.
Secret Admirer
.
oOo
.
Seoksoo
.
oOo
.
Genderswitch
.
oOo
.
Happy Reading
Seokmin terus menatap foto keluarga kecilnya di ponsel miliknya. Ia terus tersenyum melihat wajah putrinya yang sangat mirip dengan Jisoo istrinya. Jemari panjangnya terus menggeser tampilan layar, ia cukup menikmati berbagai foto yang tersimpan dalam galeri ponselnya untuk melepas rindu pada istri dan anaknya disela pekerjaannya.
Pria tampan itu melirik kalender di mejanya dan terus menyunggingkan senyum tampannya kembali teringat dengan kejadian 4 tahun lalu dimana ia melamar Jisoo bertepatan di hari ulang tahun wanita tercintanya itu.
"Seok, kamu sibuk?" Mingyu datang ke ruangan Seokmin dan membuat Seokmin berhenti melamunkan istrinya.
"Tidak Gyu, ada apa?"
Mingyu si pemimpin dimana Seokmin bekerja sebagai wakilnya langsung masuk dan memberikan berkas. "Aku tahu ini bukan tugasmu, tapi Jung Ah noona ada urusan dan orang kepercayaan aku selain dia ya kamu."
Seokmin membuka berkas yang dibawa Mingyu. "Hehe siap, itu tidak masalah. Besok aku urus ke Bank." Ucap Seokmin senang. Mingyu langsung menggeser kursi di depan meja Seokmin.
"Oh iya, aku mau mengundang kamu sekeluarga untuk makan malam di restoran ayah mertua."
"Ada acara apa?"
"Hanya kumpul saja, ayah mertua akan buka cabang lagi. Tapi tidak dalam waktu dekat ini, nanti aku beritahu."
"Sombongnya yang punya ayah mertua, chef sukses." Ledek Mingyu dan Seokmin hanya mengangguk serta tersenyum malu.
"Aku tak menyangka Gyu, rasanya masih seperti mimpi. Aku bisa menikahinya, padahal dulu untuk mengajak bicara saja, aku sangat grogi."
"Tapi kamu gigih dalam melakukan pendekatan dengannya."
"Hahaha iya, namanya juga sudah cinta. Dan... ternyata dia sangat low profile dibalik penampilannya yang high class. Yang awalnya membuat aku minder." Seokmin menceritakan isi hatinya mengingat kejadian yang lalu.
"Kamu tidak akan pernah tahu kalau belum mencobanya. Dan yang terpenting karena kalian memang berjodoh." Mingyu membalas dengan ikut tersenyum.
"Ya, saat ini aku sangat bahagia apalagi ada Binnie. Rasanya sempurna..."
"Tidak ada rencana tambah momongan lagi?" Mingyu menaikkan alisnya dan menahan tawanya.
"Ya... kalau masalah itu, tentu saja aku mau kalau memang dipercaya untuk diberi keturunan lagi. Tapi aku tidak memaksa Jisoo juga."
"Kalau ia hamil lagi bagaimana?" Mingyu masih penasaran.
"Ya tentu saja aku senang! Aku ingin anak laki-laki! Pas sepasang seperti anakmu!" Seokmin berubah semangat dan keduanya tertawa senang.
"Ya, setidaknya ada penerus Sarjana Tehnik seperti kamu. Karena kalau aku lihat, Binnie cocok jadi model. Kasihan kalau ia kepanasan di proyek."
"Hahaha... lalu aku melihat Eunwoo juga cocok jadi model."
"Eih... anak itu masih suka berubah-ubah. Aku tidak memaksa kedua anakku akan jadi apa nantinya tapi aku suka melihat Minhyuk mulai fokus dalam menggambar dan hasil goresannya semakin bagus."
"Karena dia anakmu..."
Keduanya larut dalam obrolan tentang anak-anaknya. Saat senggang seperti ini mereka memang sering bertukar pikiran, tak ada bedanya dengan para ibu yang bergosip. Namun mereka hanya bercerita saat ada waktu senggang, beda dengan para ibu yang selalu menyempatkan diri untuk bercerita.
oOo
Seokmin melirik Jisoo yang rebahan di sampingnya, hari telah malam dan Jisoo juga sudah menina bobokan Binnie di kamarnya. Kini mereka bebas bisa tidur berdua lagi namun saat ini Jisoo masih sibuk dengan ponselnya.
"Apa sih yang kamu lihat?" Seokmin melirik ponsel istrinya yang sedang melihat berbagai macam barang.
"Hanya iseng saja, lihat disini harganya lebih murah sementara disini lebih mahal padahal barangnya sama." Jisoo membandingkan harga, memperlihatkannya pada Seokmin.
"Kamu mau beli?"
"Tidak, aku hanya iseng saja." Balas Jisoo dengan masih terus melihat berbagai macam barang. Seokmin terus memandang Jisoo yang masih asyik pada ponselnya.
"Sayang..."
"Hmm?"
"Tidak mau main kuda-kudaan?"
"Lihat, ini skuter lucu sekali! Apa perlu kita beli untuk Binnie? Ada yang Hello Kitty!" Jisoo bersemangat saat melihat mainan.
"Iya bagus."
Jisoo kembali bermain ponselnya dan bergeser membelakangi sang suami. Seokmin tak menyerah ikut menempel dan memeluk dari belakang. Kecupan-kecupan lembut Seokmin berikan di punggung sang istri yang memakai gaun tidur dengan model punggung terbuka.
Jisoo hanya tertawa geli dengan adanya sentuhan yang menggelitik di kulit halusnya. Wanita cantik itu tetap sibuk dengan ponselnya membiarkan sang suami berfantasi liar sendirian. Seokmin masih terus memberi kecupan dan sedikit meremas payudara sang istri.
Jisoo tetap diam, hanya bergerak menyampirkan helaian rambut panjangnya dan membiarkan lehernya terekspos. Libido Seokmin semakin memuncak, Jisoo sengaja menggodanya. Ia juga tidak menolak saat suaminya bergerak ke arah dadanya dan bermain disana dengan gemas.
"Sshhh sudah..." Jisoo meremas rambut sang suami agar berhenti.
"Kenapa?" Balas Seokmin dengan menahan tawanya.
"Ya sudah..."
"Apanya?"
"Ish! Lee Seokmin!" Jisoo menggeram kesal. Seokmin masih tertawa geli, Jisoo menghentikan tawa suaminya itu dengan ciuman lembut. Seokmin langsung membalasnya dan langsung mengunci tubuh Jisoo dalam kungkungannya.
Mendaratkan kecupan-kecupan lembut dari wajah lalu turun ke leher.
Meremas lembut payudara Jisoo untuk memberikan rangsangan, keduanya masih saling melumat bibir. Jisoo tertawa geli saat jemari Seokmin membelai kewanitaannya dan langsung gerak cepat melepas sesuatu disana.
Jisoo sangat menikmati setiap permainan yang membuatnya selalu merasa ketagihan. Dengan rambutnya yang berantakan, kini Jisoo duduk di pangkuan Seokmin, mereka saling memeluk saat permainan inti.
Jisoo terus meremas rambut sang suami saat ia merasa batang penis milik Seokmin tertancap sangat dalam. Seokmin hanya terkekeh geli disela Jisoo mengerang merasakan surga dunia.
"Kamu tidak akan pernah tahu kalau belum mencobanya." Seokmin kembali teringat dengan gurauan Mingyu saat di kantor tadi siang. Seokmin memang sengaja memancing sang istri disaat ia sibuk dengan ponselnya. Dan kini ia tahu jawabannya, Jisoo juga sedang menginginkannya, terlihat dari sikapnya yang agresif.
"Apa kali ini akan berhasil?" Jisoo menatap lurus wajah suami tampannya.
"Maksudnya..."
"Sepertinya Binnie butuh teman, ia merasa bosan bermain sendiri." Jisoo berpindah posisi menjadi rebahan dan Seokmin ikut berganti posisi juga.
"Apa dia meminta langsung padamu?"
"Tidak, aku hanya tahu dari Mama. Aaahh... hngggg..." Jisoo menggeram gemas disela kegiatan malamnya bersama sang suami. Keduanya masih terlibat percakapan tentang buah hatinya.
"Apa kamu tahu? Siapa oppa yang di maksud Binnie?"
"Oppa?"
"Iya, aaakkhh benar disitu aakhh astaga... oohh... hngggh... Iya oppa... kamu hnggg tahu hnggg..."
Seokmin tak bisa menjawab karena sibuk dengan kegiatan malamnya dan tak lama ia mengerang melepas cairannya di dalam rahim Jisoo.
Dengan nafas yang terputus-putus karena lelah, ia kembali mencium wajah sang istri.
"Oppa? Mungkin Kim Minhyuk yang di maksud, mereka belum lama bertemu bukan?"
"Ah... benar, dia pasti meniru Eunwoo saat memanggil kakaknya."
Seokmin tersenyum dan tangannya sibuk membersihkan sisa permainan mereka. Jisoo kembali memakai celana dalamnya setelah dilepas oleh Seokmin.
"Memangnya Binnie cerita apa tentang oppa itu?" Seokmin langsung tertarik, ia sudah memeluk tubuh Jisoo saat mereka akan melanjutkan istirahat.
"Dia ingin bertemu oppa... aku tidak tahu awalnya siapa oppa yang di maksud..."
"Oh... lalu?"
Seokmin menunggu jawaban dari Jisoo namun pria itu mengurungkan niat saat melirik Jisoo sudah jatuh tertidur setelah lelah olahraga malam. Seokmin hanya mengecup kening sang istri dan ikut tertidur pula.
Flashback :
Binnie main seorang diri dengan beberapa bonekanya, merasa bosan ia mencari sang nenek yang tengah sibuk di dapur sedang memasak.
"Glandma..."
Merasa terpanggil, ibunda dari Jisoo menoleh dan melihat cucunya menarik ujung rok yang ia kenakan.
"Kenapa?"
"Nnie bosan..."
"Binnie mau kue?"
Gadis mungil itu menggeleng.
"Buah?"
"No... glandma... Nnie mau telepon mommy..."
"Sebentar." Sang nenek mencari ponselnya dan langsung menekan tombol dial memanggil putrinya.
"Jisoo, apa kamu sibuk? Binnie ingin bicara."
"Tidak, iya mana Binnie?"
Sang nenek langsung memberikan ponselnya pada cucunya. Binnie menyambut gembira diberi kesempatan untuk berbicara dengan ibunya.
"Iya sayang..."
"Mommy ayo ke rumah oppa!"
"Oppa?" Jisoo bingung dengan ucapan putrinya, mencoba mengingat siapa oppa yang di maksud.
"Oppa siapa sayang?" Tanya Jisoo dengan sedikit tertawa.
"Oppa yang punya adik, itu mommy oppa... oppa..." Binnie mulai merengek karena Jisoo lama untuk menanggapi.
"Iya nanti kita kesana ya..."
Binnie memberikan ponsel pada neneknya dan masih terisak, ia langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Jisoo, kenapa? Oppa? Adik? Binnie minta adik?" Tanya sang ibu bingung.
"Entahlah mah..."
"Ya sudah, mama susul dulu ke kamar. Binnie menangis." Telepon langsung ditutup, sang nenek langsung ke kamar cucunya setelah mematikan kompor.
"Oh.. apa ini? Oppa siapa? Adik siapa?" Jisoo memijat pelipisnya masih merasa bingung dengan ucapan putrinya.
oOo
Seokmin tertawa geli setelah Jisoo bercerita di pagi hari saat akan sarapan, karena semalam ia ketiduran karena kelelahan.
"Mama kamu salah tanggap, Binnie ingin main bersama Minhyuk. Tapi tidak masalah kalau kita beri adik untuk Binnie." Ucap Seokmin saat menyesap kopinya.
Jisoo ikut mengulum senyum dengan pipinya yang merona mendengar ucapan dari Seokmin.
"Kamu tidak menunda kehamilan kan?"
"Aku sudah mengurangi pekerjaanku, aku juga ingin ada suara tangis bayi di rumah ini."
"Yes!" Seokmin berseru senang, Jisoo kembali tersipu malu. Baginya tak masalah ia hamil lagi, karena Jisoo dan Seokmin sama-sama anak tunggal, maka ia tidak ingin putrinya merasa kesepian. Punya saudara kandung pasti lebih menyenangkan.
Binnie terbangun karena sinar mentari yang masuk ke dalam celah jendela kamarnya. Dengan perlahan ia turun dari ranjang dan sedikit mendorong pintu kamar karena mendengar suara kedua orang tuanya dari ruang makan.
"Daddy..."
Seokmin langsung menoleh dan melihat putri kecilnya berjalan mendekat, ia langsung bangun dari duduknya dan menggendong.
"Pagi sayang..." ucap Jisoo ikut mendekat dan langsung mencium kening putrinya. Binnie masih sedikit menguap dan menyandar dengan nyaman dalam dekapan hangat ayahnya.
Seokmin melanjutkan sarapan dengan terus memangku putrinya. Binnie ikut sarapan dengan mengunyah roti bakar dan Jisoo menyiapkan susu hangat.
"Binnie mau ikut daddy?"
"Mau..."
Seokmin langsung tertawa dan Binnie ikut tertawa.
"Tolong beritahu mama, biar nanti aku yang antar Binnie setelah dari Bank. Aku ingin mengajak Binnie pergi sebentar."
"Baiklah..." ucap Jisoo menyetujui. Binnie sudah terbiasa ikut kedua orang tuanya menemani saat bekerja.
Sesuai perintah Mingyu, Seokmin pergi ke Bank untuk mengurus pekerjaan. Banyak mata memandang ke arah ayah muda 1 anak itu. Selama menunggu antrian, Binnie tetap tenang dipangku Seokmin.
"Lucu sekali, siapa namanya?" Sapa seorang nenek yang duduk dekat Seokmin.
"Nnie..." jawab Binnie ramah.
"Namanya Lee Yoo Bin tapi dipanggil Binnie." Seokmin ikut menjawab dan sang nenek tersenyum senang.
"Ibunya kemana?"
"Istri saya bekerja."
"Mommy kelja, daddy kelja, Nnie sama glandma..." Binnie memotong pembicaraan ayahnya dan membuat sang nenek tertawa senang.
Binnie tidak sedikitpun merepotkan ayahnya, mereka malah menjadi pusat perhatian. Hingga saat Seokmin mendapat giliran sesuai nomor antrian, ia mendekati seorang karyawan Bank disana.
"Selamat pagi, bisa dibantu..." sapa pegawai wanita itu ramah.
"Ini saya mau cairkan ini." Seokmin memberikan map kertas berisi surat pada pegawai wanita tersebut.
"Baik, mohon ditunggu."
Selama menunggu, Seokmin mengajak bercanda putrinya yang membuat pegawai tersebut sering melirik membuat ia sulit konsentrasi.
"Sudah masuk dananya, ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Oh, tidak. Terima kasih." Jawab Seokmin ramah dan segera bangun dari duduknya dengan menggendong putri kecilnya.
"Oh, apa anda sudah punya tabungan disini? Sedang ada promo untuk pembukaan rekening baru."
"Tidak, saya sudah ada rekening dari perusahaan." Tolak Seokmin halus.
"Hadiahnya menarik, undian jalan-jalan keluar negeri." Wanita itu masih berusaha menahan Seokmin.
"Benarkah? Oh kalau begitu nanti saya diskusikan dengan istri saya. Karena dia manager keuangan di rumah."
"Oh... istri... saya kira anda orang tua tunggal. Hehe maaf..." ucap wanita itu dengan nada kecewa.
"Wah bisa saja, anak saya mau 2 nona. Permisi..." Seokmin benar-benar pergi meninggalkan sedikit luka pada wanita tersebut. Binnie sedari tadi diam hanya menyandar dengan nyaman dalam gendongan sang ayah.
oOo
Jisoo sedang terdiam di ruang kerjanya, kepalanya tiba-tiba merasa pusing setelah putrinya menelepon dan kembali merengek masalah ingin bertemu 'oppa'.
Beberapa minggu lalu putri kecilnya sempat merengek lalu keesokannya lupa. Kini, ia teringat lagi dan hanya merengek pada Jisoo, tapi tidak merengek pada Seokmin.
Jisoo menjadi tidak tenang, ia langsung pamit pulang untuk menemani putrinya bertemu Minhyuk, putra dari Mingyu dan Wonwoo. Jisoo sangat menyayangi putrinya, maka ia langsung menuruti permintaan sang anak.
"Mommy..." Binnie berlari kencang saat melihat ibunya pulang di siang hari.
"Sudah mandi nak?" Jisoo mengecek ada aroma bedak bayi yang menempel. Sebelumnya Jisoo sudah berpesan pada ibunya untuk membawa Binnie pergi.
"Akhir-akhir ini ia uring-uringan." Ucap sang ibu pada Jisoo.
"Kenapa ya? Saat bersamaku dan Seokmin, ia biasa saja namun dia agak manja pada Seokmin belakangan ini." Jisoo ikut menambahkan dan sesekali melirik pada putrinya yang sedang bermain boneka.
"Ya sudah, turuti saja. Dia butuh teman sebayanya, komplek sini belum banyak anak kecil."
"Iya ma, ya sudah kita berangkat sekarang." Jisoo bersiap pergi lagi untuk ke rumah Mingyu, sebelumnya ia mengantar sang ibu pulang.
Di perjalanan, Binnie tampak senang dan terus tertawa, mengomentari apa yang ia lihat. Jisoo hanya melirik sembari tersenyum disela mengemudi.
"Binnie, bagaimana kalau kita beli kue. Hmm... kira-kira oppa suka kue apa ya?"
"Kue? Nie mau mommy, kue cokelat..."
"Oke, kita beli kue." Jisoo merendahkan telapak tangannya dan sang putri menyambut gembira dengan memberi hi-5 pada sang ibu.
Jisoo melihat seksama deretan cake yang dipajang, ia memutuskan membeli cake coklat untuk buah tangan. Selesai membeli cake, ia berhenti di depan apotek. Jisoo tampak ragu, sesekali ia melirik ke arah putrinya yang sedang makan permen lollipop dalam gendongannya.
Jisoo mengikuti hati nuraninya dengan melangkah masuk dan membeli sesuatu disana. Binnie hanya terdiam dengan menyender mencari kenyamanan dalam gendongan ibunya.
"Kita sudah sampai..." ucap Jisoo senang setelah memakirkan mobil di depan rumah Mingyu. Rumah bergaya Eropa itu terlihat sepi dan lingkungan sekitar juga masih sepi belum banyak anak-anak keluar bermain.
Jisoo menekan bell rumah dan tak lama sang pemilik membuka pintu.
"Hai Won!"
"Eonnie! Apa kabar? Hai, Binnie! Ayo masuk." Sapa Wonwoo senang dengan kedatangan Jisoo.
"Aku sekalian mampir, ini ada camilan. Sebagai ucapan terima kasih karena kamu sempat menjaga Binnie tempo hari."
"Ya ampun eonnie, aku tidak merasa repot. Terima kasih." Wonwoo menerima kantung berisi cake yang dibawa Jisoo.
Binnie, putri keluarga Lee yang masih hafal dengan keadaan rumah keluarga Kim langsung menuju ke ruang keluarga dimana Minhyuk dan Eunwoo berada.
Binnie melepas genggaman tangan dari ibunya dan sedikit berlari mendekati Eunwoo yang sibuk dengan mainannya.
"Eh ada Binnie, sini!" Eunwoo langsung menarik Binnie untuk bergabung. Jisoo hanya tersenyum melihat putrinya terlihat akrab.
"Kita mengobrol di halaman belakang saja. Biarkan anak-anak bermain." Ajak Wonwoo dan Jisoo langsung setuju. Asisten rumah Wonwoo langsung membuatkan minuman untuk kedua ibu muda itu.
"Tidak bekerja?"
"Aku masuk setengah hari, sebenarnya Binnie sudah minta dari kemarin untuk main."
Wonwoo mengulas senyum, langsung paham yang di maksud Jisoo.
"Pasti dia bosan. Datang saja kalau mau main."
"Kalau kamu enak Won, anak-anak kamu tidak merasa kesepian."
"Eonnie, tapi aku berjuangnya 2x saat itu." Pipi Wonwoo bersemu merah.
"Tidak tambah lagi Won?"
Wonwoo tertawa setelah menyesap teh panasnya. "Sepertinya itu pertanyaan untukmu Jisoo eonnie."
Jisoo menunduk malu mendapat bumerang pertanyaan.
"Hmm... maunya begitu, masih terus bedo'a Won..." balas Jisoo malu-malu.
"Do'a tanpa usaha tidak akan berhasil. Usahanya lancar kan?" Wonwoo tertawa meledek membuat Jisoo tertawa malu karenanya.
Keduanya larut dalam obrolan khas wanita, banyak yang dijadikan pembahasan. Tanpa terasa hari semakin sore, Jisoo hendak pamit khawatir Seokmin pulang dan rumah dalam keadaan kosong.
"Anak-anak sedang apa?" Jisoo mendekati ruang keluarga dan tersenyum melihat putrinya tenang sedang meniru goresan gambar milik Minhyuk.
"Mommy, lihat!"
Jisoo tersenyum dan mengusap lembut kepala putrinya. "Ayo pulang, sebentar lagi daddy pulang."
"No... mommy..."
"Kenapa? Binnie tidak mau bertemu daddy? Nanti daddy pulang kesepian di rumah."
Binnie menunduk merasa tidak rela harus pulang di saat ia masih senang bermain dengan Minhyuk dan Eunwoo.
"Sepertinya Binnie butuh teman di rumah, siap-siap harus diberi adik." Wonwoo meledek lagi dan membuat pipi Jisoo bersemu merah.
"Kita pulang dulu, besok main lagi." Jisoo kembali membujuk.
"Iya, Binnie boleh main. Oppa dan eonnie sedang libur sekolah jadi bisa main bersama besok." Wonwoo ikut membujuk.
Binnie hanya merengut masih merasa berat harus pulang hingga...
"Besok kita main lagi..." ucap Minhyuk dengan tersenyum.
"Iya...!" Balas Binnie dengan tertawa dan langsung mau diajak pulang. Jisoo dan Wonwoo saling melirik merasa heran dengan sikap Binnie yang langsung menurut.
Sepulang dari rumah Mingyu, Jisoo sibuk menyiapkan makan malam. Sementara putrinya main sendiri dengan menggambar seperti yang dilakukan saat berada di rumah Mingyu.
"Sedang apa sayang?" Seokmin yang baru pulang bekerja langsung duduk di samping putri kecilnya.
"Daddy!" Binnie langsung memeluk sang ayah, dan Seokmin langsung memberikan kecupan sayangnya di kening putrinya.
Melihat suami dan anaknya sangat akur, Jisoo tenang melanjutkan pekerjaannya. Seokmin tak bosan bertanya apa yang dilalukan putrinya selama seharian.
Binnie pun senang bercerita tentang segala hal yang membuat ia senang.
"Binnie main dengan oppa?"
"Iya..."
"Besok mau main lagi?"
Binnie mengangguk cepat mengiyakan tanpa berpikir lagi, Seokmin langsung tertawa melihat putrinya yang mulai centil.
Setelah menidurkan putrinya, Jisoo kembali ke kamar. Seokmin yang belum tidur sedang mengecek ponselnya masih sedikit mengurus pekerjaan.
"Sayang..."
"Hmmm..." balas Seokmin tanpa berpaling saat Jisoo memanggil. Wanita cantik itu sudah duduk dekat suaminya.
"Ada yang mau tunjukkan."
"Apa?" Seokmin menatap sang istri, Jisoo mengulas senyum bisa menarik perhatian suami tercintanya.
"Ini." Jisoo memberikan testpack, Seokmin langsung melempar begitu saja ponselnya demi melihat hasil dari benda putih panjang itu.
Garis dua
"Whoah! Kamu?!"
Jisoo tersenyum senang, Seokmin langsung memeluknya dengan erat dan terus mengucap rasa syukurnya.
"Jadi, tahun ini kita bisa mendengar suara tangis bayi lagi?" Seokmin memeluk Jisoo dari belakang dengan tangannya mengusap lembut perut Jisoo.
"Hmm, tahun ini." Jisoo menoleh dan mereka saling menatap.
Chup
Jisoo mendaratkan ciuman lembutnya. "Happy Birthday daddy, semoga kamu selalu jadi suami dan ayah yang terbaik."
"Astaga... aku hampir melupakan ulang tahun sendiri. Terima kasih ya, kamu sudah menemani aku dan memberi hadiah terindah malam ini." Seokmin mencium lembut kedua punggung tangan Jisoo secara bergantian.
"Besok kita periksa lagi?"
Jisoo tersenyum lembut dengan ajakan Seokmin, ia langsung mengangguk. Walau ini adalah kehamilan kedua tapi Jisoo harus tetap berhati-hati dalam menjaga kandungannya.
Seokmin dan Jisoo merasa sangat bahagia, Seokmin langsung memanjakan sang istri. Berulang kali ia tidak bosan mencium perut istrinya, Jisoo tentu senang dengan berita kehamilannya menjadi hadiah terindah saat suaminya ulang tahun.
Alarm berbunyi membuat Jisoo dan Seokmin langsung menoleh, terdengar suara tangis berasal dari kamar Binnie. Mereka berdua kompak menuju kamar putri kecilnya, tangis semakin pecah saat putri keluarga Lee itu melihat kedua orang tuanya.
"Kenapa sayang?" tanya Jisoo lembut, padahal belum lama ia mengantar putrinya tidur.
Hanya suara tangisan yang keluar dari putri kecil itu, membuat Jisoo bingung harus apa. Saat Seokmin mengambil alih menggendongnya, tangisan pun tak kunjung reda.
"Mimpi burukkah?" tanya Seokmin bingung. Kedua pasangan orang tua muda itu masih merasa bingung apa yang terjadi pada putrinya.
Binnie masih terus menangis, Seokmin memeriksa kening putrinya tak ada tanda-tanda sakit. "Kenapa dia jadi manja begini?"
"Oh manja?" Jisoo menyadari suatu hal yang pernah ia bahas bersama ibunya. Ia langsung kembali ke kamar dan mengambil ponselnya.
"Jisoo sayang... firasat mama benar, Binnie sudah merasa kalau ia akan punya adik. Ia takut perhatian kalian akan terpecah kalau ada anggota baru lagi. Hal yang wajar, ia tidak apa-apa. Selamat ya sayang, kamu hamil lagi." Telepon terputus, Jisoo hanya diam dan menoleh saat putrinya mulai tenang setelah Seokmin mengalunkan lagu.
Jisoo mengerti alasan dibaliknya sikap putrinya selama ini.
.
.
.
TBC
#HAPPY_DK_VERNON_DAY
Note :
Annyeong, sepertinya aku kembali untuk membawa konflik lagi, dan bahkan aku belum tau kelanjutannya (What!) bikos ini sudah terlanjur dan memang ada karakter baru di keluarga Lee ini. Biar adil ga ngiri si Seokmin punya debay lagi hehehe...
Thank's yang sudah review chap lalu :
marinierlianasafitri / wpvlfk / Moon Vibes / Mockaa17 / Uri SeokSoo / rizka0419 / JoshuaHong3424
~18 Februari 2019~
