhkan telepon dari telinganya, meminimalkan kemungkinan kerusakan pada telinganya.
"Kamu perlu Luhan" Seseorang mengetuk pintu ruangannya dua kali dan disana Sehun melihat Suho masuk membawa tumpukan berkas baru.
Sehun memberi isyarat dan Suho menangkapnya. Pegawai cekatan itu diam ditempat menunggu tuannya selesai.
"Ap— kamu gila! Otakmu pasti terselip diantara celana dalammu. Aku bukan anak kecil dan aku bisa mengurus diriku sendiri! Tidak perlu pelayan, Sopir apalagi bodyguard. Kamu kira aku satwa langka?!" Luhan menjawab dengan sarkastik, dan diseberang sana Sehun tergelak dengan kata-katanya.
"Mereka membantumu Luhan"
"Mereka membuat keributan! "
"Seperti? " tanya Sehun menaikan alisnya, dia mendengar suara helaan nafas disana.
"Seperti mereka membuatku ketempat kerja dengan mobil sport sialanmu itu! Bajingan, kamu bercanda mana ada barista miskin yang naik lamborgini ketempat kerjanya! " jerit Luhan tak sabar.
"Oh, jadi kau lebih suka naik limusin? " tanya Sehun main-main.
"Apa— tentu saja tidak! Bajingan kaya, aku lebih suka merangkak daripada naik benda sialan itu lagi! " protes Luhan.
Sehun tertawa kecil, menikmati acara menggoda kekasih manisnya. Luhan disana mungkin akan sangat kesal padanya.
"Dan berhenti membuat tiga orang pegawai bodohmu ini memanggilku tuan! Aku gila! Aku bahkan tidak mampu memberi makan diriku sendiri diakhir Bulan bagaimana bisa aku mencari alasan untuk bisa mempekerjakan tiga orang sekaligus?!"
"Luhan, kau tidak harus kelaparan diakhir bulan—"
"Dan meletakan pantatku di apartemenmu dan bermain peran sebagai istri yang baik? Tidak terimakasih, aku sudah pernah tidur disauna dan disana terdengar jauh lebih aman dari apartemenmu, setidaknya aku masih memakai bajuku disana" sindir Luhan.
Sehun tersenyum miring "kau bisa tinggal dipenthouse, hotel, villa atau mansionku jika kau tidak suka diapartemen Luhan" jawab sehun mudah.
Luhan mengerang setengah mati sebal "bukan itu maksudku! Bajingan kaya, sebenarnya rumahmu ada berapa sih? 100?" balas Luhan asal.
Sehun berpikir sebentar kemudian menyeringai "sedikit lebih banyak dari itu—"
"Hentikan! Aku tidak mau mendengar beberapa omong kosong tentang kekayaanmu Sehun! Ambil kembali pegawaimu atau aku tidak akan pulang! Kau tidak akan bisa menyeretku Sehun!"
"Keras kepala, mereka akan terus mengawalmu suka ataupun tidak suka dan jangan berpikir untuk kabur Luhan. Angkat pantatmu dari kedai kari tersebut dan pulang kerumah"
"Brengsek, salah satu dari tiga cunguk itu pasti melapor"
"Berhenti mengeluh, bersyukur aku tidak meletakan chip kecil atau alat penyadap Luhan. Cepat pulang ke apartemen dan masaklah sesuatu. Dua jam lagi aku akan pulang" Sehun menarik nasinya dan melepaskannya. Ah, ini lebih baik.
"Oke! Oke! Baiklah jangan pasang alat aneh apapun ditubuhku sehun aku serius akan menendangmu jika kamu melakukannya!" Luhan berkata sinis.
Sehun menyeringai menang "Nah, anak baik"
"Aku akan pulang dengan jalan kaki, buang saja lamborginimu itu ke tong sampah! Jangan memaksaku dan jangan pulang! " tepat setelah teriakan yang memekikan telinga tersebut Luhan menutup teleponnya secara sepihak.
Sehun tersenyum kecil dan meletakkan teleponnya.
Suho maju kedepan dan meletakan berkas yang tadi ingin ia berikan kepada atasannya diatas meja.
Sehun mendesah melihatnya, Luhan pasti akan meneriakinya lagi diapartemen ketika ia pulang terlambat.
.
.
.
Halo! Aku balik dengan ff baru *pelukin* rencananya aku mau bikin ini sebagai sampingan aja, jangan berharap ada konflik berat disini oke krna ini bakal jadi full fluffy xD dengan konflik ringan seringan bulu bebek(?).
Jangan ragu untuk meninggalkan review, kritik atau saran minna-san ^^
Aku lagi tergila-gila sma mafia!AU dan ya ini salah satu hasilnya. Sampai jumpa dinext chapter! *peluk*