"Baekhyun, posisi siap?"

Masih dengan kedua mata yang memicing ke depan, Baekhyun mengambil walkie talkie di sakunya."Ya Kapten. Arah jam 12, 10 meter dari posisi target" jawabnya dengan berbisik.

"Bagus. Tahan pelurumu sampai ia menginjakkan kaki keluar. Mengerti?"

"Siap Kapten!"

Sesudahnya ia masukkan kembali walkie talkie itu, setelah memastikan alat tersebut sudah tidak bersuara. Saat ini Baekhyun sedang terjun langsung dalam penyergapan seorang perampok di sebuah toko perhiasan, yang tak jauh dari posisinya berada.

Terhitung sudah setengah jam Baekhyun mengendap-endap penuh kehati-hatian, mengingat banyaknya masyarakat sipil yang terancam di dalam sana, yang sedang dikepung oleh tiga orang perampok bersenjata api. Jika setitik saja ia melakukan kesalahan, maka nyawa para masyarakat sipil itulah taruhannya.

Para kawanan perampok itu menjadi target yang saat ini sedang diburu oleh Kepolisian Seoul, dikarenakan telah terbukti melakukan perampokan selama 7 hari berturut-turut di berbagai toko perhiasan terkenal.

Karena ulahnya tersebut, baik Baekhyun dan para petugas lainnya harus merelakan waktu istirahat mereka. Selama 3 hari belakangan, para polisi diminta untuk terus berjaga-jaga selama 24 jam penuh, termasuk Baekhyun.

Satu dari kawanan itu sudah keluar dari toko, maka Baekhyun pun turut mengambil langkah maju. Pelaku kedua juga menyusul keluar beberapa menit setelahnya, dan Baekhyun pun kini sudah berada di balik pilar, berjarak 5 meter dari target.

Ia menoleh sesaat, saling bertukar pandang dengan petugas lainnya yang berada di seberang sana. Ketika akhirnya pelaku terakhir sudah keluar, Baekhyun dan si petugas mengangguk setuju, kemudian mengambil posisi ancang-ancang untuk meletuskan peluru.

Sebelah mata Baekhyun menyipit, mengeker target yang paling dekat dari posisinya untuk dijatuhkan. Dalam hati ia mulai berhitung mundur.

Tiga

Dua

Jemari Baekhyun mulai menarik pelatuk revolvernya.

Sa- "Kenapa tidak menjawab telponku?"

"AAAAAA!"

Brukk!

Baekhyun jatuh terduduk di lantai sembari mengelus dada, benar-benar terkejut akan sosok lelaki yang tiba-tiba datang menutupi pandangannya. Ia mendongakkan kepalanya, merasa kesal luar biasa pada sosok Chanyeol yang menjulang di depannya ini.

Niatnya untuk mengumpati Chanyeol tertunda, ketika sudut matanya menangkap pergerakan dari para pelaku yang sudah memergoki akan keberadaan para polisi. Ketiga pelaku tersebut bergegas menaiki motornya, siap-siap untuk melarikan diri.

"HEEYY! BERHENTI KALIAN!" Baekhyun memekik kencang, dan segera bangkit untuk mengejar para pelaku. Namun jangan lupakan keberadaan Chanyeol, yang nampaknya memang dilahirkan untuk mengganggu kehidupan Baekhyun. Bisa-bisanya disaat Baekhyun sudah siap berlari, lelaki itu justru menahan lengan si mungil, membawa keduanya saling bersitatap kembali.

Chanyeol meremas erat kedua bahu Baekhyun, dan memberikan tatapan tajam padanya."Aku paling benci diabaikan Baekhyun. Jangan memancingku untuk melukaimu..." desisnya sarat akan ancaman.

Melihat Baekhyun hanya diam membisu dengan atensinya yang terfokus pada para penjahat di belakangnya, hanya semakin membuat Chanyeol emosi. Ia apit dagu Baekhyun dengan jemarinya, memaksa lelaki itu untuk membalas tatapannya.

"Lihat aku ketika sedang berbicara! Apakah ketiga lelaki tadi begitu penting dibandingkan aku hah?!"

Baekhyun menghela nafas dengan kentara sembari menggelengkan kepalanya. "Astagaa...aku benar-benar meragukan ada otak didalam kepalamu itu! Mereka itu penjahat buronan dan pikir baik-baik apa kiranya yang akan kulakukan sebagai seorang polisi hah?! Tentu saja menangkap mereka bodoh!" pekiknya nyalang, kemudian menarik bahunya hingga terlepas dari cengkraman Chanyeol.

Sejenak tidak ada lagi yang bersuara setelahnya, dimana Chanyeol hanya memandangi Baekhyun, sedang lelaki yang dipandangi sibuk menjelaskan pada Kaptennya lewat walkie talkienya. Suara amukan Jongdae terdengar keras dari alat tersebut, membuat Chanyeol ingin sekali mematahkan rahang lelaki itu karena telah memarahi kesayangannya.

"Ini semua karena ulahmu sendiri. Aku sudah memperingatimu sebelumnya" Chanyeol tiba-tiba membuka suara ketika Baekhyun sudah mematikan sambungan walkie talkienya. Si berandal ini melangkah maju, meraih kembali bahu si mungil yang sedang mengernyit.

"Jangan membuatku rindu..." Chanyeol berbisik sembari menunduk. "...karena kau harus bertanggung jawab untuk menghapusnya..."

Bukannya merona atau menghangat mendengar bisikan Chanyeol, Baekhyun justru memutar mata dan memasang ekspresi jengah. "Ya ya ya terima kasih atas aksi kedatangan tiba-tibamu ini hingga membuat mereka kabur, dan menambah masa lemburku. Jadi...makan rindumu itu hingga beberapa hari kedepan!" sentaknya, lagi-lagi menghempaskan tangan Chanyeol dari bahunya.

Ia memutar tubuhnya ke belakang, sudah akan melangkahkan kakinya menuju mobil patroli ketika suara Chanyeol membuat langkahnya terhenti seketika.

"Apa yang akan aku dapatkan jika berhasil membawa para penjahat itu padamu?" tanya Chanyeol. Melangkah dengan pasti mendekati punggung Baekhyun.

Baekhyun hanya mengedikkan bahunya acuh, tidak berniat menoleh. "Terserahmu saja. Aku lelah" sahutnya malas.

"Perhatikan ucapanmu sweety boy..." Chanyeol berbisik tepat di telinga si mungil, membuat Baekhyun bergidik geli. "Aku bisa mengartikan apa saja dari kata 'terserah'mu itu...yang mungkin kelak akan kau sesali" ucapnya sedikit mengancam.

Namun nampaknya Baekhyun terlalu lelah untuk peduli pada ucapan Chanyeol, hingga dirinya hanya mengibaskan tangannya tak peduli, kemudian kembali melangkah maju. Belum jauh ia melangkah, suara dari si tinggi di belakang sana samar-samar memasuki indera pendengarnya.

Chanyeol sedang menelpon seseorang rupanya.

Dan Baekhyun tidak bisa berpura-pura tidak peduli. Tidak, setelah ia mendengar apa yang dibicarakan oleh lelaki itu.

"Bawa Bang Si Hyuk dan kawanannya ke hadapanku. Sekarang" tuntut Chanyeol, lalu mengakhiri panggilannya begitu saja. Sudut bibir kanannya terangkat ke atas, mendapati Baekhyun yang mematung di depannya.

"I got you, Byun" Chanyeol berucap tanpa suara, seraya menjilat bibir atasnya dengan gaya bak berandal mesum. Membuat Baekhyun membuang wajahnya yang sedikit memucat.

Kelihatannya saja ia tak gentar akan Chanyeol, padahal dalam hati ia terus mengucapkan serentetan doa.

Baekhyun menarik nafas panjang, mencoba mensugesti dirinya sendiri. Tenang Baekhyun tenang, lelaki ini hanya berandalan bodoh, idiot, mesum, tidak mungkin ia mampu-ASTAGA ASTAGA CHANYEOL BENAR-BENAR MELAKUKANNYA!

Sementara Baekhyun masih belum tersadar dari alam bawah sadarnya yang terus menjerit, Chanyeol sudah melangkah maju menghampiri kelompok Bang Si Hyuk yang kini berada dalam genggaman anak buahnya.

Bugh!

Si Hyuk terbatuk sesaat, sebelum mendongakkan kepalanya takut-takut ketika Chanyeol memandangnya tajam. "A-ada apa C-Chanyeol? A-aku t-tidak mengganggu wilayah kekuasanmu" cicitnya terbata-bata.

Bugh!

Si Hyuk kembali terbatuk ketika kepalan tangan Chanyeol kembali menyapa wajahnya. Ia meringis kesakitan disaat jemari si tinggi mengapit wajahnya yang terluka. "Benar. Kau memang tidak mengganggu wilayahku..." Chanyeol terdiam sesaat, menoleh pada sosok mungil di belakangnya sebelum kembali menatap tajam pada Si Hyuk.

"...tapi kau menyita waktu luang kekasihku..."

Bugh! Bugh!

Kali ini pukulan bertubi-tubi diterima oleh Si Hyuk di sekujur tubuhnya, membuat ia terbatuk keras bercampur darah. Chanyeol akhirnya berhenti melayangkan pukulannya, ketika Si Hyuk sudah terduduk lemah nyaris tak sadarkan diri. Ia tarik baju lelaki itu dengan kasar, membuat keduanya saling bersitatap.

"Siapapun yang berani menyulitkan kekasihku...maka akan berurusan denganku. Camkan itu!" ancam Chanyeol, kemudian menghempaskan Si Hyuk hingga tergeletak di lantai. "Habisi ketiga bajingan ini sampai polisi datang menanganinya!" perintah Chanyeol pada anak buahnya.

Tatapan tajam yang kian melembut, diiringi senyuman yang perlahan mengembang, disaat Chanyeol kembali melangkah mendekati Baekhyun yang sejak tadi hanya diam mematung. Bahkan ketika nafas Chanyeol sudah menerpa wajahnya, Baekhyun masih belum tersadar dari lamunannya.

"Take a breath sweety..." Chanyeol terkekeh pelan melihat Baekhyun masih termenung sambil mengerjapkan matanya yang kosong. Si tinggi kemudian berinisiatif membelai pipinya, seraya membawa wajahnya mendekat, menghapuskan jarak yang tersisa.

1 detik.

2 detik.

Chanyeol menyeringai di sela bibirnya yang bergerak, sedang Baekhyun membelalak tersadar dari lamunannya. "Mmpwahh! Apa yang kau lakukan sial-"

"-shhh" Chanyeol membungkam mulut Baekhyun dengan jemarinya. "Can I take my gift right now?" pinta Chanyeol dengan cengiran jenakanya.

Baekhyun menelan liurnya gugup, lalu berusaha keras untuk menganggukan kepalanya. "Apa maumu?!" tanyanya ketus namun sedikit was-was. Melihat seringai licik di wajah tampan itu, nampaknya Baekhyun sudah tahu pasti akan keinginan lelaki itu. Ia memejamkan matanya erat, ketika Chanyeol kembali mengikis jarak, membelai belah bibirnya dengan bisikan hangat.

"Of course it's you baby"

OOO

Semuanya terjadi begitu cepat, dimana Baekhyun tahu-tahu sudah dipikul oleh Chanyeol seperti karung, keluar dari mobil limonya memasuki sebuah mansion megah. Baekhyun memilih diam, enggan untuk bertanya maupun melayangkan bantahan.

Sebab ia sudah melakukannya beberapa saat yang lalu, ketika dirinya dipaksa masuk ke dalam mobil. Dan berbagai remasan diterima di sekujur tubuhnya akibat ulahnya saat itu.

Baekhyun sedikit mengangkat kepalanya ketika dirasa Chanyeol menghentikan langkahnya. Rupanya ada seorang wanita paruh baya di hadapan mereka, yang Baekhyun yakini adalah seorang pelayan, melihat dari pakaian yang dikenakannya.

"Semua yang anda pinta sudah saya siapkan di kamar, Tuan. Saya permisi" ucap pelayan itu, sebelum menundukkan kepala dan melangkah menuju pintu keluar.

Ribuan dugaan negatif mulai bermunculan di benak Baekhyun. Apa yang disiapkan di kamar? Borgol? Tali? Cambuk?

Sehari-hari saja Chanyeol begitu kasar, menuntut dan mencerminkan seorang berandalan sejati, apalagi ketika di ranjang? Mungkin ia tidak akan puas mematahkan satu ranjang.

Mati kau Byun.

Memikirkan itu membuat Baekhyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Baru saja ia hendak meronta, namun tubuhnya lebih dulu dihempaskan di atas ranjang, dan Chanyeol segera mengambil posisi di atas tubuhnya. Lelaki itu menopang dirinya dengan kedua siku di samping kepala Baekhyun, mengunci pandangannya pada si mungil.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" pekik Baekhyun sambil memukul-mukul dada Chanyeol. Si tinggi sedikit meringis sakit, tak menyangka pukulan Baekhyun benar-benar luar biasa untuk ukuran pria mungil sepertinya. Kesal terus-terusan dipukuli, Chanyeol mencengkeram erat tangan Baekhyun, kemudian menjatuhkan kepalanya di sisi leher Baekhyun.

"Diam" Chanyeol berucap dengan bibirnya yang menempel pada kulit Baekhyun. "Ini yang kunginginkan Baekhyun...mengurungmu di ranjangku, dan kau tidak punya hak untuk menolak" Chanyeol berbisik menuntut, dan Baekhyun merutuki dirinya yang tiba-tiba berdesir akan hembusan nafas Chanyeol di lehernya.

"Tetap disini. Aku ingin mengambil sesuatu" ucap Chanyeol, sebelum bangkit meninggalkan ranjang.

Mata sabit Baekhyun mengikuti setiap langkah dari si tinggi, yang berhenti di depan sebuah meja kecil. Detak jantung Baekhyun bertalu-talu, memikirkan apa kiranya yang akan diambil oleh Chanyeol dari atas meja sana. Ia mengalihkan pandangannya kembali, disaat Chanyeol sudah melangkah kembali ke arahnya. Ketika dirasa Chanyeol sudah menapaki ranjang, Baekhyun tak sanggup menahan pekikannya.

"JANGAN IKAT AKU CHAN-apa-apaan ini?!" Baekhyun mengernyit dan memelankan suaranya ketika melihat nampan besar berisi beberapa makanan di atasnya, diletakkan oleh Chanyeol di atas pahanya.

"Kau terlalu banyak berpikir negatif, Baekhyun. Makan saja dan habiskan!" perintah Chanyeol. Melihat Baekhyun hanya memandangi makanannya tanpa menyentuh sumpit dan sendok makannya, Chanyeol berdecak kesal.

"Cepat makan ini sebelum aku mengganti semuanya dengan satu box kondom dan lube" ancam Chanyeol, yang nampaknya tidak main-main.

Baekhyun mendengus ketus, menutupi kegugupan yang dirasakan olehnya saat ini. Pada akhirnya ia pun mengambil sumpit dan sendoknya, perlahan-lahan mengambil makanan yang tersaji di depannya.

"Tidak perlu membawaku kesini jika ingin memberiku makan. Atau kau tidak tahu ada sebuah tempat yang bernama restoran?" cibir Baekhyun.

"Byun Baekhyun dengan segala rasa gengsinya yang selangit itu, dipastikan tidak akan menuruti perkataanku dengan mudah" balas Chanyeol telak sambil bersedekap angkuh. "Meski aku harus mengikat kaki dan tanganmu sekalipun, maka tetap akan kulakukan..." Ia mengambil satu buah strawberry, lalu memasukkannya secara paksa ke dalam mulut Baekhyun.

"...sebab aku hampir gila melihatmu terus-terusan menolak makan dan beristirahat..." tuturnya lagi.

Untuk sesaat Baekhyun tertegun dan tergugah mendengar perkataan Chanyeol. Namun benar apa yang diucapkan Chanyeol sebelumnya, rasa gengsi luar biasa yang dimiliki Baekhyun membuat lelaki itu nampak acuh, enggan berekspresi meski hanya seulas senyum saja.

Ia mengedikkan bahunya sembari tetap melanjutkan mengunyah makanannya. "Itu urusanmu. Aku tidak memintamu untuk mengkhawatirkan diriku" jawabnya santai.

Chanyeol berdecih, memandang Baekhyun dengan satu alis terangkat. "Cih! Lalu siapa ya yang saat itu berkata...hukumannya adalah seumur hidup bersamaku..." Chanyeol berucap dengan menirukan suara Baekhyun, diakhiri dengan kekehan meremehkan.

Dalam sekejap wajah Baekhyun memerah hingga ke telinga, bercampur antara malu dan emosi. Matanya menyalang tajam pada Chanyeol. "Yak! Aku tidak akan mengatakan itu jika kau tidak berpura-pura mendatangiku sebagai orang baik!" tuturnya sembari menunjuk-nunjuk Chnayeol dengan sumpitnya.

Saat itu, ketika Chanyeol yang sudah seminggu lebih tidak menampakkan batang hidungnya, tiba-tiba datang menemui Baekhyun dengan penampilan rapi, tertata, benar-benar persis seperti seorang CEO berpengalaman. Baekhyun yang memang sedang dalam rasa bersalah bercampur rindu, tentunya tergugah akan hadirnya Chanyeol dengan penampilan barunya itu.

Baekhyun pikir mungkin selama menghilang, Chanyeol sedang memperbaiki diri seperti yang ia pinta sebelumnya. Oleh sebab itu, tentu saja ia tidak ragu lagi untuk membuka hati pada Chanyeol.

Namun terima kasih pada Kim Jongin dan Oh Sehun, yang menghancurkan suasana romantis antara si polisi dan sang berandal, dengan ucapan-ucapannya yang terlalu jujur.

"Sudah kubilang Baekhyun pasti akan luluh hyung! Untung saja pakaianku pas di tubuhmu" ucap Jongin.

"Tenang saja Baek, Chanyeol hyung tidak bisa marah padamu. Hyung menghilang hanya untuk membalas perbuatanmu. Kekanakkan sekali ya?" timpal Sehun.

"Benar sekali. Padahal sehari saja tidak bertemu hyung sudah uring-uringan. Bahkan ia sampai memajang fotomu di kamar, di dapur dan di...kamar mandi" keduanya terkikik geli, tidak menyadari aura membunuh dari belakang.

Setiap mengingat hal itu selalu membuat Baekhyun begitu emosi. Apalagi setelah hari itu, selama 24 jam penuh ia dijadikan bahan ejekan oleh para petugas lainnya.

"Aku memang orang baik. Hanya padamu" sahut Chanyeol membela diri. "Aku tidak memukulmu, aku menurut patuh ketika kau menangkapku, dan aku tidak menyentuhmu meski aku begitu putus asa menginginkannya" ungkapnya sepenuh hati, dengan mata tajamnya yang naik turun mengamati tubuh mungil di depannya.

Menutupi rasa gugup dan berdebar akibat tatapan intens si berandal, Baekhyun berpura-pura acuh dan melanjutkan acara makannya. Ketika Chanyeol mulai mendekati wajahnya, Baekhyun benar-benar tidak mampu berpikir jernih sampai-sampai ia tidak sadar bahwa ia tengah mengunyah timun.

Barulah disaat rasa anyir timun begitu terasa di mulutnya, hidung Baekhyun mulai mengkerut, keningnya mengerut dalam dan lidahnya terjulur ke luar. Ia menengadahkan tangannya, siap memuntahkan timun dari mulutnya. "Huueemmphh!"

Mata sipit Baekhyun membelalak dan sekujur tubuhnya mematung. Seolah-olah seluruh atensinya kini terfokus pada sesuatu yang tengah membasahi belah bibirnya. Baekhyun tidak membantah, tidak juga membalas gerakan bibirnya.

"Buka mulutmu..." bisik Chanyeol di sela-sela tautan itu. Namun Baekhyun masih dalam mode diamnya. "Buka. Aku hanya ingin mengambil timunnya" bisik Chanyeol lagi.

Astaga! Diantara ribuan cara untuk menyingkirkan timun, bisa-bisanya otak pintar Chanyeol memilih cara ini, yang sepertinya menguntungkan dirinya sepihak.

Harusnya Baekhyun memarahi lelaki itu, mengumpatinya dan memukulnya hingga mati.

Bukannya patuh dan membuka mulutnya. Seperti yang tengah ia lakukan saat itu.

Sapuan lidah Chanyeol segera memasuki mulut si mungil, benar-benar memindahkan kunyahan timun itu ke dalam mulutnya sendiri. Sisa-sisa timun itu sudah habis tak bersisa tak lama setelahnya,

Dan Baekhyun tahu akan itu.

Tapi persetan dengan benda tak bertulang yang masih bergerak begitu lihai di dalam mulutnya, menyapa dan melingkari miiliknya berulang kali, membuat Baekhyun tak sadar memejamkan mata dan membawa tangannya melingkari leher Chanyeol.

Jemari Chanyeol kini mulai bergerak menuju tengkuk Baekhyun, melumat habis-habisan bibir si mungil yang hanya bergerak seadanya. Perlahan-lahan Chanyeol menurunkan tubuh keduanya hingga berbaring di atas ranjang, tanpa melepaskan tautan bibir itu.

Dengan sebuah gigitan dan lumatan dalam, akhirnya Chanyeol melepaskan tautan bibir keduanya. Masih dengan kening yang saling bersentuhan, Chanyeol menatap lurus ke dalam mata sabit Baekhyun.

"Lain kali katakan apa yang tidak kau suka. Apapun. Dan aku akan menyingkirkannya" bisik Chanyeol lembut.

Sangat disayangkan, karena watak Baekhyun yang galak sudah kembali, hingga membuatnya memutar mata. "Satu-satunya yang tidak kusuka adalah kau. Jadi cepat menyingkir! Tubuhmu berat bodoh" ketusnya sembari mendorong keras tubuh Chanyeol.

Untung sayang, batin Chanyeol. Ia menghirup nafas panjang, menahan diri untuk tidak melayangkan tangannya pada Baekhyun. Sesuai keinginan pria kecilnya, Chanyeol pun menarik dirinya menjauh bangkit dari ranjang.

"Tidurlah, besok pagi akan kuantar. Aku pergi dulu" sahutnya dingin, kemudian membawa tungkainya menuju pintu keluar. Baru saja jemarinya menyentuh kenop pintu, tiba-tiba si mungil menyahut dari belakang.

"Temani aku..."

Chanyeol membeku, memutar tubuhnya dengan gerakan sepelan mungkin. Ia mengamati ekspresi Baekhyun, dan lelaki itu nampak tidak bercanda akan ucapannya. Melihat Chanyeol hanya diam di tempat memandanginya, Baekhyun berdecak kesal. "Apa?! Tidak percaya? Cepat kemari sebelum-"

Brukk

Dalam sekejap, Chanyeol sudah memposisikan tubuhnya di samping Baekhyun. Sesungguhnya ranjang yang mereka tiduri ini berukuran king size, namun Chanyeol terlalu enggan untuk menjauh, memilih mendekatkan tubuhnya pada Baekhyun.

"Hhhh..kau ini benar-benar" gerutu Baekhyun, namun membiarkan tubuhnya didekap oleh Chanyeol. Sebenarnya bukan tanpa maksud ia meminta Chanyeol untuk menemaninya. Baekhyun tahu pasti lelaki itu akan pergi untuk mengikuti balap liar, ataupun berbagai kehidupan malam yang berbau negatif.

Hey, bukan berarti Baekhyun perhatian pada lelaki itu, ia hanya tidak ingin waktu istirahatnya ini diganggu oleh Jongdae yang meminta bantuannya untuk menangkap si berandal.

Oke. Baekhyun dengan segala rasa gengsinya.

Menit demi menit terlewati, hanya detak jantung dan deru nafas saja yang terdengar antar keduanya. Sesungguhnya Baekhyun sudah lelah, tapi entah mengapa matanya masih enggan untuk terpejam.

"Apakah setiap malam kau selalu pergi keluar?" tanya Baekhyun memulai pembicaraan.

"Hmm" jawab Chanyeol singkat.

Baekhyun mendengus pelan. "Sudah punya rumah sebagus ini, malah disia-siakan. Dasar tidak tahu diri" keluhnya.

"Itu belum seberapa. Aku bahkan membeli sebuah apartemen untuk kutinggali" sahut Chanyeol enteng, membuat Baekhyun terperangah. Hampir saja berbagai umpatan hendak ia ucapkan, sebelum kata-kata dari Jongin dan Sehun memutar kembali di otaknya.

"Terlalu banyak rasa sakit yang Chanyeol rasakan di rumah itu. Baik fisik maupun mental" ucap Jongin saat itu.

Ingatan akan ucapan Jongin itu membuat Baekhyun menghelan nafas perlahan. Pada dasarnya Chanyeol itu lelaki yang baik, yah meskipun itu hanya ditunjukkan padanya, tetap saja Chanyeol masih memiliki sisi manusiawi pada dirinya.

"Sepertinya kau begitu membenci rumahmu...ingin cerita padaku?" tanya Baekhyun ragu-ragu, karena ia tahu ini adalah topik sensitif bagi Chanyeol. Tapi ia benar-benar ingin tahu, apa alasan dibalik perilaku menyimpang lelaki itu.

Yang ia tahu hanya perihal Park Jimin dan ibunya yang selalu memfitnah Chanyeol. Dan sialnya menurut Jongin itu hanya sebagian kecil saja. Gila.

Baekhyun mendongakkan kepalanya, mendapati Chanyeol nampak termenung dengan kening berkerut dalam. Jemari lentik Baekhyun perlahan terangkat, mengusap kerutan di kening Chanyeol. "Tak apa, ini pasti berat untukmu. Kau bisa menceritakan padaku kapan saja" ucap Baekhyun sembari tersenyum hangat

Chanyeol tidak mengucap sepatah katapun, ataupun menunjukkan setitik emosi pada wajahnya. Lelaki itu memilih mendekap tubuh Baekhyun lebih erat, menghirup aroma manis si mungil dari pucuk kepalanya. Ia usap lembut surai legam Baekhyun, membuat sang polisi di pelukannya mulai dilanda kantuk.

"Satu hal yang perlu kau ketahui Baekhyun, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah terkutuk ini..." Chanyeol berucap pelan disaat kedua mata Baekhyun nyaris terpejam. Di sisa-sisa kesadarannya, Chanyeol kembali berbisik.

"...jika bukan karena dirimu..."

.

.

.

Pada keesokan harinya, masih terlalu pagi bagi Baekhyun untuk mengawali harinya dengan wajah tertekuk. Baru tadi malam ia melewatkan malam yang tenang bersama Chanyeol di ranjangnya, pagi ini Baekhyun kembali mengutuk perbuatan lelaki itu yang telah membuatnya menjadi sorotan seluruh penghuni Seoul Metropolitan Police Agency.

Bukan hanya karena si brengsek itu yang ikut masuk mengantar Baekhyun sampai ke mejanya, tapi juga penampilan Baekhyun secara keseluruhan. Tepatnya celana kain milik Chanyeol yang begitu besar membalut kakinya, ditambah lagi mantel cokelat yang juga kebesaran hampir menutupi sekujur tubuhnya.

Jangan ditanya lagi siapa dalang dibalik penampilan konyolnya ini.

Tentu saja si bodoh Chanyeol, yang dengan pemikiran bodohnya pula menganggap baju seragam dan celana kain yang biasa dipakai oleh Baekhyun terlalu jelas mencetak tubuhnya. Pada awalanya Baekhyun bersikeras menolak, namun ketika lelaki tinggi itu berujar,

"Aku bersumpah akan menyetubuhimu di mejamu jika kau masih berani memakai celana sialan ini"

Dan itulah alasan dari sikap ketusnya pagi ini. Sudah sejak tadi ia melihat beberapa petugas menahan tawa melihatnya, bahkan beberapa memandang rendah dirinya. Baekhyun hanya bisa menghela nafas keras, dan duduk di bangku kerjanya.

"Ada apa?"

Baekhyun mendongak, dan mendengus melihat Chanyeol masih berdiri di depan mejanya. "Pergilah" jawab Baekhyun ketus.

Tak suka dengan ucapan Baekhyun, Chanyeol mengepalkan tangannya dan dengan cepat menarik dagu lelaki itu untuk saling bersitatap. " . ?!" Chanyeol mendesis dengan pandangan menusuk.

Ketimbang menciut akan sikap Chanyeol, Baekhyun cenderung gemas setengah mati pada lelaki itu. Dengan jemari lentiknya ia tangkup kedua pipi Chanyeol, membawa kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. "Lihat tidak! Mereka semua mentertawakan aku atas penampilan bodohku ini!" gerutu Baekhyun.

"Kau tidak suka?" tanya Chanyeol.

Baekhyun berdecak kesal, merasakan sekujur tubuhnya mendidih mendengar pertanyaan konyol dari Chanyeol. "Gunakan otakmu ini Chanyeooll...hhh!" Saking gemasnya, Baekhyun sampai menyentil kening Chanyeol, lalu mendorong kepalanya menjauh.

Chanyeol tak mengaduh atapun tersinggung atas perbuatan Baekhyun. Ia memilih memutar tubuhnya ke belakang, melipat tangannya seraya memandang tajam ke penjuru pasang mata yang sejak tadi memperhatikan interaksi dirinya dan Baekhyun.

"Kalian semua! Silahkan cemooh Baekhyun atau tertawakan dia sepuasnya..." Baekhyun membelalak dan mulai mengumpat, sedang yang lain mulai saling bertanya-tanya dan bersepekulasi. Baru saja mereka hendak membuka mulutnya, Chanyeol kembali bersuara lantang.

"...jika kalian ingin menangis selamanya" ucap Chanyeol, benar-benar membuat atmosfir ruangan menjadi hening. Satu persatu mulai mengalihkan pandangan, kembali pada tugas masing-masing.

Sementara itu Chanyeol memutar tubuhnya kembali, dengan senyuman lebar yang sudah tetpatri menyambut lelaki mungilnya. "Sudah 'kan? Kau hanya perlu mengatakan apa yang tidak kau suka, baby" Chanyeol sedikit menunduk, dengan seringai mematikan di sudut bibirnya. "...dan aku akan segera melenyapkannya untukmu"

Chanyeol kembali tersenyum, namun Baekhyun bersumpah senyuman itu membuatnya bergidik. Sangat mencerminkan seorang psikopat, yang akan menghabisi musuhnya dengan cara yang tidak manusiawi.

"Sudahlah, aku harus pergi. Sampai nanti, baby" Chanyeol menepuk pelan pucuk kepala Baekhyun. Sebelum ia memutar tubuhnya, Chanyeol kembali berucap, "Sebaiknya jangan abaikan pesanku sayang...sebab kau tidak pernah tahu apa yang akan kulakukan" Ia masih tersenyum, senyuman yang sama yang membuat Baekhyun merasa terancam.

Dalam benaknya Baekhyun terus berpikir

Chanyeol begitu posesif, bahkan ketika Baekhyun tidak memiliki status apapun dengannya. Dan yang mengerikan, berbagai ancaman yang dilontarkan olehnya bukan hanya sekedar omong kosong belaka.

Apakah Chanyeol benar-benar memiliki sisi psikopat dalam dirinya?

Oh...tidak lagi. Baekhyun tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya.

"Hey Baekhyun! Kapten Kim, aku dan kau-pffttttt" Baekhyun memutar mata melihat Minseok hyung menahan tawa melihat dirinya. "Ya, ya, tertawakan saja aku sepuasmu!" ketus Baekhyun.

Minseok terkekeh pelan, kemudian merangkul bahu Baekhyun untuk bangkit dari kursinya. "Kkkk maafkan aku. Ayo ikut denganku, kita ditunggu di ruangan Ketua" ajaknya bersemangat. Dengan setengah hati, Baekhyun pun membiarkan dirinya dibawa oleh sunbaenya pergi.

OOO

"Jadi, berdasarkan hasil evaluasi kinerja tim yang dipimpin oleh Kapten Kim dan keberhasilan kalian dalam menangkap target DPO beberapa hari lalu, maka saya memutuskan untuk memindahkan kalian pada divisi khusus, yang akan bekerja sama langsung dengan NIS" titah sang Ketua, disambut oleh salam hornat dari Jongdae dan diikuti oleh Minseok dan Baekhyun.

"Untuk perincian tugas kalian kedepannya, saya serahkan pada Inspektur Choi untuk lebih jelasnya. Saya permisi" pamit sang Ketua, meninggalkan ruangan.

Adalah seorang lelaki berperawakan tinggi gagah, yang saat ini berdiri tegap di hadapan Jongdae, Minseok dan Baekhyun. Lelaki itu mulai tersenyum ramah, menampilkan lesung dalam di pipi kanannya.

Sebagai pimpinan tim, Jongdae berinisiatif maju terlebih dahulu, hendak memberi salam pada sanh atasan. "Selamat pagi Inspektur Choi. Perkenalkan, saya Kim Jongdae selaku Kapten dari-"

"-kalau yang dibelakang sana, siapa namanya?" lelaki bermarga Choi itu menyela tiba-tiba, membuat ketiga orang lainnya saling berpandangan. Minseok, yang berada tepat di belakang Jongdae, mengira bahwa ialah yang dimaksud oleh Inspektur Choi. Dengan sedikit gugup, Minseok menunduk, "S-saya, saya Kim Min-"

"-yang kumaksud adalah lelaki mungil di sebelahmu. Siapa namamu? Kau petugas baru?" kembali lelaki itu menyela, membuat seluruh atensi kini beralih pada Baekhyun.

Melihat lelaki di sebelahnya tak kunjung bicara, Minseok menyikut pelan lengan Baekhyun, kemudian memberi isyarat padanya untuk segera mengenalkan diri.

"Ehm, saya Byun Baekhyun. Ya, saya baru 6 bulan itu bergabung di Kepolisian. Mohon bimbingannya Inspektur Choi" ucapnya sopan seraya menunduk hormat.

Senyuman ramah kembali terukir di wajah sang Inspektur, seiring langkahnya mendekati ketiga lelaki lainnya. "Perkenalkan, nama saya Choi Siwon. Saya ditugaskan dari NIS untuk bekerja sama dengan kalian dalam divisi Security Investigation" jelasnya, sementara yang lain serentak menganggukkan kepala.

"Tugas kalian masih sama seperti sebelumnya, hanya saja pada divisi ini kalian hanya diperintahkan untuk menyelidiki dan menangkap target-target yang telah dicurigai oleh pihak inteligen. Dan satu hal yang perlu kalian ingat..." raut ekspresi sang inspektur menegang memandang para bawahannya.

"...tingkatkan kewaspadaan diri kalian masing-masing, sebab apa yang akan kalian hadapi bukanlah sekedar berandalan jalanan. Kalian bisa terbunuh kapanpun dan dimanapun. Mengerti?!" ucap Inspektur Choi dengan lantang, yang segera dibalas anggukan oleh ketiga lainnya.

Raut wajah Siwon kembali melunak ketika netranya beralih pada sosok mungil di samping Minseok. "Jangan khawatir Baekhyun, aku akan membimbingmu dan tidak akan membiarkan anggota timku terluka" tuturnya dan dibalas senyuman tipis oleh Baekhyun.

"Mmm, jadi apa yang harus kami kerjakan saat ini Inspektur?" Jongdae menyahut tiba-tiba.

"Ah ya, tunggu sebentar" Siwon melenggang menuju meja kerjanya, kemudian kembali pada posisinya semula dengan sebuah map tebal. "Ini adalah daftar orang-orang yang diselundupkan dari Korea Utara. Jadi kutugaskan kau dan Minseok untuk memeriksa beberapa tempat yang tertera pada map itu, sedangkan aku dan Baekhyun akan menyelidiki latar belakang beberapa orang lainnya. Siap?"

"Ya Inspektur!" jawab Jongdae, kemudian segera bergegas meninggalkan ruangan bersama Minseok. Ketika pintunya telah tertutup, keduanya tak lantas pergi akibat Minseok yang masih kukuh berdiri sambil menggerutu samar.

"Hey hey. Ada apa? Ayo pergi!" ajak Jongdae, namun Minseok tetap enggan untuk beranjak dari pintu.

"Sebentar dulu Kim! Kau lihat tidak?! Jelas sekali Inspektur sok tampan itu ingin menggoda Baekhyun. Entahlah, aku merasa tatapan dan gerak gerik lelaki tampak seperti...maniak" gerutu Minseok sambil terus mengintip ke dalam, dimana sang inspektur sedang mengambil posisi duduk tepat di samping Baekhyun.

Jongdae tak punya kata untuk membantah atau memarahi Minseok atas ucapan lancangnya itu.

Karena diam-diam ia pun menduga hal yang sama.

.

.

.

Terhitung sudah seminggu lebih Baekhyun, Minseok dan Jongdae menjalankan tugasnya dalam divisi baru bersama Inspektur Choi. Dan selama itu pula Minseok tak henti-hentinya menggerutu pada Baekhyun tentang si inspektur, bahkan Jongdae sang Kapten pun tak ayal ikut-ikutan menasehati Baekhyun sejak kemarin.

"Baek, kurasa kau harus mulai berhati-hati terhadap Inspektur Choi" himbau Jongdae pagi ini, sudah yang keempat kalinya dalam minggu ini.

Jika sang Kapten sudah membuka suara, maka Minseok pun tak mau ketinggalan. "Aku setuju! Inspektur kita benar-benar memanfaatkan jabatannya untuk berduaan dengan Baekhyun, dan asal kau tahu Baek, si brengsek itu acapkali memperhatikan bokongmu!" adunya.

"Ingat pesanku, hindari berdiskusi berdua saja dengannya hingga malam hari, dan jangan pernah mengiyakan ajakan darinya untuk lembur bersama di apartemennya" titah Jongdae.

"Ya, tepat sekali. Jangan pernah menerima apapun yang diberikannya dan..." Minseok tersenyum geli, sedang Baekhyun merasa jengah karenanya. "Dan apalagi?!" tanyanya tak sabaran.

"...dan jangan lupakan untuk menghubungi kekasih berandalmu itu. Kulihat namanya selalu muncul di layar ponselmu selama seminggu ini" Minseok terkikik melihat wajah pasi Baekhyun, yang nampaknya baru menyadari keberadaan ponselnya. "Santai Baek, yah...paling sesaat lagi ia akan memaksa untuk menemuimu kkkkk. Sampai nanti!" pamit Minseok, kemudian bergegas keluar bersama Jongdae.

Segera setelah kedua orang itu pergi, Baekhyun lantas membuka ponselnya yang telah diabaikan olehnya selama seminggu ini. 150 panggilan tak terjawab, 70 pesan masuk, dan semuanya berasal dari satu nomor yang sama.

Chanyeol.

"Jam berapa kau pulang? Aku akan menjemputmu"

"Kau sibuk?"

"Tak apa jika kau tidak sempat membalas pesanku. Hanya jangan lupakan makan dan istirahat"

"Selamat malam. Hubungi aku ketika kau senggang"

"Aku rindu..."

Baekhyun menelan liurnya gugup, nyatanya rentetan pesan itu sudah ada sejak lima hari yang lalu dan satupun tak ada yang dibaca olehnya. Terlalu banyak pesan yang masuk, membuat Baekhyun memutuskan untuk langsung menscroll sampai pesan masuk terbaru.

"Baekhyunku yang manis, benar-benar ingin menantangku? Kalau begitu, tunggu kejutan dariku siang ini sayang..."

Mata sabit Baekhyun sontak membelalak, diikuti sekujur tubuhnya yang menegang ketika membaca pesan yang baru saja masuk sejam yang lalu. Jemarinya dengan segera bergerak mengetikkan balasan, sampai akhirnya sebuah dobrakan mengejutkan dari pintu, membuat ponselnya meluncur indah menuju lantai.

Itu adalah ulah Minseok, yang dengan nafas memburu, menyeringai penuh arti pada Baekhyun.

"Ada kekacauan yang harus kau selesaikan di bawah Baek" himbaunya.

Tanpa perlu bertanya lebih lanjut, Baekhyun sudah mengetahui apa yang sedang terjadi di bawah sana.

OOO

Aura ketegangan begitu kentara dirasakan oleh para petugas polisi di lantai satu. Sekelompok berandalan dengan jumlah yang tidak sedikit, tiba-tiba datang menyeruak ke dalam beberapa menit yang lalu dan terus mengganggu pekerjaan para polisi.

Di tengah-tengah para gerombolan berandal itu, duduklah sang ketua di salah satu bangku kosong, menunggu sang lelaki mungil untuk segera menghampirinya. Seringai puas perlahan mulai terukir di bibir tebalnya, dikala pujaan hati yang telah ditunggunya telah terlihat.

"Suruh mereka keluar" ucap si polisi mungil dingin, dan Chanyeol hanya perlu mengangkat sebelah tangannya untuk mengabulkan permintaan Baekhyun.

Setelah memastikan tak ada lagi anak buah Chanyeol yang tersisa, Baekhyun nampak membisikkan sesuatu pada Minseok, sebelum kembali menatap Chanyeol dengan dinginnya.

"Hyung, tolong borgol lelaki ini dan bawa ke lantai dua. Lakukan apa saja jika ia memberontak" pinta Baekhyun pada Minseok, kemudian melangkah keluar begitu saja, mengabaikan Chanyeol yang terperangah karenanya. Bahkan Chanyeol tak begitu tak sadar kedua tangannya telah diborgol dan dirinya tengah digiring menuju lantai atas.

OOO

Kurang lebih sudah 15 menit, Chanyeol terkurung sendiri dalam ruangan yang asing baginya. Biasanya ia akan ditempatkan di meja Baekhyun, atau yang terburuk dimasukkan dalam ruang tahanan yang juga tak jauh dari meja Baekhyun.

Entahlah, tiba-tiba saja emosi Chanyeol meluap, hingga ia melampiaskan amarahnya dengan menendang meja dan kursi di depannya. Baru saja ia hendak bangkit dari duduknya, pintu ruangan terbuka dan sosok mungil Baekhyun muncul setelahnya.

Chanyeol duduk kembali, namun enggan untuk menatap lelaki itu. Sampai dirasanya si mungil itu menarik kursi untuk duduk di sebelahnya, barulah Chanyeol melirik lelaki itu dengan tatapan menyelidik.

"Lepaskan. Kontrol emosiku sedang tidak baik saat ini" sahut Chanyeol dingin. Namun dengan santainya, Baekhyun hanya menggeleng santai dan melanjutkan membaca beberapa berkas di depannya.

Chanyeol memejamkan mata sesaat seraya menghirup nafas panjang, meredam emosinya. "Jangan menguji kesabaranku Baekhyun...Lepaskan ini sebelum tanganku melayang pada tubuhmu" ancamnya, benar-benar tidak ada sebersit candaan di dalamnya.

"Tidak" kesekian kalinya Baekhyun dengan santainya menggelengkan kepala, mengabaikan Chanyeol yang nampaknya hendak mengamuk sesaat lagi. "Kau akan pergi begitu saja jika aku melepaskan borgolnya, dan aku tidak mau..." Baekhyun menjeda ucapannya, untuk menatap lurus pada Chanyeol. "...karena aku ingin kau menemaniku saat ini" lanjut Baekhyun dengan wajah memerah.

Merasa malu terus-terusan ditatap oleh Chanyeol, Baekhyun pun mengalihkan pandangannya kembali pada berkas-berkas di depannya. Jantungnya bertalu dengan hebatnya ketika deru nafas si tinggi terasa begitu dekat membelai telinga kirinya.

"Jangan ragu padaku. Memangnya apa lagi tujuanku datang kemari hmm? Ayo, buka borgolnya" bujuk Chanyeol dengan berbisik. Baekhyun tersipu sembari terkekeh lembut, kemudian mengambil kunci di sakunya untuk membuka borgol yang mengikat Chanyeol.

Sembari menunggu borgol itu terbuka, Chanyeol tak hentinya memperhatikan wajah indah di depannya, yang nampak begitu redup dari saat terakhir mereka bertemu. Pipi gembilnya berganti sedikit tirus dan lingkaran hitam tergambar jelas di bawah matanya.

Ketika borgolnya sudah terbuka, jemari Chanyeol sontak bergerak mengusap kedua pipi lelaki di depannya. "Kau tampak lelah, ada sesuatu yang menyulitkanmu lagi? Katakan" ucapnya sedikit menuntut.

Baekhyun hanya menggeleng pelan dan menumpukkan jemarinya di atas jemari Chanyeol. "Tidak ada. Timku baru saja dipindahkan ke divisi baru, yang bekerja sama dengan Inspektur dari NIS, dan kasus-kasus yang harus kami tindak meningkat drastis dari sebelumnya" ungkapnya.

"Pantas saja tak ada satupun pesanku yang kau balas. Dan ruangan ini adalah ruang kerjamu yang baru?"

Baekhyun mengangguk mengiyakan. "Hn, diruangan inilah sehari-hari aku menghabiskan waktu. Jadi jangan berbuat onar lagi! Bukan aku lagi yang akan menangkapmu tahu!" keluh Baekhyun sambil mengerucutkan bibirnya, sukses membuat Chanyeol terkekeh pelan.

"Copy that, my boy. Kemari, kau pasti lelah sekali" Chanyeol merentangkan tangannya dan sedikit terkejut mendapati Baekhyun langsung bersandar di dadanya, tanpa melayangkan protes.

"Sangaaat lelaaahh. Selalu saja membaca dan memeriksa berbagai tumpukan berkas yang membosankan" gerutu Baekhyun dengan nada merajuknya.

Sepertinya Baekhyun benar-benar lelah, pikir Chanyeol. Dalam keadaan fit, meski dunia terancam punah juga dapat dipastikan si mungil itu tidak akan pernah menunjukkan sisi manjanya.

Memanfaatkan kondisi yang ada, Chanyeol mengeratkan pelukannya sambil sesekali mengecup pelipis si mungil. "Kau ingin aku melenyapkan Inspekturmu itu? Sepertinya ia menyulitkan kesayanganku ini" bisik Chanyeol bercanda, tapi ditanggapi dengan serius oleh yang lain.

Baekhyun sontak melepaskan pelukannya, menatap tajam pada Chanyeol. "Jangan macam-macam! Dia adalah anggota dari NIS. Dan...dan aku tidak mau kau kenapa-kenapa karena melawan mereka..." Baekhyun melengkungkan bibirnya lucu, sedang Chanyeol mematung menahan hasrat yang menggebu untuk menerkam si mungil.

"Jangan lakukan ya Chanyeol?" pinta Baekhyun dengan wajah polos dan nada kekanakkan, tak sadar si tinggi tengah mengepalkan tangannya. Melihat Chanyeol hanya membisu, Baekhyun mengerjapkan matanya heran. "Yeol? Chanyeoolll? Ish! Kau ini mmpphhttt!"

Ucapan Baekhyun teredam seketika disaat Chanyeol sudah tak mampu lagi menahan hasratnya untuk melumat habis bibir si mungil. Tak peduli pada Baekhyun yang masih meronta, Chanyeol terus menekan keras bibirnya bahkan sampai tubuh Baekhyun jatuh terduduk di atas meja.

Pergerakan kedua tangan Baekhyun dikunci oleh Chanyeol, sementara bibirnya terus menghisap belah bibir tipis milik si mungil bergantian. Seiring dengan lidahnya yang sudah menerobos masuk ke dalam ruang hangat Baekhyun, tubuh Chanyeol nyatanya ikut mendorong tubuh Baekhyun hingga setengah tertidur di atas meja. Baru saja Baekhyun terlena mengalungkan kedua tangannya di leher Chanyeol, ketukan pintu seketika menghentikan aktivitas panas keduanya.

"Baekhyun? Kau di dalam?"

Itu adalah suara Siwon sang Inspektur. Baekhyun berdeham sejenak, menetralisir suaranya yang sedikit serak akibat desahan-desahan yang ia teriakkan beberapa saat lalu.

"Y-ya aku disini Inspektur. Tunggu sebentar!" pekik Baekhyun dari dalam, kemudian terburu-buru membenahi kancing kemejanya yang terlepas sebelum beranjak untuk membuka pintu.

Siwon masuk dengan senyum ramah seperti biasanya, dan nampak terkejut ketika mendapati ada seseorang lain di ruangan Baekhyun. "Oh, kau sedang ada tamu? Apa aku mengganggu?"

"Tidak Inspektur. Dia hanya...hanya temanku" cicit Baekhyun dengan suara memelan, sontak membuat Chanyeol mendelik padanya. "Ehm, bisa tunggu sebentar Inspektur? Aku permisi dulu ke kamar mandi" Siwon mengangguk kecil dan Baekhyun pun langsung melesat keluar ruangan.

OOO

Bugh! Bugh!

Duakk!

Baekhyun yang baru saja selesai membasuh wajahnya, segera bergegas keluar ketika mendengar suara debuman dan pekikan tak jauh dari tempatnya berada.

"CHANYEOL! APA YANG KAU LAKUKAN!" Baekhyun sontak memekik keras, mendapati lelaki tinggi itu tengah melayangkan pukulan bertubi-tubi pada seorang lelaki lain,

yang ternyata adalah Inspekturnya, Choi Siwon.

"Chanyeol! Lepaskan Yeol! Kau ini kenapa sih!" Baekhyun berusaha keras menahan lengan Chanyeol, dibantu oleh petugas lain yang mulai berdatangan.

"Jangan halangi aku! Si brengsek ini mencoba untuk merekammu di kamar mandi! Aku harus memberinya pelajaran!" amuk Chanyeol, masih terus meronta-ronta di genggaman Baekhyun.

Siwon yang tidak terima atas tuduhan Chanyeol, lantas berdiri tegak dibantu oleh para petugas. "Tutup mulutmu bajingan! Aku memang ingin menyusulnya ke kamar mandi dan saat itu ada panggilan masuk di ponselku!" sahutnya membela diri, kemudian beralih menatap Baekhyun.

"Baek, aku tidak tahu bagaimana kau bisa mendapatkan teman seorang sampah masyarakat seperti ini, yang jelas aku tidak melakukan itu dan berandalan ini terus memukuliku" adu Siwon.

"Apa kau bilang?! Kemari kau sial-"

"-Chanyeol...hentikan...oke? Aku lelah menghadapimu" Baekhyun menghela nafasnya, meminta Chanyeol untuk mengerti kondisinya saat ini. Mau tidak mau Chanyeol mulai melunak, membiarkan dirinya dibawa oleh Baekhyun kembali ke ruangan pribadinya.

Keheningan melanda keduanya, tidak ada satupun yang berniat untuk membuka suara. Chanyeol duduk bersedekap dengan pandangan kosong lurus ke depan, sedang Baekhyun terlihat sibuk mengambil sesuatu dari kotak P3K.

Setelah mendapatkan obat-obatan dan plester yang diperlukan, Baekhyun melangkah mendekati Chanyeol, menaruh apa yang dibawanya itu di atas meja.

Disaat jemarinya hendak menempelkan kapas berlumur obat di sudut bibir Chanyeol yang terluka, lelaki itu justru menepis kasar jemari Baekhyun. "Tidak usah berpura-pura peduli padaku" ucap Chanyeol dingin.

"Kalau aku tidak peduli, aku tidak akan berada di sini" balas Baekhyun.

Chanyeol terkekeh kecil merendahkan. "Kau ada di sini, karena takut lelaki kesayanganmu itu mati di tanganku"

Baekhyun berdecak jengah seraya mengacak-acak surai legamnya. "Tidak begitu Chanyeol. Aku hanya-"

Tok Tok Tok

Baekhyun mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Chanyeol, memilih untuk beranjak membuka pintu.

"Ehm, maaf mengganggumu Baekhyun. Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Inspektur Choi, beliau menunggumu untuk membantunya menyelesaikan berkas yang diminta oleh Ketua. Permisi" himbau seorang petugas, dan kembali pergi setelahnya.

Baekhyun hanya terdiam di depan pintu, namun ia merasakan tatapan tajam dari belakangnya dan suara gemerutuk gigi yang menandakan lelaki itu dilanda emosi berat. Ketika tiba-tiba Chanyeol sudah berada di sampingnya untuk bergegas keluar, Baekhyun menahan lengan lelaki itu.

"Mau kemana? Aku 'kan tidak bilang ingin pergi Yeol..." bujuk Baekhyun.

Chanyeol memutar tubuhnya, membuat keduanya saling bersitatap. "Tapi matamu berbicara sebaliknya Baekhyun" Ia tersenyum mencela mendapati Baekhyun tersentak, diikuti genggamannya yang kian melonggar.

"Pergilah. Aku hanya membuatmu lelah bukan?" ucap Chanyeol sebelum pergi meninggalkan Baekhyun sendirian.

.

.

.

'Halo, Ya...akhirnya aku berhasil membawanya ke apartemenku'

'Kkkk, tenang aku tidak akan membunuhnya, tapi mencicipi tubuhnya tidak ada salahnya bukan?'

'Baiklah adikku, aku berjanji kekasih mungilmu ini tidak akan mati di tanganku. Bye'

Senyuman lebar terpatri di kedua sudut bibirnya, melukiskan kebahagiaan setelah mendengar suara sang adik kesayangan. Ia tatap wajah tampan sang adik di layar ponselnya, sebelum memasukkan kembali ke dalam sakunya.

"Inspektur Choi?"

Mendengar namanya disebut, lelaki itu pun memutar tubuhnya ke balakang, menyambut lelaki mungil di depannya dengan senyuman lebar.

"Ya Baekhyun? Ada apa?"

"Berkasnya sudah selesai ku kerjakan, dan hari sudah semakin larut. Aku pamit pulang sekarang" ucap Baekhyun seraya menunduk hormat. Mendapati Siwon hanya menatapnya dengan senyuman miring membuat Baekhyun mengernyit bingung.

Dan ketika Siwon terus melangkah maju hingga menghimpitnya di dinding, Baekhyun baru menyadari bahwa ia telah masuk dalam perangkap busuknya.

"Kenapa terburu-buru manis? Malam masih panjang untuk kita bersenang-senang sayang..."

OOO

Jika biasanya Chanyeol meluapkan emosinya dengan balapan liar atau mabuk-mabukan di club malam, entah mengapa hari ini ia lebih memilih menenangkan diri di sebuah cafe temaram, diiringi instrumen musik yang mengalun merdu penghapus penat.

Chanyeol begitu membenci Baekhyun saat ini.

Benci ketika si mungil itu benar-benar mempengaruhi hidupnya.

Benci ketika ia sama sekali tak berkutik untuk melawannya.

Ia menghela nafas panjang seraya mengusap raut lelahnya, kemudian meneguk habis segelas capucino di hadapannya. Lihat, bahkan dalam kondisi kesalpun Chanyeol masih teringat pada Baekhyun yang selalu mengocehi dirinya jika ia minum minuman keras.

Kegiatan merenungi Baekhyun harus terhenti dikala samar-samar suara sirine terdengar oleh Chanyeol. Ia terkekeh sembari geleng-geleng tak percaya mendengarnya.

Apakah hidupnya selalu dibuntuti oleh polisi? Pikirnya.

"Itu dia Chanyeol!"

Mendengar namanya disebut, Chanyeol hanya menoleh tak minat dan mendapati Minseok beserta Jongdae berlari ke arahnya. "Aku tidak melakukan kesalahan apapun!" ucapnya ketika kedua petugas itu telah menghampirinya.

"Kau salah, kami datang meminta bantuanmu untuk menyelamatkan Baekhyun!" tutur Jongdae. Dan Chanyeol tidak bisa berdiam diri mendengar sang kekasih hati berada dalam bahaya.

"Apa yang terjadi pada Baekhyun?!" tanya Chanyeol tak sabaran.

"Tadi sore Baekhyun menghubungi kami bahwa ia membantu Inspektur Choi di apartemennya, dan malam ini ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi!" ungkap Jongdae. "Aku tahu ini tidak beralasan, hanya saja aku dan Minseok sudah sejak awal memiliki firasat buruk tentang Inspektur itu. Jadi bisakah kau membantu kami?" mohon Jongdae penuh harap.

Jelas saja Chanyeol mengangguk tegas, tanpa perlu diminta sekalipun. "Bajingan itu! Kirimkan alamat apartemennya padaku!" Chanyeol bergegas lari keluar.

"T-tunggu Chanyeol!" Kali ini Minseok angkat bicara. "Untuk itulah kami memerlukan bantuanmu. Apartemen Inspektur Choi...dirahasiakan" cicit Minseok takut.

Astaga. Jika bukan keadaan genting, sudah dipastikan Minseok dan Jongdae habis di tangan Chanyeol.

OOO

Dengan segala koneksi yang ia punya, tak sulit bagi Chanyeol untuk menemukan dimana Inspektur Choi itu berada. Tepat di depan sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi, Chanyeol memakirkan mobilnya sembarangan, kemudian bergegas menuju kamar 222 bersama Minseok dan Jongdae.

Pintu itu terkunci rapat, dan tanpa berpikir dua kali Chanyeol mencoba untuk mendobraknya. Namun di percobaan pertama gagal, karena pintu itu terlalu kokoh untuk ia tembus. Suara barang-barang berjatuhan, baku hantam dan adu mulut yang terdengar dari dalam, membuat Chanyeol semakin menggila.

Kali ini bersama dengan Minseok dan Jongdae, ia akan mencoba untuk mendobrak pintu itu kembali. Ketiganya mengambil ancang-ancang, bersiap untuk menghitung mundur.

3

2

Cklekk. "Apa yang kalian lakukan disini?"

Baik Minseok, Jongdae maupun Chanyeol menganga tak elitnya melihat Baekhyun nampak baik-baik saja, meski kancing kemejanya telah tanggal seluruhnya.

"B-baek kau baik-baik saja? Kupikir Inspektur Choi..." Minseok tak sanggup melanjutkan ucapannya, hanya mengamati Baekhyun dari ujung kepala hingga ke kakinya.

Baekhyun mengedikkan bahunya seraya menghela nafas. "Yah...si brengsek itu memang mencoba melecehkan diriku. Tapi lihatlah! Aku tidak butuh bantuan siapapun untuk mengalahkannya" ucapnya bangga.

Suasana canggung lantas menyelimuti keempat lelaki muda ini, atau mungkin hanya Baekhyun yang tidak menyadarinya. Sejak tadi Minseok hanya melirik kesana kemari, Jongdae menggaruk kepalanya yang tidak gatal sedang Chanyeol tak hentinya menatap Baekhyun.

"Jadi...kenapa masih diam disini? Tidak usah khawatir Kapten, aku memiliki bukti kejahatannya padaku. Aku bisa mengatasinya sendiri" ucap Baekhyun.

"O-oh ya baiklah kalau begitu, aku dan Minseok permisi dulu" pamit Jongdae, kemudian menarik Minseok untuk pergi meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun.

Ketika hanya tinggal mereka berdua, rasa gugup tiba-tiba menjalari benaknya. Sesungguhnya Baekhyun hanya ingin mengucap maaf, tapi gengsinya menguasai niatnya itu, hingga ia terus melangkahkan tungkainya tanpa berucap sepatah katapun.

"Aku menyayangimu...sudahkah aku mengatakan itu?"

Langkah Baekhyun sontak berhenti, dengan degup jantungnya yang berdebar kencang mendengar ucapan Chanyeol di belakangnya. Dapat ia dengar langkah kaki lelaki itu mendekatinya, berhenti tepat di belakang punggungnya.

"Tak ada seorangpun yang berharga di mataku, sampai aku bertemu dengan dirimu. Sudahkah aku mengatakan itu?" Chanyeol kembali bertanya, namun lidah Baekhyun terasa kelu untuk menjawabnya.

"Aku yang tidak berguna ini...tidak pantas 'kan untukmu?"

Si mungil sedikit tersentak, ketika jemari Chanyeol mendekap tubuhnya dari belakang. Lelaki tinggi itu menyandarkan kepalanya di bahu kanan Baekhyun, membisikkan sesuatu padanya.

"Pergilah. I give up on you, Baekhyunnie..."

.

.

.

Suara bising mesin mobil yang berjejer di jalanan, membumbung tinggi memecah keheningan malam. Setelah dengan susah payah melepaskan Baekhyun beberapa jam yang lalu, Chanyeol langsung melesat menuju kehidupan lamanya. Balapan liar.

Adalah Ferrari merah pekat, yang akan dikendarai Chanyeol malam ini. Para pembalap lain turut bersiap-siap di dalam mobilnya, menunggu bendera hitam putih dikibarkan di udara.

"Hey bung! Kau baik?" tanya Seokjin yang bersender di pintu mobil Chanyeol.

"Yeah tentu saja, kau meremehkanku huh?!" Chanyeol menyeringai angkuh.

Seokjin mengedikkan bahunya, mematri senyuman mencela pada Chanyeol. "Entahlah, ini pertama kalinya kau patah hati bung. Aku tahu bagaimana rasanya, teman" ucapnya bijak sembari menepuk pelan pundak Chanyeol. "Jadi kau benar-benar selesai dengannya?" tanyanya lagi ketika temannya itu hanya diam dengan pandangan kosong.

Chanyeol memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di bangku. "Aku harus. Baekhyun terlalu berharga untuk lelaki urakan seperti diriku" ucapnya lemah."Tapi...jika setelah ucapanku itu, Baekhyun tetap datang kepadaku..." Ia menarik nafas sejenak, seraya mengusap kasar raut tegangnya.

"...maka aku rela lakukan apapun padanya..." tuturnya pelan, nyaris seperti berbisik.

Sejenak ia masih menutup matanya erat, menikmati desau angin yang membelai wajahnya. Sampai tiba-tiba dirasa pundak kirinya memberat, Chanyeol sontak membuka matanya.

"Apapun?"

Chanyeol lantas membeku, mendapati sosok mungil kesayangannya sedang terpejam di pundak kirinya. Mulutnya berulang kali terbuka dan tertutup, tidak tahu harus mengatakan apa. Namun melihat Baekhyun terpejam dengan wajah damainya, Chanyeol mengalah pada egonya.

"Hmm...apapun..."

Baekhyun memindahkan kepalanya untuk menapak pada dada bidang Chanyeol, dan tersenyum kecil ketika jemari Chanyeol mengangkat tubuh mungilnya dalam pangkuan Chanyeol. Ia buka sejenak kedua mata sabitnya, sembari tersenyum manis pada yang lain.

"Wanna date with me tomorrow?"

.

.

.

Hehehehe Happy Chanbaek Day semuanyaaaaa :)