BLUEBIRD

DISC : I DON'T OWN NARUTO

WARN : BL, OOC, Typo(s), Garing, Kegajean tingkat Zeus.


Dibulan Ramadhan ini kay kembali dengan fic baru. Happy reading Minna..

Chapter one

.

.

.

Pekerjaan ini lebih buruk dari pada mengelap meja atau mencuci piring bekas pengunjung Restaurant. Lebih melelahkan daripada mengantar pesanan pelanggan bolak-balik selama empat jam. Dan lebih menyebalkan daripada mendengar teriakan protes orang-orang yang telah lama menunggu pesanannya tapi tidak juga datang.

Benar. Ini lebih berat dari itu...

Uzumaki Naruto. Pemuda 16 tahun yang baru saja melepas masa pre-remajanya harus mengepel setiap sudut koridor di gedung kelas I yang mempunyai lima lantai sampai bel jam istirahat berbunyi. Itu akan mudah jika ia dibantu setidaknya delapan sampai sepuluh orang. Tapi, oh Darn! ia bekerja sendirian. Beberapa menit disini, laki-laki pemilik rambut pirang itu terasa seperti menjadi pekerja Romusha saja.

Bayangkan! ia sudah mulai work dadakannya sejak jam delapan tadi sampai jam setengah sebelas, sekarang. Tapi segelas air bening pun belum membasahi kerongkongannya yang sudah fisit. Bukannya Naruto tidak punya uang untuk ke kafetaria dan membeli jus jeruk disana alih-alih air mineral. Hanya saja ia sudah diperingatkan oleh gurunya yang bermasker jika satu detik saja Naruto lalai dari hukumannya -atau lebih pantas disebut sebagai penyiksaan- ini, maka skala yang harus ia pel bertambah besar. Akan dipastikan ia akan kencan dengan koridor setiap lantai di gedung kelas II dan III.

Bagus! Kenapa tidak mengepel lapangan sepak bola saja sekalian?

Ungkapkan sepuluh ribu terimakasih pada orang kurang kerjaan yang sengaja menebar paku di jalanan hingga membuat ban sepedanya bocor dan berkonsekuensi, Naruto terlambat datang ke sekolah Terimakasih! terimakasih! Naruto berharap besok ia terjebak dalam kejadian berulang. Mampus! siap-siapkanlah satu peti mati dan karangan bunga untuk Naruto segera.

"Kuso...kuso...kuso..." Umpatnya saat mengayunkan tangkai pel ke sembarang arah. Tidak peduli itu akan mengenai kaki besi bangku di sebelahnya yang menyebabkan bunyi berdenting-denting dan mengganggu suasana kondusif saat pelajaran. Masa bodoh! memangnya dia harus berkata 'wow' begitu?

Lalu mata azure Naruto melirik arloji di tangan kanan. 5 menit lagi jam istirahat dan itu artinya hukumannya akan berakhir. Memang ia belum menyelesaikan pekerjaannya, tapi HEI! bukankah gurunya bilang mengepel seluruh sisi koridor sampai jam istirahat, bukannya mengepel seluruh sisi koridor harus selesai sampai jam istirahat. Terkadang otak dobenya dalam beberapa situasi bisa diandalkan.

Tapi ada satu lagi, yakni, Naruto harus mencuci peralatan pel ini dan membuang airnya di toilet yang tidak pernah di pakai murid-murid karena dianggap berhantu. Naruto itu memang kuat dan berani melawan sepuluh preman sekaligus yang menghadang seorang ibu berpakaian nyentrik dan mewah. Tapi nyalinya yang sebesar balon udara itu akan kempes jika berhubungan dengan setan atau hantu. Hiyy... Menyebut namanya saja membuat Naruto merinding.

KRIIIIINNNNGGG...

"Baiklah Uzumaki-san, hukumanmu sudah selesai. Sekarang kau boleh istirahat." Itu Kakashi sensei. Tiba-tiba berdiri didepan Naruto dengan Icha Icha dibawah hidungnya. Dia tidak menatap Naruto sama sekali. Wajahnya sudah merah karena membaca adegan -pip- di bukunya.

'Dasar guru mesum!' Naruto sweatdroped. Satu bulir keringat sebesar biji jagung turun dari pelipisnya. Tapi tidak lama ia menyengir karena satu masalah sudah terselesaikan.

Naruto mundur selangkahuntuk membungkukkan badan. "Ha'i. Terimakasih sensei." Kau tidak akan mengira jika ada nada sarkas terselip di dalamnya.

Kakashi mengangguk. Naruto berbalik berniat menjalankan tugas kedua. Membuang-air-pel-di-toilet-berhantu.

Jam istirahat memang bagaikan surga dunia bagi murid-murid Konoha High Academy International. Sebuah SMA yang terletak di kawasan prefecture Tokyo, Jepang. Banyak anak-anak dari kalangan orang kaya bahkan dari luar negeri bersekolah di sini. Tapi tidak sedikit juga mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah dapat belajar disini. Hanya mereka yang mendapat beasiswa karena mempunyai kegeniusan dan intelligence yang tinggi.

Dan Naruto tidak termasuk kategori salah satu dari keduanya. Ia bukan orang kaya bukan pula anak yang memiliki IQ 180, tapi ia bisa sekolah dan belajar di Konoha Academy. Karena apa? Karena neneknya, Uzumaki Mito adalah pemilik KHAI sekaligus kepala sekolahnya.

Oke. Pasti membingungkan karena Naruto bukan orang kaya tapi neneknya pemilik sekolah paling terkenal di Tokyo.

Itu semua berawal dari kedua orangtuanya yang tidak ingin Naruto tumbuh menjadi anak yang manja dan sombong. Mereka memilih hidup sederhana dan tinggal di apartement sederhana juga jauh dari kekayaan dan gemerlapan harta Mito. Memenuhi kebutuhan dengan membuka Restaurant kecil-kecilan sebagai usaha keluarga.

Awalnya Mito tidak setuju tapi melihat kesungguhan anak dan menantunya membuat hatinya luluh hingga membiarkan Kushina dan Minato hidup sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Meskipun begitu, Naruto tidak pernah merasa kekurangan. Ia bahagia asalkan masih mempunyai ibu dan ayah yang sangat menyayanginya.

"Aish..aish..aish.. kau rajin sekali Naruto. Pasti melelahkan. Mau ku bantu?"

"Sebaiknya jangan Man! nanti tanganmu kotor. Itu kan pekerjaan para BABU!"

Nah! ini adalah ruginya tidak menjadi orang kaya. Sering Naruto dijahili dan dikatai teman-temannya. Anak-anak lain bahkan tidak sungkan-sungkan menaruh balon berisi saos tomat di loker Naruto untuk kemudian balon itu akan meledak jika ia membuka lokernya. Tidak jarang juga mereka membakar pekerjaan sekolah Naruto, melemparkan cicak atau tarantula ke minumannya dan lagi membuang pakaian olah raga Naruto ke kolam renang membuatnya tidak bisa menghadiri pelajaran yang bersangkutan.

Pernah sekali, saat ia masih SMP dulu Naruto memukul seorang anak yang menyandungnya dengan tungkai. Ketika itu ia sedang membawa satu cup ramen panas di tangannya, masih beruap dan hangat. Tapi bukannya masuk perut ramen itu malah tumpah di kulitnya yang merah-merah dan perih seketika. Lantas saja Naruto memberinya bogem yahud. Tidak terima, anak itu juga balas memukul. Setelahnya mereka masuk rumah sakit dan baru keluar setelah dirawat inap disana selama empat hari.

Sekarang ia ingin memberi pelajaran pada dua anak yang menghadang jalannya ini tapi niat itu langsung surut mengingat ia akan diskors selama dua minggu jika berbuat kesalahan yang sama. Ia tidak ingin lagi menyusahkan kedua orang tuanya yang telah bekerja keras untuk membayar biaya rawat sekaligus membeli obat-obatan mahal rumah sakit waktu itu.

Alhasil Naruto hanya bisa menghela nafas dan menebah dada. Mencoba bersabar. Tapi-

"Mau apa kalian?" tanya Naruto, wajahnya mendongak angkuh dengan dagu teracung kedepan. Jempol kanannya mengusap cepat hidung bagirnya. Seolah menantang anak-anak didepannya yang bertubuh lebih tinggi dan besar darinya.

Salah satu dari dua anak itu terkekeh dan berjalan mendekat ke Naruto. Diam-diam dibalik tampang sengaknya, Naruto meneguk ludah kasar, harap-harap cemas dan bertanya-tanya dalam batin hal mengerikan macam apa yang akan ia dapati kali ini.

"Tidak ada..." Wajahnya didekatkan ke wajah Naruto. Naruto semakin cemas ditambah keringat dingin yang mulai mengalir dari pori-pori kulit tannya, "...hanya ingin memberimu... INI!"

"ARGH!"

Segera saja teriakan kesakitan Naruto melengking di setiap sisi koridor saat salah satu kaki anak didepannya terangkat lalu alas pantofelnya mendarat keras dan sadis serta selamat di jari-jari kaki Naruto yang tidak terbungkus apa-apa selain kulitnya sendiri. Rasanya ia ingin rongen dengan sinar X untuk melihat apakah ada jarinya yang patah sebab tadi ia mendegar bunyi 'krak' mengerikan dari bawahnya.

"Brengsek kalian..." desis Naruto, ia terduduk memegangi kaki dan meniup-niup jempolnya yang membengkak meyusut dan merah. Anak-anak didepannya tertawa sambil meremas perut. Memang menyenangkan jika menjahili Uzumaki Naruto.

Siiiinnng...

Sesuatu terlintas dikepalanya, membuat Naruto berhenti meniup kaki lalu menyeringai diam-diam seperti setan yang mendapat ide untuk menjerumuskan orang-orang. Mungkin jika Naruto memukul mereka, ia akan diskors. Tapi, bagaimana jika...

Mata birunya melirik seember air pel yang warnanya sudah keruh seperti Chappucino.

"Hei twobodies! Tunggu disitu!" tunjuk Naruto pada dua anak yang mulai melangkah menjauh. Masih belum menghentikan tawa, mereka menoleh dan mata mereka membulat setelah satu detik mendapati Naruto berlari setara kecepatan cahaya, menenteng seember air pel yang siap dihujankan pada mereka berdua.

"UGWAA~"

Teriak ketiganya seperti Koor. Bedanya yang dua berteriak kepanikan sedangkan yang satu berteriak karena semangat menggebu ingin memandikan dua anak yang berlari didepannya. Sebenarnya siapa yang membully dan menjadi target bully disini -_-

Tidak puas hanya dengan mengejar, Naruto ingin menyampaikan niat mulianya. Diujung belokan koridor, ia menyiramkan air pelnya sambil menutup mata.

Detik pertama : semua pasang mata yang berada disana membelalak -minus Naruto-

Detik kedua : murid-murid menahan napas, bahkan ada yang menahan kentut.

Detik ketiga : gulungan rumput kering lewat ditengah-tengah mereka seperti background Texas.

Detik kee-

"KYA~"

-mpat : terdengar teriakan setara dengan vokalis Slang yang menggunakan 50 soundsystem baru yang ditumpuk menjadi satu setelah tiga detik Naruto membuka matanya yang indah

Bukan. Bukan orang yang disiram berteriak. Nyatanya si korban masih berdiri pongah dengan muka sedatar papan ujian. Tapi jeritan seriosa itu berasal dari Naruto selaku si penyiram yang sekarang sudah bungkuk-bungkuk minta maaf.

"Maafkan aku! maafkan aku! aku tidak sengaja..."

Tidak ada suara selain permintaan maaf Naruto. Dua anak yang ingin Naruto siram tadi menghilang seperti remahan roti yang diterbangkan Beliung. Guddemn! ia salah sasaran. Benar-benar kesialan beruntun yang didapatinya hari ini.

"Grrr... Uzumaki..."

Suara ini...

Cepat-cepat Naruto menegakkan tubuhnya dan mendapati dirinya terkejut melihat seseorang yang dikenalnya sebagai rival abadi sampai sekarang berdiri sambil mengantongi tangannya.

"Kau...Uchiha..."

Itu anak yang terlibat adegan kekerasan di SMP dengan Naruto hingga mereka terluka parah dan masuk rumah sakit.

"...Sesuku?"

GUBRAK!

WAT DA FUQ!?

.

.

TBC/END?

Khaciaou!