Arrest Me, Byun

With

Park Chanyeol & Byun Baekhyun

.

.

.

Brummm Brummmm

Deru tarikan gas dari motor-motor yang terjejer di jalanan, membahana memecah keheningan malam. Masing-masing pemiliknya sudah memasang pose bersiap dari atas motornya, menunggu seorang gadis di depan sana mengibarkan benderanya.

"3...2...go!"

Tepat setelah bendera tanda dimulainya balapan, satu-persatu pengendara tadi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, menembus dinginnya hawa angin malam. Sorak sorai penonton mulai terdengar, menyerukan nama pembalap yang menjadi jagoan mereka. Diantara pembalap lainnya, terdengar satu nama yang paling banyak dan paling keras diteriakkan oleh para penonton.

"Park Chanyeol! Park Chanyeol! Park Chanyeol!"

Itulah nama yang paling mendominasi sepanjang area balapan. Adalah seorang lelaki tinggi dengan wajah serupa serpihan dewa bercampur malaikat, yang sedang melajukan motornya dengan ciri khas stiker '61' di bagian depan motornya. Ia dikenal sebagai juara bertahan di segala jenis balapan liar, tak hanya yang diadakan di Korea Selatan, namun juga di belahan bumi lainnya.

Wajah yang rupawan, harta yang melimpah serta kemampuan balap yang luar biasa, tentu saja membuat hampir semua wanita maupun pria sub yang melihatnya rela membuka kakinya cuma-cuma hanya untuk lelaki itu. Namun nyatanya tidak pernah ada seorangpun yang terlihat dekat dengan Chanyeol, bahkan kabarnya lelaki itu selalu menolak para jalang yang ditawarkan padanya.

Entahlah...perawakannya memang misterius, dingin, dan sulit didekati. Sejauh ini hanya Oh Sehun dan Kim Jongin yang diketahui sebagai sahabat setianya. Kabarnya sifatnya yang kasar dan kejam, membuat orang lain enggan mendekati dirinya.

Satu tikungan lagi, maka Chanyeol akan menangguhkan dirinya sebagai juara kembali malam ini. Namun disaat jarak hanya tinggal beberapa meter tak berarti, suara iring-iringan yang memuakkan menurutnya, datang dan menghadang jalannya untuk mencapai garis finish.

Chanyeol berdecak kesal, dan mau tidak mau menghentikan laju motornya. Ia membuka helm yang melingkupi kepalanya, kemudian menatap nyalang pada dua petugas polisi di depannya. Kesalahan fatal bagi keduannya telah menggangu seorang Park Chanyeol.

"Berhenti di sana dan letakkan tanganmu di atas kepala!" perintah salah satu petugas polisi tersebut.

Chanyeol benar menuruti pinta si polisi dengan menaruh tangannya di atas kepala. Namun ia tidak diam dalam posisinya, melainkan terus membawa tungkainya maju sembari mematri senyuman miring pada sudut bibirnya.

"He-hey! Aku bilang berhenti!" pekik si polisi sedikit khawatir, sementara Chanyeol terus melangkah maju masih dengan senyum andalannya. "K-kami benar-benar akan menembakmu jika kau tidak berhenti sekarang juga!" ancam petugas yang satunya.

Chanyeol terkekeh kecil sembari mengedikkan bahunya. "Tembak saja, biar kalian merasakan bagaimana memuakkannya dibalik jeruji besi itu" ucapnya tanpa takut, membuat si petugas mengernyit bingung. "Aku tidak membawa senjata apapun, aku juga hanya melangkah maju. Kalian menembakku dan tuduhan penembakan pada warga sipil akan segera mendatangi kalian berdua" sahutnya ringan, membungkam para polisi di depannya.

Chanyeol tersenyum menang, dan menurunkan kedua tangannya ketika telah berada di hadapan para polisi. Kilatan mengerikan terpancar dari sorot matanya, sedang seringai licik mulai terbentuk di bibirnya. "Jadi...sudahkah kalian mulai menyesal datang dan menganggu kemari?" Kedua polisi bungkam, dan perlahan melangkah mundur tanpa disadari.

"Mari kita lihat. Apa yang akan terjadi..." Chanyeol berbisik, menjeda sesaat untuk memberikan isyarat bagi para kawanannya yang mulai mengerubungi kedua polisi tersebut.

"...ketika seseorang mencoba berurusan dengan Park Chanyeol.."

.

.

.

"Jadi namanya Park Chanyeol?"

Yang ditanya mengangguk penuh semangat. "Benar Baek, ingat ya kau harus berhati-hati jika kelak ditugaskan menangkap berandalan itu!" ucapnya mewanti-wanti.

"Lalu apa yang terjadi dengan kedua petugas itu Minseok hyung?" tanya Baekhyun, masih penasaran.

Minseok mengetuk-ngetuk dagunya, nampak berpikir keras, sebelum bergidik ngeri setelahnya. "Mengerikan Baek. Kami tidak tahu apa tepatnya yang Chanyeol lakukan, tapi kedua petugas itu lantas segera mengundurkan diri dan kabarnya selalu mengurung diri di kamar" jelas Minseok menggebu-gebu. Ia memajukan wajahnya kemudian, untuk berbisik pada Baekhyun. "Ada yang bilang Chanyeol mempermalukan kedua petugas itu Baek. Ia melucuti pakaian kedua polisi itu, kemudian menggiringnya sepanjang jalanan kota Seoul. Mengerikan bukan?' kembali Minseok bergidik.

Baekhyun mendengarkan dengan seksama, namun tidak sepenuhnya percaya pada cerita sunbaenya. Pikirnya itu adalah hukuman konyol untuk ukuran seorang berandal seperti itu. Baekhyun baru saja ingin membuka suaranya, namun Jongdae selaku atasannya datang dengan nafas memburu.

"Ayo bersiap-siap! Kita ada panggilan tugas!" perintahnya, dan dengan sigap Baekhyun beserta Minseok beranjak dari kursi masing-masing.

"Ada kasus apa Kapten?" tanya Minseok, di sela-sela perjalanan menuju tempat parkir.

"Perkelahian antar geng motor" Jongdae menjawab cepat, namun nampak kekhawatiran tercetak pada rautnya. Ia menolehkan kepalanya pada Minseok, menatapnya dengan ragu. "Park Chanyeol lagi..." bisiknya lirih.

Minseok membeliak dan menghentikan langkahnya begitu saja. "Tidak Kapten, tidak. Aku tidak mau ikut patroli kali ini!" tolaknya mentah-mentah. "Kau tidak ingat seminggu yang lalu, gara-gara berandal itu, petugas kita harus dirawat intensif di rumah sakit sampai hari ini. Aku tidak mau, lebih baik turunkan tim khusus saja" cerocosnya.

Jongdae menghela nafas dan mengusak surai cokelatnya. "Kau tahu itu tidak mungkin. Bagi mereka Chanyeol bukan ancamam besar seperti teroris yang akan mengahncurkan dunia dan memerlukan penangkapan dari tim khusus. Ayolah Minseok kita kekurangan petugas, yang lain juga tidak mau ikut!"

Minseok menggeleng dengan hebatnya. "Tidak! Yang lain bisa kabur mengapa aku tidak. Pokoknya aku tidak mau!" pekik Minseok sebelum lari terbirit-birit meninggalkan Jongdae dan Baekhyun

"Hey! Hey! Minseok! Tungguuu...aish!" Jongdae berdecih kesal dan menarik nafas panjang untuk menetralisir emosinya. Ia menoleh ke samping kanan, mendapati Baekhyun masih berdiri dengan patuh. "Apa? Kau ingin kabur juga?" tanyanya sinis.

Baekhyun menggeleng dengan cepat. "Tidak Kapten. Ini patroli pertamaku sebagai petugas baru. Mohon bimbingannya" Baekhyun menunduk hormat sejenak.

Jongdae tersenyum sumringah hingga netranya menyipit. Ia mengangkat tangannya, menepuk pundak bawahannya. "Aku suka semangatmu. Ayo kita berangkat!" ajaknya penuh semangat. Baekhyun menganguk lagi tersenyum, kemudian bersama-sama memasuki mobil patroli.

...

Duagh! Bukk! Prangg!

Suara riuh ricuh tak terkendali menjadi musik pengiring bagi para kawanan yang sedang baku hantam di siang hari yang terik ini. Entah siapa yang kawan atau lawan, yang pasti suasana begitu tak kondusif, saling bergelung di sebuah lapangan rerumputan.

Di tengah kerumunan tersebut, nampak kedua pemimpin masing-masing geng motor, yang tengah beradu sengit satu sama lain. Satu dari mereka adalah si lelaki tinggi fenomenal, Park Chanyeol, yang nampak masih segar bugar tanpa adanya luka lebam sedikitpun di wajahnya. Berbanding terbalik dengan sang lawan, yang rupanya hampir tak jelas bentuknya akibat simbahan darah yang menggenang. Belum sempat Chanyeol melayangkan kepalan tangannya, lagi-lagi suara sirine yang begitu dikenalnya dan begitu memuakkan baginya, datang mengganggu kegiatannya. Chanyeol hanya berdecih tanpa mau melepaskan musuhnya ataupun sekedar menoleh pada petugas polisi di belakangnya.

"Y-yeol sudah cukup. Aku minta maaf" mohon sang musuh.

Sebelah alis Chanyeol menukik, sembari menyunggingkan senyum meremehkan pada musuhnya. "Jika kau mengira aku akan berhenti hanya karena polisi itu, maka kau salah..." bisiknya penuh ancaman. Tangannya mulai kembali terangkat tinggi. "...sebab harusnya kau tahu apa akibatnya jika berurusan dengan-"

"-turunkan tanganmu!" seru seseorang dari arah belakang. "Aku bilang turunkan tanganmu bodoh!" perintahnya lagi dikala tangan Chanyeol masih terangkat tinggi.

Chanyeol memutar matanya dan mendengus kesal. Tikus kecil berseragam lagi, pikirnya. Dengan enggan ia menghempaskan tubuh musuhnya dan bangkit menegakkan tubuhnya. Dengan pose berkacak pinggang, Chanyeol membalik tubuhnya dengan perlahan.

1

2

Pada detik ketiga, saat itulah...

Netra bulatnya menajam, tubuhnya menghangat, diikuti degupan jantungnya yang menggila.

Apakah seorang malaikat sedang turun ke bumi? Batinnya.

Chanyeol tetap membeku, meski sosok indah yang mengacaukan kerja jantungnya itu, kini sudah berada di hadapannya. Dalam jarak seperti ini, Chanyeol dapat melihat lebih jelas bagaimana paras rupawan sosok di depannya. Bibir tipisnya yang pink merekah menggoda gairahnya, hidung mungilnya yang mancung, wajahnya yang mulus tak bernoda, dan jangan lupakan sepasang netra sabit dengan iris cokelatnya, sukses menenggelamkan Chanyeol pada tatapan itu.

Astaga...Chanyeol tidak pernah tahu jatuh cinta seindah ini.

"Hey! Kau tuli ya?! Cepat berikan tanganmu" ucapan ketus dari sosok mungil itu membuyarkan lamunan Chanyeol. Namun ia tidak marah ataupun tersinggung atas apa yang diucapkan si polisi mungil. Sungguh suatu keajaiban.

"Telingaku baik. Yah... mungkin tidak berfungsi dengan baik saat berhadapan dengan sosok indah sepertimu" ucapnya santai. Membuat Baekhyun mendengus dan mencibir mendengarnya. "Omong kosong. Cepat kemarikan tanganmu!" ketus Baekhyun.

"Ini..." Chanyeol menyerahkan kedua tangannya cuma-cuma. "Diikat seharian pun aku rela, apalagi bila itu dilakukan di ranjang" Lagi, Baekhyun mendengus kesal. Namun ia memilih diam, dan segera memasangkan borgol pada tangan Chanyeol. Selesai melakukan pekerjaannya, Baekhyun menoleh ke belakang, tepatnya pada Jongdae yang berdiri tak jauh darinya dengan raut kecemasan.

"Kapten! Aku sudah memborgolnya!" pekik Baekhyun dengan bangganya. Mendengar itu Jongdae mengelus dadanya merasakan kelegaan, kemudian setengah berlari menghampiri Baekhyun.

"Ini Kapten, bawa saja ke dalam mobil" Baekhyun menggiring Chanyeol untuk diberikan pada Jongdae, namun si berandalan tinggi menahan tubuhnya. Baekhyun mengernyit dan sedikit waspada kala Chanyeol mendekati wajahnya.

"Kau yang menangkapku, maka kau juga yang harus membawaku cantik" Chanyeol mengedipkan matanya menggoda, sedang Baekhyun mulai jengah akan sikapnya. Baru saja Baekhyun hendak membuka mulutnya, si tampan terlebih dulu membungkam bibir Baekhyun dengan punggung tangannya.

"Sshh...sebaiknya kau tidak menolak baby" Chanyeol tersenyum jenaka kemudian membawa bibirnya mendekati telinga Baekhyun. "Sebab hanya perlu satu jentikan bagiku untuk melepaskan diri dari borgol ini. Bagaimana hmm?" tanya Chanyeol dengan berbisik.

Baekhyun menutup mata menahan emosi yang menumpuk dan menghela nafas lelah dikala melihat Jongdae menatap penuh harap padanya. Ia menoleh pada Chanyeol kembali, kemudian mau tidak mau menggiring si berandalan itu bersamanya.

...

Desas desus begitu ramai memasuki indera pendengar Baekhyun, sejak dirinya menginjakkan kaki di gerbang markas kepolisian. Bukanlah Baekhyun yang menjadi topik pembicaraan, melainkan sosok berandalan tinggi -yang sialnya tampan- , yang kini sudah duduk manis berhadapan dengan Baekhyun.

Adalah suatu hal yang begitu langka melihat keberadaan Chanyeol di kantor polisi. Bukan karena ia tidak pernah diringkus, tapi hampir menjadi suatu hal yang mustahil jika Chanyeol menurut dibawa ke kantor polisi, tanpa adanya petugas yang dilukai. Oleh sebab itu, sejak tadi petugas yang lalu-lalang melewati meja Baekhyun, menyempatkan untuk mencermati sesaat kondisi si polisi mungil. Dan selalu reaksi yang sama, yakni decakan tak percaya saat mendapati Baekhyun tetap cantik tanpa cela.

"Sebutkan nama lengkapmu"

"Bagaimana jika kau dulu?"

Baekhyun memutar mata dan berdecak malas. "Lupakan! Park Chanyeol, itukan namamu?"

"Nah, tepat sekali. Aku tahu namaku pasti dikenal dimana-mana" sombong Chanyeol.

Baekhyun hanya bisa menggumam samar, kemudian melanjutkan ketikannya kembali. "Berapa umurmu?" tanyanya malas.

"Aku tidak akan menjawab apapun, sebelum kau mengatakan namamu"

Baekhyun menggebrak meja, mulai larut dalam emosinya. "Dengar ya Park Chanyeol, jaga sikapmu atau aku-"

"-Baekhyunnn! Baekhyunnn! Kau baik-baik saja Baek?" Entah datang dari mana, tiba-tiba Minseok mengampiri Baekhyun dengan hebohnya, rautnya begitu khawatir, bahkan sampai tidak menyadari ada sosok lain diantara mereka. "Demi Tuhan aku tak menyangka Kapten akan mengirimi petugas baru sepertimu untuk menangkap Park Chanyeol, si berandalan ke..ji..." Minseok tak mampu menyelesaikan ucapannya, dikala ia baru menyadari 'Park Chanyeol, si berandalan keji' berada di sampingnya. "B-baek a-aku pergi dulu. S-sampai jumpa huwaaa" Minseok berlalri ketakutan, sedang Baekhyun hanya bisa geleng-geleng melihatnya.

"Jadi namamu Baekhyun? Dan kau adalah petugas baru?" tanya Chanyeol tiba-tiba, yang dijawab anggukan singkat oleh Baekhyun. "Nama yang indah. Seindah parasmu tentu saja. Ah! seharusnya kepolisian sudah merekrutmu sejak dulu!"

Baekhyun memilih acuh, meladeni lelaki sinting seperti ini hanya mengabisi energinya saja. "Kau terbukti mengikuti balapan ilegal, melakukan kekerasan pada orang lain, melawan beberapa petugas polisi. Apa alasanmu?" selidik Baekhyun.

"Tidak ada alasan khusus, hanya ingin saja" Chanyeol mengedikkan kedua pundaknya. Ia menyandarkan sikunya di atas meja, menatap lekat pada Baekhyun. "Catat ini baik-baik. Aku mengakui semua tuduhan yang dijatuhkan padaku, apapun itu. Tapi aku tidak menyesalinya, sebab dengan begini aku bisa bertemu calon kekasihku yang cantik" Chanyeol mengedipkan sebelah matanya kembali.

Rasanya kesabaran Baekhyun benar-benar telah sirna. Parasnya memerah sempurna, gigi-giginya saling bergemerutuk, siap memuntahkan luapan emosi pada lelaki tinggi didepannya, jika saja tidak ada seorang pria berpakain setelan jas yang datang tiba-tiba menghampirinya. Pria yang nampak sebaya dengannya itu menunduk sopan sesaat, kemudian mengulurkan tangan kanannya pada Baekhyun.

"Perkenalkan, aku Kim Jongin. Pengacara keluarga Park" ucapnya ketika Baekhyun membalas jabatan tangannya. "Aku sudah mengurus jaminan untuk Tuan Park Chanyeol, dan Tuan Park sudah diperbolehkan untuk pulang" jelas Jongin.

Baekhyun mengangguk paham, kemudian menoleh pada Chanyeol "Oh, ya sudah kalau begitu. Kau boleh pergi Park Chanyeol"

Mungkin memang dasarnya otak Chanyeol yang sudah bermasalah, bukannya bahagia karena dibebaskan, lelaki itu justru mengernyit tak suka. Sebelum pergi bersama sang pengacara, Chanyeol terlebih dahulu berdiri di samping Baekhyun yang masih duduk di kursinya.

"Ada apa lagi?" tanya Baekhyun heran.

Chanyeol tidak langsung menjawab, melainkan mengambil ponsel dari sakunya untuk disodorkan pada Baekhyun. "Berikan nomormu dan aku akan pergi" pintanya datar.

Baekhyun sempat menganga tak percaya, kemudian dengan segera menggeleng tegas. "Maaf, itu privasiku. Aku tidak memberikan informasi pribadiku pada orang asing" tolaknya. Chanyeol berdecak, namun tidak menarik ponselnya kembali. "Ayolah, kita sudah berkenalan tadi. Aku Chanyeol dan kau Baekhyun. Sudah kan?"

Tetap saja, Baekhyun menyilangan kedua tangannya, menolak dengan tegas permintaan Chanyeol.

"Hah! Baiklah Baiklah..." Chanyeol memasukkan kembali ponselnya dalam saku, kemudian membungkukkan tubuhnya sejajar dengan wajah Baekhyun. "Perlu kau ketahui, aku terbiasa mendapatkan apapun yang kumau, bagaimanapun caranya" Chanyeol berbisik dalam jarak dekat, sedang Baekhyun terus menatapnya tanpa takut. "Tapi aku suka caramu menentangku, dan lihat baik-baik...apa yang akan aku lakukan untuk membuatmu takluk kepadaku Baekhyun" Chanyeol menegakkan kembali tubuhnya, setelah mencuri satu kecupan di pipi gembil Baekhyun. Sebelum menghilang di balik pintu, ia menyempatkan memutar tubuhnya.

"Mari kita mulai dari bagaimana caraku mendapatkan nomormu"

.

.

.

Pada kenyataannya, berandalan tampan itu benar-benar bertindak sesuai ucapannya. Belum genap 24 jam setelah ia dibebaskan dengan jaminan, lelaki itu sudah membuat ulah dengan mengadakan adu balap liar di jalanan umum. Membuat Baekhyun kembali ditugaskan untuk turun lapangan meringkusnya.

Ketika Baekhyun datang, atmosfir di arena balapan seketika membeku. Semua pasang mata disana dengan jelas melihat Chanyeol berseri-seri layaknya orang idiot, meninggalkan motor balapnya begitu saja dan menurut patuh disaat Baekhyun membawanya. Sesampainya di kantor polisi, Chanyeol terus menerus menanyakan nomor ponsel Baekhyun ketika si mungil itu sedang menginterogasinya.

Di hari berikutnya, Baekhyun dibuat geleng-geleng kepala karena lagi-lagi mendapat laporan Chanyeol sedang merusak salah satu fasilitas umum di tengah kota. Sama seperti sebelumnya, ia lagi yang ditugaskan untuk mengurusi berandalan itu. Dan tetap saja, ketika diinterogasi tidak ada yang Chanyeol ucapkan selain, "Berikan nomor ponselmu"

Pada hari ketiga, rasanya kepala Baekhyun benar-benar ingin meledak. Bagaimana tidak? Disaat ia sedang sibuk menginterogerasi dan mencatat pengakuan seorang pencuri, Kaptennya datang tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Tidak Kapten~Perintahkan yang lain ya?" mohon Baekhyun, memasang wajah memelas pada Jongdae. Melihat kaptennya tetap bergeming dan menatapnya penuh arti, Baekhyun pun mendengus kesal dan bangkit dari duduknya.

Jongdae diam-diam tersenyum simpul sedang Baekhyun tiada henti mengalunkan umpatan dari mulut mungilnya sepanjang perjalanannya menuju pintu keluar. Ketika keduanya baru saja melangkah dari pintu geser, Baekhyun menoleh pada Jongdae. "Kali ini dimana lokasi si brengsek itu membuat ulah?" tanya Baekhyun kesal.

Bukan ucapan yang didapatkan Baekhyun sebagai jawaban, melainkan isyarat dari Jongdae untuk melihat ke arah belakang. Dengan kerutan dalam di keningnya, Baekhyun pun memutar tubuhnya, mengikuti arah pandang Jongdae.

Baekhyun menganga sesaat, sebelum berdecak sembari melangkahkan kakinya. Suasana halaman depan kantor polisi sudah porak poranda penuh kekacauan, dan pelakunya tidak lain tidak bukan adalah sosok tinggi yang kini sedang menyeringai puas menunggu kedatangan Baekhyun.

"Ah. Akhirnya si cantik datang juga" goda Chanyeol, sambil mengedipkan sebelah matanya.

Baekhyun memilih acuh dan menengadahkan tangannya. "Kemarikan tanganmu" sahutnya dingin tanpa sekalipun memandang wajah pria di depannya. Baru saja ia bernafas lega karena Chanyeol dengan patuh menyerahkan kedua tangannya untuk diborgol, lagi-lagi ia dibuat geleng-geleng kepala oleh lelaki itu.

"Chanyeol! Lepaskan tangan-"

"-diam atau aku tidak akan masuk ke dalam!" hardik Chanyeol dan Baekhyun hanya bisa menutup rapat mulutnya, membiarkan dirinya ditarik oleh Chanyeol dengan jemari keduanya yang saling bertaut.

"Duduk di kursi itu" perintah Baekhyun ketika keduanya telah sampai di ruangan kerjanya.

Chanyeol tak lantas duduk, memandang Baekhyun dengan sebelah alisnya terangkat. "Biasanya aku duduk di kursi depan mejamu?" tunjuk Chanyeol dengan dagunya.

"Apakah ukuran kedua matamu masih kurang besar untuk melihat sosok yang sedang duduk di kursi itu?" sarkas Baekhyun, benar-benar jengah akan kebodohan lelaki berandal ini. "Duduk disana dan kunci mulut besarmu itu rapat-rapat agar aku bisa selesaikan pekerjaanku dengannya!" pinta Baekhyun.

Tak disangka Chanyeol hanya mengedikkan bahunya dan berjalan tanpa protes menuju kursi di sisi kanan meja Baekhyun. Membuat seluruh pasang mata disana membelalak tak percaya melihatnya.

Park Chanyeol? Yang mampu menghancurkan siapapun yang mengganggunya hanya dengan satu jentikan? Patuh menuruti segala yang diperintahkan oleh polisi baru itu.

1 menit, 2 menit, sudah terlewati tanpa adanya gangguan ketika Baekhyun sedang mengetikkan sesuatu dalam laptopnya. Merasa suasana begitu hening, ia menoleh sekilas ke samping untuk memastikan apakah lelaki itu tertidur atau tidak. Namun ia menyesali keputusannya setelah mendapati Chanyeol sedang duduk tegak dan menatapnya begitu intens.

"Hey! Hey! Perhatikan matamu itu!" jemari Baekhyun berhenti mengetik, ketika tiba-tiba Chanyeol berseru dari sampingnya. Ia menoleh kembali pada Chanyeol, memandangnya penuh tanya.

"Bajingan itu terus memandangimu seolah-olah ingin menelanjangimu!" seru Chanyeol, membuat Baekhyun menganga mendengar ucapannya. "Suruh ia memejamkan matanya sebelum aku yang turun tangan untuk mencabut keduanya!" tuntut Chanyeol dengan pose angkuhnya.

Baekhyun hanya menghela nafas perlahan, menggumamkan kata 'maaf' pada lelaki di depannya, sebelum melanjutkan kembali ketikannya.

Suasana mulai terkendali, hanya bunyi ketikan jemari Baekhyun saja yang terdengar di ruangan ini. Sesungguhnya diam-diam ia mengetahui lelaki di depannya ini terus memandangi wajahnya sejak tadi, terutama pada bagian bibirnya ketika ia sedang berbicara. Namun ia memilih acuh, agar urusannya dengan lelaki ini cepat selesai.

Tidak butuh waktu lama, Baekhyun menyelesaikan ketikannya dan mencetaknya untuk ditanda tangani oleh si pencuri ini. Ia memberikan kertas dan pena pada si pencuri, namun dengan sengaja lelaki itu justru menggenggam tangannya dan memberikan senyuman menggoda pada si mungil. Baekhyun menggeram samar, siap-siap mengeluarkan emosinya sebelum-

Bugh!

"Sudah kubilang jangan macam-macam dengannya sialan!"

Bugh! Bugh!

Butuh sekian detik bagi Baekhyun untuk menyadari situasi yang sedang terjadi, dan segera bangkit untuk memisahkan Chanyeol sebelum lelaki tinggi itu benar-benar menghabisi nyawa si pencuri.

"Chanyeol! Berhenti Chanyeol!" pekik Baekhyun sambil terus menarik tubuh Chanyeol agar menjauh. Ia menoleh ke sekitar, memberi isyarat pada petugas lain untuk membantunya.

"Sudah cukup Chanyeol! Dia benar-benar akan mati, bodoh!"

Chanyeol berhenti memukul sejenak, memandang tajam pada Baekhyun di sampingnya. "Itu tujuanku! Bajingan ini berani-berani menyentuh apa yang telah menjadi milikku dan aku tidak akan membiarkannya hidup!"

Heol! Memangnya siapa yang mau menjadi milikmu! - batin Baekhyun. Jika bukan karena Chanyeol yang nampak kalap mata, sudah dipastikan jemari lentiknya melayang pada dahi lelaki itu.

Ia mengacak-acak surainya putus asa, mendapati para petugas lainnya masih tidak mampu memisahkan kedua lelaki ini. Baekhyun mencoba berpikir keras, mencari cara yang tepat untuk menghentikan Chanyeol sebelum pencuri itu benar-benar mati di tangannya.

Ketika satu cara akhirnya terpikirkan dalam otaknya, senyuman Baekhyun mulai mengembang. Ia lepaskan tangan Chanyeol begitu saja, membuat petugas yang lain mengernyit melihatnya. "Chanyeol, lepaskan pria ini atau-"

"-apa hah?! Aku tak takut apapun ancamanmu! Bajingan ini tetap akan mati di tanganku!" potong Chanyeol, dan melanjutkan kembali melayangkan pukulannya pada si pencuri.

"Yakin?" Baekhyun bertanya kembali, sedang Chanyeol menulikan telinganya. Si mungil mengedikkan bahunya, sebelum melangkah menuju pintu keluar. Ketika ia hendak menghilang dibalik pintu, Baekhyun berucap pelan.

"Ah..padahal aku baru saja ingin memberikan nomor teleponku"

Hening.

Tidak ada yang bersuara ataupun bergerak seinci pun. Semua mata tertuju pada Chanyeol, yang dalam sekejap menghentikan aksinya hanya dengan sederetan kalimat yang diucapkan oleh Baekhyun.

Si mungil itu sendiri sudah menghilang dari balik pintu, dan tak butuh waktu bagi lama bagi Chanyeol untuk segera berlari mengejar Baekhyun dengan senyum idiotnya.

...

Kesalahan fatal bagi Baekhyun, karena telah mengira Chanyeol begitu bodoh, hingga ia memberikan nomor ponsel bibi laundry dekat rumahnya pada lelaki itu, bukan nomor ponsel miliknya. Baekhyun hanya tidak menyangka, satu jam setelah ia meninggalkan lelaki itu, Chanyeol langsung menghubungi nomor yang diberikan olehnya.

Chanyeol nampak benar-benar murka ketika mendatangi kantor kepolisian keesokan harinya. Baik Baekhyun maupun petugas lainnya, mengira hari itu adalah hari terakhir bagi Baekhyun untuk menghirup udara, melihat betapa mengerikannya Chanyeol yang sedang meluapkan emosinya.

Baekhyun sudah terduduk pasrah, siap menerima ajalnya ketika Chanyeol mulai bergerak mendekati mejanya. Ia menutup matanya erat, tidak berani melihat dengan cara apa kiranya Chanyeol akan membunuhnya.

Namun hingga 2 menit kemudian, tidak ada cekikan di lehernya ataupun suara pekikan di sekitarnya. Hal itu lantas membuat Baekhyun membuka sebelah matanya, dan-

Cup

Kedua mata sabit Baekhyun akhirnya terbuka lebar sempurna mendapati Chanyeol sudah terduduk dengan manis di depan mejanya,

Setelah sebelumnya mencuri satu kecupan di bibir Baekhyun.

"Sampai kau memberikan nomor ponselmu, aku akan terus duduk di tempat ini. Tak peduli kau suka atau tidak" ucap Chanyeol waktu itu sambil mengusap bibir plumpnya.

Dan berandalam itu benar-benar tidak bercanda akan ucapannya. Ia terus datang tiap harinya dan sialnya cara yang digunakan olehnya adalah terus membuat ulah hingga Baekhyun mau tidak mau harus turun tangan mengurusnya.

Bukan hanya Baekhyun yang sudah lelah, melainkan juga pengacaranya. Bahkan kemarin, ada seorang lain yang bernama Oh Sehun, menggantikan Kim Jongin yang katanya sedang mengurusi sesuatu. Menurut keduanya, Chanyeol memang sering membuat ulah, namun tidak seperti ini, setidaknya tidak sampai setiap hari.

Baekhyun bertanya apa kiranya yang membuat Chanyeol seperti itu, dan baik Sehun maupun Jongin memberikan jawaban yang cukup menggelikan. "Ia hanya ingin nomor ponselmu" jawab Jongin begitu entengnya saat itu.

"Hmm...atau mungkin dirimu" tambah Sehun sembari terkekeh pelan. Membuat Baekhyun memutar matanya malas. Lalu kedua lelaki itu saling bersitatap sejenak sebelum mengucapkan hal yang sama pada Baekhyun.

"Kau tahu tidak? Ini yang pertama baginya tertarik dengan seseorang" ucap keduanya

Entah mengapa jawaban dari kedua pengacara itu sedikit mempengaruhi Baekhyun. Bukan berarti ia juga tertarik pada Chanyeol, hanya saja...sudah lama Baekhyun tidak merasakan bagaimana rasanya diperjuangkan oleh seseorang. Kisah percintaannya di masa lalu tidak baik omong-omong.

Suara riuh dari arah pintu, mampu membuyarkan lamunan Baekhyun. Ia bangkit dari kursinya, beranjak ke sumber keributan, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

Dan Baekhyun segera menghela nafas sembari geleng-geleng kepala, ketika dilihatnya sosok yang beberapa hari ini mengusik ketenangannya, berada dalam genggaman dua orang polisi. Namun ada yang berbeda dengannya hari ini, ia tampak lebih emosional dan terus menerus mengamuk pada sosok lain yang juga sedang dipegangi oleh polisi.

"Lepaskan aku! Aku harus memberi pelajaran padanya! Lepas arghh!" pekik Chanyeol, terus meronta ingin melepaskan diri.

"Ada apa ini?!" Baekhyun menyahut tiba-tiba, disambut kelegaan oleh beberapa petugas polisi yang mengurusi Chanyeol. Jelas saja, seisi kepolisian sudah mengetahui bahwa si berandal Chanyeol hanya melunak pada Baekhyun. Jongdae yang sedang memegangi seorang lainnya, berupaya bergeser ke arah Baekhyun. "Baek, tolong tangani ini. Seperti biasa, perkelahian antar geng" jelas Jongdae.

Baekhyun mengangguk kecil, kemudian menjalankan perintah Kaptennya, mengambil alih Chanyeol yang sejak tadi dipegangi oleh dua petugas. Layaknya sebuah sulap, begitu Baekhyun yang memeganginya, dalam sekejap Chanyeol berhenti berontak dan mengikuti Baekhyun dengan patuh ke dalam ruangan. Baru saja tiga langkah menapak, sosok yang dipegangi Jongdae menghentikan langkah Baekhyun dan Chanyeol dengan sahutannya.

"Ck. Ternyata Park Chanyeol tidak setangguh yang dikatakan orang-orang" Baekhyun menoleh sedang Chanyeol masih terpaku. "Yeah..tidak jauh berbeda dengan sang ayah. Pengecut" Lelaki itu terkekeh puas melihat Chanyeol berbalik dengan cepat dan ingin menerjangnya, jika saja Baekhyun tidak sigap menahannya.

"Shh..jangan terpancing Chanyeol. Sudah jangan didengarkan, ayo pergi" Baekhyun berbisik sembari mengusap bisep Chanyeol yang mengeras. Ia sedikit lega ketika dirasanya nafas Chanyeol kian teratur. Namun baru saja suasana mulai kondusif, si lelaki di belakang sana kembali menguji kesabaran.

"Wah..wah...jadi lelaki mungil ini yang telah menaklukan seorang Park Chanyeol?" tanyanya sarat dengan nada meremehkan. "Bagaimana caranya? Ah..tentu saja. Jalang kecil ini pasti memberikan pelayan yang memuaskan untukmu 'kan?"

"A-apa kau bilang? Sialan! KEMARI KAAUU-'

-Bugh!

"Uhukk!" Lelaki bermulut besar itu jatuh tersungkur di lantai sembari memegangi perutnya yang terasa begitu nyeri akibat tendangan yang baru saja dilayangkan padanya.

Sementara Jongdae hanya menganga, begitu pula beberapa petugas lainnya, bahkan termasuk Chanyeol sendiri mengerjap tak percaya. Semuanya fokus pada sosok mungil yang sedang menepuk-nepuk sepatu kulitnya, setelah baru saja menendang telak seseorang. Tanpa menghiraukan tatapan takjub yang lain, Baekhyun memilih mendongak menatap Chanyeol. "Ayo pergi sebelum aku khilaf dan melubangi kepalanya" ajak Baekhyun. Chanyeol tersenyum geli mendengarnya, dan membiarkan Baekhyun menggiring tangannya.

...

Sudah hampir satu jam lebih Baekhyun senantias menyaksikan adu perdebatan di depannya. Adalah Chanyeol yang terpaksa ditahan di balik jeruji, sedang dibujuk oleh dua pengacaranya sekaligus, Sehun dan Jongin. Penjara mini itu tidak jauh dari letak meja kerjanya, hingga ia masih mampu mendengarkan sayup-sayup ketiga lelaki tersebut.

"Ayolah hyung, kami sudah menjaminmu. Memangnya kau tidak ingin bebas?" keluh Sehun.

"Lagipula ayah dan ibumu sedang berada di rumah. Pulanglah, temui mereka hyung" bujuk Jongin.

Chanyeol tetap menggeleng dengan tegas. "Tidak dan tidak. Lebih baik aku disini daripada bertemu dengan kedua orang asing itu dirumahku" sahutnya dingin, membuat dua lelaki yang lain menghela nafas putus asa.

Baekhyun yang melihat debat pelik antara ketiganya, berinisiatif untuk mendekat dan mencari tahu lebih jelas apa gerangan masalahnya. Jongin yang pertama kali menyadari keberadaan Baekhyun dan tersenyum penuh harap padanya. Ia menyenggol bahu Sehun, hingga lelaki itu mengikuti arah pandang Jongin, dan juga mematri senyum yang sama seperti Jongin. Keduanya bangkit bersama-sama, mendekati Baekhyun terlebih dahulu.

"Tolong bantu kami membujuknya" bisik Sehun

"Kami menaruh harap padamu" tambah Jongin.

Baekhyun mencibir namun tetap memilih untuk mendudukkan diri di lantai, berdampingan dengan Chanyeol yang hanya dipisahkan oleh jeruji besi.

"Pengacaramu sudah menjaminmu, mau apalagi disini?" sahut Baekhyun ketus.

"Aku lebih suka disini, apalagi ada dirimu" jawab Chanyeol ringan.

"Dasar bodoh, begitu banyak para tahanan yang ingin kembali ke rumah, dan kau malah memilih tinggal di penjara dingin ini" Baekhyun berdecak heran. "Pulanglah...kudengar orang tuamu menunggumu di rumah, seharusnya kau menyambut mereka dan-"

"-Baekhyun" sela Chanyeol dengan nada dingin. Ia menoleh pada Baekhyun dan kilatan emosi terpancar pada sorot matanya. "Benar adanya...bahwa kau satu-satunya yang mampu membuatku bertekuk lutut" Baekhyun diam dengan pandangan yang terkunci. "Namun bukan berarti kau berhak mencampuri urusan pribadiku. Kau bukan siapa-siapa, dan jangan menceramahiku tentang apa itu keluarga" ucapnya tajam dan menusuk, kemudian bangkit menuju sudut penjara.

Baekhyun bahkan hanya bisa menganga dengan wajah memerah, merasa dipermalukan oleh lelaki itu. Demi Tuhan ia hanya ingin lelaki itu segera menghilang dari pandangannya, bukan seperti apa yang dituduhkan Chanyeol padanya. Ia mendengus kesal dan kembali menuju mejanya dengan menghentakkan kakinya.

"Bagaimana?" tanya Jongin penuh harap ketika Baekhyun sudah duduk di kursinya.

"Ingatkan aku untuk tidak berurusan dengan si brengsek itu lagi!" hardik Baekhyun, benar-benar merasa kesal. Jongin dan Sehun terduduk lesu, mendapati bahwa Baekhyun pun gagal membujuk Tuan Muda Park tersebut.

Melihat Baekhyun masih bergumam mengumpati Chanyeol, Sehun berinisiatif memberikan sekaleng cola yang dibelinya tadi untuk Baekhyun. "Ini, minumlah. Dinginkan kepalamu dulu" saran Sehun. Baekhyun menerima tanpa pikir kembali dan menyesapnya begitu saja sampai habis. Setelahnya ia duduk kembali, diikuti oleh Sehun yang msngambil posisi di sampingnya

"Apa yang Chanyeol ucapkan jangan dimasukkan hati. Ia hanya tidak mampu merangkai kata-kata yang lebih baik" Sehun berucap serius. "Mungkin kau tidak akan percaya, tapi Chanyeol sesungguhnya lelaki yang baik, cerdas dan berkompeten. Namun dikarenakan orang tuanya yang begitu sibuk akan pekerjaannya, pulang hanya setahun 3 kali, membuat Chanyeol berubah menjadi lelaki yang kasar dan urakan. Ia kesepian Baek..." terang Sehun lagi, sementara Baekhyun hanya diam mendengarkan.

"Chanyeol mungkin terkesan seorang berandalan yang hobinya menghamburkan uang. Namun ia tidak pernah membual, ataupun mengatakan omong kosong lainnya" Kali ini Jongin yang berbicara pada Baekhyun. "Jika ia bilang suka, maka ia benar-benar menyukaimu Baekhyun"

Baekhyun tak sadar menghela nafas panjang. Meresapi secercah rasa iba yang menjalar di hatinya.

...

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Baekhyun baru saja kembali dari patroli malamnya dan memilih bermalam di kantornya ketimbang di apartemennya. Toh, dia juga hanya tinggal sendiri disana.

Baekhyun membasahi bibirnya, menatap penuh nafsu pada semangkuk jajangmyeon di atas meja yang baru saja dibelinya. Ia hendak mengapit mie itu dengan sumpitnya, sampai netranya menangkap sosok yang berada di dalam jeruji.

Dapat ia lihat semangkuk sup masih bersegel, berada di dekat jeruji sampingnya. Melihat mangkuk sup itu masih tertutup, Baekhyun yakin lelaki itu belum memakannya. Seharusnya Baekhyun mengacuhkannya, bukannya beranjak perlahan mendekati lelaki tersebut. Ia pegangi pinggir mangkuknya, dan ternyata sup ini sudah mendingin.

"Ck. Apa rencanamu sebenarnya dengan ini? Aku tidak bermaksud 'mencampuri' urusanmu, tapi jangan merepotkan kami dengan acara mogok makanmu ini" Baekhyun menyahut, menekan kata mencampuri.

Chanyeol yang sejak tadi menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangannya, perlahan-lahan mulai mengangkat wajahnya dan nampak bahagia melihat Baekhyun kembali datang mengunjunginya. Namun atas dasar gengsi ia cepat-cepat membuang mukanya ke depan.

"Mereka memberikan aku sup seafood. Aku tidak suka" ucap Chanyeol dingin.

Baekhyun memutar mata selagi berdecak pelan. "Ini kantor polisi bukan restoran bung. Kalau ingin makan sepuasnya silahkan-"

"-aku alergi" sela Chanyeol cepat. Ia menoleh pada Baekhyun, dengan sorot matanya yang meredup. "Aku alergi seafood. Aku pernah jatuh sekarat ketika memakan sepotong cumi saja" cicit Chanyeol. Ia menundukkan wajahnya lesu setelah melihat Baekhyun meninggalkan dirinya. Namun tidak berapa lama, Chanyeol dibuat terkejut ketika Baekhyun kembali mendatanginya, dengan semangkuk jajangmyeon di tangannya.

"Ini, makanlah ini saja" Baekhyun menyelipkan mangkuknya diantara jeruji besi. Sesungguhnya Chanyeol ingin bersikap gentle dan menolaknya, namun sangat disayangakan...

Kriukk Kriukk

Bunyi perutnya yang tidak bisa diajak kompromi itu, mau tidak mau membuatnya menahan malu hingga wajahnya memerah matang. Baekhyun terkikik kecil dan menyodorkan kembali mangkuk jajangmyeonnya.

Sambil memalu, Chanyeol terpaksa mengambil mangkuk itu dan mulai menyesapnya. "Terima kasih ya. Tapi kau makan apa?" tanya Chanyeol.

"Tenang saja, aku bisa membeli beberapa camilan di supermarket seberang. Sudahlah makan yang kenyang" Baekhyun tersenyum.

"Ah...aku memang tidak salah memilih calon kekasih. Thanks baby" Chanyeol berkedip sedang Baekhyun memutar matanya jengah. Ia sudah akan bangkit menegakkan tubuhnya, sampai Chanyeol kembali memanggilnya. "Baekhyun?"

"Apa lagi?"

Chanyeol mengulum senyumnya. "Nomormu?"

"Sial!" Baekhyun geleng-geleng kepala dan menghiraukan Chanyeol yang terus memanggilnya. Ia melangkahkan tungkainya menuju pintu keluar, menapak menuju supermarket. Sementara Chanyeol hanya mengedikkan bahunya dan melanjutkan acara makan jajangmyeonnya. Pada suapan keempat Chanyeol berhenti, membaca pesan yang masuk pada ponselnya.

From : +083628****

Baekhyun.

.

.

.

Baekhyun nampak mulai menyesali keputusannya memberikan nomor ponselnya pada Chanyeol. Hari ini tepat seminggu sejak lelaki itu memiliki nomornya, dan selama 24 jam dalam seminggu ini, Chanyeol selalu menghubunginya. Entah itu hanya sekedar bertukar pesan ataupun berteleponan.

Sisi positifnya mungkin Baekhyun bisa lebih terbiasa dengan sifat lelaki itu, selalu berubah-ubah tak terbaca. Chanyeol masih belum berbicara banyak tentang kehidupannya, ia lebih senang mendengarkan Baekhyun bercerita, meski harus memaksa si mungil terlebuh dahulu.

Tak hanya itu saja, dengan keduanya yang saling berbincang lewat telepon setiap malam, membuat Baekhyun bisa memantau tingkah laku Chanyeol, menghindarkan lelaki itu dari segala balap liar yang biasanya diikuti olehnya.

Jujur, ada kelegaan luar biasa dalam benak Baekhyun, ketika Chanyeol memilih untuk diam di rumahnya pada malam hari, menuruti segala perintah dan hal-hal yang dilarang olehnya.

Entah sejak kapan.

Baekhyun tidak bisa tidur lelap jika Chanyeol tidak menghubunginya di malam hari.

Drrtt Drttt

Baekhyun nyaris memekik senang melihat layar ponselnya yang menyala.

From : Chanyeol

Jam berapa kau selesai bertugas?

To: Chanyeol

Ini sudah selesai. Ada apa?

From: Chanyeol

Pulang denganku.

Tidak ada penolakan.

Entah mengapa bukannya kesal, Baekhyun lantas merasa pipinya memanas membaca pesan terakhir dari Chanyeol. Baru saja jemarinya sedang mengetikkan pesan balasan, sebuah pesan baru masuk pada ponselnya.

From: Chanyeol

Jangan marah.

Aku hanya rindu.

Dan Baekhyun tak mampu lagi menahan senyuman yang mengembang di bibir tipisnya. Ia membereskan berbagai perlengkapannya ke dalam laci maupun tasnya, kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membenahi penampilannya.

Baekhyun merasa dirinya konyol ketika sedang mematut di depan cermin. Namun lihatlah...bukannya segera keluar, ia justru membubuhkan bedak pada pipinya dan mengoleskan eyeliner tipis pada garis matanya. Setelah merasa penampilannya sudah lebih baik, Baekhyun beranjak keluar kantor dan ternyata sudah ada Chanyeol yang sedang duduk di atas motornya.

Mati-matian Baekhyun menahan ekspresi datarnya, dan berusaha untuk tidak terpaku pada pahatan rupawan di depannya. Chanyeol dengan rambut abunya yang berantakan, jaket kulit hitam yang membalut tubuh semampainya, dilengkapi dengan jeans hitam sobek-sobek, hanya memperburuk pertahanan Baekhyun.

"A-ayo..ehm..ayo kita pulang" dalam hati Baekhyun merutuki suaranya yang bergetar, dan rasanya ia ingin ditelan oleh aspal saja, ketika Chanyeol mendekati wajahnya sambil menatapnya lekat.

"Kau terlalu indah Baekhyun..." Chanyeol berbisik di wajahnya dan Baekhyun memilih memejamkan mata. "Jangan salahkan aku jika suatu hari aku terpaksa menculikmu...mengurungmu di ranjangku...menikmatimu untuk diriku sendiri, dan-"

"-dan setelahnya kau mati di tanganku. Awas kau macam-macam!" Baekhyun menyela dengan ucapan datarnya, sementara Chanyeol mendengus mencermati paras Baekhyun yang merona samar, berbanding terbalik dengan ucapan dinginnya.

Melihat itu menimbulkan niat untuk menggoda si mungil. Chanyeol tiba-tiba menggamit jemari Baekhyun, lalu membuka mulutnya dan menggigiti jemari lentik itu. Disangkanya Baekhyun akan merengek gemas, namun ternyata

"Yak! Sudahlah aku pulang sendiri saja!" pekik Baekhyun, lalu memutar tubuhnya untuk meninggalkan Chanyeol. Baru saja dua tapak ia melangkah, si berandalan tampan menyahut dengan entengnya,

"Pergi saja jika kau ingin melihatku menghancurkan taxinya"

Baekhyun mengumpat pelan, mau tidak mau memutar balik ke arah Chanyeol. Ia melewati Chanyeol yang sedang menyeringai puas, langsung menuju motor besar milik lelaki itu. Ia mendengar langkah Chanyeol yang mendekat padanya, hingga akhirnya sesuatu yang berat menenggelamkan tubuhnya dalam kehangatan.

"Jangan coba-coba melepaskannya" Chanyeol memperingati. Baekhyun hanya mencibir mengejek, namun diam-diam melepaskan senyumannya ketika Chanyeol sedang memakai helmnya dan menghirup dalam aroma jantan dari sang pemilik jaket.

...

Kedua alis Baekhyun saling menukik ke atas ketika Chanyeol menghentikan motornya bukan di depan rumah Baekhyun, namun di suatu tempat yang tidak asing baginya. Yakni area balap liar.

"Aku tidak ikut balapan, hanya ingin menemui temanku. Tunggu sebentar oke?" ujar Chanyeol dengan segera melihat tatapan menuntut dari si mungil.

Baekhyun tadinya hendak menggangguk, namun urung ketika melihat suasa begitu lengang, hanya beberapa pemabuk saja yang ia lihat sejak tadi. Maka sebelum Chanyeol melangkah lebih jauh, dengan segera Baekhyun turun dari motor dan menahan lengan Chanyeol.

"Ada apa?"

Baekhyun meremas jemarinya, nampak ragu dalam berucap. Hah! Jika sekarang adalah jam patrolinya, sudah dipastikan ia akan berdiri lantang disini, mengacungkan pistolnya pada siapa sana yang akan mengganggunya.

Tapi kali ini...satupun senjata tidak ada yang dibawa oleh Baekhyun. Sial.

"Kalau kau hanya ingin diam seperti ini, lebih baik aku pergi oke"

Sreett

Langkah Chanyeol terhenti ketika sepasang jemari mungil menarik jaket bagian belakangnya. Ia menoleh ke belakang, melipat kedua tangannya dengan pandangan menuntut Baekhyun untuk berbicara.

"Aku...b-bolehkah aku ikut denganmu?" cicit Baekhyun merasa malu luar biasa. "A-aku hanya khawatir karena aku tidak bawa senjata...Boleh ya?" Baekhyun meminta dengan wajah dibuat semelas mungkin. Membuat Chanyeol tidak tahan untuk mencubit gemas kedua pipi Baekhyun.

"Geez...tidak usah menggodaku seperti itu, aku juga tidak tenang meninggalkanmu sendirian" Chanyeol tersenyum, lantas menggenggam jemari Baekhyun untuk menuntunnya turun dari motor. "Ingat, jangan hiraukan yang lain dan yang paling penting...jangan pernah lepaskan tanganku. Mengerti" Baekhyun mengangguk patuh, hingga Chanyeol menghadiahinya sebuah kecupan lembut di pucuk kepalanya. Keduanya saling berjalan berdampingan, dengan senyuman simpul yang terpatri pada bibir masing-masing.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di tempat tujuan. Suasana di area ini cenderung lebih ramai daripada tempat Chanyeol memakirkan motornya tadi. Obsidian Chanyeol nampak mengitari kesana kemari, mencari sosok yang ingin ditemuinya.

"Chanyeol!" Seruan yang memanggil dirinya dari belakang membuat Chanyeol menoleh dan tersenyum tipis mengetahui itu adalah sosok yang dicarinya sejak tadi. "Haah...untung kau datang tepat waktu" ucap lelaki itu lega, kemudian menyadari sosok si mungil di samping Chanyeol. "Jadi ini yang kau bawa Yeol? Menarik juga" lelaki itu menjilat bibirnya sembari menatap lapar pada Baekhyun.

Chanyeol maju selangkah, menyembunyikan Baekhyun di belakangnya. "Perhatikan matamu Seokjin. Dan apa maksud perkataanmu itu?" desisnya mengancam.

"Kau tidak membaca pesanku? Aku memintamu membawa sesuatu untuk dijadikan taruhan malam ini Yeol" Seok Jin membela diri.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun membeliak hebat. Jemari Chanyeol sudah siap untuk melayangkan tinju pada Seok Jin, namun urung dilakukan ketika benaknya mengingat sesuatu. Sesaat lalu, ia memang sedang membaca pesan dari kawanannya, dan belum sampai di pesan terakhir Baekhyun sudah muncul membuatnya melupakan segalanya. Ironi yang indah.

"Ayolah Yeol, lagipula kita bisa mendapatkan si manis ini kembali jika kita menang. Kau hanya perlu menyerahkan pada-"

Srakk

Dengan sigap Seok Jin menangkap sesuatu yang dilemparkan Chanyeol padanya, yang ternyata adalah kunci motornya. Seok Jin mengernyit dan menatap Chanyeol penuh was-was.

"Ambil itu dan lakukan apapun yang kau mau" ucap Chanyeol.

Seok Jin membelalak berlebihan. "Kau gila? Hanya demi si mungil ini kau rela membuang satu-satunya motormu yang berharga?!" pekik lelaki itu sembari geleng-geleng tak percaya.

"Jaga bicaramu Seok Jin" desis Chanyeol dengan pandangannya yang menusuk pada kawanannya. "Baekhyun bukan barang. Dan motor itu tak ada apanya bila dibandingkan dengan Baekhyun. Aku pergi" pamitnya sambil menggiring Baekhyun yang hanya bisa pasrah mengikutinya.

Sepanjang perjalanan Baekhyun hanya diam, sedang Chanyeol nampak sibuk mengetikkan sesuatu pada ponselnya. Baekhyun sudah akan mengucapkan sesuatu pada Chanyeol, sampai akhirnya sebuah Audi hitam berhenti di depan keduanya.

Baekhyun mengira Chanyeol mungkin meminta sopir untuk menjemput mereka, namun dugannya salah ketika sang sopir keluar dan memberikan kunci mobilnya pada Chanyeol. Lelaki berandalan itu terlebih dahulu menghampiri Baekhyun, membukakan pintu mobil untuknya sebelum masuk pada bangkunya sendiri.

Keheningan melingkupi keduanya, ketika mobil yang melaju dalam kecepatan sedang itu, menembus lalu lalang malam. Chanyeol tampak fokus menyetir dan Baekhyun senatiasa mengagumi wajahnya dari samping.

"Yeol..." panggil Baekhyun pela pada akhirnya.

"Hmm?" Chanyeol menoleh sekilas, sebelum kembali melihat ke jalanan. Baekhyun mengulum bibirnya, entah mengapa lidahnya menjadi kelu untuk berucap. Disaat polisi mungil itu sedang larut dalam emosinya, saat itulah ia merasakan usapan lembut di kepalanya.

"Tidak usah dipikirkan. Motor itu hanya rongsokan tua" Chanyeol menyahut lebih dulu. Itu hanya bualannya tentu saja. Jelas-jelas baru saja dua hari yang lalu Chanyeol membeli seperangkat onderdil dengan harga fantastis untuk motornya.

"Tapi temanmu berkata sebaliknya tadi" Baekhyun mencibir kesal. Membuat Chanyeol terkekeh pelan dan mencubit bibirnya. "Jangan didengarkan. Lagipula sepertinya aku lebih suka mengendarai mobil jika bersamamu..." Chanyeol menoleh, dengan senyuman menggoda di bibirnya. "...kita bisa melakukan banyak hal di dalam mobil Baek. Ingin mencobanya?" bisiknya sensual.

Bugh!

"Awh! Sakit Baek!" Chanyeol mengaduh sembari mengusap kepalanya yang baru saja mendapat pukulan manis dari si mungil. Namun disaat jemari halus menggantikan tangannya untuk mengusap kepalanya, senyuman lebar mulai mengembang di bibir Chanyeol.

...

Setelah melewati perjalanan penuh candaan dan umpatan, tidak terasa keduanya kini telah berhenti di area parkir apartemen Baekhyun. Ketika Chanyeol turun dari bangkunya, Baekhyun mengira lelaki itu hendak membukakan pintu untuknya saja. Namun disaat Chanyeol tetap mengikutinya bahkan sampai ke dalam kamar apartemennya, Baekhyun baru merasakan ada sesuatu yang direncanakan oleh lelaki itu. "Ck. Aku lelah Yeol. Pulanglah, ini sudah malam" ucapnya lesu.

"Aku juga lelah" Chanyeol mengedikkan bahunya. "Tapi tidak baik berkendara dalam kondisi seperti ini di malam hari"

"Lalu bagaimana?"

Chanyeol bangkit dengan cepat, tahu-tahu segera melangkah memasuki kamar Baekhyun. "Apa boleh buat? Tentu saja aku akan menginap malam ini" jawabnya santai, kemudian menaiki ranjang Baekhyun begitu saja.

Netra sabit Baekhyun melebar sempurna melihat tubuh raksasa Chanyeol menginvasi ranjang mininya. Ia mengumpat kesal sembari berkacak pinggang di samping Chanyeol. "Ya Ya! Tidur di sofa sana! Lihat tubuh besarmu ini memakan ranjang-"

-greb!

"Begini lebih adil" Chanyeol berbisik dengan mata terpejam, sedang kedua tangannya mendekap erat tubuh mungil Baekhyun dalam pelukannya. Pada posisi yang cukup 'intim' ini membuat Baekhyun dapat melihat dengan jelas bagaimana paras nyaris sempurna milik lelaki itu.

Yang sialnya membuatnya gugup setengah mati, lengkap dengan debaran jantungnya yang menggila. Baekhyun mencoba melepaskan diri, namun Chanyeol justru mendekapnya semakin erat. "Chanyeoll..." bisiknya.

"Sshh jangan takut. Sampai adanya kejelasan status antara kita berdua, aku bersumpah tidak akan menyentuhmu" janji Chanyeol, kemudian menepuk-nepuk punggung Baekhyun agar lelaki itu lebih rileks. "Tidurlah..." bisiknya.

Waktu yang sudah cukup larut ditambah usapan lembut di punggungnya, sungguh membuat kedua mata Baekhyun memberat. Ia sudah akan berlabuh di alam mimpi ketika Chanyeol tiba-tiba memanggil namanya."Baekhyun..."

"Hmm?" jawabnya pelan.

Chanyeol tidak langsung menjawab, terlebih dahulu menguraikan pelukannya untuk bersitatap dengan polisi mungil. "Apakah...apakah ada kesempatan bagiku untuk memilikimu?" tanya Chanyeol meragu.

"Tidak"

"Yak!" Tak disangka Chanyeol bangkit dengan tiba-tiba, membuat Baekhyun nyaris terjatuh mencium lantai kamarnya. Baru saja ia hendak menyalak pada si tinggi, berandalan itu terlebih dulu meneriakinya.

"Apa alasanmu hah?! Apa aku kurang tampan?! Ah..atau kau sudah memiliki seseorang yang dekat denganmu? Katakan siapa itu! Biar kuhancurkan kepalanya!" Chanyeol nampak benar-benar murka.

Baekhyun hanya menatapnya datar, tidak takut sekalipun pada lelaki yang sedang mengamuk di ranjangnya. "Kau benar, aku sedang dekat dengan seseorang..." jawabnya enteng, bertolak belakang dengan si tinggi yang hampir meremukkan sisi ranjang.

"Siapa dia?! Katakan padaku!"

"Kau sungguh akan menghancurkan seseorang yang dekat denganku itu?" tanya Baekhyun.

Chanyeol mengangguk penuh yakin. "Tentu saja! Akan kulenyapkan dirinya hingga kau tidak mampu lagi berpaling dariku!"

Baekhyun hanya mengedikkan bahunya acuh, kemudian bangkit dari ranjangnya menuju meja di sudut ruangan. Chanyeol hanya memandangnya bingung dan mengernyit ketika melihat Baekhyun kembali ke ranjang dengan sesuatu yang berada di genggamannya.

"Untuk apa kau membawa itu?!" ketus Chanyeol, merasa kesal karena Baekhyun terkesan mengabaikan ucapannya tadi.

"Kau bilang ingin tahu siapa orangnya?"

Chanyeol mendengus sinis. "Lupakan! Tanpa kau beritahu, aku akan tetap mencarinya-"

"-Ini. Ini seseorang itu" Baekhyun menyela ucapan Chanyeol dengan menyodorkan barang yang dibawanya tadi di depan wajah Chanyeol.

Sebuah cermin.

Yang tentu saja memantulkan wajah Chanyeol di dalamnya.

Berulang kali mulut Chanyeol terbuka dan tertutup, merasa kehilangan kata-kata untuk berucap sepatah kata pun. Sedang Baekhyun di depannya, mengeluarkan seringai penuh kemenangan.

"Bagaimana? Sudah tahu kan siapa orangnya?" cibir Baekhyun dengan nada mengejek dan Chanyeol hanya mengangguk singkat. "Kalau begitu cepat hancurkan kepalanya dan lenyapkan ia sekarang juga" ejek Baekhyun kembali.

Chanyeol sudah siap menyalak kembali untuk membalas Baekhyun, namun kekehan ringan dari polisi manis itu meredam amarahnya dalam sekejap. Ia tarik Baekhyun dengan segera, membawanya kembali dalam dekapannya.

Baekhyun tidak keberatan akan itu, bahkan memberanikan diri untuk mengusap lembut punggung Chanyeol. Ia sedikit mendongak, tersenyum ringan pada lelaki itu. "Sesungguhnya aku bukan tipe pemilih. Hanya saja...aku punya kenangan buruk dengan seorang berandalan" jelasnya lembut.

"Jika aku berubah menjadi sosok yang lebih baik, akankah kau mempertimbangkan aku?" tanya Chanyeol berbisik, selagi membawa wajahnya merunduk.

Kembali Baekhyun terkekeh, kemudian mendekatkan bibir keduanya untuk membisikkan sesuatu. "Aku memang ingin kau mencobanya..." Ia mengecup singkat belahan bibir tebal di depanya sebelum melanjutkan ucapannya. "...jadi, berubahlah untukku...yakinkan aku" pintanya.

Chanyeol mematri senyuman lebar. "Apapun untukmu Baekhyun" bisiknya halus, dilanjutkan dengan bibir yang saling mengecap di tengah keheningan malam

.

.

.

Terhitung sudah lima kali Baekhyun mengecek layar ponselnya, namun berakhir dengusan kecewa ketika tidak ada satupun pesan baru yang masuk ke nomornya. Adalah Park Chanyeol, sosok yang ditunggu oleh Baekhyun, dimana lelaki itu belum membalas pesannya sejak dua jam yang lalu.

Meski belum adanya status yang mengikat keduanya, namun sejak malam itu jalinan komunikasi mereka semakin membaik, terbuka dan tak jarang menghabiskan waktu bersama di masa senggang. Chanyeol juga nampak menepati janjinya, tidak pernah terlibat lagi dengan segala hiruk pikuk dunia malam. Tentu saja ini membuat Baekhyun perlahan-lahan mencoba membuka hatinya untuk lelaki itu.

"Byun Baekhyun!"

Baekhyun segera memasukkan kembali ponselnya begitu Jongdae menghampirinya.

"Ya Kapten?"

"Ikut aku sekarang. Kita ditugaskan untuk melerai perkelahian antar geng motor"

...

Buakk! Dughh! Prangg!

Bagaikan sebuah dejavu, Baekhyun kini melangkah waspada memasuki titik pusat perkelahian. Netranya menangkap beberapa orang yang tidak asing baginya, dan ia hanya mampu berdoa dalam hati agar sosok yang ada dalam pikirannya itu tidak nampak disini.

Namun harapannya sirna.

Ketika dengan jelas netra sabitnya menangkap sosok yang begitu dikenalnya di depan sana. Park Chanyeolnya...yang nampak berhasrat melayangkan tinju bertubi-tubi pada musuhnya. Jemari kekarnya dan sekujur tubuhnya telah bersimbah darah sang lawan, namun Chanyeol masih enggan untuk berhenti, bahkan begitu menikmati menyiksa lawannya.

Batin Baekhyun berteriak pilu. Lelaki itu telah mengkhianati kepercayaanya.

Sama seperti seseorang di masa lalunya. Yang menjadi alasan dibalik bekas luka yang selalu tersembunyi di balik pakaiannya.

Dan Baekhyun tidak akan menolerir itu. Tidak akan lagi. Maka dengan langkah bergetar menahan amarah, ia mendekati Chanyeol.

"Chan..."

Hanya dengan panggilan lirih dari Baekhyun, membuat Chanyeol dalam sekejap menghentikan pukulannya, lalu menoleh pada Baekhyun dengan wajahnya yang memucat. Langkahnya ragu, namun ia tetap mencoba menghampiri Baekhyun.

"B-baek...ini tidak seperti yang kau bayangkan" Chanyeol mencoba mengambil jemari Baekhyun, namun segera dihempaskan begitu saja olehnya. "Kumohon Baek, dengarkan aku dulu. Seok Jin mengatakan-"

"-sampah" Chanyeol bungkam sedang Baekhyun menajamkan pandangannya. "Kau tak ubahnya seperti sampah menjijikkan. Dan aku tidak ingin mengotori tanganku karenamu" desis Baekhyun.

Kedua tangan Chanyeol terkulai lemas di sampingnya, memandang Baekhyun dengan sorot terluka yang begitu kentara. "Berhenti Baek. Berhenti. Siapapun boleh mengatakan itu padaku...asal bukan dirimu". Perlahan-lahan Chanyeol melangkah mundur, dan menyempatkan untuk menoleh pada Baekhyun terakhir kalinya.

"Kata-katamu...menyakitiku"

Baekhyun terkekeh meremehkan dan mengedikkan bahunya, sebelum meninggalkan Chanyeol yang membeku dalam posisinya. Andai Baekhyun tahu seberapa besar pilu yang dirasakan Chanyeol karenanya.

.

.

.

Sudah sebulan lebih Baekhyun menjalani hari-harinya tanpa semangat. Pipinya semakin tirus, sorot matanya redup dan menjadi sosok yang lebih pendiam. Beruntung karena prestasinya sebelumnya, Baekhyun diberikan sedikit kelonggaran oleh Jongdae sang Kapten.

Entah sampai kapan dirinya akan terus seperti ini...Baekhyun tak tahu. Yang jelas setelah sosok itu pergi dari kehidupannya, seolah-olah jiwa Baekhyun juga ikut pergi bersamanya.

Masih dengan jelas di ingatannya, bagaimana raut terluka yang ditunjukkan Chanyeol pada pertemuan terakhir saat itu. Naasnya...dua hari kemudian, Baekhyun baru mengetahui kebenaran sesungguhnya, dimana Chanyeol menyerang Park Jimin, karena lelaki itu mengancam akan mengacaukan kehidupan Baekhyun.

Park Jimin adalah anak dari selingkuhan ayah Chanyeol, dan juga lelaki yang pernah ditinju oleh Baekhyun saat di kantor polisi beberapa bulan yang lalu. Menurut Sehun dan Jongin, Jimin bersekongkol dengan ibunya untuk menyingkirkan Chanyeol dari daftar keluarga Park.

Mirisnya...ternyata Tuan Park, sang ayah, percaya penuhnya pada Jimin dan ibunya. Ketika remaja, Chanyeol acapkali diteriaki anak tak berguna, sampah keluarga, dan banyak ucapan menyakitkan lainnya ketika ia baru saja menginjakkan kakinya sepulang sekolah. Selama belasan tahun.

Itulah sebabnya, malam itu, Baekhyun mendapati Chanyeol nampak begitu terluka. Sebab, dengan bodohnya ia membuat lelaki tinggi itu mengulas kembali masa lalunya yang pilu.

Hanya sakit yang bisa Baekhyun rasakan dikala mengingat penggalan kenangan tersebut. Seolah hukuman untuknya, Chanyeol tidak pernah bisa dihubungi lagi sejak saat itu, bahkan tidak pernah ada sedikitpun kabar keberadaannya hingga kini. Baekhyun juga sudah mencoba mencari Jongin dan Sehun, namun anehnya kedua lelaki itu juga menghilang bagai ditelan bumi tepat setelah menjelaskan semuanya padanya.

Baekhyun menghela nafas panjang, kemudian menaruh kepalanya pada lipatan tangan di atas meja.

Sial. Ia merindukan Chanyeol. Sangat.

Namun apa daya, semuanya sudah terlambat dan lelaki itu kini-

"Selamat siang Tuan Byun"

-kini berada di depannya! Demi Tuhan, apakah ia bermimpi? Pasti mimipi. Tidak mungkin lelaki tampan dengan surai tersisir rapi ke belakang, dan dibalut dengan setelan jas mahal ditubuhnya ini adalah sosok lelaki itu.

"Hey tuan? Halo?" Lelaki itu melambaikan tangannya di wajah Baekhyun. Kemudian tersenyum hangat sembari mencubit pelan pipi Baekhyun."Ini benar aku...dan aku kemari untuk melaporkan sesuatu" ucapnya lembut. Membuat Baekhyun benar-benar yakin bahwa ini bukanlah alam mimpinya. Senyuman itu lantas menulari Baekhyun, hingga senyuman manis mulai terpatri di bibirnya. "Apa yang ingin kau laporkan Tuan...Park Chanyeol?" tanyanya.

Chanyeol mengetukkan telunjuknya di dagu, berpura-pura memikirkan sesuatu. "Hmm, aku ingin melaporkan kejahatan seseorang" ucapnya serius.

"Apa itu?"

"Hmm ada seseorang yang telah menyakiti kekasih hatinya, dan sekarang orang tersebut ingin memperbaiki segalanya dengan cara menculik sang kekasih untuk tinggal bersamanya, bahkan mungkin seedikit memaksanya jika kekasihnya menolak untuk ikut" terangnya panjang lebar, sementara Baekhyun hanya tersenyum geli mendengarnya.

"Jadi bagaimana...?" Chanyeol memajukan wajahnya, berbisik di depan bibir Baekhyun. "...apa kiranya hukuman yang akan kau berikan untuk orang itu?"

"Mmm...sepertinya ia harus dikenakan pasal berlapis Tuan Park. Jadi katakan pada temanmu itu..." Baekhyun mengerutkan dahinya, seolah menunjukkan sedang berpikir keras. Sesaat setelahnya ia juga memajukan wajahnya, membalas berbisik halus pada Chanyeol.

"...hukumannya adalah seumur hidup bersamaku..."

.

.

.

Halo halooo :)

Mau cerita sedikit, awalnya cerita ini dibuat untuk berchapter, namun dirombak dalam sekejap menjadi oneshoot...dan kupikir itu pilihan yang buruk, sia-sia, serta benar-benar msngecewakan hahaha

Ya sudahlah, jadi gimana pendapat kalian?