Daddy

Kim Taehyung; Jeon Jungkook

Taekook; Vkook

[R 18+ TaeKook Fanfic]

Warn: Dirty words; full of shits; Plotless; Pointless

.

.

.

.

...

"Eunggh, Jungkook permainanmu benar-benar bagus nak!" Eluhan itu semakin menambah kicauan-kicauan ditengah malam ini. Seakan ikut meramaikan suara memuakkan kendaraan yang berlalu-lalang setiap harinya.

Kamar seakan terasa sempit meminta ampun atas kegiatan tak senonoh yang dilakukan oleh dua manusia bergender sama itu. Bahkan, tempat tidur yang berderit sedikitpun tak mampu menjadi hambatan. Mereka melakukannya dengan suka, tanpa mau tahu bagaimana takdir yang seakan ikut mencekal mereka.

"A-ayah, penismu masih sama seperti yang kemarin. Aku sangat menyukainya. Teruslah ..." Racau pemuda yang lebih muda. Gerakan mereka semakin cepat namun tetap konstan. Yang dibawah terus menaikkan bokongnya, sedangkan yang diatas masih asyik memaju-mundurkan penisnya. Wajah mereka memeram, yang satu menikmati keenakan sedangkan yang satunya mendesah penuh nikmat. Mengabaikan bagaimana eksistensi Tuhan selaku sang pencipta.

Keringat masih saja bercucuran mengaliri tubuh mereka, lampu redup yang menemani seakan menambah kesan dramatis pada kegiatan tak senonoh mereka. Begitu naif untuk ditolak tapi begitu tak tahu malu untuk dilakukan.

Dan entah mengapa dunia seakan diam, terus menanti apa yang akan berakhir diantara mereka. "Eungh~ pelankan suaramu Jungkook-ah, Ibumu bisa mendengarnya nanti. Ahh..." peringat Taehyung cukup dalam dengan suara husky bassnya, selaku manusia yang menempati posisi atas. Salah satu tangannya asyik meremas kejantanan yang lain yang pasti tak lebih besar dari miliknya, sedangkan tangan yang lainnya masih menahan bokong pemuda dibawahnya agar aksi maju mundurnya dapat terlaksana dengan lancar.

"Ah, biar sajjhaa~ Ayah, aku yakin vagina Ibu tak bisa memuaskan nafsumu selama ini ahh~" Dia Jungkook, pemuda dibawah itu bernama Kim Jungkook.

"Kau selalu benar Kookie sayang, Ngh.. Ayah tak pernah menyangka jika kau sudah menjadi sebinal ini sekarang. Ah..." Jungkook tersenyum dari bawah, ingatannya kembali mundur beberapa silam lalu. Ia masih sangat ingat bagaimana ini semua berawal. Satu ekspetasi yang berakhir dengan kenyataan penuh sensasi.

Kenyataannya, Ia sangat memuja ayahnya. Sekalipun ia tahu, ia lahir dari sperma yang dimiliki pria dewasa diatasnya ini, ia benar tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana caranya merasakan kejantanan ayahnya diruang lingkup bibirnya. Merasakan tumpahan sperma sang ayah yang akan melelehi wajahnya. Salahkan sendiri Ayahnya, bagaimana bisa pria empat puluhan ini masih memiliki tubuh layaknya pria berumur dua puluhan. Lihatlah bagaimana otot perutnya yang masih tercetak kencang, wajahnya yang semakin maskulin dan yang paling Jungkook damba adalah penis yang menusuknya sekarang ini.

Mungkin dulu sekedar untuk menatap penis dambaannya ini, Jungkook harus melakukan kerja keras untuk dapat melihatnya, tapi sekarang? Dengan senang hati ayahnya akan mau ia rogoh saat itu juga.

Ia tersenyum, baginya itu adalah sebuah keajaiban penuh adrenalin, suatu hal yang patut untuk dibanggakan. Mengapa? karena bagi Jungkook itu merupakan suatu keajaiban karena dapat mencicipi sang Ayah dengan bebas, tapi yang menjadi adrenalinnya adalah mereka harus melakukan itu sembunyi-sembunyi. Terutama didepan Ibunya dan itu cukup menyebalkan!

Bibir kenyal itu semakin turun, menyusuri punggung putih nan indah dihadapannya. Dengan rakus Taehyung menciumi sekujur tubuh anaknya itu tanpa ampun, bahkan Jungkook dapat merasakan rasa geli, perih dan bercampur basah akibat Taehyung yang menciumi dan mengigit daerah tengkuknya, tepat salah satu daerah sensitifnya. Punggung putihnya dapat merasakan bagaimana dinginnya saliva Taehyung yang menempel. Tapi tak apa, yang terpenting Jungkook dapat merasa nikmat dan seakan berada dilangit ketujuh.

Kalau dilihat-lihat ia memang seperti pemuda lacur yang sama sekali tak memiliki moral. Ia merebut suami orang dan kejamnya itu adalah ayahnya sendiri. Namun, itu akan terasa wajar jika dia seorang wanita. Tapi lihatlah dirinya ia sama seperti ayahnya, sama-sama memiliki testis yang menggelantung diantara selangkangannya. Tapi toh, ia sama sekali tak peduli. Lagian juga ia takkan membutuhkan itu jika bersama ayahnya.

Ia juga tahu, orientasinya benar-benar -bitch- menyimpang. Ia sama sekali tak tertarik pada payudara yang menyembul atau bahkan dengan vagina yang seakan membelah itu, intinya ia tak suka pada wanita, sekalipun itu seorang gadis yang belum pernah tersentuh, maaf saja.

Itu semua ia sadari ketika usianya berumur tujuh belas tahun, dan sekarang ia berumur delapan belas tahun lebih lima bulan. Semuanya berawal dari ketidak sengajaan Jungkook saat mengunjungi ayahnya dikamar dengan keadaan tanpa sehelai benangpun, wajahnya memerah saat melihat penis ayahnya yang bergelantungan dengan kokohnya disana — menyembul tak tahu malu. Seakan tak peduli, ayahnya sengaja menggodanya dan yah, ini semua terjadi. Merasa berdosa pun tak pantas, rasanya.

Tapi sampai kapan?

"Nggh, Ayah dorong lagi!" Teriaknya tertahan saat Taehyung menumbuk lubangnya berkali-kali. Otot anusnya mengerut kuat semakin meremas kejantanan Taehyung yang semakin membesar. Wajahnya memerah, jelas kontras dengan wajah putih dan lampu remang yang menyinari mereka.

Sekarang pukul dua belas malam, hampir.

Taehyung mencabut penisnya perlahan. Bibirnya bergetar-terkekeh saat mendengar suara erangan sang anak sulung yang mengeluh akibat tingkah kurang ajarnya itu. Sekarang yang Jungkook rasakan hanyalah sebuah kehampaan yang mengisi lubang anusnya yang dingin, menyebalkan.

"Bersabarlah lacurku, kau tidak lihat Ayahmu ini masih perkasa. Sabarlah sebentar ayah akan melumuri lotion. Ayah takut anusmu yang sempit itu lecet dan besok kau tidak bisa sekolah. Ingat, Ibumu sangat cerewet dan kau sekarang berada di tingkat akhir." Celoteh ayahnya sembari bangkit menuju lemari Jungkook. Mengambil beberapa tetes lotion kemudian mengoleskannya dipenisnya yang menegang itu.

Mau sampai kapan?

Ya, mau sampai kapan mereka begini? Terus melakukan hal diluar nalar. Cukup, mereka telah melakukan dosa telak tanpa ampun.

Apakah mereka masih mau meneruskannya?

Apakah mereka tidak sadar jika yang mereka lakukan telah melanggar kodrat?

Kemana segala pikiran manusia beretika yang mereka pupuk sedari kecil? Apakah itu menghilang begitu saja seakan hangus terbawa angin?

Entahlah, mari tanya pada rumput yang bergoyang.

.

.

.

.

"Nghh, Ayah hentikan aku mau sekolah." Rengeknya manja saat Taehyung berhasil membuka resleting celana Jungkook dan memainkan miliknya. Bibirnya melenguh tertahan saat tangan kekar Taehyung mengurut penisnya pelan.

Tak peduli, sepertinya Taehyung senang sekali menggoda anak sulungnya itu. Ia terkekeh geli saat mendengar erangan frustasi Jungkook.

Namun tiba-tiba suara dari lantai atas menginstrupsi mereka, "Sayang apa Kookie sudah pergi? Sepertinya ia meninggalkan ponselnya." siapa lagi kalau bukan Irene, sialnya Istri dari seorang Kim Taehyung sekaligus Ibu dari seorang Kim Jungkook.

Keduanya meringis, Taehyung yang tampak kesal karena acara main-mainnya diganggu dan Jungkook yang kesal karena penisnya sudah menegang dengan tegaknya.

"Sayang, apa Kookie ada disana?" Jerit Irene lagi, kali ini Taehyung dan Jungkook sudah merapikan diri. Meski tampak dibalik celana Jungkook masih ada yang menggembung.

"Ah Kookie belum pergi kok. Memangnya ada apa, Sayang?" Tanya Taehyung dengan bassnya yang khas. Irene tersenyum dan merogoh sakunya.

"Sayang sepertinya kau meninggalkan ponselmu lagi, sudah berapa kali Ibu ingatkan untuk tidak meninggalkan...—" belum sempat Irene melanjutkan ceramahnya Jungkook buru-buru merebut ponselnya dan pergi, setelah mencium pipi Irene kilat.

"Ayah, Ibu, Kookie pergi dulu yah." Lanjutnya sesegera mungkin dan berlenggak pergi.

"Kau cantik sekali pagi ini," ucap Taehyung, wajahnya tersenyum memandang sang istri.

Irene yang mendengar hanya terkekeh, "Terimakasih, kau juga sangat tampan Sayang." Balas Irene malu-malu, entah kenapa wajahnya tiba-tiba memanas. Namun tak terelakan, kedua bibir mereka pun menyatu.

Dari kejauhan Jungkook dapat melihat mereka, entah kenapa hatinya terasa sakit. Terbesit rasa tak suka bila ayahnya disentuh oleh siapapun, tak terkecuali jika itu adalah ibunya sendiri .

...

Jungkook terduduk dalam diam dikamarnya. Sekarang hampir pukul satu subuh, dan sudah dipastikan jika adik dan ibunya sudah terlelap. Wajahnya merona saat membayangkan hal indah apa saja yang akan terjadi nanti pada dirinya dan ayahnya. Ia benar-benar tak sabar, ia benar-benar haus akan tubuh ayahnya, selalu dan tak terbantahkan.

Jungkook dapat mendengar pintunya berderit dan menampilkan sosok sempurna bagai patung dewa yunani. Yah, dia Kim Taehyung, Ayahnya.

Taehyung berjalan masuk menuju kamar Jungkook, menampilkan dirinya yang mungkin sehabis mandi. Handuknya menggelantung dicelah pinggangnya, menampilkan lekuk tubuh dan dada bidangnya yang seksi. Jungkook dapat melihat bagaimana tetesan air yang mengalir disela-sela dada dan perut yang terbentuk itu. Menelan ludahpun tak sanggup, rasanya. Belum lagi tonjolan besar yang ditutupi handuk itu. Jungkook dapat melihat jelas bagaimana penis itu menegang dan tercetak jelas dari balik handuk itu. Sial! Ayahnya yang menggoda atau Ayahnya yang memang sedang sengaja menggodanya.

"Berhentilah menatap Ayahmu yang seksi ini, Kookie." tutur Taehyung, langkahnya ia dekatkan menuju Jungkook. Otomatis Jungkook dapat merasakan aroma maskulin Taehyung yang menyeruak masuk kedalam hidungnya. Damn, hormon remaja benar-benar tak bisa ditahan! Ia ingin menjilat kotak-kotak itu, terutama menghisap dua puting yang bersarang didada bidang ayahnya itu.

"Salahkan diri Ayah yang seseksi ini!" Serunya tak mau kalah. Dengan bringas ia bangkit dan mendorong ayahnya ketempat tidur. Ia lapar, Ia sangat lapar akan tubuh sang ayah.

"Yah, yah.. calm down Son." Taehyung terkekeh, mengacak pelan rambut Jungkook gemas. Mau bagaimanapun Jungkook adalah anaknya, ia benar-benar gemas.

Jungkook menggeleng imut, "Tidak, ayolah Yah, aku tak tahan lagi." Rengeknya manja, salah satu tangannya mulai meraba-raba tubuh Taehyung, mulai berfantasi liar.

"Baiklah, ayo mulai." Taehyung segera menempelkan kedua bibir mereka, tak ada kesan lembut disana yang ada hanya keinginan untuk memuaskan dan dipuaskan. Kedua ayah dan anak itu masih saja berguling, tak peduli bagaimana suara derit kasur akibat perbuatan mereka. Taehyung dengan beringas melepas fabrik merah mudah Jungkook dan menciuminya secara brutal, menjalarkan lidah hangatnya ditubuh molek anaknya tersebut. Giginya pelan-pelan mengigiti puting merah mudah itu, membiarkan sang anak menggelinjang nikmat keenakan.

"Nghh, Ayah..." Desahan Jungkook semakin panjang saat ayahnya menjulur dan menghisap bagian daerah perutnya, ia merasakan nikmat tubuhnya melengkung seakan ikut merespon atas nikmat yang diberikan sang ayah, tanpa peduli tempat dan situasi.

"Buka semuanya Sayang," perintah Taehyung sembari melepas semua pakaian Jungkook tak tersisa, jangan tanyakan Taehyung dirinya sudah bertelanjang sejak awal. Dan sekarang, waktunya permainan sesunggunya dimulai.

Taehyung menatap jalang puteranya. Dia benar-benar seksi sekarang, tak habis pikir bagaimana Jungkook bisa semakin seksi seperti ini? Belum saja memulai penisnya sudah terasa sakit. Tangannya sempat mengelap liur yang hampir keluar dari mulutnya, sekarang ia benar-benar seperti seekor anjing.

Kedua tangannya meremas dan memukuli bokong sintal Jungkook, membiarkan bokong itu semakin merah karena pukulannya. kedua tangannya asik meremas dan menusuk-nusukkan lubang itu dengan jarinya, matanya mengerjab seakan tak percaya jika lubang yang sering ia bobol ini masih saja seperti dulu, perjaka dan sempit. Bedanya sudah tak ada darah segar yang keluar.

Jungkook masih saja menungging, tapi lama-lama pegal juga. Mulutnya kembali merengek, terdengar manja dan begitu bergairah. Libido keduanya meningkat. Bitch! Mereka harus menuntaskannya sebelum pagi.

"Tunggu sebentar lagi, Sayang. Ayah akan melumurinya dengan lotion."

Jungkook menggeleng, kesal. Ayahnya selalu begitu suka sekali mempermainkannya, menyebalkan. "Tidak perlu Ayah, cepatlah. Kau tinggal menusuk dan kita berdua orgasme. Selesai." Ucapnya frustasi.

Jungkook menggeleng tak habis pikir, bagaimana bisa anaknya selacur ini? Entah sudah berapa kali Taehyung mendengar anaknya berbicara kotor.

"Baiklah, Ayah tidak sedang menggodamu. Siapkan dirimu." Taehyung bersenandung, tak sabar melakukannya. Kali ini tak peduli bagaimana dengan anaknya yang mendelik karena kesal— tak sabar.

...

Kalian adalah manusia, bukan seperti hewan yang tak saling mengenal.

Lihat diri kalian, ada ikatan apa diantara kalian? Masihkah sanggup kalian melakukannya?

Siapa yang keji disini?

Taehyung menutup matanya, orgasme beberapa kali cukup membuatnya lemas. Begitupula dengan Jungkook yang sama-sama lelah. Cukup ronde yang melelahkan ternyata.

Bunyi jangkrik yang saling menyahut sudah tak mereka hiraukan, sekarang yang mereka inginkan adalah istirahat dan saling menghangatkan.

"Ayah..." itu Jungkook, kedua matanya terbuka menatap langit-langit.

"Hmm, ada apa Sayang." Tanya Taehyung dalam kelelahannya. Tangannya merengkuh tubuh telanjang Jungkook.

"Hmm, Maafkan aku karena telah membuatmu seperti ini." Ucapnya lagi, Jungkook dapat mendengar bagaimana deru napas Taehyung yang teratur walau ia tahu Taehyung masih terjaga.

"Untuk apa? Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak ada yang bersalah disini."

Taehyung dapat merasakan kepala Jungkook yang menggeleng. "Tidak Ayah, aku telah membawamu ke keadaan yang suram ini. Aku telah merebutmu dari Ibu. Aku benar-benar jahat." Sanggahnya frustasi, kedua matanya memanas, ia menangis.

Taehyung tersenyum, entah kenapa hatinya menjadi perih. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menenangkan Jungkook dan membiarkan dirinya menjadi pendengar yang baik.

"Hiks, A-hiks.. Ayah tau? Anakmu ini sudah tidak normal dan parahnya dia menyukai ayahnya sendiri, hiks— Aku mencintaimu Ayah, bukan seperti seorang ayah terhadap anak lelakinya, tetapi sebagai seorang lelaki dengan lelakinya."

Bukan seperti seorang ayah terhadap anak lelakinya, tetapi sebagai seorang lelaki dengan lelakinya.

"Ayah sudah tau akan seperti ini pada akhirnya, Ayah sudah tau itu. Seharusnya Aku bisa menjadi seorang ayah yang baik bagimu Anakku. Tapi, aku hanyalah seorang manusia. Aku tak bisa mengelak. Aku juga... mencintaimu, bukan cinta seperti seorang ayah terhadap anaknya, tetapi cinta terhadap seorang lelaki dengan lelaki lainnya. Aku, Kim Taehyung mencintai Kim Jungkook, anakku sendiri."

Ciuman itu penuh frustasi, sejenak terselip rasa bersalah diantara mereka. Namun mau bagaimana lagi, mereka sudah terjatuh kedalam tanpa adanya tangga untuk naik. Terus jalani, dan hadapilah.

"Ayah, aku Kim Jungkook mencintaimu." aku Jungkook disela-sela ciuman mereka, Taehyung hanya mengangguk. Biarlah, untuk kali ini mereka merasakan kebahagiaan mereka. Untuk kedepannya, mereka akan menghadapinya bersama.

Cinta tak memandang apapun, sekalipun jika kalian saling terikat dengan darah.

Cinta tak memandang apa jenis kelaminmu, hanya saja terkadang manusia diluar sana yang terlalu sibuk mencampuri.

Lupakan sekelilingmu, dan anggap semua yang mereka anggap diluar batas menjadi batasanmu.

Cinta telah membuatmu gila

Dan Irene, telah menyaksikan semuanya.

...

Wow, finally selesai. Yah, ini oneshoot mature yang aku buat. Oke rencananya ini bakal jadi kumpulan oneshoot mature Taekook. (Yah, jadi aku bakal post semua ff mature Taekook aku disini (Rated M)) hahahaha xD

Mohon dukungannya^^

salam fanboy,

kaisooexo